Anda di halaman 1dari 16

Jurnal THT-KL.Vol.2,No.

1, Januari – April 2009, hlm 32 - 47

PATOGENESIS
LIMFOMA NON HODGKIN EKSTRA NODAL KEPALA DAN LEHER

Steward Keneddy Mengko, Bakti Surarso

Dep/SMF Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok


Bedah Kepala dan Leher
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga/RSUD Dr. Soetomo Surabaya

PENDAHULUAN ekstranodal yang seringkali ditemukan saat


penentuan stadium.4
Limfoma merupakan istilah umum Kriteria limfoma ekstranodal masih
yang diberikan untuk semua kelainan menjadi perdebatan sehingga insidens yang
neoplastik pada jaringan limfoid. Istilah dilaporkan beberapa institusi/ peneliti
limfoma sering sendiri dipakai untuk bervariasi.3,4 Lokasi primer ekstranodal
menyatakan limfoma maligna karena kepala dan leher antara lain: cincin waldeyer,
limfoma yang jinak jarang ditemukan.1 sinus paranasalis, cavum nasi, laring, rongga
Limfoma maligna diklasifikasikan mulut, kelenjar ludah, tiroid dan orbita. LNH
sebagai Limfoma hodgkin (LH) dan ekstranodal kepala dan leher paling sering
Limfoma non hodgkin (LNH). Limfoma Non ditemukan pada tonsil.4,5
Hodgkin dan penyakit Hodgkin dibedakan Etiologi pasti terjadinya keganasan
atas jenis sel yang mencolok yang terdapat LNH pada manusia masih belum jelas.
dalam kelenjar getah bening. Pada penyakit Penelitian selama ini banyak dilakukan
Hodgkin, sel-sel dari sistem limfatik terhadap hewan menunjukkan keterlibatan
bertumbuh secara abnormal dan dapat virus yang dikenal sebagai virus onkogenik.2
menyebar ke luar sistem limfatik dalam Faktor lain yang diduga berperan pada
bentuk sel Reed-Sternberg yang ditemukan terjadinya limfoma antara lain: mutasi, faktor
pada jaringan yang terkena.2 lingkungan dan imunodefisiensi.2-4
Bentukan sel ganas pada LNH adalah Tujuan penulisan refarat ini adalah
sel limfosit yang berada pada salah satu untuk mengulas mengenai anatomi fisiologi
tingkat diferensiasinya, baik limfosit T atau sistim limfatik, epidemiologi dan patogenesis
limfosit B; bersifat heterogen dengan limfoma non hodgkin ekstranodal pada
spektrum bervariasi dari tumor yang sangat kepala dan leher
agresif sampai kelainan indolen dengan
perjalanan lama dan tidak aktif. 2,3 TINJAUAN PUSTAKA
Variasi dalam LNH bukan hanya di Anatomi
temukan dari histologik ataupun morfologi Sistim Limfatik Tubuh
saja, melainkan juga lokasi primer Sistem limfatik adalah sistem saluran
limfoma.3,4 Jenis LNH limfoma Burkitt (tipe limfe yang meliputi seluruh tubuh yang dapat
endemik) ditemukan pada anak-anak kecil di mengalirkan isinya ke jaringan dan kembali
Afrika Tengah. Gambaran histologis sebagai transudat ke sirkulasi darah. Sistem
tersering adalah limfoma derajat keganasan limfatik terdiri dari pembuluh limfe, organ
tinggi large B cell.3,5 Pada keganasan kepala dan jaringan limfoid (gambar 1). 6,7
dan leher ditemukan 10 % kasus LNH

32
Patogenesis Limfoma..... (Steward Keneddy M, Bakti Surarso)

Gambar 1.Sistem vassa limfatika dan kelompok nodus limfoid utama


Dikutip dari : Scanlon VC, Sanders T. The lymphatic system and Immunity. In: Scanlon VC,
Sanders T. Essential of Anatomy and Physiology. 5thed. Philadelphia: FA Davis
Company,2007:325

Nodus dan nodulus limfoid adalah


massa dari jaringan limfatik; mempunyai
ukuran dan lokasi bervariasi. Nodus
biasanya lebih besar, panjangnya nodus
berkisar 10 - 20 mm dan mempunyai kapsul;
sedangkan nodulus panjangnya antara
sepersekian milimeter sampai beberapa
milimeter dan tidak mempunyai kapsul.8
Nodus limfoid ditemukan
berkelompok sepanjang jalur vassa limfatika,
dan limf mengalir melewati nodus-nodus ini
dalam perjalanannya menuju vena subklavia.
Limf memasuki suatu nodus melalui
beberapa vasa limfatika aferen dan
meninggalkannya lewat satu atau dua Gambar 2. Struktur nodus limfoid
pembuluh eferen (gambar 2).7,8 Dikutip dari : Abbas AK, Litchman AH.
Anatomy and function of lymphoid tissue. In:
Abbas AK, Litchman AH.. Cellular and
Mollecular Immunology. 5thed. Philadelphia:
WB Saunders,2003:29

33
Jurnal THT-KL.Vol.2,No.1, Januari – April 2009, hlm 32 - 47

Organ limfoid berupa kumpulan limfoid pada manusia, 300 diantaranya


nodulus kecil yang mengandung banyak terdapat di leher. Drinker dan Yoffey menulis
limfosit merupakan tempat awal terjadinya bahwa semua jaringan limfoid dari tubuh
respon imun spesifik terhadap antigen protein manusia termasuk limfosit pada sumsum
yang dibawa melalui sistem limfatik.6 tulang kemungkinan berkisar 1 % dari berat
Organ limfoid terdiri atas: badan total. Hal ini setara dengan setengah
1. Organ limfoid primer massa berat hepar. Carlson dan Skandalakis
Organ limfoid primer atau sentral mengemukakan bahwa terdapat banyak
yaitu kelenjar timus dan bursa fabricius atau nodus limfoid dengan drainase ke cavum oris
sejenisnya seperti sumsum tulang, diperlukan dan orofaring yang tidak pernah diangkat saat
untuk pematangan diferensiasi dan pembedahan, sehingga diduga jumlah total
proliferasi sel T dan sel B sehingga menjadi dari nodus limfoid berkisar 150-300.9
limfosit yang dapat mengenal antigen. Skandalakis dkk mengemukakan
2. Organ limfoid sekunder pembagian nodus limfoid kepala dan leher
Organ limfoid sekunder utama adalah dalam 5 kelompok atau level, yang dikenal
sistem imun kulit (Skin Associated Lymphoid sebagai sistem Healey (gambar 3), sebagai
Tissue/ SALT), Mucosal Associated berikut:9
Lymphoid Tissue/ MALT), Gut Associated 1. Rantai horisontal superior, terdiri dari:
Lymphoid Tissue/ GALT), kelenjar limfe dan nodus submental, sub mandibular,
lien. preaurikular (parotis), post aurikular
Organ limfoid sekunder mempunyai (mastoid), occipital
fungsi untuk menangkap dan mengumpulkan 2. Rantai vertikal posterior atau posterior
antigen yang efektif, proliferasi dan triangle, terdiri dari: nodus superfisial
diferensiasi limfosit yang disensitisasi oleh pada sepanjang vena jugularis eksterna
antigen spesifik dan merupakan tempat dan nodus profunda pada sepanjang saraf
utama produksi antibodi.6 spinalis assesorius
Jaringan limfoid mukosa yang 3. Rantai vertikal intermediet atau jugularis,
terorganisasi terdiri atas plak Peyer (Peyer’s terdiri dari: nodus juguloparotis
patch) di usus kecil, tonsil faring dan folikel (subparotis), jugulodigastrik
limfoid yang terisolasi. (subdigastrik), jugulokarotis (bifurkasio),
Tonsil faring merupakan folikel limfoid yang juguloomohioid (omohioid)
analog dengan plak peyer.6,8 4. Rantai vertikal anterior (viseral), terdiri
dari: nodus parafaringeal, paralaringeal,
Sistim Limfatik Kepala dan Leher prelaryngeal (Delphian), pretracheal
Terdapat perbedaan yang signifikan 5. Rantai horisontal inferior, terdiri
dalam jumlah nodus limfoid pada kepala dan atas: nodus supraklavikular dan scalenus
leher menurut beberapa ahli. Bailey dan Love
melaporkan terdapat sekitar 800 nodus

34
Patogenesis Limfoma..... (Steward Keneddy M, Bakti Surarso)

Gambar 3. Level nodus limfoid menurut klasifikasi Healey


Dikutip dari: Skandalakis JE.Neck: Lymphatic System. In: Skandalakis JE, Colborn GL,
Weidman TA, Foster KS, Kingsworth AN, Skandalakis LJ,et al eds. Skandalakis Surgical
Anatomy. New York: McGraw-Hill Companies,2004:32.

Fisiologi Limf mengalir kembali dalam darah untuk


Fungsi Sistem Limfatik kembali menjadi plasma.7,8
Fungsi sistim limfatik antara lain
membantu mempertahankan keseimbangan
cairan pada jaringan; menyerap lemak dari Resirkulasi Limfosit
saluran cerna; sebagai bagian dari sistem Vasa limfatika dari tubuh bagian
pertahanan tubuh terhadap penyakit, dimana bawah menyatu di depan vertebra lumbalis
mengandung limfosit, sel epitel dan stroma untuk membentuk saluran yang disebut
yang teRSUDsun dalam organ dengan kapsul sisterna cili, yang berlanjut ke atas di depan
atau berupa kumpulan jaringan limfoid yang tulang punggung sebagai duktus torasikus.
difus.7,8 Vassa limfatika dari kuadran kiri atas tubuh
Sistim vassa limfatika berawal di bergabung ke dalam duktus torasikus, yang
kapiler limfe yang terdapat pada sebagian mengosongkan limfnya ke dalam vena
besar ruang jaringan. Kapiler limf sangat subklavia sinistra. Vassa limfatika dari
permeabel dan mengumpulkan cairan kuadran kanan atas tubuh menyatu untuk
jaringan dan protein.Kapiler limf menyatu membentuk duktus limfatikus dekstra, yang
membentuk vassa limfatika yang lebih besar mengosongkan limfnya ke dalam vena
dengan susunan menyerupai vena. Pada subklavia dekstra (gambar 4)7,8
vassa limfatika tidak terdapat pompa Hal ini menyebabkan aliran limf
(sebagaimana pompa untuk darah adalah kembali ke darah secara konstan dan terjadi
jantung), namun limf tetap mengalir dalam pembentukan terus-menerus limf oleh
vassa limfatika dengan mekanisme yang gerakan cairan dari darah ke dalam jaringan.
sama, yang mempercepat aliran balik vena. Demikian pula, limfosit secara terus-menerus
mengalami resirkulasi.

35
Jurnal THT-KL.Vol.2,No.1, Januari – April 2009, hlm 32 - 47

Gambar 4. Komponen sistem limfoid dan sirkulasi sel limfosit di dalam pembuluh darah dan
limfatik
Dikutip dari: Chandrasoma P, Taylor CR. Sistim Limfoid: Limfoma maligna. Alih bahasa. Dalam:
Chandrasoma P, Taylor CR. Patologi Anatomi. Edisi ke-2. Jakarta: EGC,1995:397.

Limfosit meninggalkan aliran darah atau tanpa keterlibatan nodus limfoid


melalui venula-venula khusus di dalam regional. Kriteria tersebut kemudian
jaringan limfoid, berdiam di jaringan limfoid berkembang dengan keterlibatan organ lain
dengan lama bervariasi, dan kemudian yang berdekatan (hepar, lien) dan untuk
beredar melalui limf untuk kembali menyatu penyakit nodal jauh yang muncul dengan lesi
dengan limfosit lain di darah. Limfosit ekstranodal; dimana ditemukan pembesaran
berbeda satu sama lain dalam kaitannya primer pada saat penetapan stadium.11
dengan pergerakan mengitari tubuh. LNH esktranodal adalah keganasan
Kelompok limfosit tertentu mempunyai pola limfatik yang terjadi diluar rantai
homing receptor dalam kaitannya dengan limfonodus, dapat berupa ekstranodal
berbagai bagian sistem limfoid.6,10 limfatik dan ekstranodal ekstralimfatik.12
Area ekstranodal merupakan tempat
berkembangnya limfoma yang secara normal
Limfoma Non Hodgkin Ekstranodal kaya akan jaringan limfoid seperti cincin
Definisi waldeyer, dimana tonsil palatina sebagai
Batasan limfoma primer ektranodal tempat tersering (penyakit ekstranodal
masih menjadi perdebatan para ahli, limfatik) sebagaimana ditunjukkan pada
khususnya pada saat penyakit nodal dan gambar 5. Yang termasuk ekstranodal ekstra
ekstra nodal ditemukan secara bersamaan. limfatik antara lain orbita, cavum nasi, sinus
Kriteria pertama kali disampaikan oleh paranasalis, dan kelenjar tiroid.4,5,11,12
Dawson tahun 1961 dengan batasan limfoma Young dan Bailey mengelompokkan
primer gaster yang muncul dengan LNH kepala dan leher dalam 4 bentuk, antara
manifestasi utama pada abdomen, dengan lain: 13
36
Patogenesis Limfoma..... (Steward Keneddy M, Bakti Surarso)

1. Limfoma nodal 2. Limfoma ekstranodal


- unilateral -termasuk diantaranya lingkaran waldeyer
- bilateral diluar lingkaran waldeyer (ekstralimfatik)
3. Kombinasi limfoma nodal atau ekstranodal
4. Multifokal, keterlibatan ekstranodal

Gambar 5. Drainase nodus limfoid rantai jugularis vertikal


Dikutip dari: Skandalakis JE.Neck: Lymphatic System. In: Skandalakis JE, Colborn GL, Weidman
TA, Foster KS, Kingsworth AN, Skandalakis LJ,et al eds. Skandalakis Surgical Anatomy. New
York: McGraw-Hill Companies,2004:33.

dilaporkan (definisi yang berubah-ubah dari


Epidemiologi penyakit ekstra nodal) dan klasifikasi
Insidens LNH di dunia kira-kira 5–10 histologik yang bervariasi. LNH primer
kali lebih besar dibandingkan Limfoma ekstranodal ± 25-50 % dari kasus limfoma
Hodgkin (LH); lebih banyak bergantung pada baru.11
perbedaan regional. Dari keseluruhan kasus Penelitian Bilge,dkk di Turki selama
limfoma, 80 % berasal dari sel B dan 20 % tahun 2000-2005 didapatkan LNH primer
dari sel T.12 ekstranodal kepala dan leher yang terdaftar
Insidens LNH di Amerika Serikat pada Klinik Onkologi Radiasi Rumah Sakit
dilaporkan meningkat kira-kira 60.000 kasus Pendidikan dan Penelitian Kartal sebanyak
baru setiap tahunnya.4 Insidens di negara- 13 penderita; usia diantara 36 - 80 tahun, 9
negara barat meningkat secara substansial pasien perempuan dan 4 pasien laki-laki.
dalam 40 tahun terakhir. Ini kemungkinan Tempat primer ditemukan pada tonsil 8 kasus
berhubungan dengan perbaikan dalam (61 %), nasofaring 4 kasus (30 %) dan tiroid
prosedur diagnostik dan berbagai perubahan 1 kasus (7 %).14
dalam sistem klasifikasi.11 Pada suatu penelitian di Yunani yang
Insidens LNH esktranodal kepala dan dilakukan oleh Hellenic Cooperative
leher bervariasi dan belum banyak dilaporkan Oncology Group Study (HeCOG) selama
para ahli atau berbagai pusat penelitian.3,5,12 tahun 1994 - 2002 melaporkan 810 pasien
Hal ini berhubungan dengan perbedaan LNH ekstranodal; 37 diantaranya dengan
geografik, variabilitas kriteria yang presentasi ekstranodal multifokal, dan hanya

37
Jurnal THT-KL.Vol.2,No.1, Januari – April 2009, hlm 32 - 47

1 kasus dengan presentasi multifokal cavum rahang, didapatkan 10 kasus LNH; 5 berasal
oris dan cavum nasi dengan gambaran dari mandibula dan 5 berasal dari maxilla.
histologi MALT.15 Limfoma maligna primer dari kelenjar tiroid
Angka kejadian limfoma non hodgkin umumnya jenis MALT limfoma ditemukan 3
di Indonesia belum diketahui dengan pasti. kasus (1 pria, 2 wanita). Limfoma maligna
Beberapa pusat pendidikan/ pelayanan pada kelenjar getah bening leher, ditemukan
kesehatan melaporkan berbagai kasus dengan 20 kasus limfoma primer (19 kasus LNH, 1
insidens bervariasi. kasus LH). Laki-laki dan wanita dengan
Pada penelitian selama 5 tahun (1996- proporsi yang hampir sama.16
2000) di Bagian Patologi Anatomi Fakultas Bagian THT-KL FKUI-RSCM
Kedokteran Universitas Airlangga/ RSUD dr. Jakarta melaporkan sejumlah kasus
Soetomo Surabaya didapatkan insidens LNH keganasan di bidang THT-KL selama tahun
pada berbagai tempat di kepala dan leher. 1990-2001, hanya disebutkan limfoma
Limfoma nasofaring ditemukan 15 kasus (12 maligna sebanyak 265 kasus (13,2 %); kedua
pria, 3 wanita) semuanya jenis LNH. terbanyak setelah karsinoma nasofaring
Limfoma maligna pada daerah sinonasal sebanyak 1247 kasus (62,13 %).17
dengan gambaran histopatologi menyerupai
suatu undifferentiated epidermoid karsinoma Etiologi dan Patogenesis
nasofaring sebanyak 5 kasus (2 pria dan 3 Hingga saat ini, proses terjadinya
wanita) pada cavum nasi, semuanya jenis neoplasma seperti halnya pada limfoma
LNH. Sebanyak 31 kasus limfoma maligna belum diketahui pasti; hanya merupakan
(14 pria, 17 wanita) pada derah tonsil dan suatu hipotesis dan adanya faktor penyokong
orofaring (cincin waldeyer). Jumlah ini atau resiko terjadinya kanker (gambar 6).2-4,18
merupakan 39,2 % dari seluruh tumor ganas

tonsil. Limfoma maligna primer pada tulang

Gambar 6. alur sederhana dasar molekular kanker

38
Patogenesis Limfoma..... (Steward Keneddy M, Bakti Surarso)

Dikutip dari: Kumar V, Cotran RS, Robbins SL. Neoplasia. In: Robbins SL, Cotran RS, Robbins
SL, eds. Basic Pathology. 7thed. Philadelphia: WB Saunders, 2004:179.
Beberapa teori berkembang untuk menjelaskan neoplasma sebagai respon terhadap kemajuan
ilmu-ilmu dasar terbaru pada waktu teori tersebut dikemukakan.2

a. Teori Asal Neoplasma pada Limfoma sel, yang kemudian memperbanyak diri dan
Non Hodgkin menimbulkan neoplasma. Neoplasma yang
Terdapat 2 tipe asal neoplasma yaitu: berasal dari monoklonal ini jelas terlihat pada
1. Asal dari monoklonal neoplasma limfosit B (limfoma sel B) yang
Menurut teori asal monoklonal, menghasilkan imunoglobulin (gambar 7).
perubahan neoplastik awalnya mengenai satu

Gambar 7. Neoplasma limfosit B. Distribusi immunoglobulin rantai ringan dan berat tersebar di
dalam populasi limfosit B
Dikutip dari: Chandrasoma P, Taylor CR. Sistim Limfoid: Limfoma maligna. Alih bahasa. Dalam:
Chandrasoma P, Taylor CR. Patologi Anatomi. Edisi ke-2. Jakarta: EGC,1995:255

2. Asal dari lapangan Berbagai faktor dapat menyebabkan benturan


Suatu agen karsinogenik yang bekerja ini dan setiap benturan menghasilkan
pada sejumlah besar sel yang serupa dapat perubahan pada genom sel yang terkena yang
menimbulkan suatu lapangan yang diteruskan pada keturunannya yaitu klon
berpotensi menjadi sel neoplasma. neoplastik. Periode antara benturan pertama
Neoplasma kemudian dapat timbul dari satu dan timbulnya kanker secara klinis disebut
sel atau lebih di dalam lapangan ini. periode lag. Interaksi multi faktor
Perubahan pada lapangan ini dianggap digambarkan pada terjadinya Limfoma
sebagai langkah pertama dari dua atau lebih Burkitt (jenis LNH derajat tinggi menurut
langkah-langkah berurutan yang klasifikasi WHO) sebagaimana ditunjukkan
menimbulkan kanker (“multiple hit”). pada gambar 8.2

39
Jurnal THT-KL.Vol.2,No.1, Januari – April 2009, hlm 32 - 47

Gambar 8. Onkogenesis pada Limfoma Burkitt


Dikutip dari: Chandrasoma P, Taylor CR. Sistim Limfoid: Limfoma maligna. Alih bahasa. Dalam:
Chandrasoma P, Taylor CR. Patologi Anatomi. Edisi ke-2. Jakarta: EGC,1995:258

Kudson mengemukakan bahwa reseptor faktor pertumbuhan. Peningkatan


karsinogenesis memerlukan 2 benturan. produksi faktor perangsang pertumbuhan
Benturan pertama adalah inisiasi dan atau reseptornya atau penurunan faktor
karsinogen yang menyebabkannya adalah (penghambat) penekan pertumbuhan atau
inisiator. Benturan kedua yang menginduksi produksi faktor yang fungsinya abnormal
pertumbuhan neoplastik adalah promosi, dan dapat menimbulkan pertumbuhan sel yang
agen penyebabnya adalah promotor. tidak terkendali. Sel neoplastik kemudian
Pendapat yang berkembang saat ini bahwa dihasilkan oleh beberapa perubahan tersebut
terjadinya banyak benturan (lima atau lebih) (benturan multipel). Agen eksternal yang
berperan besar pada timbulnya kanker.2 dapat mempengaruhi (mutagen) mencakup
karsinogen kimia, radiasi pengion, dan virus.
b. Teori Mutasi Genetik Efek agen ini dieksaserbasi oleh mekanisme
Kelainan di dalam genom akibat perbaikan DNA yang tidak sempurna pada
faktor keturunan, mutasi spontan, atau kerja usia lanjut dan pada keadaan pewarisan
agen eksternal dapat menyebabkan tertentu misalnya ataksia telangiektasia yang
neoplasma jika perubahan terjadi pada gen berhubungan dengan terjadinya LNH.2,19
pengatur pertumbuhan. Gen ini yang disebut c. Teori Onkogen Virogen
sebagai protoonkogen (onkogen selular), Transformasi neoplastik dianggap
mengkode berbagai faktor pertumbuhan dan sebagai aktivasi (atau depresi) rangkaian

40
Patogenesis Limfoma..... (Steward Keneddy M, Bakti Surarso)

DNA spesifik yang diketahui sebagai gen dikenal sebagai “onkogen teraktivasi” (atau
pengatur pertumbuhan atau proto-onkogen. onkogen mutan, dengan perubahan struktur)
Aktivasi onkogenesis dapat terjadi melalui atau hanya sebagai onkogen selular (c –onc).
beberapa mekanisme (gambar 9): (1) mutasi Dari mekanisme yang tersebut diatas, peran
proto-onkogen; (2) translokasi ke bagian onkogen melalui mekanisme translokasi
genom yang lebih aktif; (3) insersi virus dianggap paling berperan pada terjadinya
onkogenik pada daerah sekitarnya; (4) LNH.2,19

amplifikasi proto-onkogen; (5) pengenalan


onkogen virus; (6) derepresi (kehilangan
kendali penekan); Hasil gen teraktivasi

Gambar 9. Hubungan onkogen selular dengan pertumbuhan normal dan neoplasma serta cara
aktivasi onkogen
Dikutip dari: Chandrasoma P, Taylor CR. Sistim Limfoid: Limfoma maligna. Alih bahasa. Dalam:
Chandrasoma P, Taylor CR. Patologi Anatomi. Edisi ke-2. Jakarta: EGC,1995:258

d. Faktor Risiko 1. Translokasi kromosom dan penyusunan


Beberapa faktor yang diduga berhubungan ulang molekuler
dengan patogenesis limfoma non hodgkin, Translokasi kromosom dan
antara lain: penyusunan ulang molekuler mempunyai
peranan penting pada patogenesis berbagai
41
Jurnal THT-KL.Vol.2,No.1, Januari – April 2009, hlm 32 - 47

jenis limfoma dan berhubungan dengan penjajaran posisi “onkogen” inhibitor


histologi dan imunofenotip.18,19 apoptosis bcl-2 (terletak di kromosom 18q21)
pada daerah rantai berat dari lokus
imunoglobulin kromosom 14q32. Hal ini
Peran onkogen dalam terjadinya LNH menyebabkan ekspresi berlebihan dari
lebih banyak diketahui. Pada LNH terdapat protein bcl-2 yang melindungi limfosit dari
translokasi kromosom. Karakteristiknya apoptosis dan menyebabkan sel tersebut
adalah bagian kromosom spesifik yang bertahan hidup lama; terjadi akumulasi
didalamnya terlokalisasi gen reseptor berkelanjutan menyebabkan limfadenopati
imunoglobulin atau sel T, berpindah ke dan infltrasi sumsum tulang. Limfoma
kromosom lain yaitu ke tempat suatu dengan ekspresi bcl-2 yang berlebihan
onkogen. Dalam perkembangan dini sel T cenderung indolen dibandingkan dengan
dan sel B, gen-gen ini mengalami proses limfoma pada umumnya.19-21
pengaturan kembali pada DNA, dengan Translokasi kromosom dapat
penyusunan gen-gen fungsional dari berbagai melibatkan deregulasi dan aktivasi onkogen
komponen gen pada kromosom. Sementara melalui translokasi t(8;14)(q24;q32), dimana
proses ini berlangsung, terjadi patahan satu dari gen-gen rantai berat imunoglobulin
kromosom yang tidak mengalami perbaikan kromosom 14 tergabung ke onkogen c-myc
(bagian yang patah ke kromosom asli), tetapi pada kromosom 8, sebagaimana ditunjukkan
penggabungan yang keliru dengan pada gambar 10. Aktivasi c-myc
kromosom lain. Hasilnya adalah suatu menyebabkan proliferasi hebat. Translokasi t
translokasi.19-21 (8,14) secara spesifik terdapat pada Limfoma
Abnormalitas kromosom yang paling Burkitt (endemik dan sporadik) tetapi juga
sering pada LNH adalah translokasi pada LNH sel B derajat tinggi yang lain.19-21
t(14;18)(q32;q21), yang ditemukan pada 85
% limfoma follicular dan 28 % pada LNH
derajat tinggi. Translokasi ini menghasilkan

Gambar 10. Translokasi kromosom dan onkogen terkait

42
Patogenesis Limfoma..... (Steward Keneddy M, Bakti Surarso)

Dikutip dari: Kumar V, Cotran RS, Robbins SL. Neoplasia. In: Robbins SL, Cotran RS, Robbins
SL, eds. Basic Pathology. 7thed. Philadelphia: WB Saunders, 2004:197
permukaan sel B CD 40. Secara bersamaan,
LMP-1 mencegah apoptosis dengan
Melalui penjelasan tersebut diatas mengaktifkan BCL 2. Pada individu yang
dapat dilihat peran onkogen dalam secara imunologis normal, proliferasi
menstimulasi proliferasi maupun poliklonal in vivo sel B yang dipicu oleh
menghambat kematian sel. Kedua faktor ini EBV mudah dikendalikan, dan individu
dapat menimbulkan replikasi sel neoplastik. tersebut mungkin tetap asimtomatik.19,21
Kaitan langsung untuk terjadinya
2. Virus
LNH terdapat pada limfoma Burkitt (tipe
Banyak virus DNA dan RNA terbukti
endemik) pada anak-anak kecil di Afrika
bersifat onkogenik pada beragam hewan,
Tengah. Dalam hal ini terdapat kerjasama
namun melalui berbagai penelitian
antara infeksi EBV, infeksi malaria dan
mendalam hanya dilaporkan beberapa virus
deregulasi onkogen karena translokasi
yang menyebabkan keganasan pada manusia.
kromosomal t (8,14), yang menyebabkan
Berikut ini diuraikan beberapa virus yang
berkembangnya limfoma Burkitt. Demikian
berperan pada patogenesis LNH.2,19,22
halnya di negara Barat, EBV dapat
ditunjukkan dalam berbagai tipe LNH ( yaitu
Virus Eipsten-Barr (EBV)
LNH sel B besar dan LNH sel T). 19-21
Pada tipe LNH tertentu, infeksi virus
Pada pasien dengan penekanan imun,
memegang peranan. Yang paling banyak
termasuk mereka yang mengidap penyakit
diketahui adalah peran virus Eipsten-Barr
HIV dan penerima cangkok organ, sel B yang
(EBV). Virus ini dilaporkan berkaitan
terinfeksi EBV mengalami ekspansi
dengan patogenesis beberapa tumor:
poliklonal, in vivo menghasilkan padanan
limfoma Burkitt, penyakit limfoproliferatif
dari turunan sel limfoblastoid. Berbeda
pasca transplantasi, limfoma sistem saraf
dengan sel B tumor pada limfoma Burkitt,
pusat pada pasien AIDS, limfoma yang
limfoblas B pada pasien yang mengalami
terkait dengan AIDS, dan karsinoma
imunosupresi mengekspresikan antigen
nasofaring. Limfoma Burkitt merupakan
permukaan yang dikenali oleh sel T.
penyakit endemik di beberapa bagian tertentu
Proliferasi yang berpotensi letal ini dapat
di Afrika dan sporadik di tempat lain. Di
mereda bila status imunologik penjamu
daerah endemik, sel tumor pada hampir
membaik, seperti yang terjadi setelah
semua pasien membawa genom EBV. EBV
penghentian obat imunosupresif pada
memperlihatkan tropisme kuat terhadap sel B
penerima cangkok.21
dan menginfeksi banyak sel B, yang
kemudian berproliferasi. In vitro, infeksi
Human T-cell Lymphotrophic Virus type 1
semacam ini menyebabkan imortalisasi sel B
(HTLV-1)
dan menghasilkan turunan sel limfoblastoid.
Human T Leukemia Virus tipe 1 (HTLV-1)
Turunan ini menghasilkan beberapa antigen
menyebabkan suatu bentuk leukimia/
yang dikode oleh EBV. Salah satu gen yang
limfoma sel T yang endemik di beberapa
dikode EBV, yang disebut LMP-1, bekerja
tempat di Jepang dan lembah Karibia, tetapi
sebagai onkogen, dan ekspresinya pada
ditemukan secara sporadis di tempat lain,
mencit transgenik memicu limfoma sel B.
termasuk Amerika Serikat.18-20 Serupa
LMP-1 mendorong proliferasi sel B dengan
mengaktifkan jalur pembuat sinyal yang dengan virus HIV AIDS, HTLV-1 memiliki
tropisme terhadap sel T CD4+, dan sub set sel
mirip aktivasi sel B melalui molekul

43
Jurnal THT-KL.Vol.2,No.1, Januari – April 2009, hlm 32 - 47

T ini menjadi sasaran utama transformasi parakrin melalui peningkatan produksi GM-
neoplastik. Infeksi pada manusia terjadi CSF. Dengan bekerja pada makrofag
akibat penularan sel T yang terinfeksi melalui disekitarnya, faktor pertumbuhan mieloid ini
hubungan seks, produk darah, atau ASI. memicu peningkatan sekresi mitogen sel T
Mekanisme transformasi molekuler HTLV-1 lainnya, seperti Il-1.Bersamaan dengan
masih belum jelas. Genom HTLV-1 selain berbagai aktivitas yang mendorong
mengandung gen retrovirus, juga terdapat pertumbuhan ini, terjadi inhibisi jalur yang
suatu regio yang disebut pX. Regio ini menekan pertumbuhan. Pada awalnya
mengkode beberapa protein, termasuk salah proliferasi sel T bersifat poliklonal karena
satunya yang disebut TAX. Protein TAX virus menginfeksi banyak sel.19 Sel T yang
dapat mengaktifkan transkripsi beberapa gen berproliferasi sangat beresiko mengalami
sel penjamu, termasuk gen yang mengkode kejadian transformasi (mutasi) kedua, yang
sitokin IL-2 dan reseptornya serta gen untuk akhirnya menyebabkan pertumbuhan
GM-CSF (gambar 11).19 berlebihan suatu populasi sel T neoplastik
Infeksi HTLV-1 merangsang monoklonal.6,19
proliferasi sel T. Stimulasi ini ditimbulkan
oleh gen TAX, yang mengaktifkan gen yang
mengkode Il-2 dan reseptornya sehingga
terbentuk sistem autokrin untuk proliferasi.
Pada saat yang sama, terjadi aktivasi jalur

Gambar 11. Patogenesis limfoma sel T yang dipicu oleh virus HTLV-1

44
Patogenesis Limfoma..... (Steward Keneddy M, Bakti Surarso)

Dikutip dari: Kumar V, Cotran RS, Robbins SL. Neoplasia. In: Robbins SL, Cotran RS, Robbins
SL, eds. Basic Pathology. 7thed. Philadelphia: WB Saunders, 2004:200

e. Imunodefisiensi
Pasien dengan imunodefisiensi baik Selanjutnya, sel yang memiliki DNA cacat
kongenital maupun didapat dapat mengalami proliferasi dan diferensiasi, serta
meningkatkan resiko terjadinya LNH. berkembang menjadi ganas. Kondisi ini
Status imunodefisiensi kongenital yang dikenal dengan promotion phase.2,19,23
berhubungan dengan peningkatan resiko Beberapa bahan kimia yang
LNH antara lain: ataxia-telangiektasia, berhubungan dengan perkembangan LNH,
sindrom Wiskot-Aldrich, antara lain: berbagai jenis pestisida (2,4-D-
hipogammaglobulinemia, sindrom x-linked organofosfat, klorofenol), pelarut dan kimia
limfoproliferatif. organik (benzene, karbon tetraklorida), dan
Status imunodefisiensi yang didapat seperti lain-lain.
infeksi HIV, imunosupesi iatrogenik pada Pasien yang mendapatkan kemoterapi
penerima transplantasi organ, penyakit dan radioterapi kanker dapat meningkatkan
autoimun (sindrom sjogren) dapat resiko terjadinya LNH. 18,19,23
meningkatkan resiko terjadinya LNH.3,4,18,19
RINGKASAN
f. Faktor Lingkungan Limfoma non hodgkin adalah kanker
Bahan kimia dapat memicu terjadinya yang berawal dari sistim limfatik, tumbuh
keganasan karena dapat menimbulkan mutasi akibat perubahan sel limfosit yang
pada DNA.18,23 Apabila bahan yang bersifat sebelumnya normal menjadi ganas dan
karsinogenik masuk ke dalam tubuh, maka di menyebar ke berbagai organ tubuh termasuk
dalam tubuh bahan ini langsung mengalami kepala dan leher.
proses detoksifikasi untuk kemudian Pada limfoma non-Hodgkin tubuh
diekskresi. Selain itu, bahan karsinogenik membentuk limfosit yang abnormal yang
tersebut terlebih dahulu dimetabolisme di akan terus membelah dan bertambah banyak
dalam tubuh, kemudian hasil dengan tidak terkontrol. Limfosit yang
metabolismenya didetoksifikasi dan bertambah banyak ini akan memenuhi
berikutnya diekskresi. Apabila proses ini kelenjar getah bening dan menyebabkan
tidak dapat dilakukan oleh tubuh, maka hasil pembesaran.
metabolit dari bahan karsinogenik ini akan Tumor bersifat heterogen dengan
mengadakan ikatan dengan rantai DNA, lokasi bervariasi, dapat dijumpai diluar
sehingga DNA menjadi cacat (defect). nodulus sepanjang aliran limfatik yang
Sebagai akibat dari kecacatan DNA, tubuh dikenal dengan limfoma non hodgkin
berusaha untuk melakukan perbaikan DNA ekstranodal. Pada daerah kepala dan leher,
yang dikenal dengan DNA repair. Bila limfoma non hodgkin ekstranodal ditemukan
perbaikan DNA tidak berhasil, sel yang di berbagai tempat, antara lain: cincin
memiliki DNA abnormal akan dieksekusi waldeyer, sinus paranasalis, cavum nasi,
atau dimusnahkan. Apabila proses eksekusi laring, rongga mulut, kelenjar ludah, tiroid
ini tidak mampu dilakukan oleh tubuh, maka dan orbita. Tonsil merupakan tempat
sel dengan DNA cacat bersifat permanen. tersering.
Kondisi ini dikenal dengan initiation phase.

45
Jurnal THT-KL.Vol.2,No.1, Januari – April 2009, hlm 32 - 47

Mekanisme terjadinya belum 8. Scanlon VC, Sanders T. The lymphatic


diketahui dengan pasti. Faktor-faktor yang system and Immunity. In: Scanlon VC,
diduga berperan pada terjadinya limfoma non Sanders T. Essential of Anatomy and
hodgkin antara lain: virus onkogen yang Physiology. 5thed. Philadelphia: FA
menyebabkan mutasi melalui translokasi Davis Company,2007:319-26.
kromosom, faktor lingkungan (karsinogen, 9. Skandalakis JE.Neck: Lymphatic
kemoterapi, radiasi), dan imunodefisiensi. System. In: Skandalakis JE, Colborn GL,
Weidman TA, Foster KS, Kingsworth
AN, Skandalakis LJ,et al eds.
Skandalakis Surgical Anatomy. New
DAFTAR PUSTAKA York: McGraw-Hill
Companies,2004:32-3.
1. Friel JP. Kamus Kedokteran Dorland. 10. Sommers MS. Respon tubuh terhadap
Alih bahasa: Tim penerjemah EGC. tantangan imunologik. Alih bahasa.
Edisi ke-2. Jakarta: EGC,1996:1447. Dalam: Price SA, Wilson LM.
2. Chandrasoma P, Taylor CR. Sistim Patofisiologi konsep klinis proses-proses
Limfoid: Limfoma maligna. Alih penyakit. Edisi ke-6. Jakarta:
bahasa. Dalam: Chandrasoma P, Taylor EGC,2002:81-8.
CR. Patologi Anatomi. Edisi ke-2. 11. Zucca E. Extranodal lymphoma. Annonc
Jakarta: EGC,1995:406-21. 2008; 19:77-80. Adapted
3. Emmanouilides C, Casciato DA. from:http://www.annonc.oxfordjournals
Hodgkin and Non Hodgkin Lymphoma. .org/cgi/reprint/19/suppl_4/iv77. Acces
In: Casciato DA,ed. Manual of Clinical Sept 28, 2008
Oncology. 5thed. Philadelphia: Lippincot 12. Pameijer FA, Haas RL. Neck lymphoma.
William & Wilkins,2004:417-50. In: Hermans R,ed. Head and Neck
4. Advani B, Jacobs CD. Lymphomas of Cancer Imaging.
the head and neck. In: Bailey BJ, Berlin:Springer,2006:311-27.
Johnson JT,eds. Head and Neck Surgery 13. Young G, Bailey BJ. Lymphomas of the
Otolaryngology.4thed. Philadelphia: Head and Neck. 1995. Adapted from:
Lippincot William & Wilkins, http://www.utmb.edu/otoref/Grnds/lym
2006:1622-7. phoma.htm. Acces Sept 28, 2008.
5. Chan ACL, ChanJKC, Cheung MMC, 14. Bilge S. Mayadagli A, Ozseker N, Parlak
Kapadia SB. Haematolymphoid C, Oruc F, Ozturk N, et al. Cases of
tumours. In: Barnes L, Eveson JW, extranodal lymphoma in the head and
Reichart P, Sidransky D, eds. WHO neck region.(abstract). Journal of
Pathology & Genetics of Head and Neck Clinical Oncology 2007;25. Adapted
Tumours. Lyon: International Agency fromhttp://www.meeting.ascopubs.org/c
for Research on Cancer gi/content/abstract/25/18_suppl/18544a
Press,2005:58,104,155,199,277,357. nd&fulltext=lymphoma+extranodal&an
6. Baratawidjaja KG. Imunologi Dasar. dorexactfulltextrelevance&fdate=1/1/20
Edisi ke-6. Jakarta: Balai Penerbit 00&resourcetype=HWCIT. Access Sept
FKUI,2004:17-26. 28,2008.
7. Van de Graaff. Lymphatic system. In: 15. Economopulos T, Papgeorgious S,
Van de Graaff. Human Anatomy. 6thed. Rontogianni D, Kaloutsi V, Fountzilas
New York:McGraw-Hill G, Tsatalas, et al. Multifocal Extranodal
Companies,2001:582-5 Non Hodgkin Lymphoma: A

46
Patogenesis Limfoma..... (Steward Keneddy M, Bakti Surarso)

Clinicopathologic Study of 37 cases in Cancer. Heidelberg: Wiley-VCH Verlac


Greece, A Helenic Cooperative GmbH & Co, 2006:69-79,308-9.
Oncology Group Study. The Oncologist 23. Sudiana IK. Mutagen dan karsinogen.
2005;10:734-8. Adapted from: Dalam: Sudiana IK. Patobiologi
http://www.TheOncologist.com. Access Molekuler Kanker. Jakarta: Salemba
Sept 12,2008. Medika,2008:27-42.
16. Martoprawiro SS, Sandhika W, Fauziah
D. Aspek Patologi Tumor THT- Kepala
Leher. Pendidikan Kedokteran
Berkelanjutan III Perkembangan Terkini
Diagnosis dan Penatalaksanaan Tumor
Ganas THT-KL. Surabaya:2002,2-
3(November):9-26.
17. Munir M. Keganasan di bidang Telinga
Hidung Tenggorok. Dalam: Soepardi
EA, Iskandar N, Bashirudin J, Restuti
RD,eds. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Telinga Hidung Tenggorok. Edisi ke-6.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI,2007:163-
73.
18. Rosen ST, Molina A, Winter JN, Gordon
LI, Nicolaou N. Non Hodgkin’s
Lymphoma. In: Ahlering TE, Bruora E,
Alberts SR, Casper ES, Anderson PR,
Barakat RR, et al eds. Cancer
management: a multidisciplinary
approach. New York: The Oncology
group,2003:665-710.
19. Kumar V, Cotran RS, Robbins SL.
Neoplasia. In: Robbins SL, Cotran RS,
Robbins SL, eds. Basic Pathology. 7thed.
Philadelphia: WB Saunders, 2004:166-
201.
20. Cesarman E, Mesri EA. Pathogenesis of
viral lymphomas. In: Leonard JP,
Coleman M,eds. Hodgkin’s and Non
Hodgkin’s Lymphoma. New York:
Springer,2006:49-75.
21. Somers R, De Jong D. Gangguan
maligna sistem limfatik. Alih bahasa.
Dalam: Van de Velde CJH, BOsman FT,
Wagener DJT. Onkologi. Edisi ke-5.
Yogyakarta: Panitia Kanker RSUDP dr
Sardjito,1999: 677-96.
22. Hausen HZ. Retrovirus familiy. In:
Hausen HZ,ed. Infection causing Human

47

Anda mungkin juga menyukai