UJI KUALITATIF
KARBOHIDRAT, PROTEIN, LIPID
DOSEN PENGAMPU :
NURUL MARFU’AH, S. Si, M. Si
DIAN YUNI PRATIWI, S. Si, M. Si
DISUSUN OLEH :
ALIFIA RIMADHANI Y.
NIM. 35.2014.7.1.0948
1.2 Tujuan
Uji Kualitatif Karbohidrat
1. Mampu melakukan uji kualitatif karbohidrat pada suatu sampel
2. Mampu membedakan jenis karbohidrat berdasarkan uji khasnya
Uji kualitatif protein
1. Mampu melakukan berbagai uji kualitatif protein
2. Mampu mengenal reaksi-rekasi umum asam amino penyusun protein
3. Mempengaruhi faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan protein
Uji kualitatif Lipid
1. Mengetahui jenis pelarut terhadap sifat kelarutan lemak
2. Mengetahui tingkat ketidakjenuhan berbagai jenis lemak
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Karbohidrat
Karbohidrat merupakan senyawa yang banyak dijumpai di alam
terutama kerena merupakan dari hasil sintesis CO2 dan H2O dengan
pertolongan sinar metahari dan klorofil. Hasil fotosintesis ini kemudian
mengalami polimerisasi menjadi pati dan senyawa senyawa bermolekul besar
lain yang menjadi cadangan makanan bagi tanaman. Secara alami terdapat
tiga jenis karbohidrat yaitu monosakarida, oligosakarida dan polisakarida
(Elizabeth, 2010).
Ada tiga kelas utama dari karbohidrat yaitu: monosakarida,
oligosakarida, dan polisakarida (Nelson dan Cox, 2004). Monosakarida
adalah karbohidrat yang tidak dapat dihidrolisis menjadi karbohidrat
sederhana. Monosakarida dapat diklasifikasikan sebagai triosa, tetrosa,
pentosa, heksosa dan heptosa. Disakarida adalah produk kondensasi dari dua
unit monosakarida, contohnya adalah maltosa dan sukrosa. Oligosakarida
adalah produk kondensasi dari dua sampai sepuluh unit monosakarida,
contohnya adalah maltotriosa. Polisakarida adalah produk kondensasi lebih
dari sepuluh unit monosakarida, contohnya dekstrin dan amilum (Muray et al,
2003).
2.2 Protein
Protein berasal dari kata yunani “proteios” yang berarti tempat
pertama. Beberapa protein berperan untuk mempercepat reaksi kimia,
sementara yang lainnya berperan untuk mendukung struktur, transportasi sel,
komunikasi sel, pergerakan sel dan pertahanan dari substansi asing (Campbell
dan Reece, 2005).
Protein merupakan biopolimer yang bersifat multifungsi yaitu
dapat sebagai enzim atau biokatalis, sebagai pembawa zat, sebagai bahan
penyusun struktural pada sel maupun jaringan dan organ, serta sebagai
antibodi tubuh yang melindungi organisme terhadap organisme lain yang
berasal dari luar tubuh. (Hawab, 2004)
Seperti yang kita ketahui, semua molekul protein mengandung
nitrogen gabungan dengan karbon, hidrogen, dan oksigen. Akan tetapi,
beberapa juga mengandung belerang dan fosfor. Bila protein dididihkan
dalam asam atau basa encer dikenal kerja enzim. Enzim spesifik dalam
pencernaan, molekulnya (protein) dihidrolisis menjadi asam amino. Oleh
karena itu, protein serupa dengan pati atau selulosa, dalam arti molekul
mereka terdiri dari banyak molekul sederhana. Molekul sederhana penyusun
protein adalah asam amino. (Keenan, 1999)
2.3 Lipid
Suatu lipid didefinisikan sebagai senyawa organik yang terdapat
dalam alam serta tak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik non
polar seperti hidrokarbon atau dietil eter. Lipid adalah senyawa yang
merupakan ester dari asam lemak dengan gliserol yang kadang-kadang
mengeandung gugus lain. Lipid tidak larut dalam air, tetapi larut dalam
pelarut organik seperti eter, aseton, kloroform, dan benzen (Salirawati et al,
2007).
Lemak digolongkan berdasarkan kejenuhan ikatan pada asam
lemaknya. Adapun penggolongannya adalah asam lemak jenuh dan tak jenuh.
Lemak yang mengandung asam-asam lemak jenuh, yaitu asam lemak yang
tidak memiliki ikatan rangkap (Salirawati et al, 2007).
Asam lemak tak jenuh adalah asam lemak yang mempunyai ikatan
rangkap. Jenis asam lemak ini dapat diidentifikasi dengan reaksi adisi,
dimana ikatan rangkap akan terputus sehingga terbentuk asam lemak jenuh
(Salirawati et al, 2007).
BAB III
METODE PERCOBAAN
Uji Benedict
Lama Perubahan
No Sampel Banyak Pereagent Banyak
mendidih warna
1 menit 30
1 Aquades 1 ml Benedict 5 tetes Biru jernih
detik
2 Glukosa 1 ml Benedict 5 tetes 20 detik Orange tua
3 Sukrosa 1 ml Benedict 5 tetes 20 detik Biru kehijauan
4 Amilum 1 ml Benedict 5 tetes 30 detik Biru berkabut
5 Fruktosa 1 ml Benedict 5 tetes 20 detik Orange menyala
Reaksi Iodium
Uji Ninhidrin
Warna Lama
Perubahan
Sampel Banyak Pereagent asal saat mendidih
warna
dicampur (detik)
Kuning dan
Putih Telur 1 ml Ninhidrin ungu tidak 50 ungu tua
menyatu
Uji biuret
Warna Lama
Perubahan
Sampel Banyak Pereagent asal saat mendidih
warna
dicampur (detik)
Biru
Coklat kehitam-
Putih Telur 1 ml Biuret keungu- 50
hitaman
unguan
Warna Lama
Perubahan
No Sampel Banyak Pereagent asal saat mendidih
warna
dicampur (detik)
Endapan putih
Putih
1 1 ml Tidak ada Kuning 28 dengan buih lebih
Telur
banyak
Putih
3 1 ml NaOH 10% Kuning 73 Orange
Telur
Banyak tetes
hingga Perubahan
No Sampel Pereagent
terbentuk warna
pengendapan
Putih Telur
1 + kristal Etanol 5 tetes Endapan putih
NaCl
Telur + Etanol +
2 20 tetes akuades Endapan larut
kristal NaCl Akuades
Gambar 5. Uji
pengendapan dan
pemanasan pada
sampel putih telur
ayam (dari kiri
reagen NaOH, asam
asetat, tanpa reagen
Gambar 6. Uji kualitatif protein sampel putih telur ayam (dari kiri reagen
NaCl+etanol, etanol+air)
UJI LIPID
Uji kelarutan
Banyak
No Sampel Banyak Pereagent tetes hingga Kelarutan
terlarut
Tidak larut dengan
Minyak
1 Etanol 2 ml 10 tetes endapan minyak
kelapa lama
dibawah
Minyak
2 Kloroform 2 ml 20 tetes Terlarut
kelapa lama
Tidak larut dengan
Minyak
3 Aquades 2 ml 20 tetes endapan minyak
kelapa lama
diatas
Tidak larut dengan
Minyak
4 Etanol 2 ml 10 tetes endapan minyak
kelapa baru
dibawah
Minyak
5 Kloroform 2 ml 10 tetes Terlarut
kelapa baru
Tidak larut dengan
Minyak
6 Aquades 2 ml 10 tetes endapan minyak
kelapa baru
diatas
Uji ketidakjenuhan
Perubahan
No Sampel Banyak Pereagent 1 Pereagent 2
warna
Minyak
1 2 ml Kloroform 1 ml Lugol 3 tetes Pink
kelapa baru
Minyak
2 2 ml Kloroform 1 ml Lugol 3 tetes Kuning keruh
kelapa bekas
Gambar 7. Uji kelarutan sampel dari kiri akuades, kloroform, etanol dengan
reagen minyak kelapa lama
Gambar 8. Uji kelarutan sampel dari kiri akuades, etanol, kloroform dengan
reagen minyak kelapa baru
Gambar 9. Uji ketidakjenuhan sampel dari kiri minyak bekas, minyak baru,
mentega dengan reagen kloroform
4.2 Pembahasan
UJI KARBOHIDRAT
4.2.1 Uji Benedict
Reagen benedict adalah produk yang stabil dan dapat bereaksi cepat
dengan asam namun bereaksi lambat dengan alkali. Reagen benedict terdiri dari
tembaga sulfat 4%, natrium karbonat 10%, natrium sitrat 17% dan air 69%. Dapat
menyebabkan iritasi mata, gangguan indera pengecap, iritasi saluran pencernaan
yang parah dengan nyeri perut, mual, muntah dan diare pendarahan pada saluran
pencernaan serta iritasi pada saluran pernafasan (Sudarmadji, 1996).
Hasil uji karbohidrat menggunakan reagen benedict pada sampel
akuades menunjukkan perubahan warna menjadi biru jernih. Glukosa
menunjukkan perubahan warna menjadi orange tua. Sukrosa menunjukkan
perubahan warna menjadi biru kehijauan. Amilum menunjukkan perubahan warna
menjadi biru berkabut. Kemudian fruktosa menunjukkan perubahan warna
menjadi orange menyala.
Prinsip dari uji benedict adalah larutan CuSO4 dalam suasana alkali
akan direaksikan dengan gula pereduksi sehingga CuO tereduksi menjadi Cu2O
berwarna merah bata. Tujuan dari uji benedict adalah untuk mengidentifikasi gula
pereduksi. Gugus pereduksi ini berupa aldehid dan keton (Soendoro, 2005). Gula
pereduksi adalah gula yang mengalami reaksi hidrolisis dan bisa terurai menjadi
sedikitnya dua monosakarida.
Mekanisme dari uji benedict ini adalah reagen benedict yang tersusun
atas tembaga sulfat dan larutan natrium karbonat dan natrium sitrat, mula-mula
glukosa dioksidasi menjadi garam asam glukoranat yang kemudian mampu
mereduksi CuO menjadi Cu2O menjadi merah bata (Soendoro, 2005).
Persamaan reaksi yang terjadi pada uji Benedict :
UJI PROTEIN
4.2.3 Uji Ninhidrin
Pada uji ninhidrin, semua asam amino atau peptida yang mengandung
asam α-amino bebas akan bereaksi dengan ninhidrin membentuk senyawa yang
berwarna biru. Kompleks berwarna biru dihasilkan dari reaksi ninhidrin dengan
hasil reduksinya, yaitu hidrindantin dan amonia. Pada reaksi ini, dilepaskan CO2
dan NH4 sehingga konsentrasi asam α-amino bebas dapat ditentukan secara
kuantitatif dengan mengukur jumlah CO2 dan NH3 yang dilepaskan. Protein yang
mengandung sedikitnya satu gugus karboksil dan gugus asam amino bebas akan
bereaksi dengan ninhidrin. Prolin, hydroxyproline, dan 2-, 3-, and 4-asam
aminobenzoat menghasilkan senyawa berwarna kuning (hasil positif).
Beberapa amina seperti anilin dengan uji ninhidrin memberikan warna
orange hingga merah (hasil negatif). Warna ungu juga menunjukkan sampel
mengandung asam amino (hasil positif). Jika terbentuk warna lain seperti (kuning,
orange dan merah) maka uji negatif. Pada kondisi yang sesuai, intensitas warna
yang dihasilkan dapat dipergunakan untuk mengukur konsentrasi asam amino
secara kalorimetrik. Metode ini amat sensitif bagi pengukuran konsentrasi asam
amino (Lehninger, 1982).
Dari sampel putih telur ayam yang diuji menghasilkan perubahan
warna menjadi ungu tua. Sesuai dengan literatur, hal ini menunjukkan reaksi
positif. Reaksi kimia yang ditimbulkan dari uji ninhidrin adalah sebagai berikut:
UJI LIPID
4.2.7 Uji Kelarutan
Uji ini terdiri atas analisis kelarutan lipid maupun derivat lipid
terdahadap berbagai macam pelarut. Dalam uji ini, kelarutan lipid ditentukan oleh
sifat kepolaran pelarut. Apabila lipid dilarutkan ke dalam pelarut polar maka
hasilnya lipid tersbut tidak akan larut. Hal tersebut karena lipid memiliki sifat
nonpolar sehingga hanya akan larut pada pelarut yang sama-sama nonpolar.
(Garjito,M.1980).Lipid tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik
seperti eter, aseton, kloroform, dan benzen (Salirawati et al, 2007).
Lipida adalah senyawa organik berminyak atau berlemak yang tidak
larut dalam air, dapat diekstrak dari sel dan jaringan oleh pelarut nonpolar, seperti
kloroform dan eter. Asam lemak adalah komponen unit pembangun pada hampir
semua lipid. Asam lemak adalah asam organik berantai panjang yang mempunyai
atom karbon dari 4 sampai 24. Asam lemak memiliki gugus karboksil tunggal dan
ekor hidrokarbon nonpolar yang panjang. Hal ini membuat kebanyakan lipid
bersifat tidak larut dalam air dan tampak berminyak atau berlemak (Lehninger
1982).
Pada praktikum ini dilakukan uji kelarutan dengan menggunakan
sampel berupa larutan etanol, kloroform, akuades yang masing-masing diuji
dengan reagen minyak kelapa bekas dan minyak kelapa baru.
Pada sampel etanol dengan menggunakan minyak kelapa bekas
menunjukkan endapan minyak tidak larut dan terdapat di bawah terpisah dari
etanol. Hal ini membuktikan bahwa etanol merupakan pelarut polar yang tidak
dapat menyatu dengan minyak. Kloroform menunjukkan minyak dapat terlarut.
Karena kloroform merupakan pelarut nonpolar. Aquades menunjukkan adanya
endapan minyak yang tidak larut di permukaan. Hasil yang sama ditunjukkan juga
pada masing-masing sampel dengan reagen minyak kelapa baru.
Pada etanol, minyak tidak terlarut berada di bawah terpisah dari
larutan etanol yang terdapat diatasnya. Sedangkan pada air menunjukkan minyak
yang tidak terlarut berada diatas terpisah dari air yang terdapat dibawahnya. Hal
ini tak lain disebabkan perbedaan bobot jenis etanol dan air sebagai berikut:
5.1 Kesimpulan
UJI KARBOHIDRAT
Uji Karbohidrat dilakukan dengan menggunakan indikator benedict
dan iodium atau lugol. Pada indikator benedict disimpulkan reaksi positif terjadi
pada glukosa (monosakarida), fruktosa (monosakarida) dan sukrosa (disakarida).
Sedangkan akuades dan amilum (polisakarida) menunjukkan reaksi negatif.
Namun, terdapat kemungkinan amilum dapat menunjukkan reaksi positif apabila
dilakukan pemanasan yang lebih lama.
Pada indikator lugol atau iodium disimpulkan reaksi positif terjadi
pada sampel amilum. Sedangkan glukosa dan akuades juga menunjukkan indikasi
reaksi positif namun perubahan warna kurang tajam yang kemungkinan
disebabkan larutan telah teroksidasi atau terlalu lama disimpan.
UJI PROTEIN
Uji protein dilakukan dengan menggunakan indikator ninhidrin
menunjukkan reaksi positif pada sampel putih telur ayam. Pengujian kedua
menggunakan indikator biuret menunjukkan reaksi positif pada sampel putih telur
ayam.
Uji pengendapan dengan pemanasan tanpa reagen menunjukkan reaksi
positif dengan adanya endapan putih. Reagen asam asetat juga menunjukkan
reaksi positif dengan kemampuannya mengkoagulasi protein. Reagen NaOH
menunjukkan reaksi positif dengan perubahan warna menjadi lebih keruh.
Namun, endapan tersebut belum terbentuk sempurna karena kemungkinan larutan
NaOH yang digunakan kurang cukup untuk mengendapkan protein.
Uji Pengendapan telur yang ditambahi kristal NaCl dengan reagen
etanol menunjukkan reaksi positif. Reaksi salting out oleh kristal NaCl juga
nampak jelas dengan terbentuknya endapan putih di bagian paling dasar tabung
reaksi. Kemudian pada uji selanjutnya, larutan tadi ditambahi dengan akuades
menunjukkan endapan yang putih larut dan penampakan menjadi lebih jernih
karena terjadi tarik menarik protein-air dan alkohol-air.
UJI LIPID
Pada uji kelarutan lipid didapatkan kesamaan hasil reaksi kedua
reagen pada tiga sampel berupa etanol, kloroform, dan akuades. Pada kloroform
minyak dapat terlarut karena merupakan pelarut non polar. Sedangkan pada etanol
minyak tidak terlarut dan mengendap di bagian bawah. Kemudian pada akuades,
minyak tidak terlarut dan mengendap di bagian atas. Perbedaan daerah endapan
disebabkan karena perbedaan berat jenis masing-masing pelarut.
Uji ketidakjenuhan menunjukkan minyak kelapa baru mengandung
asam lemak tak jenuh. Sedangkan minyak kelapa bekas dan mentega mengandung
asam lemak jenuh.
5.2 Saran
Perlu mengenal sifat-sifat bahan, sampel, maupun reagen, sehingga
mampu didapatkan reaksi yang sempurna. Seperti yang terjadi pada pemanasan
amilum dengan reagen benedict dan reaksi pengendapan protein dengan reagen
NaOH.
Sebaiknya melakukan pengecekan kualitas dan keoptimalan bahan
yang akan digunakan agar reaksi yang dihasilkan maksimal dan perubahan warna
yang nampak semakin tajam. Setiap pengukuran bahan yang akan direaksikan
sebaiknya menggunakan pipet ukur untuk meningkatan keakuratan reaksi dan
hasil reaksi, menghindari human error maupun pemberian bahan yang terlalu
banyak maupun terlalu sedikit.
DAFTAR PUSTAKA
Winarno, F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Nelson DL, Cox MM. 2004. Lehninger’s Principle of Biochemistry. 4th ed.
USA.WH. Freeman.
Awan, Edy. 2012. Identifikasi Protein pada Albumin Telur. (serial online), [cited
2015 Nov 16]. Available from:
http://www.scribd.com/doc/90149445/Identifikasi-Protein-Pada-
Albumin-Telur.
Darwinta, Haris Dianto. 2010. Hasil Pengamatan. (serial online), [cited 2015 Nov
17]. Available from:
http://harisdianto.files.wordpress.com/2010/01/lap-lemak.pdf.
Diya. 2012. Pembahasan Identifikasi Protein. (serial online), [cited 2015 Nov
17]. Available from:
http://www.scribd.com/doc/83477349/Pembahasan-Identifikasi-
Protein.
Murray, Robert K et. al. 2003. Biokimia Haper Edisi 25. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Siswanto, Hadi. 2010. Uji Protein Dengan Biuret. (serial online), [cited 2015 Nov
17]. Available from: http://scribd.com
Sawhney, et al. 2005. Vitamin D and bone mineral density status of healthy
schoolchildren in northern India, Am. J. Clin. Nutr. 82.(serial online),
[cited 2015 Nov 18]. Available from: http://springerlink.com