Pendidikan - SMA SD
Asuransi UMUM
No. RM 899340
1
1.2 ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara alloanamnesis terhadap Ibu kandung pasien pada
tanggal 30 Januari 2019 pukul 11.00 WIB, di Ruang PICU RSUD Kardinah Tegal.
a. Keluhan Utama : Sesak napas sejak 1 jam SMRS
Pasien dibawa ke IGD RSUD Kardinah pada tanggal 28 Januari 2019 pukul
00.55 dengan keluhan sesak nafas sejak 1 jam SMRS. Sesak muncul tiba – tiba
serta dirasakan terus menerus dan tidak membaik sampai kemudian di bawa ke RS,
suara ngik di sangkal oleh ibu pasien. Batuk dan pilek mulai timbul sejak 7 hari
SMRS. Batuk seperti berdahak namun dahak tidak dapat keluar. Demam tinggi
mulai dirasakan sejak 5 hari SMRS.
Sebelumnya pasien telah dibawa ke RS setempat, pada tanggal 25 Januari
2019 dikarenakan keluhan demam mencapai 38,7℃, disertai batuk dan pilek.
Pasien dirawat selama 4 hari. Setelah itu pasien diperbolehkan pulang. Pasien
kontrol kembali pada tanggal 28 Januari 2019 dan didapatkan keadaan pasien
belum membaik sehingga dirujuk ke RSUD Kardinah. Keluhan lain seperti mual,
muntah disangkal oleh ibu pasien. Nafsu makan berkurang. BAK dan BAB dalam
batas normal.
2
d. Riwayat Kehamilan, Pemeriksaan Prenatal, dan Kelahiran
Anemia (-), hipertensi (-), diabetes melitus (-),
Morbiditas kehamilan
penyakit jantung (-), penyakit paru (-), merokok
(-), infeksi (-), minum alkohol (-)
Kehamilan Rutin kontrol ke puskesmas 1 kali setiap bulan.
Riwayat imunisasi TT (+) 2 x, konsumsi
Perawatan antenatal suplemen selama kehamilan (-), riwayat minum
obat tanpa resep dokter dan jamu (-)
Tempat persalinan Rumah Sakit
Penolong persalinan Dokter
Cara persalinan Sectio caesaria
Masa gestasi Cukup bulan (9 bulan)
Berat lahir: 2900 gram
Kelahiran Panjang lahir: (orangtua pasien tidak ingat)
Lingkar kepala : (orangtua pasien tidak ingat)
Keadaan bayi Langsung menangis
Kemerahan: (+)
Nilai APGAR: (orangtua pasien tidak ingat)
Kelainan bawaan: (-)
Kesan : Riwayat perawatan antenatal cukup baik, Neonatus aterm, lahir
spontan, bayi dalam keadaan bugar.
3
f. Riwayat Makanan
Umur Buah/
ASI/PASI Bubur Susu Nasi Tim
(bulan) Biskuit
0–2 ASI - - -
2–4 ASI - - -
4–6 ASI/PASI - - -
6–8 - - - -
8 – 10 - - - -
10-14 - - - -
Kesan: Pasien mendapatkan ASI dari lahir sampai dengan usia 5 bulan
g. Riwayat Imunisasi
VAKSIN ULANGAN
DASAR (umur)
(umur)
BCG 0bulan - - - - - -
DTP/ DT - 2 bulan 4 bulan 6 bulan - - -
POLIO 0 bulan 2 bulan 4 bulan 6 bulan - - -
CAMPAK - - - 9 bulan - - -
HEPATITIS B 0 bulan 1 bulan - 6 bulan - - -
Kesan: Imunisasi dasar pasien belum lengkap, hanya dilakukan imunisasi polio
dan hepatitis B
h. Riwayat Keluarga
Corak Reproduksi
Tanggal lahir Jenis Lahir Mati Keterangan
No Hidup Abortus
(umur) kelamin mati (sebab) kesehatan
1. 0 - - - + - Abortus
2. 7 tahun L + - - - Sehat
3. 2,5 tahun P - - - + Meninggal
4. 5 bulan L + - - - Sakit
4
Riwayat pernikahan
Ayah Ibu
Nama Tn. M Ny. R
Perkawinan ke- 1 1
Umur saat menikah 30 tahun 20 tahun
Pendidikan terakhir SMK SD
Suku Jawa Jawa
Agama Islam Islam
Keadaan kesehatan Sehat Sehat
Kosanguinitas - -
5
minum dari sumur. Jarak septic tank dengan rumah sekitar 8 meter. Limbah rumah
tangga tersalur di selokan di dalam rumah dengan aliran lancar. Cahaya matahari
dapat masuk ke dalam rumah, lampu tidak dinyalakan pada siang hari. Terdapat 2
buah jendela dibagian depan dan jendela pada masing-masing kamar, jendela
rumah jarang di buka.
6
Wajah : Simetris, tidak tampak kelainan dismorfik
Mata : Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), edema palpebra
(-/-), mata cekung (-/-), mata merah dan berair (-/-), pupil isokor,
reflex cahaya langsung (+/+), reflex cahaya tidak langsung (+/+),
strabismus (-/-), dry eyes (-/-)
Hidung : Bentuk normal, simetris, septum deviasi (-/-), sekret (-/-),
pernafasan cuping hidung (+)
Telinga : Normotia, nyeri tekan tragus (-/-), nyeri tarik aurikula (-/-),
discharge (-/-)
Mulut : Bibir kering (-), bibir sianosis (-), pucat (-), stomatitis (-),
mukosa hiperemis (-), saliva (+),Koplik spot (-)
ii. Leher: Kelenjar tiroid tidak membesar, kelenjar getah bening tidak
membesar.
iii.Toraks: Dinding toraks normotoraks dan simetris.
o Paru:
Inspeksi: Bentuk datar, Pergerakan dinding toraks kiri-kanan
simetris, retraksi (+)
Palpasi: Simetris tidak ada hemithoraks yang tertinggal
Perkusi: Sonor
Auskultasi: Suara napas vesikuler, rhonki (+/+), wheezing (-/-).
o Jantung:
Inspeksi: Iktus kordis tidak tampak.
Palpasi: Iktus kordis teraba di ICS IV 1 cm midklavikula
sinistra, thrill (-)
Perkusi: Tidak dilakukan pemeriksaan
Auskultasi: BJ I dan II reguler, murmur (-), gallop (-).
iv. Abdomen:
Inspeksi: datar, simetris, smiling umbilicus (-),
Auskultasi: Bising usus (+) frekuensi 3x/menit
Palpasi: Supel, distensi (-), hepar dan lien tidak teraba membesar
Perkusi: Timpani pada seluruh kuadran abdomen
v. Genitalia: tidak dilakukan pemeriksaan
vi. Anorektal : tidak dilakukan pemeriksaan
7
vii. Kulit : warna kulit sawo matang, tidak ikterik, tidak sianosis.
viii. Ekstremitas:
Keempat ekstremitas lengkap, simetris
Superior Inferior
Akral Dingin -/- -/-
Akral Sianosis -/- -/-
CRT <2” <2”
Oedem -/- -/-
Tonus Otot Normotoni Normotoni
Trofi Otot Normotrofi Normotrofi
8
Pengukuran Status Gizi
9
10
1.5 PEMERIKSAAN PENUNJANG
LAB DARAH
12/12/2017 Nilai Rujukan
HEMATOLOGI
Hemoglobin 7,6 10,1-12,9 g/dl
Lekosit 32,3 6,0-17,6 103/µl
Hematokrit 24 28-42 %
Trombosit 724 217-497 103/µl
Eritrosit 3,9 3,2-5,2 106/µl
RDW 22,5 11,5-14,5%
MCV 60,9 73-109 U
MCH 19,3 21-33 Pcg
MCHC 31,7 28-32 g/dl
DIFF COUNT
Netrofil 79,2 25 – 60
Limfosit 12,6 25 – 50
Monosit 8,1 1–6
Eosinofil 0 1–5
Basofil 0,1 0–1
KIMIA KLINIK
Glukosa sewaktu 97 50-80
ELEKTROLIT
Na 134 132-146
K 3,66 3,1-5,1
Cl 103 96-111
SERO IMUNOLOGI
CRP POS 48 Negatif
FOTO THORAX
Deskripsi :
Infiltrate peribronkial (+)
Silhoute sign (+)
Cor CTR <0,56
Kesan :
Broncopneumonia
11
1.6 RESUME
Pasien dibawa ke IGD RSUD Kardinah pada tanggal 28 Januari 2019 pukul
00.55 dengan keluhan sesak nafas sejak 1 jam SMRS. Sesak muncul tiba – tiba
serta dirasakan terus menerus dan tidak membaik sampai kemudian di bawa ke RS,
suara ngik di sangkal oleh ibu pasien. Batuk dan pilek mulai timbul sejak 7 hari
SMRS. Batuk seperti berdahak namun dahak tidak dapat keluar. Demam tinggi
mulai dirasakan sejak 5 hari SMRS.
Sebelumnya pasien telah dibawa ke RS setempat, pada tanggal 25 Januari
2019 dikarenakan keluhan demam mencapai 38,7℃, disertai batuk dan pilek.
Pasien dirawat selama 4 hari. Setelah itu pasien diperbolehkan pulang. Pasien
kontrol kembali pada tanggal 28 Januari 2019 dan didapatkan keadaan pasien
belum membaik sehingga dirujuk ke RSUD Kardinah. Keluhan lain seperti mual,
muntah disangkal oleh ibu pasien. Nafsu makan berkurang. BAK dan BAB dalam
batas normal.
Pemeriksaan fisik pasien tampak lema, sadar, sesak, pucat. HR 80 x/menit,
RR 65 x /menit, suhu 37,9 0C. Nafas cuping hidung (+), retraksi (+), auskultasi
napas vesikuler didapatkan adanya ronki pada kedua paru (+/+). Pengukuran
lingkar kepala: normocefal, status gisi: gizi normal. Laboratorium: anemia,
leukositosis, trombositosis. Foto thorax didapatkan kesan bronchopneumoni.
12
1.9 DIAGNOSIS KERJA:
- Bronkopneumonia
- Anemia
1.11 PENATALAKSANAAN
a. Non medikamentosa
- Rawat inap untuk monitor gejala
- Awasi keadaan umum, dan tanda vital
- Edukasi menjelaskan kepada keluarga tentang penyakit pasien, pengobatan,
dan komplikasi yang mungkin dapat terjadi.
- Memberikan asupan gizi yang sesuai
b. Medikamentosa
- O2 masker 10 liter/menit
- Infus RL 7 tpm
- Attaroc 3 x 1/3 cth
- Luminal 3 x 12 mg
- Nebulizer combivent/ 8 jam
- Inj meropenem 3x 250 mg
- Inj dexametason 3 x 1/3 amp
- Inj paracetamol 4 x 70mg
- Inj Dopamin 5 meq/kgbb
- Transfusi PRC 100cc
1.12 PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad fungsionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad malam
13
PERJALANAN PENYAKIT
FOLLOW UP (R.PICU)
29 Januari 2019 30 Januari 2019
Hari Perawatan ke-2 Hari Perawatan ke-3
S Sesak(+), batuk (+) dahak berwarna putih, S Sesak(↓), batuk (+), demam(↓) pilek(-),
demam(↓) pilek(-), muntah (-), mual (-), muntah (-), mual (-), BAB cair 3x (+) ampas
BAB cair (+) ampas (+), BAK (N) (+) BAK (N)
O KU: TSS, tampak sesak, sesak, pucat, O KU: TSS, tampak sesak, sesak, pucat,
retraksi(+) retraksi(+)
TTV: HR 112x/m,RR 52x/m, T 36 0C, SpO2: TTV: HR 114x/m,RR 68x/m, T 36 0C, SpO2:
92% 96%
Status generalis: Status generalis:
Kepala: Mesosefal, UUB datar (+) Kepala: Mesosefal, UUB datar (+)
Mata: CA (-/-), SI (-/-), oedem palpebra Mata: CA (-/-), SI (-/-), oedem palpebra
(+/+), cekung (-/-), air mata (+/+) (↓/↓), cekung (-/-), air mata (+/+)
Hidung : Nafas Cuping Hidung (+) Hidung : Nafas Cuping Hidung (-)
Toraks: Retraksi (+), SNV (+/+), rh (+/+), Toraks: Retraksi (+), SNV (+/+), rh (+/+),
wh (-/-), BJ 1-2 reguler, m (-), g (-) wh (-/-), BJ 1-2 reguler, m (-), g (-)
Abdomen: Supel, tampak buncit, BU (+), Abdomen: Supel, tampak buncit, BU (+),
distensi (-), turgor baik, Hepar distensi (-), turgor baik, Hepar
dan lien tidak teraba dan lien tidak teraba
Ekstremitas atas: AH (-/-), OE (-/-) CRT <2 Ekstremitas atas: AH (-/-), OE (-/-) CRT <2
detik. detik.
Ekstremitas bawah: AH (+/+), OE (-/-) Ekstremitas bawah: AH (+/+), OE (-/-)
CRT < 2 detik, tampak CRT < 2 detik, tampak
pucat(+) pucat(+)
Hasil Lab
Hb 10.4g/dl RDW 26%
L 8.8 rb/ul MCV 64.8 U
Ht 32% MCH 21.1 peg
Tromb 737 rb/ul MCHC 32.5 g/dl
Erit 4.9 jt/ul
A Bronkopneumonia berat A Bronkopneumonia berat
Anemia perbaikan Anemia perbaikan
P O2 masker 10 liter/menit P O2 masker 10 liter/menit
Infus RL 7 tpm Infus RL 7 tpm
Attaroc 3 x 1/3 cth Attaroc 3 x 1/3 cth
Luminal 3 x 12 mg Luminal 3 x 12 mg
Nebulizer combivent/ 8 jam Nebulizer combivent/ 8 jam
Inj meropenem 3x 250 mg Inj meropenem 3x 250 mg
Inj dexametason 3 x 1/3 amp Inj dexametason 3 x 1/3 amp
Inj paracetamol 4 x 70mg Inj paracetamol 4 x 70mg
Inj lasix 5mg i.v 1x Inj lasix 2x5mg
14
R.PUSPA NIDRA
15
2 Februari 2019
Hari Perawatan ke-6
S Sesak(-), batuk (↓), demam(-) pilek(-),
muntah (-), mual (-), BAB dan BAK (N)
O KU: TSS, tampak sesak, sesak, retraksi(+)
TTV: HR 130x/m,RR 65x/m, T 36,9 0C,
SpO2: 90%
Status generalis:
Kepala: Mesosefal, UUB datar (+)
Mata: CA (-/-), SI (-/-)
Hidung : Nafas Cuping Hidung (-)
Toraks: Retraksi (-), SNV (+/+), rh
(-/-), wh (-/-), BJ 1-2 reguler,
m (-), g (-)
Abdomen: Supel, tampak buncit, BU (+),
distensi (-), turgor baik, Hepar
dan lien tidak teraba
Ekstremitas atas: AH (-/-), OE (-/-) CRT
<2 detik.
Ekstremitas bawah: AH (+/+), OE (-/-)
CRT < 2 detik,
A Bronkopneumonia berat dd/ pertusis
Anemia perbaikan
P O2 masker 10 liter/menit
IVFD Dextrose 5% ¼ NS 30cc/jam
Attaroc 3 x 1/3 cth
Luminal 3 x 12 mg
Eritromisin 4 x 100 mg
Inj meropenem 3x 250 mg
Inj dexametason 3 x 1/3 amp
Inj Amikasin 62,5 mg
Program :
Pengawasan KU, TTV
16
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
BRONKOPNEUMONIA
2.1 DEFINISI
Bronkopneumonia merupakan infeksi pada parenkim paru yang terbatas pada alveoli
kemudian menyebar secara berdekatan ke bronkus distal terminalis. Pada pemeriksaan
histologis terdapat reaksi inflamasi dan pengumpulan eksudat yang dapat ditimbulkan oleh
berbagai penyebab dan berlangsung dalam jangka waktu yang bervariasi. Berbagai spesies
bakteri, klamidia, riketsia, virus, fungi dan parasit dapat menjadi penyebab.
Bronchopneumonia adalah suatu infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah dari
parenkim paru yang melibatkan bronkus / bronkiolus yang berupa distribusi berbentuk bercak-
bercak yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan
benda asing.
Bronchopneumonia adalah radang paru-paru yang mengenai satu atau beberapa lobus
paru-paru yang ditandai dengan adanya bercak-bercak Infiltrat.
Bronchopneumina adalah frekuensi komplikasi pulmonary, batuk produktif yang lama,
tanda dan gejalanya biasanya suhu meningkat, nadi meningkat, pernapasan meningkat
(Suzanne G. Bare, 1993).
Bronchopneumonia disebut juga pneumoni lobularis, yaitu radang paru-paru yang
disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan benda-benda asing.
Pneumonia adalah infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah yang mengenai
parenkim paru. Pneumonia pada anak dibedakan menjadi:
1) Pneumonia lobaris
2) Pneumonia interstisial
3) Bronkopneumonia.
17
Gambar 1. jenis-jenis pneumonia
Bronkopneumonia disebut juga pneumonia lobularis yaitu suatu peradangan pada
parenkim paru yang terlokalisir yang biasanya mengenai bronkiolus dan juga mengenai
alveolus disekitarnya, yang sering menimpa anak-anak dan balita, yang disebabkan oleh
bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa
Bronkopneumonia adalah radang paru-paru yang mengenai satu atau beberapa lobus paru-
paru yang ditandai dengan adanya bercak-bercak infiltrat yang disebabkan oleh bakteri,virus,
jamur dan benda asing.
2.2 EPIDEMIOLOGI
Pneumonia hingga saat ini masih tercatat sebagai masalah kesehatan utama pada anak
di negara berkembang. Pneumonia merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas
anak berusia di bawah lima tahun (balita). Diperkirakan hampir seperlima kematian anak
diseluruh dunia, lebih kurang 2 juta anak balita, meninggal setiap tahun akibat pneumonia,
sebagian besar terjadi di Afrika dan Asia Tenggara. Menurut survei kesehatan nasional (SKN)
2001, 27,6% kematian bayi dan 22,8% kematian balita di Indonesia disebabkan oleh penyakit
sistem repiratori, terutama pneumonia.4
Terdapat berbagai faktor risiko yang menyebabkan tingginya angka mortalitas
pneumonia pada anak balita di negara berkembang. Faktor risiko tersebut adalah: pneumonia
yang terjadi pada masa bayi, berat badan lahir rendah (BBLR), tidak mendapat imunisasi,
tidak mendapat ASI yang adekuat, malnutrisi, defisiensi vitamin A, tingginya prevalens
18
kolonisasi bakteri patogen di nasofaring, dan tingginya pajanan terhadap polusi udara (polusi
industri atau asap rokok).4
2.3 ETIOLOGI
Tabel 1. Etiologi Pneumonia pada anak sesuai dengan kelompok usia di negara maju.5
Usia Etiologi yang Sering Etiologi yang Jarang
Lahir-20 hari Bakteri Bakteri
E. colli Bakteri anaerob
Streptococcus group B Streptococcus group D
Listeria moonocytogenes Haemophillus influenzae
Streptococcus pneumoniae
Ureaplasma urealyticum
Virus
Virus Sitomegalo
Virus Herpes Simpleks
19
Usia Etiologi yang Sering Etiologi yang Jarang
4 bulan-5 tahun Bakteri Bakteri
Chlamydia pneumoniae Haemophillus influenzae tipe B
Mycoplasma pneumoniae Moraxella catharalis
Streptococcus pneumoniae Neisseria meningitidis
Virus Staphylococcus aureus
Virus Adeno Virus
Virus Influenza Virus Varisela-Zoster
Virus Parainfluenza
Virus Rino
Respiratory Syncytial virus
2.4 PATOGENESIS
Proses patogenesis terkait dengan 3 faktor, yaitu imunitas host, mikroorganisme yang
menyerang, dan lingkungan yang berinteraksi. Cara terjadinya penularan berkaitan dengan
jenis kuman, misalnya infeksi melalui droplet sering disebabkan Streptococcus pneumonia,
melalui selang infus oleh Staphylococcus aureus, sedangkan infeksi pada pemakaian
ventilator oleh Enterobacter dan P. aeruginosa. Pada masa sekarang, terlihat perubahan pola
mikrorganisme adanya perubahan keadaan pasien seperti gangguan kekebalan, penyakit
kronik, polusi lingkungan, dan penggunaan antibiotic yang tidak tepat menimbulkan
perubahan karakteristik kuman. Dijumpai peningkatan pathogenesis kuman akibat adanya
berbagai mekanisme terutama oleh S. aureus, H. influenza dan Enterobacteriaceae serta
berbagai bakteri gram negative.
Patogen mikrobial dapat berasal dari flora orofaringeal termasuk S. pneumonia, S.
pyogens, M. pneumonia, H. influenza, Moraxalla catarrhalis. Kolonisasi bakteri ini meningi
merusak fibronektin, glikoprotein yang melapisi permukaan mukosa. Fibronektin merupakan
reseptor bagi flora normal gram positif orofaring. Hilangnya fibronektin menyebabkan
20
reseptor pada permukaan sel terpajan oleh bakteri gram negative. Sumber basil gram negative
dapat berasal dari lambung pasien sendiri atau alat respirasi yang tercemar.
Penyebaran hematogen ke seluruh paru biasanya dengan infeksi S. aureus dapat terjadi
pada pasien seperti pada keadaan penyalahgunaan obat melalui intravena, atau pada pasien
dengan infeksi akibat kateter intravena. Dua jalur penyebaran bakteri ke paru lainya adalah
melalui jalan inokulasi langsung sebagai akibat intubasi trakeaatau luka tusuk dada yang
berdekatan denga tempat infeksi yang berbatasan.
Usia merupakan predictor lain yang penting untuk meramalkan mikroorganisme
penyebab infeksi. Chlamidia trachomatis dan virus sisitial pernafasan sering terdapat pada
bayi berusia dibawah 6 bulan. H. influenza pada anak berusia antara 6 bulan sampai 5 tahun,
M. pneumonia dan C. pneumonia pada orang dewasa muda dan H. influenza serta M.
catarrhalis pada pasie lanjut usia dengan penyakit paru kronis. H. influenza juga lebih sering
didapatkan pada pasien perokok. Bakteri gram negative lebih sering pada pasien lansia.
Pseudomonas aeruginosa pada pasien bronkiektasis, terapi steroid, malnutrisi dan
imunisupresi disertai lekopeni.
Bakteri Streptococcus pneumoniae umumnya berada di nasopharing dan bersifat
asimptomatik pada kurang lebih 50% orang sehat. Adanya infeksi virus akan memudahkan
Streptococcus pneumoniae berikatan dengan reseptor sel epitel pernafasan. Jika Streptococcus
pneumoniae sampai di alveolus akan menginfeksi sel pneumatosit tipe II. Selanjutnya
Streptococcus pneumoniae akan mengadakan multiplikasi dan menyebabkan invasi terhadap
sel epitel alveolus. Streptococcus pneumoniae akan menyebar dari alveolus ke alveolus
melalui pori dari Kohn. Bakteri yang masuk kedalam alveolus menyebabkan reaksi radang
berupa edema dari seluruh alveolus disusul dengan infiltrasi sel-sel PMN.
21
Degranulasi sel mast juga mengaktifkan jalur komplemen. Komplemen bekerja sama
dengan histamin dan prostaglandin untuk melemaskan otot polos vaskuler paru dan
peningkatan permeabilitas kapiler paru.
Hal ini mengakibatkan perpindahan eksudat plasma ke dalam ruang interstisium
sehingga terjadi pembengkakan dan edema antar kapiler dan alveolus. Penimbunan
cairan di antara kapiler dan alveolus meningkatkan jarak yang harus ditempuh oleh
oksigen dan karbondioksida maka perpindahan gas ini dalam darah paling berpengaruh
dan sering mengakibatkan penurunan saturasi oksigen hemoglobin.
Gambar 1. tampak alveolus terisi sel darah merah dan sel sel inflamasi (netrofil)
3. Stadium III (3 – 8 hari)
Disebut hepatisasi kelabu yang terjadi sewaktu sel-sel darah putih mengkolonisasi
daerah paru yang terinfeksi. Pada saat ini endapan fibrin terakumulasi di seluruh
daerah yang cedera dan terjadi fagositosis sisa-sisa sel. Pada stadium ini eritrosit di
22
alveoli mulai diresorbsi, lobus masih tetap padat karena berisi fibrin dan leukosit,
warna merah menjadi pucat kelabu dan kapiler darah tidak lagi mengalami kongesti.
23
Ekspulsi benda asing melalui refleks batuk
Pembersihan kearah 24ystem24 oleh mukosiliar
Fagositosis kuman oleh makrofag alveolar
Netralisasi kuman oleh substansi imun lokal
Drainase melalui 24ystem limfatik.
2.6 DIAGNOSIS
1. Anamnesis
Gejala yang timbul biasanya mendadak tetapi dapat didahului dengan infeksi saluran
nafas akut bagian atas. Gejalanya antara lain batuk, demam tinggi terus-menerus,
sesak, kebiruan sekitar mulut, menggigil (pada anak), kejang (pada bayi), dan nyeri
24
dada. Biasanya anak lebih suka berbaring pada sisi yang sakit. Pada bayi muda sering
menunjukkan gejala non spesifik seperti hipotermi, penurunan kesadaran, kejang atau
kembung. Anak besar kadang mengeluh nyeri kepala, nyeri abdomen disertai muntah.
2. Pemeriksaan Fisik
Manifestasi klinis yang terjadi akan berbeda-beda berdasarkan kelompok umur
tertentu. Pada neonatus sering dijumpai takipneu, retraksi dinding dada, grunting, dan
sianosis. Pada bayi-bayi yang lebih besar jarang ditemukan grunting. Gejala yang
sering terlihat adalah takipneu, retraksi, sianosis, batuk, panas, dan iritabel.
Pada anak pra sekolah, gejala yang sering terjadi adalah demam, batuk (non produktif /
produktif), takipneu dan dispneu yang ditandai dengan retraksi dinding dada. Pada
kelompok anak sekolah dan remaja, dapat dijumpai panas, batuk (non produktif /
produktif), nyeri dada, nyeri kepala, dehidrasi dan letargi.
Pedoman klinis membedakan penyebab pneumonia, sebagai berikut :
Pemeriksaan Bakteri Virus Mikoplasma
Anamnesis
Umur Berapapun, bayi Berapapun Usia sekolah
Awitan Mendadak Perlahan Tidak nyata
Sakit serumah Tidak Ya, bersamaan Ya, berselang
Batuk Produktif nonproduktif Kering
Gejala penyerta Toksik Mialgia, ruam, Nyeri kepala, otot,
organ bermukosa tenggorok
Fisik
Keadaan umum Klinis > temuan Klinis ≤ temuan Klinis < temuan
Demam Umumnya ≥ 39ºC Umumnya < 39ºC Umumnya < 39ºC
Auskultasi Ronkhi ±, suara Ronkhi bilateral, Ronkhi unilateral,
Napas melemah Difus, mengi mengi. 14
3. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan darah pada pneumonia umumnya didapatkan Lekositosis hingga >
15.000/mm3 seringkali dijumpai dengan dominasi netrofil pada hitung jenis. Lekosit >
25
30.000/mm3 dengan dominasi netrofil mengarah ke pneumonia streptokokus. Trombositosis >
500.000 khas untuk pneumonia bakterial. Trombositopenia lebih mengarah kepada infeksi
virus. Biakan darah merupakan cara yang spesifik namun hanya positif pada 10-15% kasus
terutama pada anak- anak kecil.
4. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan radiologis
Foto toraks (AP/lateral) merupakan pemeriksaan penunjang utama untuk
menegakkan diagnosis. Foto AP dan lateral dibutuhkan untuk menentukan lokasi
anatomik dalam paru. Infiltrat tersebar paling sering dijumpai, terutama pada
pasien bayi. Pada bronkopneumonia bercak-bercak infiltrat didapatkan pada satu
atau beberapa lobus. Jika difus (merata) biasanya disebabkan oleh Staphylokokus
pneumonia.
Gambar 3 : Foto toraks PA pada pneumonia lobaris: tampak bercak-bercak infiltrat pada paru kanan
26
Gambar 4. Foto toraks PA pada bronkopneumonia.
b. C-Reactive Protein
Adalah suatu protein fase akut yang disintesis oleh hepatosit. Sebagai respon
infeksi atau inflamasi jaringan, produksi CRP distimulai oleh sitokin, terutama
interleukin 6 (IL-6), IL-1 dan tumor necrosis factor (TNF). Secara klinis CRP
digunakan sebagai diagnostik untuk membedakan antara faktor infeksi dan non
infeksi, infeksi virus dan bakteri, atau infeksi superfisialis dan profunda. Kadar
CRP biasanya lebih rendah pada infeksi virus dan bakteri. CRP kadang-kadang
digunakan untuk evaluasi respon terapi antibiotik.
c. Uji serologis
Uji serologis digunakan untuk mendeteksi antigen dan antibodi pada infeksi
bakteri atipik. Peningkatan IgM dan IgG dapat mengkonfirmasi diagnosis.
d. Pemeriksaan mikrobiologi
Diagnosis terbaik adalah berdasarkan etiologi, yaitu dengan pemeriksaan
mikrobiologi spesimen usap tenggorok, sekresi nasopharing, sputum, aspirasi
trakhea, fungsi pleura. Sayangnya pemeriksaan ini banyak sekali kendalanya, baik
dari segi teknis maupun biaya. Bahkan dalam penelitianpun kuman penyebab
spesifik hanya dapat diidentifikasi pada kurang dari 50% kasus.
27
2.7 KRITERIA DIAGNOSIS
Dasar diagnosis pneumonia menurut Henry Gorna dkk tahun 1993 adalah ditemukannya
paling sedikit 3 dari 5 gejala berikut ini :
a. sesak nafas disertai dengan pernafasan cuping hidung dan tarikan dinding dada
b. panas badan
c. Ronkhi basah sedang nyaring (crackles)
d. Foto thorax menunjukkan gambaran infiltrat difus
e. Leukositosis (pada infeksi virus tidak melebihi 20.000/mm3 dengan limfosit predominan,
dan bakteri 15.000-40.000/mm3 neutrofil yang predominan)
2.9 PENYULIT
1. Empiema (paling sering oleh S. Pneumoniae dan S. Aureus
2. Perikarditis
3. Pneumotoraks
4. Pneumatokel
5. Meningitis bakterialis
6. Artritis supuratif
7. Osteomielitis.
28
2.10 PENATALAKSANAAN
Penatalaksaan umum
- Pemberian oksigen lembab 2-4 L/menit sampai sesak nafas hilang atau PaO2 pada
analisis gas darah ≥ 60 torr
- Pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi elektrolit.
- Asidosis diatasi dengan pemberian bikarbonat intravena.
Penatalaksanaan khusus
- mukolitik, ekspektoran dan obat penurun panas sebaiknya tidak diberikan pada 72 jam
pertama karena akan mengaburkan interpretasi reaksi antibioti awal.
Obat penurun panas diberikan hanya pada penderita dengan suhu tinggi, takikardi, atau
penderita kelainan jantung
- pemberian antibiotika berdasarkan mikroorganisme penyebab dan manifestasi klinis
Pneumonia ringan amoksisilin 10-25 mg/kgBB/dosis (di wilayah dengan angka
resistensi penisillin tinggi dosis dapat dinaikkan menjadi 80-90 mg/kgBB/hari).
Faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan terapi :
a. Kuman yang dicurigai atas dasas data klinis, etiologis dan epidemiologis
b. Berat ringan penyakit
c. Riwayat pengobatan selanjutnya serta respon klinis
d. Ada tidaknya penyakit yang mendasari
Antibiotik :
Bila tidak ada kuman yang dicurigai, berikan antibiotik awal (24-72 jam
pertama) menurut kelompok usia.
a. Neonatus dan bayi muda (< 2 bulan) :
- ampicillin + aminoglikosid
- amoksisillin-asam klavulanat
- amoksisillin + aminoglikosid
- sefalosporin generasi ke-3
b. Bayi dan anak usia pra sekolah (2 bl-5 thn)
- beta laktam amoksisillin
29
- amoksisillin-amoksisillin klavulanat
- golongan sefalosporin
- kotrimoksazol
- makrolid (eritromisin)
c. Anak usia sekolah (> 5 thn)
- amoksisillin/makrolid (eritromisin, klaritromisin, azitromisin)
- tetrasiklin (pada anak usia > 8 tahun)
Karena dasar antibiotik awal di atas adalah coba-coba (trial and error) maka
harus dilaksanakan dengan pemantauan yang ketat, minimal tiap 24 jam sekali sampai
hari ketiga.
Bila penyakit bertambah berat atau tidak menunjukkan perbaikan yang nyata
dalam 24-72 jam ganti dengan antibiotik lain yang lebih tepat sesuai dengan kuman
penyebab yang diduga (sebelumnya perlu diyakinkan dulu ada tidaknya penyulit
seperti empyema, abses paru yang menyebabkan seolah-olah antibiotik tidak efektif)
2.11 PROGNOSIS
Dengan pemberian antibiotik yang tepat dan adekuat yang dimulai secara dini
pada perjalanan penyakit tersebut maka mortalitas selama masa bayi dan masa kanak-
kanak dapat di turunkan sampai kurang 1 % dan sesuai dengan kenyataan ini
morbiditas yang berlangsung lama juga menjadi rendah. Anak dalam keadaan
malnutrisi energi protein dan yang datang terlambat menunjukkan mortalitas yang
lebih tinggi.
30
DAFTAR PUSTAKA
1. Garna, herry, dkk. 2005. Pedoman diagnosis dan terapi. Bandung : UNPAD
2. Hegar, badriul. 2010. Pedoman pelayanan medis. Jakarta : IDAI.
3. Latief, abdul, dkk. 2009. Pelayanan kesehetan anak di rumah sakit standar WHO. Jakarta :
Depkes
4. Price, Sylvia Anderson.1994. Pathophysiology : Clinical Concepts Of Disease Processes.
Alih Bahasa Peter Anugrah. Ed. 4. Jakarta : EGC
5. Smeltzer, Suzanne C.2000. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah,Volume I.Jakarta :
EGC
6. Sastroasmoro, sudigdo, dkk. 2007. Panduan pelayanan medis dept. IKA. Jakarta : RSCM
7. Rahajoe, Nastini.N.2008.Buku Ajar Respirologi,Edisi 1.Jakarta : IDAI
8. Nelson .2000.Ilmu Kesehatan Anak, Edisi 15,Volume 2.Jakarta :EGC.
9. Alsagaff Hood, Mukty H.Abdul.Pneumonia. Dasar – Dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya
: Airlangga University Press.th ; 2008. Hal ; 193-7
10. Garna H dan Heda M.2005. Pneumonia Dalam Pedoman Diagnosis Dan Terapi 3rd Ed :
Bagian IKA FK UNPAD Bandung.th ; 2010.Hal; 403 – 8
11. Chandra. Bronkopneumonia. Available at www.scribd.com/doc/46439973/Lapkas-BP-
chandra.
12. Anonim. Referat Bronkopneumonia. Available at www.scribd.com/doc/7688175/Referat-
Bronkopneumonia
13. Rahajoe Nastiti N, Supriyanto Bambang, dkk. Pneumonia. Buku Ajar Respirologi Anak.
Edisi Pertama. Jakarta : Badan Penerbit IDAI. Th; 2010.hal; 351-363
14. Alihbahasa, Tim Adaptasi Indonesia. Pedoman pelayanan kesehatan anak di rumah sakit
rujukan tingkat pertama di kabupaten. Jakarta : WHO Indonesia.th;2008. Hal 86-93
15. WHO. 2008. Global Action Plan for Prevention and Control Pneumonia.
31