PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahan makanan yang kita makan belum dapat dimanfaatkan oleh
sel-sel tubuh manakala makanan tersebut belum mengalami proses
pencernaan (digesti), kecuali: air, vitamin, dan mineral. Bahan makanan
mengandung unsur-unsur yang diperlukan oleh tubuh kita antara lain:
karbohidrat, protein dan lemak. Pencernaan (digesti) adalah proses
pemecahan zat-zat makanan sehingga dapat diabsorpsi oleh saluran
pencernaan. Proses digesti meliputi: (1) pengambilan makanan (prehensi),
(2) memamah (mastikasi), (3) penelanan (deglutisi), (4) pencernaan
(digesti), dan (5) pengeluaran sisa-sisa pencernaan (egesti). Hasil akhir
proses pencernaan adalah terbentuknya molekul-molekul atau partikel-
partikel makanan yakni: glukosa, asam lemak, dan asam amino yang siap
diserap (absorpsi) oleh mukosa saluran pencernaan (Nurcahyo, 2005).
Asupan karbohidrat yang tidak seimbang telah diketahui sejak
lama sebagai salah satu faktor langsung penyebab timbulnya penyakit
degeneratif. Sejak abad 20 perkembangan prevalensi penyakit degeneratif
mulai menunjukkan peningkatan seperti demensia, penyakit jantung
koroner, stroke, diabetes melitus, osteoporosis dan berbagai jenis kanker.
Penyakit degenaratif tersebut tidak jarang berujung pada kematian. Di
negara Amerika Serikat, demensia alzheimer menempati urutan ke
sembilan penyebab kematian. Laporan Alzheimer's Association tahun
2007 menunjukkan terjadi peningkatan kematian akibat demensia sebesar
32% dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2004, sedangkan kematian
akibat penyakit jantung mengalami penurunan sebesar 8,0% dan kematian
akibat kanker prostat menurun sebesar 6,3% dalam kurun waktu yang
sama (Idral, 2014).
Pembentukan kecerdasan pada masa usia dini tergantung pada
asupan zat protein yang diterima. Semakin rendah asupan protein yang
diterima, semakin rendah pula status protein dan kesehatan anak.
Gangguan protein pada masa bayi dan anak-anak terutama pada umur
kurang dari lima tahun dapat mengakibatkan terganggunya pertumbuhan
jasmani dan kecerdasan anak. Pertumbuhan sel otak berlangsung sangat
cepat dan akan berhenti atau mencapai taraf sempurna pada usia 4-5 tahun.
Perkembangan otak yang cepat hanya dapat dicapai bila anak berstatus
protein baik. Menurut WHO (2008), jumlah penderita gizi balita stunting
di dunia mencapai 21% dan keadaan gizi balita pendek menjadi penyebab
2,2 juta dari seluruh penyebab kematian balita di seluruh dunia. Keadaan
gizi balita kurus pada balita juga dapat dijumpai di negara berkembang,
termasuk di Indonesia (Sulistianingsih, 2016).
Berdasarkan uraian di atas, hal yang melatarbelakangi praktikum
Uji Karbohidrat dan Protein yaitu, menghidrolisis karbohidrat jenis
polisakarida menjadi unit-unit terkecil dan mengetahui sifat penggaraman
protein (salting out).
B. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum Uji Karbohidrat dan Protein, yaitu:
1. Menghidrolisis karbohidrat jenis polisakarida menjadi unit-unit
terkecil.
2. Mengetahui sifat penggaraman protein (Salting Out).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Hasil Pengamatan
Tabel Hasil Pengamatan Karbohidrat
1. Tabel Pembanding
Amilum + Iodin
1. Warna Biru
(0,1 % + 100 ml
aquadest)
Protein (albumin
1. Warna Kuning
telur)
3. Penyaringan Keruh
b. Filtrat
Berwarna
Putih
Terjadi
4. Penambahan Biuret Perubahan
Warna Cream
B. Pembahasan
Umumnya makanan mengandung tiga unsur yaitu karbohidrat,
lemak dan protein. Dari ketiga unsur tersebut yang merupakan sumber
energi utama ialah karbohidrat. Karbohidrat ialah senyawa organik dengan
fungsi utama sebagai sumber energi bagi kebutuhan sel-sel dan jaringan
tubuh. Peran utama karbohidrat di dalam tubuh ialah menyediakan glukosa
bagi sel-sel tubuh, yang kemudian diubah menjadi energi. Glukosa
merupakan jenis karbohidrat terpenting bagi tubuh manusia. Karbohidrat
dibutuhkan oleh tubuh sebagai sumber utama tenaga untuk bergerak,
membentuk glukosa otot sebagai energi cadangan tubuh dan juga
membentuk protein dan lemak (Fahreza, 2015).
Fungsi alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum uji
karbohidrat dan protein yaitu pada uji karbohidrat alat yang digunakan
adalah rak dan tabung reaksi yang berfungsi untuk meletakkan sampel,
gelas kimia sebagai wadah memanaskan larutan, pipet tetes untuk
meneteskan larutan, penangas listrik untuk memanaskan larutan, plat tetes
untuk meletakka sampel yang akan diamati, gelas ukur untuk mengukur
banyaknya larutan, stopwatch sebagai pengatur waktu pada percobaan.
Bahan yang digunakan yaitu larutan HCL 3M untuk menghidrolisis
polisakarida, suspensi amilum 0,1% sampel yang akan diamati, larutan
iodine 1% untuk melihat ada atau tidaknya kandungan karbohidrat pada
sampel, aquadest sebagai pelarut. Pada uji protein alat yang digunakan
adalah corong untuk memasukkan larutan, batang pengaduk untuk
mengaduk larutan, gelas kimia sebagai tempat larutan, neraca digital untuk
mengukur massa larutan, pipet tetes untuk meneteskan larutan. Bahan
yang digunakan ialah putih telur ayam sebagai sampel utama karena
banyak mengandung protein, kristal amonium sulfat sebagai pereaksi, dan
biuret untuk mengetahui ada tidaknya kandungan protein pada sampel.
Hal yang pertama dilakukan yaitu menyiapkan 1 buah tabung
reaksi yang bersih. Mengisi tabung reaksi sebanyak 5 mL suspensi
amilum. Kemudian menambahkan sebanyak 3 mL larutan HCI 3M ke
dalam tabung reaksi tersebut. Memanaskan tabung reaksi tersebut pada
penangas listrik selama 20 menit dan mengambil 5 tetes suspensi amilum
pada tabung reaksi setiap 5 menit dan diteteskan pada plat tetes. Lalu
menambahkan 3 tetes larutan iodin pada sampel tersebut. Terakhir
memotret dan mencatat perubahan warna yang dihasilkan.
Hal yang pertama dilakukan yaitu memasukkan sebanyak 10 mL
larutan protein dan menambahkan kristal amonium sulfat sekitar 8 gram.
Kemudian mengaduk larutan sampai jenuh. Lalu menyaring dan menguji
filtrat dan endapan dengan uji biuret. Terakhir memotret dan mencatat
hasil yang diperoleh.
Hasil pengamatan pada uji karbohidrat yaitu, perlakuan pertama
yang dilakukan ialah membuat larutan pembanding dengan
mencampurkan amilum 0,1%, iodine 100 ml dan aquadest, pada
percobaan tersebut menghasikan warna biru. Amilum yang ditambahkan 3
HCl menghasilkan warna bening, amilum yang ditambahkan 3 HCl lalu
dipanaskan menghasilkan warna bening, amilum yang ditambahkan 3 HCl
lalu dipanaskan selama 5 menit dengan iodine menghasilkan warna
orange, amilum yang ditambahkan 3 HCl lalu dipanaskan selama 10 menit
dengan iodine menghasilkan warna orange, amilum yang ditambahkan 3
HCL lalu dipanaskan selama 15 menit dengan iodine menghasilkan warna
orange, dan amilum yang ditambahkan 3 HCL lalu dipanaskan selama 20
menit dengan iodine menghasilkan warna orange. Hal ini sesuai dengan
literatur Aung (2016), yang mengatakan bahwa semakin lama larutan
amilum dipanaskan maka polisakaridanya semakin terurai dan terjadi
proses hidrolisis.
Hasil pengamatan pada uji protein yaitu, protein (albumin telur)
sebelum dicampurkan dengan larutan lain berwarna kuning, protein yang
ditambahkan dengan kristal amonium sulfat menghasilkan warna putih
keruh, setelah dilakukan penyaringan didapatkan hasil endapan berwarna
putih keruh dan filtrat berwarna putih, kemudian setelah penambahan
biuret terjadi perubahan warna cream. Hal ini sesuai dengan literatur Riski
(2015), yang mengatakan bahwa albumin telur sebelum dilarutkan dengan
biuret berwarna bening. Setelah ditambahkan biuret sampel akan
mengalami perubahan warna menjadi putih cream.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan praktikum Uji Karbohidrat dan Protein, yaitu:
1. Polisakarida di dalamnya terikat lebih dari satu gula sederhana yang di
hubungkan dalam ikatan glikosida. Polisakarida meliputi pati,
sellulosa dan dekstrin.
2. Penggaraman pada makanan dapat berpengaruh terhadap kondisi
protein makanan itu, dengan penggaraman berlebihan maka protein
tersebut menjadi terdenaturasi, sedangkan kandungan N total pada
setiap makanan tidak berubah meskipun dengan variasi konsentrasi
garam kecuali pada sampel sebuah makanan yang tidak diberi garam.
B. Saran
Adapun saran untuk praktikum Uji Karbohidrat dan Protein, yaitu:
1. Saran untuk Fakultas Kesehatan Masyarakat
Sebaiknya percobaan ini dapat di lakukan, agar mahasiswa
dapat lebih memahami perubahan dari percobaan ini dan tidak susah
dalam membuat laporan.
2. Saran untuk Asisten Dosen
Kerjasama antara praktikan dengan asisten harus ditingkatkan,
terutama dalam membimbing praktikan agar praktikan dapat dengan
benar dan sungguh-sungguh dalam melaksanakan praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
KELOMPOK : II