Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN

PENGETAHUAN LANSIA TENTANG COVID 19


DI DESA CEKEL RT 03 RW 02 KARANGRAYUNG GROBOGAN
Disusun untuk memenuhi tugas Mata ajar Keperawatan Klinik Gerontik
Dosen Pembimbing: Ns. Margiyati, M.Kep

DISUSUN OLEH :
MARTIYASTUTI GANDARINI
20101440118044

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KESDAM IV/DIPONEGORO


SEMARANG
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep gangguan sistem

1. Definisi Sistem Imunitas Lansia

Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang

berangsur-angsur mengakibatkan perubahan kumulatif, proses

menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam

dan dari luar. Salah satu komponen utama sistem kekebalan tubuh

adaalah limfosit yang berperan dalam pengenalan dan penghancuran sel

yang terinfeksi virus. Kelompok lansia kurang mampu dalam

menghasilkan limfosit untuk sistem imun. Sel perlawana infeksi yang

dihasilkan kurang cepat bereaksi dan kurang efektif daripada sel yang

ditemukan pada kelompok dewasa muda.

2. Perubahan Sistem Imunitas Lansia

Sistem imunitas tubuh memiliki fungsi yaitu membantu perbaikan

DNA manusia; mencegah infeksi yang disebabkan oleh jamur, bakteri,

virus, dan organisme lain; serta menghasilkan antibodi (sejenis protein

yang disebut imunoglobulin) untuk memerangi serangan bakteri dan

virus asing ke dalam tubuh. Tugas sistem imun adalah mencari dan

merusak invader (penyerbu) yang membahayakan tubuh manusia. Fungsi

sistem imunitas tubuh (immunocompetence) menurun sesuai umur.

Kemampuan imunitas tubuh melawan infeksi menurun termasuk

kecepatan respons imun dengan peningkatan usia. Hal ini bukan berarti

manusia lebih sering terserang penyakit, tetapi saat menginjak usia tua

maka resiko kesakitan meningkat seperti penyakit infeksi, kanker,

kelainan autoimun, atau penyakit kronik. Hal ini disebabkan oleh


perjalanan alamiah penyakit yang berkembang secara lambat dan gejala-

gejalanya tidak terlihat sampai beberapa tahun kemudian. Di samping

itu, produksi imunoglobulin yang dihasilkan oleh tubuh orang tua juga

berkurang jumlahnya sehingga vaksinasi yang diberikan pada kelompok

lansia kurang efektif melawan penyakit. Masalah lain yang muncul

adalah tubuh orang tua kehilangan kemampuan untuk membedakan

benda asing yang masuk ke dalam tubuh atau memang benda itu bagian

dari dalam tubuhnya sendiri.

3. Dampak Penurunan Sistem Imunitas Lansia

1. Sistem kekebalan tubuh melambat untuk merespons sehingga

memacu risiko terjadinya beragam penyakit. Meski lansia telah

mendapatkan vaksin untuk melindungi tubuhnya, akan tetapi vaksin

tersebut tidak mampu melindungi lansia sepanjang hayatnya.

2. Risiko mengalami gangguan autoimun makin meningkat. Penyakit

ini bisa terjadi karena adanya kekeliruan sistem imun yang

menyerang jaringan tubuh yanag sehat.

3. Proses pemulihan akan melambat. Pasalnya, sel-sel imun dalam

tubuh sudah sedikit sehingga proses penyembuhan tidak cepat.

4. Kemampuan sistem imun untuk mendeteksi serta memulihkan sel-

sel yang cacat semakin menurun. Nah, perlu diwaspadai, hal ini bisa

menimbulkan peningkatkan risiko kanker.

4. Peningkatan Sistem Imunitas Lansia


1. Lansia juga perlu melakukan vaksin setiap tahunnya untuk mencega

h flu musiman dan mengurangi potensi penyakit terkait flu hingga 4

0-60 persen, mengutip Healthline. Sebab komplikasi flu bisa sangat

parah pada lansia.

2. Makan makanan yang sehat dan kaya nutrisi adalah cara lain untuk

membangun sistem kekebalan tubuh yang kuat agar dapat melawan

virus. Semakin tua, kebutuhan nutrisi dan kebiasaan makan dapat

berubah karena berbagai alasan, dan kebanyakan lansia cenderung

kekurangan kalsium, vitamin D, vitamin B12, kalium (potassium),

dan serat. Lansia bisa meningkatkan asupan berikut untuk

mencukupi kebutuhan nutrisinya:

- protein : telur, tempe, tahu, kacang-kacangan

- vitamin A : ikan kod, ubi, wortel, brokoli, bayam, hati sapi

- vitamin B12 : daging tanpa lemak, sereal atau oatmeal, ikan dan

makanan laut (seafood)

- kalsium dan vitamin D : susu dan yoghurt

- potassium dan serat : pisang, apel, mangga, bayam, brokoli,

kentang, ubi, jamur, timun

- Mengganti nasi putih dengan nasi merah, mengurangi asupan gula,

lemak, maupun makanan olahan.

3. Aktif bergerak dapat meningkatkan imunitas lansia, Seiring

bertambahnya usia, kekuatan tubuh menjadi berkurang sehingga

menjadi alasan untuk membatasi melakukan beragam aktivitas fisik,

termasuk olahraga. Namun, bukan berarti fisik yang tidak seprima


dulu menjadi halangan untuk tidak bergerak sama sekali atau hanya

duduk-duduk saja.

B. Konsep Penyakit

1. Definisi

Virus Corona terlihat lebih sering menyebabkan infeksi berat dan ke

matian pada orang lanjut usia (lansia) dibandingkan orang dewasa atau a

nak-anak. Kematian paling banyak terjadi pada penderita COVID-19 yan

g berusia 80 tahun. COVID-19 (coronavirus disease 2019) adalah penya

kit yang disebabkan oleh jenis coronavirus baru yaitu Sars-CoV-2, yang

dilaporkan pertama kali di Wuhan Tiongkok pada tanggal 31 Desember

2019. COVID-19 ini dapat menimbulkan gejala gangguan pernafasan ak

ut seperti demam diatas 38°C, batuk dan sesak nafas bagi manusia. Selai

n itu dapat disertai dengan lemas, nyeri otot, dan diare. Pada penderita C

OVID-19 yang berat, dapat menimbulkan pneumonia, sindroma pernafas

an akut.

2. Etiologi

Coronavirus disease 2019 (COVID-19) adalah virus dengan nama

spesies severe acute respiratory syndrome virus corona 2 yang disebut

SARS-CoV-2. SARS-CoV-2 merupakan virus yang mengandung

genom single-stranded RNA yang positif. Morfologi virus corona

mempunyai proyeksi permukaan (spikes) glikoprotein yang

menunjukkan gambaran seperti menggunakan mahkota dan berukuran

80-160 nM dengan polaritas positif 27-32 kb. Struktur protein utama


SARS-CoV-2 adalah protein nukleokapsid (N), protein matriks (M),

glikoprotein spike (S), protein envelope (E) selubung, dan protein

aksesoris lainnya.

Famili coronaviridae memiliki empat generasi coronavirus,

yaitu alpha coronavirus (alphaCoV), beta coronavirus (betaCoV), delta

coronavirus (deltaCoV), dan gamma coronavirus (gammaCoV).

AlphaCoV dan betaCoV umumnya memiliki karakteristik genomik yang

dapat ditemukan pada kelelawar dan hewan pengerat, sedangkan

deltaCoV dan gammaCoV umumnya ditemukan pada spesies avian.[1-3]

SARS-CoV-2 termasuk dalam kategori betaCoV dan 96,2% sekuens

genom SARS-CoV-2 identik dengan bat CoV RaTG13. Oleh sebab itu,

kelelawar dicurigai merupakan inang asal dari virus SARS-CoV-2. Virus

ini memiliki diameter sebesar 60–140 nm dan dapat secara efektif

diinaktivasi dengan larutan lipid, seperti ether (75%), ethanol,

disinfektan yang mengandung klorin, asam peroksi asetat, dan

kloroform. SARS-CoV-2 juga ditemukan dapat hidup pada aerosol

selama 3 jam. Pada permukaan solid, SARS-CoV-2 ditemukan lebih

stabil dan dapat hidup pada plastik dan besi stainless selama 72 jam,

pada tembaga selama 48 jam, dan pada karton selama 24 jam. (Rajnik M,

2020)

3. Manifestasi Klinik

Manifestasi klinis biasanya muncul dalam 2 hari hingga 14 hari setel

ah paparan. • Tanda dan gejala umum infeksi coronavirus antara lain geja

la gangguan pernapasan akut seperti demam, batuk dan sesak napas. Pada
kasus yang berat dapat menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan ak

ut, gagal ginjal, dan bahkan kematian. Tingkat keparahan dipengaruhi ole

h daya tahan tubuh, usia dan penyakit yang telahada sebelumnya (komorb

id), seperti hipertensi, DM, asma, dll Seperti penyakit infeksi saluran pern

apasan lainnya, 2019-nCoV dapat menular melalui percikan saat bersin at

au batuk, namun saat ini masih sedikit bukti terjadinya penularan antar m

anusia Hingga saat ini belum ditemukan vaksin maupun obat untuk 2019-

nCoV. Pengobatan diberikan untuk meringankan gejala dan meningkatka

n daya tahan tubuh. (Grace, C. (2020))

4. Patofisiologi dan pathway

Patofisiologi COVID-19 diawali dengan interaksi

protein spike virus dengan sel manusia. Setelah memasuki sel, encoding

genome akan terjadi dan memfasilitasi ekspresi gen yang membantu

adaptasi severe acute respiratory syndrome virus corona 2 pada inang.

Rekombinasi, pertukaran gen, insersi gen, atau delesi, akan

menyebabkan perubahan genom yang menyebabkan outbreak di

kemudian hari.

Severe acute respiratory syndrome virus corona 2 (SARS-CoV-2)

menggunakan reseptor angiotensin converting enzyme 2 (ACE2) yang

ditemukan pada traktus respiratorius bawah manusia dan enterosit usus

kecil sebagai reseptor masuk. Glikoprotein spike (S) virus melekat pada

reseptor ACE2 pada permukaan sel manusia. Subunit S1 memiliki fungsi

sebagai pengatur receptor binding domain (RBD). Sedangkan subunit

S2 memiliki fungsi dalam fusi membran antara sel virus dan sel inang.
Setelah terjadi fusi membran, RNA virus akan dikeluarkan dalam

sitoplasma sel inang. RNA virus akan mentranslasikan poliprotein pp1a

dan pp1ab dan membentuk kompleks replikasi-transkripsi (RTC).

Selanjutnya, RTC akan mereplikasi dan menyintesis subgenomik RNA

yang mengodekan pembentukan protein struktural dan tambahan.

Gabungan retikulum endoplasma, badan golgi, genomik RNA,

protein nukleokapsid, dan glikoprotein envelope akan membentuk badan

partikel virus. Virion kemudian akan berfusi ke membran plasma dan

dikeluarkan dari sel-sel yang terinfeksi melalui eksositosis. Virus-virus

yang dikeluarkan kemudian akan menginfeksi sel ginjal, hati, intestinal,

dan limfosit T, dan traktus respiratorius bawah, yang kemudian

menyebabkan gejala pada pasien. (Sahin AR. 2019 )

5. Komplikasi

1. Pneumonia

Pneumonia akan menyebabkan kantung udara yang ada di paru-paru

meradang dan membuat Anda sulit bernapas. Pada sebuah riset pada

pasien positif Covid-19 yang kondisinya parah, terlihat bahwa paru-

parunya terisi oleh cairan, nanah, dan sisa-sisa atau kotoran sel.Hal ini

menghambat oksigen yang seharusnya diantarkan ke seluruh tubuh.

Padahal, oksigen sangat dibutuhkan agar berbagai organ di tubuh bisa

menjalankan fungsinya. Jika tidak ada oksigen, maka organ tersebut

akan rusak.

2. Gagal napas akut


Saat mengalami gagal napas, tubuh tidak bisa menerima cukup

oksigen dan tidak dapat membuang cukup banyak karbon dioksida.

Kondisi gagal napas akut terjadi pada kurang lebih 8% pasien yang

positif Covid-19 dan merupakan penyebab utama kematian pada

penderita infeksi virus corona.

3. Acute respiratory distress syndrome (ARDS)

ARDS adalah salah satu komplikasi corona yang cukup umum

terjadi. Menurut beberapa penelitian yang dilakukan di Tiongkok, sekitar

15% - 33% pasien mengalaminya.ARDS akan membuat paru-paru rusak

parah karena penyakit ini membuat paru-paru terisi oleh cairan.

Akibatnya, oksigen akan susah masuk, sehingga menyebabkan

penderitanya kesulitan bernapas hingga perlu bantuan ventilator atau alat

bantu napas.

4. Kerusakan hati akut

Meski virus corona menyebabkan infeksi di saluran pernapasan, tapi

komplikasinya bisa menjalar hingga ke organ hati. Orang dengan infeksi

corona yang parah berisiko paling besar mengalami kerusakan hati.

5. Kerusakan jantung

Covid-19 disebut bisa menyebabkan komplikasi yang berkaitan

dengan jantung. Gangguan jantung yang berisiko muncul antara

lain aritmia atau kelainan irama jantung, dan miokarditis atau

peradangan pada otot jantung. (

6. Pemeriksaan Diagnostik

1. Pemeriksaan Antigen-Antibodi
Ada beberapa perusahaan yang mengklaim telah mengembangkan uji ser

ologi untuk SARS-CoV-2, namun hingga saat ini belum banyak artikel ha

sil penelitian alat uji serologi yang dipublikasi. Salah satu kesulitan utam

a dalam melakukan uji diagnostik tes cepat yang sahih adalah memastika

n negatif palsu, karena angka deteksi virus pada rRT-PCR sebagai baku e

mas tidak ideal. Selain itu, perlu mempertimbangkan onset paparan dan d

urasi gejala sebelum memutuskan pemeriksaan serologi. IgM dan IgA dil

aporkan terdeteksi mulai hari 3-6 setelah onset gejala, sementara IgG mul

ai hari 10-18 setelah onset gejala.65 Pemeriksaan jenis ini tidak direkome

ndasikan WHO sebagai dasar diagnosis utama. Pasien negatif serologi ma

sih perlu observasi dan diperiksa ulang bila dianggap ada faktor risiko ter

tular.

2. Pemeriksaan Virologi

Saat ini WHO merekomendasikan pemeriksaan molekuler untuk

seluruh pasien yang termasuk dalam kategori suspek. Pemeriksaan pada

individu yang tidak memenuhi kriteria suspek atau asimtomatis juga

boleh dikerjakan dengan mempertimbangkan aspek epidemiologi,

protokol skrining setempat, dan ketersediaan alat. Pengerjaan

pemeriksaan molekuler membutuhkan fasilitas dengan biosafety level 2

(BSL-2), sementara untuk kultur minimal BSL-3.76 Kultur virus tidak

direkomendasikan untuk diagnosis rutin.

7. Penatalaksanaan

1. Terapi Suportif untuk Gejala Ringan

Pada pasien COVID-19 dengan gejala ringan, isolasi dapat

dilakukan di rumah. Pasien disarankan untuk menggunakan masker


terutama saat melakukan kontak dengan orang lain. Beberapa terapi

suportif, seperti antipiretik, antitusif, dan ekspektoran dapat digunakan

untuk meringankan gejala pasien

a. Antipiretik/Analgetik

Pemberian antipiretik/analgetik diberikan apabila pasien memiliki

temperatur ≥38 °C, nyeri kepala, atau mialgia. Pilihan terapi

antipiretik/analgetik yang dapat diberikan ketika dibutuhkan

adalah paracetamol 500–1.000 mg PO setiap 4–6 jam, dengan

maksimum dosis 4.000 mg/hari atau ibuprofen 200–400 mg PO setiap 4–

6 jam, dengan maksimum dosis 2.400 mg/hari. Pada pasien COVID-19,

penggunaan paracetamol lebih disarankan daripada ibuprofen karena

ibuprofen memiliki luaran yang lebih buruk.

b. Antitusif & Ekspektoran

Pemberian antitusif dan ekspektoran berfungsi untuk menurunkan

gejala batuk pada pasien COVID-19. Apabila pasien mengalami batuk

berdahak, maka pemberian ekspektoran dapat diberikan untuk

mengencerkan sputum. Pilhan antitusif yang dapat diberikan pada pasien

adalah dextromethorphan 60 mg setiap 12 jam atau 30 mg setiap 6–8 jam

PO. Terapi ekspektoran yang dapat diberikan adalah guaifenesin 200–

400 mg setiap 4 jam PO, atau 600-1.200 mg setiap 12 jam PO,

atau ambroxol 30–120 mg setiap 8–12 jam PO.

2. Terapi Suportif untuk Gejala Berat

Pasien COVID-19 dengan gejala sedang hingga berat perlu dirawat

di fasilitas kesehatan. Pengendalian infeksi dan terapi suportif


merupakan prinsip utama dalam manajemen pasien COVID-19 dengan

gejala yang berat.

a. Intubasi dan Ventilasi Mekanik Protektif

Intubasi endotrakeal dilakukan pada keadaan gagal napas

hipoksemia. Tindakan ini dapat dilakukan oleh petugas terlatih dengan

memperhatikan kemungkinan transmisi airborne. Preoksigenasi dengan

fraksi oksigen (FiO2) 100% selama 5 menit dapat diberikan dengan bag-

valve mask, kantong udara, high flow nasal oxygen, dan non-invasive

ventilation.

Ventilasi mekanik dilakukan dengan volume tidal yang lebih rendah

(4–8 ml/kg berat badan) dan tekanan inspirasi rendah (tekanan plateau

<30 cmH2O).

b. Ventilasi Noninvasif

Penggunaan high flow nasal oxygen (HFNO) atau non-invasive

ventilation (NIV) digunakan saat pasien mengalami gagal napas

hipoksemia tertentu. HFNO dapat diberikan dengan aliran oksigen 60

L/menit dan FiO2 sampai 1,0. Pada anak-anak, aliran oksigen umumnya

hanya mencapai 15 L/menit. NIV tidak direkomendasikan pada pasien

gagal napas hipoksemia atau penyakit virus pandemi karena bersifat

aerosol dan berisiko mengalami keterlambatan dilakukannya intubasi

dan barotrauma pada parenkim paru. (Burhan E, 2020)

C. Asuhan Keperawatan

I. PENGKAJIAN
A. Identitas klien
Melakukan pengkajian terhadap identitas klien (nama, alamat,
pekerjaan dll)
B. Status kesehatan saat ini
Keluhan-keluhan utama yang dirasakan lansia saat ini, alasan masuk panti dan
perjalanan penyakit saat ini, faktor pencetus dan memperberat, upaya yang
dilakukan untuk mengatasinya
C. Riwayat penyakit dahulu
1. Penyakit (yang pernah dialami, pernah dirawat, operasi, kecelakaan)
2. Alergi
3. Imunisasi
4. Kebiasaan (merokok/kopi/alkohol,dll)
D. Riwayat kesehatan keluarga
Orangtua, saudara kandung, anggota keluarga lain, faktor risiko terhadap kese
hatan; Ca, HT, DM, TB, dll.
E. Pola Kebutuhan Dasar (Bio-psiko-sosio-spiritual)
sebelum dan selama sakit
1. Pola Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
(persepsi terhadap masalah kesehatan, memelihara kesehatan, perilaku me
ncari pelayanan kesehatan dan sistem pelayanan kesehatan)
2. Pola Nutrisi-Metabolik
Antopometri (IMT)
Biochemical (px penunjang)
Clinical (defisiensi nutrisi)
Diet (asupan nutrisi, frekuensi makan, jenis makanan, porsi)
Balance cairan
3. Pola Eliminasi
a. BAB (frekuensi, konsistensi, warna, keluhan)
b. BAK (frekuensi, konsistensi, warna, keluhan)
1) Pengkajian Inkontinensia Urine Akut
Jika enuresis merupakan suatu kejadian yg baru dialami (dlm beb
erapa hari)/ berhubungan dengan penyakit akut. Maka, kaji hal-ha
l sbb:
a) ISK
b) Gangguan mental
c) Imobilisasi
d) Pengaruh obat
e) Sindrom metabolik (DM, Hiperkalemia)
2) Pengkajian Inkontinensia Urine Persisten
a. Riwayat
(1) Apakah anda mengeluarkan urine padahal anda tidak ingin
BAK?(ya/tidak)
(2) Apakah anda pernah memiliki masalh untuk ke kamar man
di tepat pada waktunya, sehingga BAK di celana / tempat ti
dur? (ya/tidak)
(3) Apakah anda pernah menggunakan bantalan/ pampers untu
k melindungi anda dari ngompol? (ya/tidak)
b. Sudah berapa lama anda memiliki masalah ngompol?
(1) < 1 mgg
(2) 1 – 4 bln
(3) 1 – 5 thn
(4) > 5 thn
c. Seberapa sering anda ngompol?
(1) Jarang / < 1 mgg sekali
(2) > 1X/ mgg &< 1X/ hari
(3) 1X/ hari
(4) > 1X/ hari
(5) Terus menerus
(6) Tidak tentu
d. Kapan anda biasanya ngompol?
(1) Terutama siang hari
(2) Terutama malam hari
(3) Siang & malam
e. Ketika anda ngompol, seberapa banyak urine yang keluar?
(1) Hanya beberapa tetes
(2) > beberapa tetes ttp < 1 cangkir
(3) > 1 cangkir (cukup utk membuat baju/ sprei basah)
(4) Tdk tentu
(5) Tdk tahu
f. Apa yang menyebabkan anda ngompol?
(1) Batuk/ tertawa/ olahraga
(2) Tdk dapat mencapai kamar mandi tepat pada waktunya
g. Seberapa sering biasanya nada secara normal ngompol?
(1) 6-8 jam
(2) 3-5 jam
(3) 1-2 jam
(4) Tiap jam/ lebih sering
(5) Frekuensi tidak tentu
(6) Tidak tahu
h. Apakah anda bangun malam hari untuk BAK?
(1) Jarang/ tdk pernah
(2) Ya, 1–3 X
(3) Ya, > 3 X
(4) Ya, ttp frekuensi tdk tentu
i. Ketika anda merasa kandung kemih anda penuh, berapa lama an
da dapat menahannya?
(1) Selama saya ingin
(2) Hanya beberapa menit
(3) < 1-2 menit
(4) Tdk dpt menahan sama sekali
(5) Tdk dpt mengetahui kapan kandung kemihnya penuh
j. Apakah anda mengalami hal berikut ketika BAK?
(1) Kesulitan utk memulai mengeluarkan urine
(2) Urine tdk lancar
(3) Menahan/ mengejan utk berhenti
(4) Merasakan tdk nyaman/ sakit
(5) Merasa terbakar
(6) Terdapat darah dlm urine
k. Apakah anda menggunakan salah satu alat dibawah ini untuk m
enolong anda dari mengompol?
(1) Pengalas di tempat tidur
(2) Pampers
(3) Bantalan/ pembalut jenis lain pada celana
(4) Pengobatan
(5) Pispot
(6) Kateter
(7) Lain-lain......
l. Apakah anda merasa memerlukan evaluasi/ pengobatan lebih la
njut mengenai masalah ngompol anda (ya/tidak)
m. Riwayat medis yang berkaitan:
Stroke/ Dimensia/ Parkinson/ Gg. Syaraf lain/ DM/ Gagal Jan
tung
Lain-lain........
n. Obat-obatan yang sedang digunakan:
(1) Diuretik................
(2) Anti HT................
(3) Obat syaraf...........
o. Riwayat saluran kemih & kelamin:
(1) Melahirkan normal
(2) Melahirkan SC
(3) Histerektomi Abdomen
(4) Histerektomi Vaginal
(5) Reseksi prostat transuretral
(6) Prostatektomi suprapubik
(7) Striktur uretra
(8) Tumor kandung kemih
(9) Iradiasi pelvis
(10) ISK
p. Berdasarkan anamnesis ditetapkan jenis inkontinensia:
(1) Inkontinensia Urine Akut
(2) Inkontinensia Urine Persisten type:
(a) Stress
(b) Urgensi
(c) Overflow
(d) Fungsional
(e) Campuran
4. Pola Aktivitas dan Latihan (Activity Daily Life)
a. Indeks Katz
Termasuk kategori yang manakah klien?
A : mandiri dlm makan, kontinensia (BAB/BAK), enggunakan pakaian, p
ergi ke toilet, berpindah& mandi
B : mandiri semuanya, kecuali salah satu dr fungsi yg di atas
C : mandiri, kecuali mand i& salah satu dr fungsi yg di atas
D : mandiri, kecuali mandi, berpakaian& 1 fungsi yg di atas
E : mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ke toilet& 1 fungsi yg di atas
F : mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, berpindah & 1 fungsi yg
di atas
G : ketergantungan fungsi yg di atas
Keterangan:
Mandiri: berarti tanpa pengawasan, pengarahan/ bantuan aktif dari orang lain.
Seseorang yg menolak untuk melakukan fungsi dianggap tidak melakukan f
ungsi, meskipun individu dianggap mampu

b. Bartel
Termasuk yg manakah klien?
No Kriteria Bantuan Mandiri Keterangan
1 Makan 5 10 Frekuensi:
Jumlah:
Jenis:
2 Minum 5 10 Frekuensi:
Jumlah:
Jenis:
3 Berpindah, kursi roda ke 5-10 15
tempat tidur
4 Personal toilet (gosok gigi) 0 5 Frekuensi:

5 Keluar masuk toilet (cuci 5 10


pakaian)
6 Mandi 5 15
7 Jalan dipermukaan datar 0 5 Frekuensi:

8 Naik turun tangga 5 10


9 Mengenakan pakaian 5 10
10 Kontrol bowel (BAK) 5 10 Frekuensi:
Konsistensi:
11 Kontrol bladder (BAB) 5 10 Frekuensi:
Warna:
12 OR/ latihan 5 10 Frekuensi:
Jenis:
13 Rekreasi/ pemanfaatan 5 10 Frekuensi:
waktu luang Jenis:

Keterangan:
130 : mandiri
65-125 : ketergantungan sebagian
60 : ketergantungan total

c. Pengkajian Risiko Jatuh


Postural Hipotensi
Ukur TD pasien dlm 3 posisi, yaitu:
1) Tidur :
2) Duduk :
3) Berdiri:
Bila terdapat penurunan TD ≥ 20 mmHg: berisiko jatuh

5. Pola Kognitif dan Persepsi


a. Identifikasi tingkat kerusakan intelektual, dengan identifikasi: Sh
ort Portable Status Mental Quesionnaire (SPSMQ)
Instruksi:
Ajukan pertanyaan 1-10 pada daftar ini dan catat semua jawaban
B S No Pertanyaan
1 Tanggal berapa hari ini?
2 Hari apa sekarang ini?
3 Apa nama tempat ini?
4 Dimana alamat anda?
5 Berapa umur anda?
6 Kapan anda lahir? (minimal tahun terakhir)
7 Siapa presiden indonesia sekarang?
8 Siapa presiden indonesia sebelumnya?
9 Siapa nama ibu anda?
10 Kurangi 3 dr 20 & tetap pengurangan 3 dari setiap
angka baru, semua secara menurun
Nilai total
Keterangan:
Salah 0-3: fungsi intelektual utuh
Salah 4-5: kerusakan intelektual ringan
Salah 6-8: kerusakan intelektual sedang
Salah 9-10 : kerusakan intelektual berat
b. Identifikasi aspek kognitif dari fungsi mental dengan Mini Mental
Status Examination (MMSE)
No Aspek Nilai Nilai Kriteria
Kognitif Max Klien
1 Orientasi 5 Menyebutkan dengan benar:
Tahun, musim, tanggal, hari,
bulan
5 Dimana kita sekarang berada?
Negara, provinsi, kota, PSTW,
wisma
2 Registrasi 3 Sebutkan nama 3 objek.1 detik
untuk masing-masing objek.
Kemudian tanyakan kepada klien
3 objek tadi
3 Perhatian& 5 Minta klien untuk memulai dari
kalkulasi angka 100 kurangi 7 sampai 5X.
(jawaban:93, 86, 79, 72, 65)
4 Mengingat 3 Minta klien untuk mengulangi
objek pada nomor 2 td. Jika
benar, 1 point untuk masing-
masing objek.
5 Bahasa 9  Tunjukkan pada klien suatu
benda&tanyakan nama pada
klien:..
 Minta klien untuk mengulang
kata berikut: tidak ada, jika,
dan, atau, tetapi. Bila benar
nilai 1 point
 Minta klien untuk mengikuti 3
langkah: ambil kertas di
tangan anda, lipat 2 dan taruh
di lantai
Total nilai 30
Keterangan:
>23 : aspek kognitif dr fungsi mental baik
≤23 : terdapat kerusakan aspek fungsi mental

6. Pola Persepsi-Konsep Diri


7. Pola Tidur dan Istirahat
8. Pola Peran-Hubungan
9. Pola Seksual-Reproduksi
10. Pola Toleransi Stress-Koping

Geriatric Depression Scale (Skala Depresi Geriatri)


Berikan nilai 1 pada jawaban ya !
No PERTANYAAN YA TIDAK
1 Apakah anda sebenarnya puas dengan kehidupan anda?
2 Apakah anda telah meninggalkan banyak kegiatan dan
minat atau kesenangan anda?
3 Apakah anda merasa kehidupan anda kosong?
4 Apakah anda sering merasa bosan?
5 Apakah anda mempunyai semangat yang baik setiap
saat?
6 Apakah anda takut bahwa sesuatu yang buruk akan
terjadi pada anda?
7 Apakah anda merasa bahagia untuk sebagian besar hidup
anda?
8 Apakah anda sering merasa tidak berdaya?
9 Apakah anda lebih senang tinggal di rumah daripada
keluar dan mengerjakan sesuatu yang baru?
10 Apakah anda merasa mempunyai banyak masalah
dengan daya ingat dibanding kebanyakan orang?
11 Apakah anda berpikir hidup anda sekarang ini
menyenangkan?
12 Apakah anda merasa tidak berharga seperti perasaan
anda saat ini?
13 Apakah anda merasa penuh semangat?
14 Apakah anda merasa bahwa keadaan anda tidak ada
harapan?
15 Apakah anda berpikir bahwa orang lain lebih baik
keadaannya daripada anda?
TOTAL NILAI
Keterangan:
0-4 : normal
5-9 : berisiko depresi
10-19 : depresi ringan
20-30 : depresi berat

11. Pola Nilai dan Keyakinan


a. Identifikasi masalah psikososial
Kemampuan sosialisasi klien pada saat sekarang, sikap klien pada oran
g lain, harapan klien dalam melakukan sosialisasi & kepuasan klien dal
am sosialisasi, dll.
b. Identifikasi masalah emosional
1) Tahap 1:
a) Apakah klien mengalami kesukaran tidur?
b) Apakah klien sering merasa gelisah?
c) Ada gangguan / masalah / banyak pikiran?
d) Apakah klien sering was-was/ kuatir?
lanjutkan pertanyaan tahap ke-2, jika ≥ 1 jawaban “ya”

2) Tahap 2:
a) Keluhan > 3 bulan/ > 1 X dlm 1 bln?
b) Ada masalah/ banyak pikiran?
c) Ada gangguan/ masalah dgn keluarga lain?
d) Menggunakan obat tidur/ penenang atas anjuran dokter?
e) Cenderung mengurung diri?
Bila ≥ 1 jawaban “ya”

MASALAH EMOSIONAL (+)


c. Identifikasi spiritual
Agama, kegiatan keagamaan, keyakinan klien tentang kematian

F. Pengkajian Fisik
1. Umum
a. Keadaan Umum :
b. Kesadaran : composmentis/apatis/somnolen/sopor/koma
c. GCS :EMV
d. TTV : HR, Suhu,TD, RR
2. Keadaan Fisik
a. Kepala dan Leher
 Kepala :
Bentuk : lesi :
Rambut : kebersihan:
 Mata :
Kebersihan : konjungtiva :
Reflek pupil : kantung mata :
Sklera : ketajaman penglihatan:
 Telinga :
Serumen :
Fungsi pendengaran :
 Mulut & Tenggorok :
Kebersihan :
Kondisi gigi :
Kemampuan menelan:
 Leher :
Pembesaran kelenjar limfe :
Pembesaran kelenjar tiroid :
Penojolan vena jugularis :
b. Payudara dan Ketiak
Kebersihan :
c. Dada
 Paru :
Inspeksi : Perkusi :
Palpasi : Puskultasi :

 Jantung :
Inspeksi : Perkusi :
Palpasi : Auskultasi :

d. Abdomen
Inspeksi : Perkusi :
Auskultasi : Palpasi:
e. Genitalia
f. Integumen (Pengkajian Skala Risiko Dekubitus)
Keadaan umur: (turgor kulit, oedem, pitting edema)
1) Menurut Norton

Keterangan 4 3 2 1
Kondisi fisik Baik Sedang Kurang Buruk
Kesadaran Composmenti Apatis Deliriu Stupor
s m
Aktivitas Mandiri Berjalan Dengan Bedrest
dengan kursi
bantuan roda
Mobilitas Tidak terbatas Sedikit terbatas Sangat Imobilisas
terbatas i
Inkontinensi Tidak ada Kadang- Kadang Selalu
a kadang urin keduanya
Keterangan:
< 10 : risiko sangat tinggi
10-13 : risiko tinggi
14-18 : risiko sedang
> 18 : risiko dekubitus masih rendah

g. Ekstremitas (atas dan bawah)


Kesemutan : baal :
Edema : nyeri :
h. Muskuloskeletal (atas dan bawah)
Nyeri sendi :
Kekuatan otot :
Osteoporosis :
i. Neurologis
 Pengkajian saraf cranial
- N. Olfaktori (Penciuman) :
- N. Optikus (Penglihatan) :
- N. Okulomotoris :
- N. Trochlearis :
- N. Trigeminus :
- N. Abdusen :
- N. Fasialis :
- N. Verstibulocochlearis :
- N. Gosofaringeus :
- N. Vagus :
- N. Asesoris :
- N. Hipoglosus :
 Pemeriksaan refleks
H. Pemeriksaan Penunjang (jika ada)
1. Data laboratorium yang berhubungan
2. Pemeriksaan radiologi
3. Dll

II. ANALISA DATA


Menganalisa berdasarkan data-data yang telah diperoleh dalm pengkajian

III. DIAGNOSA KEPERAWATAN (Sesuai Prioritas)

Menarik diagnosa sesuai dengan masalah yang sedang dialami lansia serta

mengurutkannya sesuai dengan prioritas

IV. RENCANA KEPERAWATAN

Membuat rencana kegiatan sesuai dengan masalah-masalah yang sudah

ditentukan.

V. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Melaksanakan kegiatan sesuai dengan rencana yang telah dibuat.

VI. CATATAN PERKEMBANGAN

Mencatat setiap perkembangan yang dialami lansia setelah dilakukan implementasi


tersebut.
Daftar Pustaka

Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat,   


Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia. (2006). Respons Imunitas Yang
Rendah  Pada Tubuh Manusia Usia Lanjut. Makara Kesehatan, 10(1), 47–53.
journal.ui.ac.id › downloadPDF%0AHasil web%0Arespons imunitas yang rendah
pada tubuh manusia usia lanjut - Journal UI

Khairuzzaman, M. Q. (2016). Keperawatan Gerontik Komprehensif4(1), 64–75.

Cascella M, Rajnik M, Cuomo A, Dulebohn SC, Di Napoli R. Features, Evaluation


and Treatment Virus corona (COVID-19). StatPearls. 2020.

Grace, C. (2020). Manifestasi Klinis dan Perjalanan Penyakit pada Pasien Covid-19.
Majority, 9, 49–55.

Sahin AR. 2019 Novel Virus corona (COVID-19) Outbreak: A Review of the Current
Literature. Eurasian J Med Investig. 2020;4(1):1–7.

Burhan E, Susanto AD, Nasution SA, Ginanjar E, Pitoyo CW, Susilo A, et al.
Pedoman Tatalaksana COVID-19. 2020. 1–101 hal.

Anda mungkin juga menyukai