Modul 5
Infeksi Jamur dan Infeksi Nosokomial
PRODI KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH T.A.2022/2023
MODUL 5
Infeksi Jamur dan Infeksi Nosokomial
Skenario 5: Sakit Yang Terus Menyertai
Pasien wanita 40 tahun mengeluh langit-langit dan lidahnya terasa panas dan sakit sejak 3 bulan
lalu. Gambaran klinis menunjukkan pseudomembran putih dapat dikerok,daerah sekitar
kemerahan pada palatum kanan dan lidah, nodul multipel warna kemerahan pada palatum kanan
dan kiri. Pemeriksaan jamur menunjukkan bentukan yeast dan pseudohifa.Pemeriksaan darah
lengkap menunjukkan penurunan jumlah limfosit. Kandidiasis oral yang meluas ke orofaring
disertai penurunan jumlah limfosit menimbulkan kecurigaan adanya infeksi HIV/AIDS sehingga
dilakukan pemeriksaan CD4 + dan anti HIV. Hasil uji laboratorium menunjukkan jumlah CD4 +
= 95 sel/mL, dan anti HIV reaktif. Pasien kemudian dirujuk ke Unit Perawatan Intermediate
Penyakit Infeksi (UPIPI) RSUD untuk mendapatkan perawatan dengan anti retroviral (ARV).
Kandidiasis oral dirawat menggunakan obat antijamur sistemik golongan azole. Dokter juga
menyampaikan untuk meningkatkan tindakan pencegahan (universal precaution) dengan cara
menggunakan APD guna menurunkan risiko infeksi nosokomial pada penderita. Bagaimana anda
menjelaskan infeksi jamur yang dijumpai pada pasien AIDS tersebut, serta jelaskan kasus di atas
secara komprehensif?
TERMINOLOGI
1. Pseudomembran Putih
Pseudomembran adalah lapisan tipis berwarna putih keabu abuan yang timbul terutama di daerah
mukosa hidung, mulut sampai tenggorokan
2. Pseudohifa
Pseudohyphae adalah sejenis filamen yang membentuk pseudomycelia (sel-sel tunas khamir
yang memanjang dan tidak melepaskan diri dari sel induknya, sehingga saling berhubungan
membentuk rantai) kebanyakan pada jamur polimorfik seperti Candida spp. Ini terdiri dari sel
ellipsoidal dan ragi memanjang.
3. Kandidiasis Oral
Infeksi saat jamur Candida albicans terakumulasi di dalam mulut.
4. HIV
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah sebuah gangguan yang menyerang sistem
kekebalan tubuh dan melemahkan kemampuan tubuh dalam melawan infeksi dan penyakit
5. AIDS
AIDS berarti kumpulan gejala akibat kekurangan atau kelemahan sistem kekebalan tubuh yang
dibentuk setelah kita lahir. AIDS disebabkan oleh virus yang disebut HIV atau Human
Immunodeficiency Virus. Bila terinfeksi HIV, tubuh kita akan mencoba menyerang infeksi.
6. CD4 +
Sel CD4 adalah jenis sel darah putih atau limfosit yang merupakan bagian penting dari sistem
kekebalan tubuh disebut sebagai sel-T.
7. ARV
Antiretroviral (ARV) merupakan bagian ko mdari pengobatan HIV dan AIDS untuk mengurangi
risiko penularan HIV, menghambat perburukan infeksi oportunistik, meningkatkan kualitas
hidup penderita HIV, dan menurunkan jumlah virus (viral load) dalam darah sampai tidak
terdeteksi.
8. Golongan Azole
Obat ini merupakan antijamur berspektrum luas sehingga dapat membunuh berbagai jenis jamur.
Antijamur golongan azole bekerja dengan cara merusak membran sel jamur. Jika membran sel
jamur rusak, sel tersebut akan mati
9. Universal Precaution
Kewaspadaan universal adalah tindakan pengendalian infeksi yang dilakukan oleh seluruh tenaga
kesehatan untuk mengurangi risiko penyebaran infeksi.
RUMUSAN MASALAH
1. Apakah ada gejala lain dari HIV/AIDS selain yang ada pada skenario?
Tahap pertama HIV adalah tahap infeksi akut, yang terjadi pada beberapa bulan pertama setelah
seseorang terinfeksi HIV. Pada tahap ini, sistem kekebalan tubuh orang yang terinfeksi
membentuk antibodi untuk melawan virus HIV.
Gejala pada tahap ini muncul 2–4 minggu setelah infeksi terjadi. Penderita umumnya tidak
menyadari telah terinfeksi HIV, karena gejala yang muncul mirip dengan gejala penyakit flu,
serta dapat hilang dan kambuh kembali. Pada tahap ini, jumlah virus di dalam aliran darah cukup
tinggi sehingga penularan infeksi lebih mudah terjadi. Gejala tahap infeksi akut bisa ringan
hingga berat dan dapat berlangsung hingga beberapa hari hingga beberapa minggu. Gejalanya
meliputi:
Setelah beberapa bulan, infeksi HIV memasuki tahap laten. Infeksi tahap laten bisa berlangsung
sampai beberapa tahun atau dekade. Pada tahap ini, virus HIV tetap aktif merusak daya tahan
tubuh, tetapi berkembang biak dalam jumlah yang lebih sedikit.
Gejala infeksi HIV pada tahap laten bervariasi. Beberapa penderita bahkan tidak merasakan
gejala apa pun pada tahap ini. Namun, sebagian lainnya mengalami sejumlah gejala berikut:
6. Herpes zoster
1. Berat badan menurun 7. Pembengkakan kelenjar getah
2. Berkeringat di malam hari bening
3. Batuk 8. Sakit kepala
4. Diare 9. Kelelahan
5. Mual dan muntah
Tahap 3: AIDS
Infeksi tahap laten yang terlambat ditangani akan membuat HIV makin berkembang. Kondisi ini
membuat infeksi HIV memasuki tahap ketiga, yaitu AIDS. Pada tahap ini, sistem kekebalan
tubuh sudah rusak parah sehingga penderita akan lebih mudah terserang infeksi lain.
Pada stadia kancing yang telah membesar akan terbentuk bilah. Bilah yang matang akan
memproduksi basidia dan Basidiospora, kemudian tudung membesar. Pada waktu itu, selubung
universal yang semula membungkus seluruh tubuh buah akan tercabik. Tudung akan terangkat
keatas karena memanjangnya batang, sedangkan selubung universal yang sobek akan tertinggal
di bawah dan disebut cawan. Tipe perkembangan tubuh buah seperti ini disebut tipe angiocarpic.
SKEMA
infeksi
jamur opportunistik dan
nosokomial
morfologi, struktur,
mycosis superfisial aspek mikrobiologi epidemiologi
sifat, fisiologi dan
dan profunda
pertumbuhan jamur
tinjauan
tata cara
farmakologi dan
pengendalian
non farmakologi
LEARNING OBJECTIVE
Morfologi
1. khamir, yaitu sel-sel yang berbentuk bulat, lonjong atau memanjang yang berkembang biak
dengan membentuk tunas dan membentuk koloni yang basah atau berlendir, dan
2. kapang yang terdiri atas sel-sel memanjang dan bercabang yang disebut hifa. Hifa tersebut
dapat bersekat sehingga terbagi menjadi banyak sel, atau tidak bersekat dan disebut hifa
senositik (coenocytic).
Anyaman hifa, baik yang multiselular atau senositik, disebut miselium. Kapang membentuk
koloni yang menyerupai kapas (cottony, woolly) atau padat (velvety, powdery, granular). Bentuk
kapang atau khamir tidak mutlak karena terdapat jamur yang dapat membentuk kedua sifat
tersebut dalam keadaan yang berbeda dan disebut sebagai jamur dimorfik.
Di samping itu terdapat khamir yang membentuk tunas yang memanjang dan bertunas lagi pada
ujungnya secara terus menerus, sehingga terbentuk hifa dengan penyempitan pada sekat-sekat
dan disebut hifa semu. Anyaman hifa semu disebut miselium semu. Hifa dapat bersifat sebagai:
1. hifa vegetatif, yaitu berfungsi mengambil makanan untuk pertumbuhan,
2. bersifat sebagai hifa reproduktif, yaitu membentuk spora, dan
3. bersifat sebagai hifa udara, yaitu yang berfungsi mengambil oksigen. Hifa dapat berwarna
atau tidak benvarna dan jernih.
Saprofit, sebagai organisme saprofit fungi hidup dari benda-benda atau bahan-bahan organik
mati. Saprofit menghancurkan sisa-sisa bahan tumbuhan dan hewan yang kompleks menjadi
bahan yang lebih sederhana. Hasil penguraian ini kemudian dikembalikan ke tanah sehingga
dapat meningkatkan kesuburan tanah.
Parasit, fungi parasit menyerap bahan organik dari organisme yang masih hidup yang
disebut inang. Fungi semacam itu dapat bersifat parasit obligat yaitu parasit sebenarnya dan
parasit fakultatif yaitu organisme yang mula-mula bersifat parasit , kemudian membunuh
inangnya, selanjutnya hidup pada inang yang mati tersebut sebagai saprofit.
Simbion, jamur dapat bersimbiosis dengan organisme lain. Simbiosis dengan laga
menghasilkan liken atau lumut kerak, sedangkan simbiosis dengan akar tumbuhan konifer
menghasilkan mikoriza.
Klasifikasi Jamur
1. Divisi Oomycotina
reproduksi seksual dengan cara oogami yang melibatkan penggabungan satu oosfer (gamet
betina) dengan gamet jantan yang terbentuk dalam anteridium, menghasilkan oospora.
Sedangkan reproduksi aseksual terjadi dengan membentuk zoospora yang dihailkan dalam
sporangium.
Hifa fungi ini adalah hifa non-septat (tidak bersepta).
Contoh: Phytophthora infestans, menyebabkan penyakit pada tanaman kentang, cokelat, lada,
kina,dll. Saprolegnia, yaitu fungi yang sering ditemukan pada bangkai serangga. Fungi ini
adalah contoh fungi saprofit .Phytium, fungi tersebut dapat menyebabkan penyakit bususk
pada kecambah tembakau, kina, bayam dan nenas. Fungi ini mudah menyerang pada
persemaian yang tanahnya sangat lembab.
2. Divisio Zygomycotina
Reproduksi seksual dengan cara konjugasi yang melibatkan fusi dua gamet menghasilkan
zigospora
Reproduksi aseksualnya dengan menghasilkan spora yang terkandung dalam konidium atau
sporangium.
Hifa dari fungi ini sama halnya dengan Oomycotina, tidak bersepta (non-septa). Hifa relatif
besar dan berkembang baik dengan miselium yang bercabang-cabang
Pada umumnya hidup terestrial
Contoh: Rhyzopus dan Mucor. Keduanya mempunyai struktur dan penampilan yang hampir
sama, hanya pada Rhyzopus dapat ditemukan adanya percabangan hifa khusus yang
menembus substrat yang menyerupai akar disebut rhizoid.
3. Divisio Ascomycotina
pembiakan seksual dengan menghasilkan spora yang disebut askospora., yaitu spora seksual
yang dihasilkan dalam suatu struktur khusus yang disebut askus
Reproduksi aseksual dilakukan denganmenghasilkan konidia
hifanya bersepta
Kelompok ini meliputi ragi, bermacam-macam kapang bahkan beberapa cendawan
Contoh: Penicillium, species ini juga dikenal sebagai penghasil bahan antibiotik penisilin.
Piedraia hotai, sebagai penyebab infeksi rambut pada manusia yang dinamakan piedra hitam.
Candida albicans, yang menimbulkan suatu keadaan yang disebut candidiasis yaitu penyakit
pada selaput lendir, mulut, vagina dan saluran pencernaan. Saccharomyces cerevisiae ,
digunakan dalam pembuatan roti, anggur dan bir , memperbanyak dir dengan pembentukan
tunas. Jamur Aspergillus niger, untuk fermentasi asam sitrat, Aspergillus oryzae dan
Aspergillus wentii untuk fermentasi kecap
4. Divisio Basidiomycotina
Divisio ini dicirikan dengan pembentukan spora seksual disebut basidiospora dan terbentuk
pada struktur khusus seperti gada yang disebut basidium.
Pembiakan aseksual biasanya terjadi dengan pembentukan konidium.
Hifa kelompok Basidiomycotina mempunyai septa.
Tubuh buah yang sering dihasilkan kelompok ini, menyebabkan penampilan mereka sangat
menyolok dan secara umum sering disebut cendawan yang secara awam disebut jamur.
Kebanyakan hidup sebagai saprofit tetapi ada juga yang hidup sebagai parasit terutama pada
tumbuh-tumbuhan
Contoh: jamur merang (Volvariella volvaceae ), jamur shitake (Lentinus edodes) atau jamur
tiram (Pleurotes)
5. Divisio Deuteromycotina
Reproduksi
Spora dapat dibentuk secara aseksual atau seksual. Spora aseksual disebut talospora
(thallospora), yaitu spora yang langsung dibentuk dari hifa reproduktif.
Spora yang termasuk talospora ialah:
1. Blastospora, yaitu sporayang berbentuk tunas pada permukaan sel, ujung hifa semu atau pada
sekat (septum) hifa semu. Contoh: Candida
2. Artrospor a, yaitu spora yang dibentuk langsung dari hifa dengan banyak septum yang
kemudian mengadakan fragmentasi sehingga hifa tersebut terbagi menjadi banyak artrospora
yang berdinding tebal. Contoh: Oidiodendron, Geotrichum
3. Klamidospora, yaitu spora yang dibentuk pada hifa di ujung, di tengah atau menonjol ke
lateral, dan disebut klamidospora terminal, interkaler dan lateral. Diameter klamidospora
tersebut lebih lebar dari hifa yang berdinding tebal. Contoh: Candida albicans, dermatofita
4. Aleuriospora, yaitu spora yang dibentuk pada ujung atau sisi dari hifa khusus yang disebut
konidiofora. Aleuriospora ini uniselular dan kecil, disebut mikrokonidia (mikro
aleuriospora); atau multiselular, besar atau panjang, disebut makrokonidia (makro
aleuriospora). Contoh: Fusarium, dermatofita
5. Sporangiospora, yaitu spora yang dibentuk di dalam ujung hifa yang menggelembung,
disebut sporangium. Contoh: Rhizopus, Mucor: Absidia
6. Konidia yaitu spora yang dibentuk di ujung sterigma bentuk fialid. Sterigma dibentuk di atas
konidiofora. Konidia membentuk susunan seperti rantai. Contoh: Penicillium, Aspergillus.
Spora seksual dibentuk dari fusi dua sel atau hifa.
1. Zigospora, yaitu spora yang dibentuk dari fusi (penggabungan) dua hifa yang sejenis
membentuk zigot dan di dalam zigot terbentuk zigospora.
2. Oospora, yaitu spora yang dibentuk dari fusi dua hifa yang tidak sejenis (anteridium dan
oogonium)
3. Askospora, yaitu spora yang dibentuk di dalam askus sebagai hasil penggabungan (fusi) dua
sel atau dua jenis hifa.
4. Basidiospora, yaitu spora yang dibentuk pada basidium sebagai hasil penggabungan dua jenis
hifa. Seperti hifa, spora dapat berwarna atau tidak berwarna dan jernih.
(Parasitologi FK UI)
2. PATOGENESIS INFEKSI JAMUR DAN INFEKSI NOSOCOMIAL
Menurut Komariah dan Sjam (2012) terdapat beberapa tahapanpatogenesis Candida albicans
dalam rongga mulut sebagai berikut :
1) Tahap Akuisisi
Tahap akuisisi adalah masuknya sel jamur ke dalam rongga mulut. Umumnya terjadi melalui
minuman dan makanan yang terkontaminasi oleh Candida albicans.
Infeksi nosokomial
Infeksi nosokomial atau disebut juga infeksi rumah sakit, adalah infeksi yangterjadi di rumah
sakit oleh kuman yang berasal dari rumah sakit. Infeksi nosokomial dapat terjadi pada penderita,
tenaga kesehatan dan juga setiap orang yarg datang ke rumah sakit. Manifestasi penyakit dapat
terjadi di rumah sakit, tetapi dapat juga di luar rumah sakit apabila inkubasi lebih lama dari masa
tinggalnya di rumah sakit. Penyakit infeksi yang sedang dalam masa inkubasi waktu penderita
masuk ke rumah sakit, bukan infeksi nosokomial. Sumber kuman infeksi nosokomial dapat
endogen atau autogen, yaitu berasal dari penderita sendiri yang dibawa dari luar rumah sakit;
atau didapat di rumah sakit atau sumbernya dapat juga eksogen, yaitu berasal dari luar penderita.
Terjadinya infeksi nosokomial adalah karena beberapa faktor,
1. Agen penyakit
2. Resevoir/sumber
3. Lingkungan
4. Penularan
5. Hospes
Agen penyakit:
Bermacam jenis agen penyakit dapat berupa kuman, virus, jamur, parasit atau rickettsia. Dan
macam-macam agen penyakit ini ditentukan pula oleh patogenitasnya, virulensinya, daya
invasinya dan dosis infeksinya.
Reservoir:
Semua kuman ada reservoirnya/sumbernya. Seperti virus, reservoirnya adalah manusia, kuman
positif Gram manusia, tetapi kuman negatif gram dapat manusia dapat juga alam seperti
Pseudomonas. Apabila reservoirnya manusia, maka dapat berasal dari traktus respiratorius,
traktus digestivus, traktus urogenitalis, kulit (variola) atau darah (hepatitis B). Kuman itu akan
ada di udara pada debu seperti Salmonella, pada droplet seperti Mycobacterium atau pada kulit
yang lepas.
Lingkungan:
Keadaan udara sangat mempengaruhi seperti kelembaban rdara, suhu dan pergerakan udara atau
tekanan udara.
Penularan:
Penularan adalah perjalanan kuman patogen dari sumber ke hospes. Ada empat jalan yang dapat
ditempuh:
1. Kontak langsung (perawat)
2. Alat (endoskop)
3. Udara
4. Vektor (alat)
Dapat terjadi sendiri-sendiri atau lebih dari satu jalan: seperti tuberkulosis paru-panr adalah
melalui udara. Morbili adalah melalui udara dan kontak. Salmonella adalah melalui vdar a,
kontak dan alat Hospes: Tergantung port d’entree (tempat masuknya kuman penyakit):
melalui kulit seperti Leptospira atau Staphylococcus.
melalui traktus digestivus seperti Eschericbia coli, Shigella, Salmonella
melalui traktus respiratorius bagian atas ukuran partikel >5u Apakah melalui traktus
respiratorius bagian bawah ukuran partikel <5
melalui traktus urinarius seperti Klebsiela Pneumoniae
Pada hospes tergantung pula pada imunitas alamiah atau buatan yang aktif maupun pasif. Dalam
infeksi nosokomial ada yang dapat dicegah dan ada yang tidak dapat dicegah. Yang dapat
mencegah terjadinya infeksi nosokomial adalah tindakan cuci tangan sebelum operasi atau cuci
tangan dan pakai masker dalam merawat penderita dari yang satu pindah ke yang lainnya.
Sedangkan infeksi yang tidak dapat dicegah adalah karena faktor hospes itu sendiri yang berubah
atau menurun daya imunitasnya karena sakitnya atau karena pengobatannya.
Penyakit dan organisme pada infeksi nosokomial
Acinetobacter
Acinetobacter [asz − in − ée − toe – back − ter] adalah kelompok bakteri yang biasa
ditemukan di tanah dan air. Wabahinfeksi Acinetobacter biasanya terjadi di unit perawatan
intensif dan pengaturan perawatan kesehatan yang menampung pasien yang sangat sakit.
Meskipun ada banyak jenis atau “spesies” dari Acinetobacter dan semuanya dapat menyebabkan
penyakit pada manusia, Acinetobacter baumannii [asz − in − ée − toe – back − ter bō – maa – nee
– ie] menyumbang sekitar 80% dari infeksi yang dilaporkan. Infeksi acinetobacter jarang terjadi
di luar pengaturan perawatan kesehatan.
Burkholderia cepacia
Burkholderia cepacia [burk-hōld – er – ee-uh si − pay − shee − uh] adalah nama untuk
sekelompok atau “kompleks” bakteri yang dapat ditemukan di tanah dan air. Bakteri
Burkholderia cepacia seringkali resisten terhadap antibiotik umum. Burkholderia cepacia
menimbulkan sedikit risiko medis bagi orang sehat; bagaimanapun, itu adalah penyebab infeksi
yang diketahui pada pasien yang dirawat di rumah sakit. Orang dengan kondisi kesehatan
tertentu, seperti sistem kekebalan yang lemah atau penyakit paru-paru kronis (terutama fibrosis
kistik), mungkin lebih rentan terhadap infeksi Burkholderia cepacia . [ Burkholderia cepacia juga
disebut B. cepacia]
Candida auris
Fasilitas kesehatan di beberapa negara telah melaporkan bahwa sejenis ragi yang disebut
Candida auris telah menyebabkan penyakit parah pada pasien yang dirawat di rumah sakit. Pada
beberapa pasien, jamur ini bisa masuk ke aliran darah dan menyebar ke seluruh tubuh,
menyebabkan infeksi invasif yang serius. Jamur ini seringkali tidak merespons obat antijamur
yang biasa digunakan, sehingga infeksi sulit diobati. Pasien yang telah lama dirawat di fasilitas
perawatan kesehatan, memiliki kateter vena sentral, atau saluran atau tabung lain yang memasuki
tubuh mereka, atau sebelumnya telah menerima antibiotik atau obat antijamur, tampaknya
berisiko tertinggi terinfeksi jamur ini.
Clostridioides difficile
Clostridioides difficile [klos – TRID – e – OY-dees dif – uh – SEEL] (sebelumnya
dikenal sebagai Clostridium difficile dan sering disebut C. difficile atau C. diff ) adalah bakteri
(kuman) yang menyebabkan diare dan radang usus besar disebut kolitis. Diare dan demam
adalah gejala paling umum dari infeksi C. diff . Penggunaan antibiotik yang berlebihan adalah
risiko terpenting terkena C. diff .
Clostridium Sordellii
Clostridium sordellii [klo-strid-ee-um sakit-dell-ee-I] adalah bakteri langka yang
menyebabkan pneumonia, endokarditis, artritis, peritonitis, dan mionekrosis. Bakteremia dan
sepsis Clostridium sordellii (bakteremia terjadi ketika bakteri ada dalam aliran darah; sepsis
adalah ketika bakteremia atau infeksi lain memicu respons serius di seluruh tubuh) jarang terjadi.
Sebagian besar kasus sepsis dari Clostridium sordellii terjadi pada pasien dengan kondisi
kesehatan lain. Sindrom syok toksik yang parah di antara orang yang sebelumnya sehat telah
dijelaskan dalam sejumlah kecilkasus Clostridium sordellii , paling sering dikaitkan dengan
infeksi ginekologi pada wanita dan infeksi tunggul pusar pada bayi baru lahir. [ Clostridium
sordellii juga disebut C. sordellii]
Hepatitis
Kata hepatitis berarti radang hati dan juga mengacu pada sekelompok infeksi virus yang
mempengaruhi hati. Jenis yang paling umum adalah hepatitis A, hepatitis B, dan hepatitis C.
Pemberian layanan kesehatan berpotensi menularkan hepatitis kepada petugas layanan
kesehatan dan pasien. KLB telah terjadi di tempat rawat jalan, unit hemodialisis, fasilitas
perawatan jangka panjang, dan rumah sakit, terutama sebagai akibat dari praktik injeksi yang
tidak aman; penggunaan kembali jarum suntik, alat penjepit jari, dan alat suntik; dan
penyimpangan lain dalam pengendalian infeksi.
Influenza
Influenza pada dasarnya adalah infeksi berbasis komunitas yang ditularkan di rumah tangga dan
lingkungan komunitas. Setiap tahun, 5% hingga 20% penduduk AS tertular infeksi virus
influenza, dan banyak yang akan mencari perawatan medis dalam pengaturan perawatan
kesehatan rawat jalan (misalnya, kantor dokter anak, klinik perawatan darurat). Selain itu, rata-
rata lebih dari 200.000 orang dirawat di rumah sakit setiap tahun untuk mengetahui fakta-fakta
penting tentang Influenza (flu).
Infeksi influenza yang terkait dengan perawatan kesehatan dapat terjadi di lingkungan perawatan
kesehatan apa pun dan paling sering terjadi saat influenza juga beredar di masyarakat. Oleh
karena itu, tindakan pencegahan influenza harus diterapkan di semua rangkaian perawatan
kesehatan. Tindakan tambahan mungkin perlu diterapkan selama musim influenza jika wabah
influenza terkait perawatan kesehatan terjadi di dalam fasilitas tertentu, seperti fasilitas
perawatan jangka panjang dan rumah sakit
Klebsiella
Klebsiella [kleb – see – ell – uh] adalah jenis bakteri Gram-negatif yang dapat menyebabkan
infeksi terkait perawatan kesehatan termasuk pneumonia, infeksi aliran darah, infeksi luka atau
tempat operasi, dan meningitis. Semakin banyak,bakteri Klebsiella telah mengembangkan
resistensi antimikroba, yang terbaru terhadap kelas antibiotik yang dikenal sebagai karbapenem.
Bakteri Klebsiella biasanya ditemukan di usus manusia (di mana mereka tidak menyebabkan
penyakit). Mereka juga ditemukan di kotoran manusia (feses). Dalam pengaturan perawatan
kesehatan, Klebsiellainfeksi biasanya terjadi di antara pasien sakit yang menerima perawatan
untuk kondisi lain. Pasien yang memiliki alat seperti ventilator (mesin pernapasan) atau kateter
intravena (vena), dan pasien yang menggunakan antibiotik tertentu dalam jangka waktu yang
lama paling berisiko terkena infeksi Klebsiella . Orang sehat biasanya tidak terkena infeksi
Klebsiella .
Methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA) adalah jenis bakteri Staph yang resisten
terhadap antibiotik tertentu yang disebut beta-laktam. Antibiotik ini termasuk metisilin dan
antibiotik lain yang lebih umum seperti oksasilin, penisilin, dan amoksisilin. Di masyarakat,
kebanyakan infeksi MRSA adalah infeksi kulit. Infeksi MRSA yang lebih parah atau berpotensi
mengancam nyawa terjadi paling sering di antara pasien di Pengaturan Perawatan Kesehatan. [
Staphylococcus aureus yang resisten terhadap metisilin juga disebut MRSA]
Meski dapat dialami oleh siapa saja, infeksi jamur lebih berisiko dialami oleh seseorang dengan
faktor-faktor di bawah ini:
Menderita diabetes
Menderita HIV
Menjalani transplantasi organ atau sel punca
Menderita kanker
Menjalani rawat inap dalam waktu lama di rumah sakit
Mengonsumsi obat imunosupresan
Memiliki berat badan berlebih atau obesitas
Menderita penyakit pembuluh darah
Telah memasuki masa menopause
Mengalami cedera atau infeksi di kuku dan kulit
Tidak rajin menjaga kebersihan diri dan lingkungan sekitar
Candidiasis
Candidiasis disebabkan oleh infeksi jamur Candida. Infeksi ini terjadi akibat kurangnya
kebersihan diri, kebiasaan mengenakan pakaian ketat, penurunan daya tahan tubuh akibat kondisi
tertentu (seperti diabetes atau penyakit autoimun), dan kondisi kulit yang lembap.
Gejala candidiasis tergantung pada bagian tubuh yang terinfeksi, antara lain:
Bercak putih yang terasa nyeri di dalam mulut atau kerongkongan
Kulit pecah-pecah di sudut bibir
Gatal dan nyeri di vagina yang disertai keputihan
Ruam kulit yang terasa seperti terbakar
Kurap
Kurap merupakan infeksi kulit akibat jamur yang hidup di tanah,
seperti Microsporum, Epidermophyton, dan Trichophyton. Seseorang bisa terinfeksi kurap bila
menyentuh tanah yang terkontaminasi jamur tersebut. Penyebarannya dapat terjadi dari hewan ke
manusia, atau antarmanusia.
Gejala kurap yang dapat terlihat di kulit antara lain:
Gatal di kulit
Ruam menyerupai cincin
Kulit kemerahan, bersisik, dan pecah-pecah
Rambut rontok
Aspergillosis
Aspergillosis terjadi akibat paparan jamur Aspergillus, yang dapat ditemukan di tumpukan
kompos, gandum, dan sayuran yang membusuk. Kondisi ini lebih berisiko terjadi pada orang
dengan daya tahan tubuh lemah, penderita asma, atau penderita cystic fibrosis.
Aspergillosis dapat menimbulkan gejala yang berbeda-beda. Namun, gejala yang sering timbul
adalah batuk yang dapat disertai darah atau lendir, serta sesak napas.
Cryptococcus neoformans
Infeksi ini disebabkan oleh jamur Cryptococcus neoformans. Saat terhirup, spora jamur tersebut
biasanya hanya menyebabkan infeksi pada orang dengan daya tahan tubuh lemah, seperti
penderita HIV/AIDS.
Gejala Cryptococcus neoformans tergantung pada bagian tubuh yang terinfeksi, tetapi umumnya
berupa:
Demam
Batuk
Sakit kepala yang kadang disertai penurunan kesadaran
Mual dan muntah
Histoplasmosis
Histoplasmosis disebabkan oleh jamur Histoplasma. Jamur ini dapat ditemukan di tanah yang
terpapar kotoran burung atau kelelawar. Infeksi terjadi ketika spora jamur di tanah terhirup dan
masuk ke saluran pernapasan.
Beberapa gejala yang menandakan histoplasmosis adalah:
Demam
Menggigil
Sakit kepala
Batuk kering
Mucormycosis
Mucormycosis disebabkan oleh jamur golongan Mucormycetes yang ditemukan di daun, kayu,
tanah, atau di tumpukan kompos. Jamur ini adalah penyebab penyakit jamur hitam pada
pasien COVID-19 di India.
Mucormycosis terjadi ketika seseorang menghirup spora jamur secara tidak sengaja. Infeksi juga
dapat terjadi bila luka terbuka di kulit terpapar jamur ini. Infeksi ini lebih berisiko terjadi pada
orang dengan daya tahan tubuh lemah, seperti penderita kanker dan diabetes.
Gejala mucormycosis tergantung pada bagian tubuh yang terinfeksi, antara lain:
Batuk dan sesak napas
Demam
Ruam kehitaman pada lapisan dalam hidung atau mulut
Sakit perut yang disertai mual dan muntah
Melepuh atau kemerahan pada kulit
Pemeriksaan lanjutan untuk infeksi jamur dilakukan dengan mengambil sampel darah, urine,
nanah, atau cairan serebrospinal, tergantung organ yang terinfeksi. Metode pemeriksaan tersebut
cukup beragam, tergantung kepada jenis infeksi jamur itu sendiri. Di antaranya adalah:
Tes KOH
Dalam tes KOH, dokter akan mengambil sampel kerokan kulit pasien yang terinfeksi, lalu
mencampurnya dengan larutan KOH (kalium hidroksida). KOH akan menghancurkan sel kulit
sehat, dan menyisakan sel kulit yang terinfeksi jamur.
Kultur jamur
Kultur jamur dilakukan guna mendeteksi apakah terdapat jamur di area tubuh yang terinfeksi.
Dalam prosedur ini, dokter akan mengambil sampel darah, kulit, kuku, atau lapisan dalam kulit
pasien untuk dibiakkan di laboratorium. Sampel juga dapat menggunakan cairan serebrospinal
bila dicurigai terdapat infeksi pada otak dan tulang belakang. Dalam prosedur ini, sampel cairan
serebrospinal yang menyelubungi otak dan tulang belakang pasien akan diambil, menggunakan
metode pungsi lumbal, yaitu melalui celah tulang belakang di daerah punggung bawah.
Biopsi
Biopsi adalah pengambilan sampel jaringan guna dianalisis di bawah mikroskop. Dokter dapat
mengambil sampel kulit, paru-paru, tulang sumsum, atau kelenjar getah bening, tergantung
kepada area yang terinfeksi.
Dokter akan menanyakan keluhan yang dialami oleh pasien, kemudian melakukan pemeriksaan
fisik untuk mengetahui kondisi pasien dan ada atau tidaknya tanda infeksi lokal di kulit.
Untuk memastikan diagnosis, dokter akan melakukan pemeriksaan penunjang berikut:
Antifungi adalah suatu obat yang digunakan untuk mengobati penyakit yang disebabkan oleh
jamur. Menurut indikasi klinis obat-obat antijamur dapat dibagi atas 2 golongan, yaitu:
Pengobatan Farmakologi
Salep mikonazol (topikal),
indikasi; untuk mengobati infeksi kulit dan kuku yang disebabkan jamur Trichophyton,
Epidermophyton, microsporum, Candida, dan Malassezia furfur. Seperti kutu air, kadas, kurap,
panu, dll.
Aturan pemakaian; dioleskan sekali atau dua kali sehari selama 10 hari berturut-turut. Dan
pemakaiannya harus berlanjut jangan sampai terhenti agar infeksi jamur tersebut tidak
membekak atau melebar.
Untuk setiap Infeksi Opurtunistik, ada obat, atau kombinasi obat tertentu yang tampak paling
berhasil. Lihat lembaran informasi setiap Infeksi Opurtunistik untuk lebih mempelajari tentang
bagaimana Infeksi Opurtunistik tersebut diobati. ART memungkinkan pemulihan sistem
kekebalan yang rusak dan lebih berhasil memerangi Infeksi Opurtunistik. LI 481 tentang
pemulihan kekebalan mempunyai banyak informasi tentang topik ini.
Candida
Flukonazol
Definisi Flukonazol merupakan suatu hidrofilik dari sintetik triazol, terdapat dalam bentuk oral
dan parenteral (Lubis, 2008). Flukonazol termasuk anti fungi golongan triazol yang ditemukan
pada tahun 1982 dan pertama diperkenalkan di Eropa kemudian di Amerika Serikat. Bentuk
sediaannya adalah kapsul 50 mg, 150 mg, dan injeksi 200 mg/100 ml (Kemenkes, 2013).
a. Mekanisme Kerja
Flukonazol bekerja dengan menghambat sintesis ergosterol pada membran sel jamur, yang
bekerja dengan menghambat sistem enzim sitokrom P-450 14-α–demethylase dan bersifat
fungistatik. Flukonazol paling efektif terhadap jamur Candida, Coccidioides imminitis dan
Crytococcus neoformans. Walaupun flukonazol efektif terhadap spesies Candida akan tetapi
memiliki sifat resistan terhadap Candida krusei dan Candida glabrata (Lubis, 2008).
b. Farmakokinetik
Flukonazol secara cepat dan sempurna diserap melalui gastrointestinal. Bioavailabilitas oral
flukonazol melebihi 90% pada orang dewasa. Konsentrasi puncak plasma dicapai setelah 1 atau
2 jam pemberian oral dengan eliminasi waktu paruh plasma ± 30 jam (20–50 jam) setelah
pemberian oral. Absorbsinya tidak dipengaruhi oleh kadar asam lambung. Metabolisme
flukonazol ini terjadi di hepar dan akan diekskresikan melalui urine. Flukonazol berisfat
hidrofilik sehingga sangat banyak ditemukan di dalam cairan tubuh juga terkandung dalam
keringat dalam konsentrasi tinggi (Lubis, 2008).
c. Dosis
Dosis mikonazol untuk candidiasis orofaringeal diberikan dosis 200 mg pada hari pertama dan
hari selanjutnya 100 mg/hari selama 2 minggu. Candidiasis esofageal 200 mg pada hari pertama
dan diteruskan pada hari selanjutnya 100 mg/hari selama 3 minggu. Candidiasis vulvovaginal
150 mg dosis tunggal (Lubis, 2008).
d. Efek Samping
Efek samping yang sering dijumpai adalah masalah gastrointestinal seperti mual, muntah, diare,
sakit pada abdominal juga sakitkepala. Efek samping lain yaitu hipersensitivitas hepatotoksik,
trombositopenia dan efek pada sistem saraf pusat (Lubis, 2008).
Mikonazol
Mikonazol adalah agen anti jamur spektrum luas yang berasal dari golongan imidazol (Sanap
dan Mohanta, 2014). Mikonazol biasa digunakan untuk pengobatan dermatofitosis, pitiriasis
versikolor, candidosis oral, kutaneus, dan genital (Lubis, 2008).
a. Mekanisme Kerja
Kerja mikonazol dengan cara kombinasi dari dua mekanisme yaitu yang pertama dengan
menghambat biosintesisi ergosterol, yang akan menyebabkan lisis membran sel jamur karena
perubahan di kedua membrannya yakni integritas dan fluiditas dan yang kedua melalui
perusakan langsung membran sel jamur (Sanap dan Mohanta, 2014).Mekanisme kerja mikonazol
pada tingkat membran adalah dengan cara menghambat enzim cytochrome P 450 sel jamur,
lanosterol 14 demethylase sehingga terjadi kerusakan sintesa ergosterol dan selanjutnya terjadi
ketidak normalan membran sel (Collins et al., 2011). c.
b. Farmakokinetik
Sebuah studi farmakokinetik dari 18 sukarelawan sehat menunjukkankonsentrasi saliva
maksimum rata-rata 15 mcg / ml pada7 jam setelah penempatan tablet. Sebuah paparan
mikonazol pada saliva rata-rata dari 55,23 mcg. jam / mL diperkirakandari AUC (0-24 jam).
Waktu paruhtablet bukal mikonazol adalah 24 jam. Penyerapan sistemik tablet bukal mikonazol
adalah terbatas. Konsentrasi plasma berkisar antara 0,5 sampai 0.83 mcg / mL (Collins et al.,
2011).
c. Dosis
Dosis mikonazol untuk pengobatan Candidiasis vaginalis adalah 200 atau 100 mg yang
dimasukan kedalam vagina selama 7 atau 14 hari berturut-turut. Pengobatan Candidiasis oral
diberikan oral gel 125 mg 4 kali sehari. Kemudian untuk pengobatan infeksi jamur dikulit
digunakan mikonazol krim 2%. Dosis lamanya pengobatan tergantung dari kondisi pasien,
biasanya diberikan selama 2–4 minggu dan dioleskan 2 kali sehari (Lubis, 2008).
d. Efek samping
Berikut adalah beberapa efek samping mikonazol :
1) Mual, muntah, gatal, sensasi tidak menyenangkan pada mulut dan pruritus.
2) Hasil tes fungsi hati yang abnormal. Tingkat SGOT dilaporkan tinggi pada sekitar 15%
pasien dalam uji klinis.
3) Sediaan krim, supositoria atau tablet vagina menimbulkan sensasi terbakar, poliuria, gatal,
nyeri dan edema.
4) Sediaan krim yang digunakan pada kulit umumnya mempunyai efek samping seperti rasa
panas, eritema, edema, gatal, rasa seperti terbakar, pedih, urtikaria, dan kejadian iritasi umum
lainnya.
Pneumonia Pneumocystis
Penatalaksanaan Pneumonia Pneumocystis
Terapi pilihan untuk PCP adalah TMP-SMX (TMP 15-20 mg/kg/hari + SMZ 75- 100
mg/kg/hari) IV dibagi dalam 3-4 dosis selama 21 hari. Terapi alternatif dapat digunakan
klindamisin 3-4 x 600-900 mg IV atau 4x300-450 mg PO + primakuin 15-30 mg/hari PO selama
21 hari bila pasien alergi terhadap sulfa. Pasien dengan PCP berat dianjurkan pemberian
kortikosteroid berupa prednison 2x40 mg PO selama 5 haripertama, selanjutnya 40 mg/hari pada
hari 6-10, kemudian 20 mg/hari dari hari 11-21. Metilprednisolon IV diberikan dengan dosis
75% dosis prednison.
Inisiasi ART segera lebih dipilih pada pasien dengan PCP walaupun waktu inisiasi yang optimal
masih belum bisa ditentukan. Penderita HIV yang akan memulai ART dengan CD4+ <200
sel/μL, dianjurkan untuk diberikan TMP-SMX2 minggu sebelum ART. Hal tersebut berguna
untuk tes kepatuhan dalam minum obat dan menyingkirkan efek samping yang tumpang tindih
antara TMP-SMX dengan ART, mengingat bahwa banyak obat ART mempunyai efek samping
serupa dengan efek samping TMP-SMX.
Kejadian efek simpang TMP-SMX cukup tinggi, berupa ruam kulit (termasuk sindroma Stevens-
Johnson), demam, leukopenia, trombositopenia, azotemia, hepatitis, hiperkalemia, mual dan
muntah, pruritus dan anemia. Terapi suportif dan simptomatis terhadap efek tersebut perlu
diusahakan sebelum menghentikan TMP-SMX.