Anda di halaman 1dari 13

TUGAS IMUNOLOGI GIZI

“BADAI SITOKIN”

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 2


Kelas DIV-IVA
 FEBRISKA ANANDA (P01031219020)
 SHERIN DWIYANA LUBIS (P01031219046)
 WINDI NOVERIA SARAGIH (P01031219052)

POLITEKNIK KESEHATAN NEGERI MEDAN


JURUSAN DIV GIZI
TA. 2020/2021
Daftar isi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan karuniaNya penulis dapat
menyelesaikan Makalah ini. Penulisan Makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu
tugas yang diberikan oleh dosen pengampu mata kuliah IMUNOLOGI GIZI

Makalah ini ditulis oleh penulis yang bersumber dari Internet sebagai referensi. Tak
lupa saya ucapkan terima kasih kepada rekan rekan mahasiswa yang telah mendukung
sehingga dapat diselesaikannya makalah ini.

Penulis berharap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita
semua. Keterbatasan waktu dan kesempatan sehingga jurnal ini masih memiliki banyak
kekurangan yang tentunya masih perlu perbaikan dan penyempurnaan maka penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju ke arah yang lebih baik.

Demikian makalah ini, di perbuat semoga dapat bermanfaat bagi penulis dan yang
membacanya, sehingga menambah wawasan dan pengetahuan tentang makalah ini. Amin.

Lubuk Pakam, 2021

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penyakit menular Severe Acute Respiratory Syndrome Corona virus 2
(SARS- CoV-2) merupakan ancaman global di seluruh dunia. Pandemi Covid-19 di
Indonesia telah berjalan sejak bulan Maret 2020. Upaya untuk memutus rantai
penularan penyakit yang disebabkan oleh virus corona jenis baru SARS-CoV 2 adalah
dengan menghidari kontak dengan cara mempraktekkan social & physical distancing
dan meningkatkan kebersihan diri, serta meningkatkan imunitas atau pertahanan
tubuh terhadap virus corona.

Infeksi SARS-CoV-2 pada kasus yang parah akan menyebabkan


kerusakan jaringan dan mengaktifkan serta merangsang respon imun. Protein RNA
dan SARS-CoV-2, berinteraksi dan mengaktifkan reseptor sistem kekebalan secara
berlebihan termasuk makrofag, granulosit termasuk produksi sitokin pro-inflamasi,
aktivasi sel CD4 + T dan sel CD8 + T dengan tujuan mengendalikan replikasi virus,
membatasi penyebaran virus, peradangan dan pembersihan. Namun respon imun yang
terlalu aktif / berlebihan akan menyebabkan kerusakan jaringan dan peradangan yang
dikenal dengan Badai sitokin. Lebih lanjut, jika sitokin proinflamasi terus diproduksi,
hal itu akan memperburuk perjalanan penyakit dan prognosis serta kematian pada
pasien dengan infeksi SARS- CoV-2.

Sedangkan Sistim Imun (Immune System) adalah Sistim yang terdiri


dari Molekuler, Seluler, Jaringan dan Organ yang berperan dalam proteksi/ kekebalan
tubuh. Imunitas (Immunity) adalah Proteksi dari Penyakit Infeksi

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu Badai Sitokin?
2. Apa hubungan badai sitokin dengan virus terbaru SARS-CoV-2 dengan
IMUNOLOGI ?
3. Seperti apa asuhan gizi yang bagus untuk system imun saat pandemic Covid-19
sekarang?

C. TUJUAN
1. Mengetahui hubunggan badai sitokin dengan SARS-CoV-2 (Covid-19)
2. Memahami sebab akibat SARS-CoV-2 dengan system imun pada manusia
3. Memahami bagaimana peranan gizi dengan system imun untuk melawan virus
SARS-CoV-2 (Covid-19)
BAB II
ISI
A. PENGERTIAN SISTEM IMUN
Pada dasarnya semua manusia memiliki sistem imun. Sistem imun diperlukan oleh
tubuh sebagai pertahanan terhadap berbagai macam organisme asing patogen yang masuk ke
dalam tubuh. Di zaman sekarang, begitu banyak penyakit yang disebabkan oleh berbagai bakteri
atau virus yang bisa menyerang tubuh kita sehingga dapat terjadi peradangan atau inflamasi.
Inflamasi merupakan respon fisiologis terhadap berbagai rangsangan seperti infeksi dan cedera
jaringan. Inflamasi dapat berupa lokal, sistemik, akut, dan kronis yang menimbulkan kelainan
patologis. Respon inflamasi lokal pertama dapat ditandai dengan kemerahan, bengkak, panas,
sakit dan kehilangan fungsi organ terkait (Baratawidjaja dan Rengganis, 2012).
Setiap hari manusia menghirup ribuan bakteri dan virus yang ada di udara. Sistem imun
memerangi bahan patogen ini tanpa masalah. Kadang bakteri dapat mengalahkan sistem imun
dan tubuh terserang demam, !u, atau keadaan yang lebih buruk lagi. Demam atau !u merupakan
suatu tanda yang dapat terlihat dari kegagalan kerja sistem imun untuk menghentikan agen
penyebab. Bila tubuh kemudian sembuh dari demam atau !u, ini menjadi tanda bahwa sistem
imun tubuh mampu menghilangkan agen penyerang sesudah men dapatkan pengalaman dari
kekalahan sebelumnya. Sebaliknya, bila sistem imun tidak melakukan sesuatu, tubuh tidak akan
sembuh dari demam atau apapun juga.

, Apabila ada mikroorganisme masuk ke dalam tubuh maka tubuh akan memberikan
reaksi secara terkoordinir dari suatu sel dan senyawa di dalam tubuh. Tubuh manusia
memiliki pertahanan tubuh berlapis, mulai dari pertahanan paling luar disebut innate
immunity juga disebut sebagai imunitas natural, dan adaptive immunity merupakan jenis
pertahanan tubuh untuk menghadapi mikroorganisme yang berhasil menembus ke
jaringan tubuh. Imunitas natural berperan sebagai persiapan untuk menghambat
masuknya mikroorganisme serta untuk mengeluarkan mikroorganisme yang berhasil
masuk ke dalam jaringan secara cepat. Komponen imunitas garis pertahanan terdepan
berupa sel epitel yang akan memblokir masuknya mikroorganisme. Apabila bakteri atau
virus berhasil menembus jaringan dan masuk sirkulasi darah, maka akan diserang oleh sel
fagosit yang terdiri dari dari sel Natural Killer dan protein khusus yang disebut sistem
komplemen.
Sistem imun merupakan kumpulan mekanisme dalam suatu mahluk hidup yang
melindunginya terhadap infeksi dengan mengidenti kasi dan membunuh substansi patogen.
Sistem ini dapat mendeteksi bahan patogen, mulai dari virus sampai parasit dan cacing serta
membedakannya dari sel dan jaringan normal. Deteksi merupakan suatu hal yang rumit karena
bahan patogen mampu beradaptasi dan melakukan cara-cara baru untuk menginfeksi tubuh
dengan sukses. Sebagai suatu organ kompleks yang disusun oleh sel-sel spesi k, sistem imun
juga merupakan suatu sistem sirkulasi yang terpisah dari pembuluh darah yang kesemuanya
bekerja sama untuk menghilangkan infeksi dari tubuh. Organ sistem imun terletak di seluruh
tubuh, dan disebut organ limfoid.

Sistem imun terbentuk dari jejaring kompleks sel imun, sitokin, jaringan limfoid, dan
organ, yang bekerja sama dalam meng eliminasi bahan infeksius dan antigen lain. Antigen yang
me rupakan substansi yang menimbulkan respons imun (misalnya bakteri, serbuk sari, jaringan
transplantasi), mempunyai beberapa komponen yang dinamakan epitop. Tiap-tiap epitop
menimbulkan pembentukan antibodi spesik atau menstimulasi sel limfosit T spesi k. Antigen
merupakan generator antibodi. Obat antigenik yang digunakan untuk mendidik sistem imun
dinamakan vaksin.

Sitokin adalah protein inflamasi imun yang berfungsi untuk menangkal infeksi dan
menjinakkan sel kanker dalam tubuh. Namun, ketika sitokin di luar kontrol bisa
menyebabkan penyakit. Kondisi ini dikenal sebagai badai sitokin atau cytokine storm.

Pada respons imun Sistem Imun 13 adaptif spesi k, sel limfosit (sel T dan sel B)
merupakan komponen dasar yang berperan penting, mengindikasikan adanya respons imun
yang spesik. Kemampuan sel T dan sel B untuk mengenali struktur spesi k oligomer pada
suatu bahan patogen dan membentuk progeni juga merupakan struktur yang dikenali, dan
membuat sistem imun mampu merespons lebih cepat dan efektif ketika terpapar kembali
dengan bahan patogen tersebut. Dengan demikian, dua perbedaan penting dari respons imun
innate dan adaptif adalah respons imun adaptif lebih spesi k untuk bahan patogen/antigen
tertentu dan meningkat pada tiap paparan selanjutnya oleh antigen yang sama. Namun,
keduanya bekerja sama pada beberapa tahapan (misalnya, dengan melepas faktor stimulus
sitokin) untuk merusak antigen penyerang.

Sitokin merupakan protein sistem kekebalan tubuh yang mengatur interaksi antar
sel dan memicu reaktifitas imun, baik pada immunitas bawaan maupun adaftif. Sitokin
adalah protein pembawa pesan kimiawi atau perantara dalam komunikasi antar yang
sangat potensial; berperan dalam aktifasi Sel-T, Sel-B, Monosit, Macrofage, Inflamasi
dan induksi sitotokksisitas.
Badai sitokin menciptakan peradangan yang melemahkan pembuluh darah di
paru-paru dan menyebabkan cairan meresap ke kantung udara (alveoli), membanjiri
pembuluh darah dan akhirnya menciptakan masalah sistemik di banyak organ, yang dapat
mengakibatkan kerusakan pada seluruh organ.  Tingkat sitokin yang berlebihan/tidak
terkontrol akan mengaktifkan lebih banyak sel imun, menyebabkan hiperinflamasi disebut badai
sitokin, merupakan kondisi yang dapat membahayakan atau membunuh pasien. Nilai
laboratorium yang dilaporkan terkait dengan perkembangan Virus SARS-CoV-2 (penurunan
albumin, peningkatan dehidrogenase laktat, alanin aminotransferase, aspartat
aminotransferase, bilirubin, kreatinin, troponin jantung, D-dimer, prokalsitonin, dan CRP;
Penurunan jumlah limfosit dan eosinofil, dengan penurunan imunitas seluler lainnya, dapat
memantau perjalanan penyakit, gejala dan memprediksi resiko terburuk

Badai sitokin di paru paru; maka paru paru akan dipenuhi oleh cairan dan sel-sel imun
seperti Macrofage yang pada akhirnya dapat menyebabkan penyumbatan jalan napas;
kemudian menimbulkan sesak napas dan bahkan dapat menyebabkan kematian.

B. MENGENAL VIRUS COVID-19


Penyakit koronavirus 2019 (bahasa Inggris: coronavirus disease 2019,
disingkat COVID-19) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh SARS-CoV-2,
salah satu jenis koronavirus. Penyakit ini mengakibatkan pandemi COVID-19. Penderita
COVID-19 dapat mengalami demam, batuk kering, dan kesulitan bernapas. Sakit
tenggorokan, pilek, atau bersin-bersin lebih jarang ditemukan. Pada penderita yang paling
rentan, penyakit ini dapat berujung pada pneumonia dan kegagalan multiorgan. Infeksi
menyebar dari satu orang ke orang lain melalui percikan (droplet) dari saluran pernapasan
yang sering dihasilkan saat batuk atau bersin
Virus ini masuk ke dalam tubuh manusia melalui droplet (cairan mulut, hidung dan
mata). Lembaga Biologi Molekuler Eijkman telah memperingatkan kemungkinan
penyebaran virus corona melalui udara dalam bentuk aerosol namun hal ini banyak terjadi
di rumah sakit karena beberapa prosedur tindakan medis yang dilakukan dalam
penggunaan ventilator, menghasilkan aerosol dengan partikel yang lebih kecil sehingga
jarak semburannya menjadi lebih panjang. Apabila seseorang terkontaminasi droplet dari
orang yang terinfeksi, maka virus corona masuk ke dalam paru melalui saluran
pernafasan, atau ke usus melalui mulut atau melalui mata.

Virus yang masuk melalui mata dapat menginfeksi saluran pernafasan kemungkinan
karena ditanraspor oleh air mata menuju nasal dan mukosa nasopharyngeal melalui
ductus lacrimalis. 17 Virus yang masuk ke paru menyebabkan gagal pernafasan,
sedangkan yang masuk ke usus menyebabkan diare, sementara beberapa kasus pasien
Covid-19 mengalami konjungtivitis yang kemungkinan virus terdapat di cairan mata 18-
19 Virus menginfeksi jika berhasil masuk ke
dalam sel makhluk hidup sebagai host (inang),
kemudian hidup di dalamnya dan
memperbanyak diri. Pada awalnya virus ini
ditemukan pada hewan kelelawar dan
trenggiling sebagai inang 20-21 sebelum
akhirnya terjadi transmisi ke tubuh manusia
melalui kontak dengan binatang.

Ketika virus ini sudah masuk ke dalam sel hidup, maka akan melepaskan RNA dari
nukleokapsid ke sitoplasma sel korban, yang kemudian di translasi ditranslasi oleh sel
inang untuk menghasilkan virus-virus baru. Proses replikasi virus di dalam sel inang
berjalan sangat cepat, hingga satu sel yang terinfeksi akhirnya rusak dan meledak lalu
menyebarkan virus-virus baru dalam jumlah yang sangat banyak untuk menyerang sel
paru yang sehat. Serangan bertubi-tubi oleh jutaan virus ini menyebabkan sel T limfosit
mengeluarkan sitokin, suatu protein yang bertugas sebagai pasukan pertahanan, dalam
jumlah yang besar pula. Kondisi tersebut disebut sebagai badai sitokin (cyitokine storm)
atau cytokines release syndrome, kondisi produksi sitokin pro-inflamsi yang berlebihan,
menyebabkan hiperinflamasi dan meningkatkan permeabilitas pembuluh darah dan
kegagalan berbagai organ. 28-28 Kondisi inilah yang membahayakan bagi penderita
Covid-19 dan diperkirakan sebagai penyebab kematian.

Adanya kerusakan jaringan yang disebabkan virus menyebabkan produksi sitokin


proinflamasi yang berlebihan, perekrutan makrofag dan granulosit proinflamasi, sehingga terjadi
badai sitokin (CS: cytokine storms) disebut sebagai macrophage activation syndrome (MAS) atau
secondary hemophagocytic lymphohistiocytosis (sHLH), sebagai penyebab kerusakan jaringan
lebih lanjut. Data yang diperoleh dari pasien yang terinfeksi SARS-CoV-2 yang berat
menunjukkan adanya badai sitokin yang terus berkembang menjadi ARDS. Beberapa ciri pasien
infeksi SARS-CoV-2, peningkatan kadar sitokin, penanda serologis, dan gejala klinis, menyerupai
sHLH paling sering dipicu oleh infeksi virus. Bukti penting lainnya adalah terjadinya keparahan
penyakit berhubunggan dengan tingkat sitokin proinflamasi dan subset sel kekebalan

Badai sitokin diduga juga menjadi penyebab utama kematian pada pandemi "Flu Spanyol"
1918. Kematian dapat lebih sering terjadi pada orang-orang dengan sistem imun tubuh yang
sehat, karena kemampuannya untuk menghasilkan respons imun yang lebih kuat,
kemungkinan meningkatkan kadar sitokin. Contoh penting lain dari badai sitokin terlihat pada
pankreatitis akut.

C. HUBUNGAN GIZI DENGAN SYSTEM IMUM SAAT PANDEMIC COVID-19


a) Zat Gizi Makro
Menjaga asupan energi dan protein sesuai kebutuhan
tubuh sangat penting untuk menjaga berat badan agar
status gizi tetap normal. Status gizi dapat dinilai
dengan menghitung Indeks Masa Tubuh (IMT), yaitu
berat badan (kg) dibagi dengan kuadrat tinggi badan
(dalam meter). Status gizi baik apabila nilai IMT
berkisar 18,5 - 24,9 kg/m2 . Jika nilai IMT 30 kg/m2
termasuk obesitas

Untuk meningkatkan imunitas tubuh diperlukan peningkatan asupan protein lebih dari
biasanya, namun diusahakan dengan penambahan protein ini tidak meningkatkan jumlah
energi. Asupan energi yang dianjurkan untuk orang dewasa laki-laki sekitar 2500 – 2650 kkal
per hari, sedangkan asupan protein sebesar 65 gram per hari. Sementara untuk wanita
dewasa asupan energi yang dianjurkan berkisar antara 2150 – 2250 kkal per hari dengan
asupan protein sebesar 60 gram per hari.33

Selama masa pandemik, konsumsi protein dapat ditingkatkan menjadi 75-100 gram per
hari, untuk membantu meningkatkan imunitas, karena protein berperan dalam
pembentukan immunoglobulin (Ig). Immunoglobulin spesifik yang berperan melavan virus
SARS-Cov 2 ini adalah IgM dan IgG.34-35 Asupan 75-100 gram protein dapat diperoleh dari
konsumsi 2 butir telur, 5-6 potong tempe goreng, dan satu potong ayam bagian dada atau
satu ekor ikan ukuran sedang, dalam satu hari, yang dikonsumsi pada saat sarapan pagi
dilengkapi 1 butir telur rebus dan 2 potong tempe goreng; makan siang dilengkapi 1 ekor
ikan Mujahir atau satupotng ayam bagian dada dan 2 potong tempe, makan malam disertai
1 butir telur.

Selain energi protein, zat gizi makro yang dibutuhkan untuk meningkatkan kekebalan
tubuh melawan inflamasi akibat infeksi adalah asam lemak tidak jenuh ganda (poly
unsaturated fatty acid/PUFA). 36 Meskipun belum ditemukan publikasi hasil penelitian
tentang efek pemberian PUFA terhadap penurunan infeksi Covid-19, namun sudah banyak
penelitian yang menunjukkan peran PUFA dalam menurunkan inflamasi.7,37-38 Asam lemak
omega-3 adalah jenis asam lemak tak jenuh ganda yang dapat menurunkan inflamasi,
sementara asam lemak omega-6 dapat memperburuk kondisi inflamasi.

Oleh karena itu, perlu diperhatikan rasio antara dua jenis asam lemak tersebut, yaitu
rasio omega-6 terhadap omega-3 sebesar 4:1. Inflamasi sebenarnya merupakan reaksi
imunitas untuk melindungi tubuh dari serangan infeksi, akan tetapi jika reaksi ini terjadi
secara berlebihan makan akan mengakibatkan kerusakan jaringan organ.

Pada orang yang terinfeksi Covid-19, terjadi inflamasi yang berlebihan karena tubuh
mengeluarkan sitokin, suatu protein yang dikeluarkan oleh sel imun di dalam tubuh seperti
sel T helper sebagai respon dari adanya virus yang menginfeksi sel. Oleh karena terjadi
replikasi virus yang sangat pesat di dalam sel, sehingga menghasilkan virus baru dengan
jumlah sangat banyak maka sel T mengeluarkan sitokin dalam jumlah yang besar pula.
Kondisi inilah yang disebut sebagai badai sitokin (cytokine storm).

Menurunkan kejadian inflamasi kronik sebelum timbulnya gejala yang lebih parah dapat
mencegah risiko badai sitokin pada penderita Covid-19. Dengan demikian omega tiga
berpotensi untuk meringankan inflamasi pada penderita Covid-19.

b) Zat Gizi Mikro


Zat gizi mikro terdiri dari vitamin dan
mineral. Berbagai vitamin dan mineral
berfungsi untuk meningkatkan imunitas
tubuh melalu beberapa mekanisme.
Beberapa bukti ilmiah dari hasil
penelitianbanyak bahwa kekurangan zat
gizi mikro meningkatkan risiko infeksi
saluran pernafasan akut.

Mengingat Covid-19 adalah penyakit infeksi


saluran pernafasan akut yang parah, maka sangat
besar kemungkinannya bahwa kekurangan berbagai
macam zat gizi mikro akan meningkatkan risiko
terinfeksi virus ini. Berbagai vitamin seperti vitamin
A, vitamin B6 dan B12, asam folat, vitamin C, vitamin D dan vitamin E, serta mineral mikro
seperti Fe (zat besi), seng (Zn) dan selenium (Se) akan bekerja bersama secara harmoni
untuk mengaktifkan sistem imun natural sebagai pertahanan garis depan serta memperkuat
pertahanan tubuh di dalam peredaran darah serta di dalam sel untuk melindungi tubuh dari
infeksi Covid-19.

Masih sangat sedikit hasil penelitian intervensi vitamin dan mineral dalam meningkatkan
respon imun melawan SARS-Cov2 pada orang yang sehat maupun respon imun dalam
membantu penyembuhan Covid-19, kecuali injeksi vitamin C dosis tinggi pada pasien Covid-
19 di Wuhan. Namun, sudah ada beberapa hasil penelitian terkait respon imun terhadap
infeksi SARS-CoV yang telah lalu.

Oleh karena struktur dan susunan asam amino virus SARS-Cov2 mirip dengan virus SARS-
CoV, maka kita dapat mengambil pelajaran dari pengalaman dalam menghadapi infeksi SARS
maupun virus corona. Vitamin A sudah lama dikenal sebagai vitamin anti-infeksi yang
melindungi epitel (lapisan atas pelindung sel) serta bermanfaat untuk melawan berbagai
macam infeksi bakteri dan virus, termasuk avian corona virus (flu burung), sebagai
perlawanan tubuh terdepan (imunitas natural).

Vitamin B6 dalam bentuk aktifnya piridoksal fosfat bersama-sama dengan vitamin C,


vitamin E42-43 dan asam lemak omega-3 dapat mengendalikan inflamasi yang berlebihan.
Dengan demikian kombinasi ketiga vitamin dan asam lemak ini berpotensi untuk
menurunkan intensitas atau meredakan badai sitokin pada penderita Covid-19. Injeksi
vitamin C dosis tinggi yang diberikan pada pasien Covid-19 di Wuhan terbukti dapat
membantu meredakan badai sitokin.36-40 Perlu dicatat bahwa injeksi vitamin C dosis tinggi
ini hanya digunakan pada pasien di Rumah Sakit.

Untuk orang sehat yang tidak terpapar virus, injeksi vitamin C dosis tinggi (sekitar 1000
mg atau lebih) tidak dianjurkan. Untuk orang sehat, konsumsi cukup sekitar 100 mg per
hari33 , namun untuk meningkatkan daya tahan dapat ditingkatkan sekitar 200-500 mg per
hari. Asupan ini bisa diperoleh dari asupan buah segar atau ditambah suplemen oral.

Vitamin D yang dapat diproduksi di bawah kulit dengan bantuan sinar matahari
(ultraviolet)44 berperan untuk meningkatkan imunitas natural dan menurunkan risiko infeksi
saluran pernafasan akut.39, 45 Mekanisme vitamin D dalam meningkatkan imunitas tubuh
dengan cara meningkatkan innate immunity dengab menginduksi produksi peptide anti
mikroba diantarnya adalah human chatelicidine yang akan menghambat aktivitas bakteri
dan virus corona .46 Paparan sinar matahari sangat baik untuk menjaga kecukupan vitamin
D.

Waktu yang paling baik untuk mendapatkan paparan sinar matahari tergantung letak
wilayah dari garis katulistiwa. Di Indonesia, paparan sinar matahari antara jam 7.30 – 10.00
WIB selama 5 - 15 menit pada tangan, wajah, lengan yang dilakukan 3 kali seminggu sudah
cukup untuk menjaga status vitamin D.

Namun, pada masa pandemi ini paparan setiap hari selama 10-15 menit pada jam yang
dianjurkan akan lebih baik untuk meningkatkan imunitas. Zinc/Seng (Zn) adalah salah satu
mineral mikro yang sangat besar potensinya untuk meningkatkan imunitas melawan Covid-
19 karena bekerja mengaktifkan imunitas natural, imunitas humoral di sirkulasi, sekaligus
imunitas intraselular.

Dalam memperkuat imunitas garis depan, zinc berperan untuk menstimulasi sel Natural
Killer (NK) untuk menyekresi interferon gama (IFN). 8,48 Interferon adalah protein yang
berfungsi untuk menghadapi infeksi virus. Selanjutnya IFN- dapat menghambat replikasi
virus SARS-CoV.49-50 Dengan demikian, di dalam sel, Zn berperan untuk menghambat
replikasi virus corona atau virus RNA lainnya. Zinc juga berperan dalam menstimulasi
produksi IgG51 yang memiliki kemampuan efektif untuk blocking SARS-CoV2 masuk ke
dalam sel.

Selain zinc, mineral lain yaitu selenium (Se) dan zat besi (Fe) berperan untuk
menghambat mutasi virus.10,52-53 Kombinasi Zn, Se dan Fe akan menurunkan virulensi
atau kemampuan RNA virus untuk menginfeksi. Dengan demikian, mineral tersebut
berpotensi untuk membantu pengobatan pada pasien serta dapat mencegah agar tidak
terinfeksi Covid-19. Kebutuhan Zn pada orang dewasa laki-laki adalah 15 mg per hari,
sedangkan pada wanita sebesar 10 mg per hari.

Kebutuhan zat besi pada laki-laki deasa sekitar 9-11 mg per hari, sedangkan pada wanita
sebesar 18 mg per hari, sedangkan kebutuhan Se pada laki-laki dewasa sekitar 30 mikro
gram per hari, pada wanita dewasa sekitar 25 mikro gram per hari.33 Daging merah dan ikan
laut, serta kacang-kacangan merupakan bahan makanan yang kaya akan seng, zat besi dan
selenium. Kerang merupakan produk hayati laut yang sangat baik sebagai sumber seng.
Bab iii
Penutup
A. Kesimpulan
Sampai saat ini, telah banyak dilakukan pembahasan dan penelitian tentang sitokin
beserta jenisnya, perannya dalam proses biologik tubuh, terutama dalam proses
patogenesis penyakit, serta penggunaan sitokin dan sitokin antagonis dalam
pengobatan.

Adanya kerusakan jaringan yang disebabkan virus menyebabkan produksi sitokin


proinflamasi yang berlebihan, perekrutan makrofag dan granulosit proinflamasi,
sehingga terjadi badai sitokin sebagai penyebab kerusakan jaringan lebih lanjut. pasien
yang terinfeksi SARS- CoV-2 yang berat menunjukkan adanya badai sitokin yang terus
berkembang menjadi ARDS.

Gejala utama Covid-19 yaitu demam, batuk kering, dispnea, fatigue, nyeri otot, dan
sakit kepala. Selain gejala-gejala tersebut, dilaporkan pula gejala pada traktus
gastrointestinal dan manifestasi neurologis. Gambaran CT-Scan toraks pada pasien
Covid-19 yaitu opasitas ground-glass. Leukopenia, limfositopenia, dan trombositopenia
pada pasien Covid-19 juga dilaporkan.

Pada populasi usia lanjut dapat terjadi imunosenensens baik pada sel punca
hematopoietik maupun pada sistem imun bawaan dan adaptif. Penurunan dan penuaan
sistem imun disertai komorbid akan meningkatkan kerentanan dan tingkat fatalitas
COVID-19 pada usia lanjut.

B. Saran
Diharapakan kajian literatur tentang sistem inunitas dan badai sitokin dapat menjadi
acuan dan Wacana, Dasar berfikir untuk penelitian infeksi SARS-Cov-2 Dapat
meningkatkan ilmu, pengetahuan yang berhubunggan dengan sisitem imunitas, dan
mampu mengaplikasikan dengan tetap terus meningkatkan sisitem imun untuk melawan
virus infeksi SARS-Cov-2
Daftar pustaka
Sumber literature :
1) https://www.coursehero.com/file/48033953/284a0e69155751dc6c459b0
7f14bc03cpdf/

2) https://r.search.yahoo.com/_ylt=AwrxhSTdvx5g7jcAxxf8YSQ5;_ylu=
Y29sbwMEcG9zAzIEdnRpZAMEc2VjA3Ny/RV=2/RE=1612656734/
RO=10/RU=http%3a%2f%2fejurnalmalahayati.ac.id%2findex.php
%2fmedika%2farticle%2fdownload
%2f3174%2fpdf/RK=2/RS=WClq0S.BL29nDLWAucIEZCL1Vos-

3) https://core.ac.uk/reader/230416310

4) https://journal.stikeskendal.ac.id/index.php/PSKM/article/view/830

5) https://studylibid.com/doc/2712106/joi---journal---unair

6) http://jurnalrespirologi.org/index.php/jri

7) https://jurnalmadanimedika.ac.id/index.php/JMM/article/view/122

8) https://e-journal.unair.ac.id/AMNT/article/view/19026

9) https://journal.stikeskendal.ac.id/index.php/PSKM/article/view/830

10) https://core.ac.uk/reader/230416310

Anda mungkin juga menyukai