Anda di halaman 1dari 4

HIV

Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyerang sel darah putih,
tepatnya sel CD4, dalam sistem kekebalan tubuh manusia. Hal ini tentunya bisa membuat tubuh lebih
rentan terkena infeksi atau penyakit. Ketika seseorang terinfeksi virus HIV dan tidak mendapatkan
pengobatan yang tepat, lambat laun bisa memicu terjadinya AIDS (acquired immunodeficiency
syndrome). Jadi, dapat disimpulkan bahwa HIV merupakan virus yang menyerang sistem kekebalan
tubuh manusia, sedangkan AIDS adalah kondisi akibat serangan virus HIV tersebut. Penderita AIDS pasti
menderita HIV juga. Namun, tidak semua penderita HIV menderita AIDS. Ini karena beberapa
pengobatan dapat memperlambat perkembangan virus dalam tubuh, sehingga HIV tidak berkembang
menjadi AIDS.

TINGKATAN TAKSON :

1. Superdomain : Biota
2. Domain : Virus
3. Dunia : Riboviria
4. Kerajaan : Pararnavirae
5. Filum : Arteverviricota
6. Kelas : Revtraviricetes
7. Ordo : Ortervirales
8. Famili : Retroviridae
9. Subfamili : Orthoretrovirinae
10. Genus : Lentivirus

STRUKTUR HIV

Secara morfologi, virus HIV berbentuk bulat. Tiap unit virus HIV memiliki diameter sekitar 100
nm. Berat molekul tiap unit virus HIV adalah 9,7 kilobasa. Bagian dalam HIV trdiri dari bagian inti yang
berbentuk kerucut. Bagian inti ini disebut dengan nucleus.

Bagian-bagian virus HIV :

1. RNA adalah materi genetic yang dimiliki virus HIV, Dalam tubuh inang (manusia) RNA ini akan
digunakan untuk membentuk DNA yang akan digunakan sebagai sumber informasi untuk
membentuk tubuh virus baru.
2. Reverse Transciptase adalah enzim yang akan digunakan untuk memproses RNA membentuk
DNA
3. Kapsid adalah lapisan protein pembungkus material genetic. Unit-unit pembentuk kapsid disebut
dengan kapsomer.
4. Matriks adalah lapisan protein yang terdapat di luar kapsid.
5. Selubung virus (amplop) adalah lapisan lipid yang membungkus tubuh virus. Lapisan lipid ini
terbentuk dari membrane sel inang ketika virus berkembangbiak dalam sel. Pada lapisan lipid ini
terdapat glikoprotein yang digunakan oleh virus untuk menempel pada sel inang.
REPRODUKSI HIV

1. Binding
Begitu HIV memasuki tubuh (melalui kontak seksual, paparan darah, atau penularan dari ibu ke
anak), ia mencari sel inang untuk bereproduksi. Tuan rumah dalam kasus ini adalah sel T CD4
yang digunakan untuk memberi sinyal pertahanan kekebalan.
Untuk menginfeksi sel, HIV harus menempelkan dirinya melalui sistem tipe kunci-dan-kunci.
Kuncinya adalah protein pada permukaan HIV yang menempel pada protein pelengkap pada sel
CD4 seperti halnya kunci masuk ke dalam gembok. Inilah yang dikenal sebagai keterikatan virus.
2. Fusion
Setelah melekat pada sel, HIV menyuntikkan protein sendiri ke dalam cairan seluler (sitoplasma)
dari sel-T. Hal ini menyebabkan peleburan (fusi) membran sel ke selubung luar virion HIV. Ini
adalah tahap yang dikenal sebagai fusi virus. Setelah menyatu, virus bisa masuk ke sel.
3. Reverse Transcription
HIV menggunakan materi genetiknya (RNA) untuk bereproduksi dengan membajak mesin
genetik sel inang. Dengan melakukan itu, ia dapat menghasilkan banyak salinan dari dirinya
sendiri. Prosesnya, yang disebut virus uncoating, mengharuskan lapisan pelindung yang
mengelilingi RNA dihancurkan.
4. Integration
Begitu berada di dalam sel, RNA untai tunggal HIV harus diubah menjadi DNA untai ganda. Ini
menyelesaikan ini dengan bantuan enzim yang disebut reverse transcriptase. Proses ini
memungkinkan virus mereplikasi diri.
5. Replication
Agar HIV dapat membajak mesin genetik sel inang, ia harus mengintegrasikan DNA yang baru
terbentuk ke dalam inti sel.
6. Assembly
Setelah integrasi terjadi, HIV harus membuat blok pembangun protein yang digunakannya untuk
merakit virus baru. Ia melakukannya dengan enzim protease, yang memotong protein menjadi
potongan-potongan kecil dan kemudian merakit potongan-potongan itu menjadi virion HIV baru
yang terbentuk sepenuhnya.
7. Budding
Setelah virion dirakit, mereka melewati tahap akhir dimana virion dewasa benar-benar bertunas
dari sel inang yang terinfeksi. Setelah dilepaskan ke sirkulasi bebas, virion ini terus menginfeksi
sel inang lain dan memulai siklus replikasi lagi.

Rentang hidup rata-rata sel inang penghasil virus pendek, sekitar dua hari. Setiap sel yang
terinfeksi dapat menghasilkan rata-rata 250 virion HIV baru sebelum gagal dan mati.
Mengganggu setiap tahap siklus hidup dan tahap selanjutnya tidak dapat terjadi, maka virus tidak
mungkin berkembang biak dan menyebar.
GEJALA HIV

Stadium 1
Fase ini disebut sebagai infeksi HIV asimtomatik dimana gejala HIV awal masih tidak
terasa. Fase ini belum masuk kategori sebagai AIDS karena tidak menunjukkan gejala. Penderita
(ODHA) pada fase ini masih terlihat sehat dan normal namun penderita sudah terinfeksi serta
dapat menularkan virus ke orang lain.
Stadium 2
Daya tahan tubuh ODHA pada fase ini umumnya mulai menurun namun, gejala mulai
muncul dapat berupa:
1. Penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas. Dapat mencapai kurang dari 10 persen
dari berat badan sebelumnya
2. Infeksi saluran pernapasan
3. Infeksi jamur pada kuku dan jari-jari
4. Herpes zoster yang timbul bintil kulit berisi air dan berulang dalam lima tahun
5. Gatal pada kulit
6. Dermatitis seboroik atau gangguan kulit yang menyebabkan kulit bersisik, berketombe,
dan berwarna kemerahan
7. Radang mulut dan stomatitis (sariawan di ujung bibir) yang berulang
Stadium 3
Pada fase ini mulai timbul gejala-gejala infeksi primer yang khas sehingga dapat
mengindikasikan diagnosis infeksi HIV/AIDS. Gejala pada stadium 3 antara lain:
1. Diare kronis yang berlangsung lebih dari satu bulan tanpa penyebab yang jelas
2. Demam yang terus hilang dan muncul selama lebih dari satu bulan
3. Infeksi jamur di mulut (Candiasis oral)
4. Muncul bercak putih pada lidah yang tampak kasar, berobak, dan berbulu
5. Tuberkulosis paru
6. Radang mulut akut, radang gusi, dan infeksi gusi (periodontitis) yang tidak kunjung
sembuh
7. Penurunan sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit
Stadium 4
Fase ini merupakan stadium akhir AIDS yang ditandai dengan pembengkakan kelenjar
limfa di seluruh tubuh dan penderita dapat merasakan beberapa gejala infeksi oportunistik yang
merupakan infeksi pada sistem kekebalan tubuh yang lemah. Beberapa gejala dapat meliputi:
1. Pneumonia pneumocystis dengan gejala kelelahan berat, batuk kering, sesak nafas, dan
demam
2. Infeksi bakteri berat, infeksi sendi dan tulang, serta radang otak
3. Infeksi herpes simplex kronis yang menimbulkan gangguan pada kulit kelamin dan di
sekitar bibir
4. Tuberkulosis kelenjar
5. Infeksi jamur di kerongkongan sehingga membuat kesulitan untuk makan
6. Sarcoma Kaposi atau kanker yang disebabkan oleh infeksi virus human herpesvirus 8
(HHV8)
7. Toxoplasmosis cerebral yaitu infeksi toksoplasma otak yang menimbulkan abses di
otak
8. Penurunan kesadaran, kondisi tubuh ODHA sudah sangat lemah sehingga aktivitas
terbatas dilakukan di tempat tidur
PENCEGAHAN HIV

Penularan HIV dapat dicegah melalui langkah-langkah sebagai berikut:


1. Saling setia terhadap pasangan, hindari berganti-ganti pasangan
2. Hindari penggunaan narkoba terutama melalui jarum suntik
3. Edukasi HIV yang benar mengenai cara penularan, pencegahan, dan pengobatannya, dapat
membantu mencegah penularan HIV di masyarakat.

PENYEMBUHAN HIV

Penderita yang telah terdiagnosis HIV harus segera mendapatkan pengobatan berupa
antiretroviral (ARV) yang bekerja untuk mencegah virus HIV menggandakan diri dan
menghancurkan sel CD4. Pengobatan ini dapat digunakan untuk ibu hamil agar mencegah
penularan HIV ke janin. Namun perlu diingat bahwa pengobatan ini harus dilakukan rutin dan
diminum sesuai jadwal, di waktu yang sama setiap hari agar perkembangan virus dapat
dikendalikan.

Anda mungkin juga menyukai