Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM BIOLOGI UMUM

DISUSUN OLEH :

NAMA NIM
AYU DESEDTIA 1111015028
DIAN NOVITA SARI 1111015134
FITRI MARIYANI 1111015008
GRAHITA SULISTYA RINI 1111015118
HERU SIRINGO RINGO 1111015084
TRI PUTRA DINATA AZIS 1111015078

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI & BIOTEKNOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2011
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM
BIOLOGI UMUM

Laporan Praktikum Biologi Umum ini telah diperiksakan tanggal


Desember 2011 dan telah memenuhi syarat.

Disetujui Oleh :

Asisten I, Asisten II,

Syahrul Yuni Wahyuliani L


NIM : 0907025031 NIM : 0907025012

Laboran,

Eko Kusumawati, S.Si.MP


NIP :

Mengetahui,
Kepala Laboratorium

Ir. Samsurianto, M. Si
NIP : 1962 118 198903 1 001
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang atas
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan resmi “Praktikum
Biologi Umum”. Penulisan laporan ini adalah salah satu syarat ketuntasan
praktikum Biologi umum dalam mata kuliah Biologi dasar.
Dalam penulisan laporan praktikum ini penulis merasa masih banyak
kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat
akan kemampuan yang penulis miliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak
sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan laporan ini.
Atas tersusunnya laporan ini, maka penulis menyampaikan rasa hormat
dan terima kasih kepada Ibu Siti Badrah, M.Kes selaku Dosen Biologi, seluruh
asisten praktikum, dan segenap pihak yang telah membantu hingga laporan ini
terselesaikan.
Semoga materi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran
bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang
diharapkan dapat tercapai.

Samarinda, Desember 2011

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................... ii

KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... iv

PRAKTIKUM III (DIFUSI DAN OSMOSIS)

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 6

Latar Belakang .............................................................................................. 6


Tujuan Praktikum .......................................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 7

BAB III METODOLOGI PERCOBAAN ....................................................... 14

Waktu dan Tempat ....................................................................................... 14

Alat dan Bahan ............................................................................................. 14

Cara Kerja .................................................................................................... 14

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 16

Hasil Pengamatan ......................................................................................... 16

Pembahasan .................................................................................................. 17

BAB V PENUTUP ............................................................................................. 20

Kesimpulan .................................................................................................. 20

Saran ............................................................................................................. 20

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 21

LAMPIRAN
DIFUSI DAN OSMOSIS

Asisten, Laboran,

Yuni Wahyuliani L Eko Kusumawati, S.Si, MP


NIM. 0907025012
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Dewasa ini, telah banyak ditemukan teori-teori baru yang dapat
membantu manusia mengetahui hal-hal yang belum diketahuinya Salah
satunya adalah teori tentang difusi. Difusi merupakan peristiwa mengalirnya
atau berpindahnya suatu zat dalam pelarut dari bagian berkonsentrasi tinggi
ke bagian yang konsentrasinya lebih rendah. Proses difusi terjadi di dalam
proses metabolisme pada organisme multiseluler meliputi banyak hal
diantaranya transport materi dan energi. Metabolisme diartikan pertukaran
zat antar suatu sel organisme dengan lingkungannya. Salah satu aktivitas
protoplasma yang penting adalah pembentukan sel baru dengan cara
pembelahan. Sistem penyerapan serta transportasi nutrien sangat penting
bagi tumbuhan dan hewan. Penyerapan atau transpor pasif, berlangsung
antara lain secara osmosa. Sementara penyerapan secara aktif berlangsung
dengan menggunakan sumber energi hasil respirasi berupa ATP. Proses
difusi sendiri adalah percampuran antara dua molekul yang berbeda
konsentrasi. Difusi juga terjadi pada sel organisme hidup dimana molekul
yang berdifusi harus menerobos pori-pori, tetapi antar molekul yang berbeda
konsentrasinya itu dipisahkan oleh membrane plasma yang mempunyai pori-
pori (osmos). Dengan demikian osmosis adalah proses difusi pda organisme
hidup di mana molekul yang berdifusi harus menerobos pori-pori membran
plasama (Alkatiri, 1996).
Oleh karena itu, untuk memahami proses difusi pada organisme
hidup serta faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan difusi dilakukanlah
percobaan ini, yakni percobaan tentang difusi.
Tujuan
Adapun tujuan dilakukannya praktikum ini yaitu :
 Mengetahui definisi difusi.
 Mengetahui definisi osmosis.
 Mengetahui tentang gerak brown.
 Mengetahui faktor yang mempengaruhi difusi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Metabolisme adalah segala proses reaksi kimia yang terjadi di dalam


makhluk hidup, mulai dari makhluk bersel satu yang sangat sederhana seperti
bakteri, protozoa, jamur, tumbuhan, hewan sampai kepada manusia, makhluk
yang susunan hidupnya sangat kompleks. Di dalam proses ini makhluk hidup
mendapat, mengubah dan memakai senyawa kimia dari sekitarnya untuk
mempertahankan kelangsungan hidupnya (Wirahadikusumo, 1985).
Jalur metabolisme terdiri atas reaksi-rekasi anabolisme dan metabolisme.
Reaksi anabolisme adalah reaksi membangun dari ikatan sederhana ke ikatan
lebih besar dan kompleks misalnya glukosa diubah menjadi glikogen, asam lemak
dan gliserol menjadi trigliserida, serta asam amino menjadi asam protein. Proses
anabolisme memerlukan energi. Reaksi katabolisme adalah reaksi yang memecah
ikatan kompleks menjadi ikatan lebih sederhana. Reaksi katabolisme biasanya
melepaskan energi. Contoh reaksi katabolisme adalah pemecahan glikogen
menjadi glukosa, trigliserida menjadi gliserol dan asam lemak, serta protein
menjadi asam amino (Almatsier, 2009).
Semua reaksi katabolisme dikatalisis oleh enzim, termasuk reaksi yang
sederhana seperti penguraian asam karbonat menjadi air dan karbohidrat, proses
pemasukan dan pengeluaran zat kimia dari dan ke dalam sel melalui membran,
proses biosintesis yang panjang dan rumit ataupun proses penguraian bahan
makanan dalam sistem pencernaan. Hal lain yang penting dari metabolisme adalah
peranannya dalam proses pengawaracunan atau detoksifikasi, yaitu mekanisme
reaksi pengubah zat racun menjadi senyawa tak beracun yang dapat dikeluarkan
dari tubuh. Sebagian besar proses metabolisme terjadi di dalam sel, oleh karena
itu mekanisme masuk dan keluarnya zat kimia melalui membran sel mempunyai
arti penting dalam mempertahankan keseimbangan energi dan materi di dalam
tubuh (Wirahadikusumo, 1985).
Sitoplasma sel dikelilingi oleh membran plsama, dan struktur
subselulernya seperti inti sel, lisosom dan mitokondria diselubungi oleh membran.
Membran mengandung lipid, protein, dan sedikit karbohidrat. Membran terdapat
sebagai lapisan ganda fosfolipid yang tertutup sehingga memisahkan sel dari
lingkungannya, atau memisahkan bagian-bagian sel yang berbeda, sehingga
aktivitas-aktivitas tertentu dapat berlangsung secara terpisah. Jadi, membran
adalah suatu pelindung fisik, yang mempunyai permeabilitas selektif yang sesuai,
dimana ruang yang diselubunginya tersebut dapat memperoleh zat-zat yang
berguna dan mengeluarkan zat-zat yang berbahaya, dan untuk membantu
pengeluaran senyawa-senyawa tertentu. Membran juga menyediakan suatu
lingkungan dimana reaksi-reaksi kimia yang telah memerlukan kondisi berair
dapat berlangsung di dalamnya (Kuchel, 2006).
Ada zat yang harus dimasukkan dan ada pula yang harus dikeluarkan
dari sel. Zat yang harus dimasukkan ini ialah air, ion, metabolit, zat regulator
(pengatur aktivitas sel sejaringan), dan oksigen. Yang harus dikeluarkan ialah
ampas metabolisme, terutama berupa gas CO2, NH3 dan butiran yang dikeluarkan
badan sisa pasca-lisosom. Zat yang disintesa sel ada juga yang dikeluarkan.
Pengeluaran zat produksi itu disalurkan lewat alat golgi, dikeluarkan dalam
bentuk vesikula (Yatim, 1990).
Dalam kehidupannya, sel melakukan tranport zat terus-menerus, baik ke
dalam maupun ke luar. Transport itu lewat membran sel atau unit mebran pada
umumnya. Transport zat itu melewati 2 daerah : cairan intrasel (cairan sitoplasma
atau sitosol sendiri) dan cairan ekstrasel (disebut cairan intrsekuler bagi makhluk
multiseluler).
Pada lazimnya untuk trasport zat, sel butuh energi. Yakni berupa ATP,
yang akan dipecah oleh ATPase menjadi ADP dan P. P (fosfat) itu mengandung
energi untuk reaksi kimia dalam tahap-tahap kegiatan sel. Tapi ada juga transport
zat yang tidak membutuhkan pengerahan energi, dan secara alamiah saja keluar
masuk sel (Yatim, 1990).
Ada beberapa macam transport zat lewat membran sel, yaitu:
Difusi merupakan suatu proses lewatnya bahan-bahan tertentu lewat
suatu membran sebagai akibat konsentrasi yang berbeda. Apabila membran
plasma ini bersifat permeabel maka hanya bahan-bahan tertentu saja yang dapat
melewatinya dengan cara difusi. Difusi melewati membran plasma ini pada
umunya bersifat khas karena membutuhkan enzim tertentu sehingga membran sel
bersifat “enzyme controlled permeable”. Mekanisme dapat dilihat pada
pemasukan gerakan molekul ion cenderung mengisi seluruh ruangan yang tersedia
(Juwono, 2000).
Difusi ini adalah perembesan zat dari ruang yang berkonsentrasi tingggi
ke ruang yang berkonsentrasi lebih rendah. Perembesan ini mungkin tanpa lewat
sekat, mungkin pula lewat sekat. Perembesan tanpa lewat sekat berlangsung baik
dalam protoplasma sendiri, seperti dari ujung retikulum endoplasma ke ujung lain.
Perembesan lewat sekat, berlangsung baik antara intra dan ekstra-sel, antara
sitoplasma dan nukleoplsama., ataupun antara sitoplasma dan organel.
Perembesan itu lewat unit membran. Difusi berlangsung menurut gradient
(kemiringan) konsentrasi. Yakni dari ruang yang konsentrasi zat A tinggi ke ruang
zat yang konsentrasi zat A itu rendah (Yatim, 1990).
Cara difusi umum terdapat pada sel dan tanpa butuh energi. Proses difusi
dapat terjadi bagi oksigen, CO2, air, elektrolit dan bahan organis molekul
sederhana. Difusi lewat sekat jauh lebih pelan dan sulit daripada tanpa lewat
sekat. Karena molekul zat itu harus melewati molekul-molekul membran yang
bersusun rapat. Air mudah berdifusi lewat pori yang banyak tersebar pada
membran sel (Yatim, 1990).
Gerakan-gerakan zarah (molekul ion) cenderung mengisi seluruh
ruangan yang tersedia. Zarah yang larut dalam larutan selalu berada dalam
gerakan yang acak-acakan di mana zarah padat itu banyak mengalami tubrukan.
Dalam tubuh, difusi tidak hanya terjadi dalam ruangan cair, tetapi terjadi dari satu
ruangan ke ruangan lain yang mempunyai sekat yang di antara ruangan tersebut
terdapat permeable untuk zat yang berdifusi. Kecepatan difusi sekat lebih lambat
daripada kecepatan difusi dalam air (Syaifuddin, 2002).
Difusi melalui membran sel dapat terjadi melalui difusi sederhana dan
difusi yang mempermudah.
 Difusi sederhana, gerakan kinetik molekular dari molekul atau ion terjadi
melalui celah membran atau ruang inter molekular tanpa perlu berikatan
dengan protein pembawa dalam membran. Kecepatan difusi ditentukan oleh
jumlah zat yang tersedia dan jumlah celah membran sel yang dapat dilalui
molekul.
 Difusi yang dipermudah, membutuhkan interaksi antara molekul maupun ion
dengan protein pembawa.
Difusi melalui saluran protein merupakan suatu jalan pintas yang
menembus sela-sela molekul protein. Saluran berbentuk corong mulai dari ujung
ekstraseluler. Saluran ini dibedakan oleh dua sifat khas, yaitu:
 Permeabilitas selektif adalah melakukan transpor atau lebih ion spesifik,
diameter, bentuk, dan jenis muatan listriknya.
 Gerbang saluran protein berguna untuk mengatur permeabilitas. Saluran
gerbang ini mempunyai perluasan yang mirip pada gerbang pada molekul
protein transpor yang dapat menutup dan membuka dengan cara mengubah
bentuk molekul protein tersebut (Syaifuddin, 2002).
Osmosis ialah lewatnya zat pelarut melalui membran sebagai akibat
perbedaan tekanan osmosis. Dalam hal ini zat pelarut akan melewati suatu
membran dati larutan yang berkadar rendah ke dalam larutan yang berkadar
tinggi sehingga tercapai suatu keseimbangan. Hal inilah yang terjadi dalam
transportasi air dari sel ke dalam rongga antarsel dan dari sel yang satu ke dalam
sel yang lain seperti dalam sel-sel tumbuhan (Juwono, 2000).
Peristiwa osmosis merupakan faktor yang amat penting dalam terjadinya
fisiologis. Kecenderungan molekul pelarut bergerak ke daerah yang mempunyai
keadaan zat larut yang lebih tinggi dapat dicegah dengan menggunakan tekanan
pada larutan yang lebih pekat (Syaifuddin, 2002).
Keseimbangan osmotik adalah kekuatan yang besar untuk memudahkan
air agar dapat melintasi membran sel. Jika cairan interseluler dan ekstraseluler
tidak berada dalam keseimbangan osmotik sebagai kekuatan yang besar ini maka
perubahan yang relatif kecil pada konsentrasi zat terlarut impermeabel dalam
cairan ekstraseluler dapat menyebabkan perubahan luar dalam volume sel.
 Cairan isotonik, jika suatu sel diletakkkan pada suatu larutan dengan zat
terlarut impermeabel (tidak dapat dilewati) maka sel tersebut tidak akan
mengerut atau membengkok.
 Cairan hipotonik, jika sebuah sel diletakkan dalam larutan yang mempunyai
konsentrasi zat terlarut impermeabel yang lebih rendah maka air akan
berdifusi ke dalam sel.
 Cairan hipertonik, jika sebuah sel diletakkan dalam larutan yang mempunyai
konsentrasi zat terlarut impermeabel lebih tinggi maka air akan mengalir
keluar dair sel dan masuk ke dalam cairan ekstraseluler (Sayaifuddin, 2002).
Transpor zat aktif, transport zat cara ini disebut aktif karena
membutuhkan energi dalam bentuk ATP. Transport aktif melawan gradient
konsentrasi suatu zat. Berarti zat itu merembes dari ruangan yang mengandung zat
A yang berkonsentrasi rendah ke ruang yang berkonsentrasi tinggi. Perembesan
zat ke dalam sel secara transport aktif disebut absorpsi (Yatim, 1990).
Transport aktif serentak dengan peristiwa memompa ion lewat membran
sel. Ion yang dipompakan ialah Na+, K+, dan Cl-. Karena Na+ berkonsentrasi lebih
tinggi di luar sel maka ion akan selalu mengalami difusi ke dalam. Namun difusi
yang terus-menerus ini berakibat bertimbunnya Na+ dalam sel. Ini harus dicegah,
maka Na+ dipompa keluar, melawan gradient konsentrasinya sendiri dan butuh
energi dikerahkan. Dalam pada itu K+ pun selalu berdifusi ke luar sel, karena
konsentrasinya lebih tinggi di dalam sel. K+ lebih mudah dari pada Na+, karena
sebelah dalam membran bermuatan -. Jadi, selalu ada peristiwa memompa ion
dalam sel. Contoh transport aktif ialah eksositosis dan endositosis (Yatim, 1990).
Molekul air mempunyai sifat umum yang bergerak secara difusi, sesuai
dengan gradien (laju pertambahan) konsentrasi. Air cenderung berdifusi dari
daerah yang jumlah daerah terlarutnya sedikit ke jumlah zat terlarutnya banyak.
Besarnya tekanan hidrostatis yang diperlukan untuk menghasilkan aliran massa
yang seimbang dan berlawanan arah dengan aliran difusi pelarut tekanan yang
ekuivalen disebut tekanan osmotik. Jumlah pelarut tersebut sebanding dengan
jumlah konsetrasi semua partikel zat terlarut yang ada di dalamnya (Saifuddin,
2002).
Gerak brown adalah gerakan terus-menerus dari suatu partikel zat cair
ataupun gas, artinya partikel-partikel ini tidak pernah dalam keadaan stasioner
atau sepenuhnya diam. Koefisien difusi mencerminkan gerkan brown dan
bergantung pada bentuk dan ukuran partikel, dan pada temperatur serta kepekatan
medium. Koefisien difusi dapat diukur dengan peralatan khusus yang membentuk
permukaan batas antara suspensi partikel dan pelarutnya. Kondisi dibakukan atau
harkatnya dikoreksi pada suhu 20C dan pengencerannya tak terbatas di dalam
medium air. Partikel yang lebih kecil berdifusi lebih cepat dibandingkan dengan
partikel yang lebih besar. Difusi juga memainkan peranan dalam kormatografi
saringan molekular (Bos, 1990).
BAB III
METODE PERCOBAAN

Waktu dan Tempat


Praktikum tentang “Difusi dan Osmosis” dilakukan pada hari
Jum’at 28 November 2011. Percobaan tersebut dilakukan di Laboratorium
Mikrobiologi dan Bioteknologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas Mulawarman Samarinda.
1. Dibuat tabulasi data sebagai berikut
Ulangan
No. Larutan Pewarna Waktu (menit)
Percobaan
1 Methylen blue 1
2
3
4
5
Rata - rata
2 Kristal CuSO4 1
2
3
4
5
Rata – rata
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Pengamatan
Dari percobaan yang telah dilakukan, didapatkan hasil pengamatan
sebagai berikut :

Tabel waktu (menit) difusi larutan methylen blue dan Kristal CuSO4
Ulangan
No. Larutan Pewarna Waktu (menit)
Percobaan
1 Methylen blue 1 06 : 10
2 09 : 32
3 12 : 20 : 19
4 11 : 33 : 80
5 11 : 35 : 21
Rata - rata 10 : 17
2 Kristal CuSO4 1 09 : 56 : 61
2 14 : 50 : 37
3 13 : 40 : 40
4 11 : 26 : 65
5 15 : 10 : 80
Rata – rata 13 : 06

Tabel arah pergerakan


Methylen Blue Kristal CuSO4
Awal Akhir Awal Akhir

Keterangan : Keterangan :
1. Aquades 1. Aquades
2. Methylen blue 2. Methylen Blue
3. Aquades 3. Arah pergerakan
Pembahasan
Difusi adalah perembesan zat dari ruang berkonsentrasi lebih tinggi
ke ruang yang berkonsentrasi lebih rendah. Perembesan itu mungkin tanpa
lewat sekat maupun lewat sekat. Difusi berlangsung menurut gradient
konsentrasi. Yakni dari ruang zat A tinggi ke ruang zat A rendah. Cara difusi
umum terdapat pada sel dan tanpa butuh energi (Yatim, 1990).
Osmosis adalah difusi zat pelarut melintasi membran. Pada makhluk
hidup zat pelarut selalu air. Osmosis didefinisikan sebagai pergerakan air
(zat pelarut) melalui membran permeabel selektif, dari area dengan
konsentrasi air yang tinggi ke area dengan konsentrasi air yang rendah
(James, 2008).
Beberapa faktor yang mempengaruhi difusi antara lain sebagai berikut :
1. Ukuran partikel, semakin kecil, cepat partikel itu akan bergerak,
sehingga kecepatan difusi semakin tinggi.
2. Ketebalan membran, semakin tebal membran, semakin lambat
kecepatan difusi.
3. Luas suatu area, semakin besar luas area, semakin cepat kecepatan
difusinya.
4. Jarak, semakin besar jarak antara dua konsentrasi, semakin lambat
kecepatan difusinya.
5. Suhu, semakin tinggi suhu, partikel mendapatkan energi untuk bergerak
dengan lebih cepat. Maka semakin cepat pula kecepatan difusinya
(Anonim A, 2009).
Berikut ini faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan osmosis,
antara lain :
1. Ukuran zat terlarut, semakin banyak zat terlarut maka kecepatan
osmosisnya semakin cepat.
2. Ketebalan membran, semakin tebal suatu membrane akan menghambat
terjadinya osmosis.
3. Luas permukaan membran, kadar resapan menjadi lebih cepat jika luas
permukaan membran untuk resapan lebih besar.
4. Suhu, pergerakan molekul dipengaruhi oleh suhu, kadar resapan akan
menjadi lebih cepat pada suhu yang tinggi dibandingkan suhu yang
rendah (Anonim A, 2009).
Dari percobaan difusi yang telah dilakukan, rata-rata waktu yang
diperlukan untuk melarutkan methylen blue adalah 10 menit 17 detik.
Sedangkan untuk melarutkan Kristal CuSO 4 dengan aquades diperlukan
waktu 13 menit 06 detik. Waktu yang diperlukan untuk melarutkan
methylen blue dengan air lebih cepat daripada waktu untuk melarutkan
CuSO4 dengan air. Hal tersebut dikarenakan sifat zatnya. Air bersifat polar,
methylen blue bersifat non polar. Sehingga larutan homogennya yaitu polar
dan polar akan lebih cepat dibandingkan larutan heterogen yaitu polar dan
non polar. Kesalahan yang mungkin terjadi dalam praktikum seperti
ketelitian dalam percobaan, misalnya saja ketidaksamaan dalam meneteskan
aquades ataupun methylen blue yang dapat mempengaruhi laju difusinya
(Anonim B, 2009).
Cairan isotonik, jika suatu sel diletakkan pada suatu larutan dengan
zat terlarut impermeabel (tidak dapat dilewati) maka sel tersebut tidak akan
mengerut atau membengkak. Cairan hipotonik, jika sebuah sel diletakkan
dalam larutan yang mempunyai konsentrasi zat terlarut impermeabel yang
lebih rendah maka air akan berdifusi ke dalam sel. Cairan hipertonik, jika
sebuah sel diletakkan dalam larutan yang mempunyai konsentrasi zat terlarut
impermeabel lebih tinggi maka air akan mengalir keluar dari zat dari sel dan
masuk ke dalam cairan ektraseluler (Syaifuddin, 2002).
Aquades termasuk dalam cairan isotonik. Methylen blue merupakan
larutan yang cairannya bersifat hipertonik karena jika dilarutkan ditetesan
air, larutan methylen blue lebih pekat dibandingkan air. Sedangkan pada
larutan Kristal CuSO4 yang dicampur dengan tetesan air, cairannya bersifat
hipotonik karena konsentrasi Kristal CuSO4 lebih rendah daripada air.
Gerakan brown adalah gerakan terus-menerus dari suatu partikel zat
cair ataupun gas, artinya partikel-partikel ini tidak pernah dalam keadaan
stasioner atau sepenuhnya diam. Koefisien difusi (o) mencerminkan gerakan
brown dan bergantung pada bentuk dan ukuran partikel, dan pada
temperatur serta kepekatan medium. Koefisien difusi dapat diukur dengan
peralatan khusus yang membentuk permukaan batas antara susfensi partikel
dan pelarutnya. Kondisi dibakukan atau harkatnya dikoreksi pada suhu 20C
dan pengenceran tak terbatas dalam air (D ). Partikel yang lebih kecil
berdifusi lebih cepat dibandingkan dengan yang besar. Difusi juga
memainkan peranan dalam kromatografi saringan molekular (Bos, 1990).
BAB V
PENUTUP

Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
 Difusi adalah perembesan zat dari keonsentrasi tinggi ke konsentrasi
yang lebih rendah.
 Osmosis adalah difusi suatu zat pelarut melintasi membran permeabel
selektif dari bagian yang lebih encer ke bagian yang lebih pekat.
 Gerakan brown adalah gerakan terus-menerus dari suatu partikel zat
cair ataupun gas, artinya partikel-partikel ini tidak pernah dalam
keadaan diam atau dalam keadaan stasioner.
 Faktor yang mempengaruhi difusi diantaranya adalah ukuran partikel,
ketebalan membran, luas suatu area, jarak, dan suhu.

Saran
Agar dalam melakukan percobaan menggunakan bahan-bahan yang
lain, juga selain yang sudah ada supaya para praktikan lebih tahu banyak
dengan melakukan percobaan yang lain.
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, Sunita. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia : Jakarta


Bos, L. 1990. Pengantar Virologi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press :
Yogyakarta
James Joyce, Colin Baker, Helen Swain. 2008. Prinsip – Prinsip Sains Untuk
Keperawatan. Erlangga : Jakarta
Juwono, Achmad Zulfa Juniarto. 2000. Biologi Sel. EGC : Jakarta
Kuchel, Philip, Gregory B Ralston. 2006. Biokimia. Erlangga: Jakarta
Syaifuddin, Drs.H. 2002. Fungsi Sistem Tubuh Manusia. EGC : Jakarta
Wirahadikusumah, Muhammad. 1985. Biokimia : Metabolisme Energi
Karbohidrat dan Lipid. ITB : Bandung
Alkatiri, Saleh. 1996. Kajian Ringkas Biologi. Surabaya. Airlangga University
Press.

Anda mungkin juga menyukai