MANAGEMEN UGD
PUSKESMAS BALUASE
Disusun Oleh :
ADE TRIANSYAH
N 111 16 039
Pembimbing :
dr. Sumarni, M.Kes, Sp.GK
dr. Adheleide Krisnawati Borman
2
c. KIA & KB
d. Perbaikan gizi
e. Pemberantasan penyakit menular
f. Pengobatan yang terdiri dari rawat jalan, rawat inap, penunjang medik
(laboratorium dan farmasi).2
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
hidup sehat, berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan
kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya.
3. Sebagai pusat pelayanan kesehatan masyarakat primer
Puskesmas menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang
bersifat publik (public goods) dengan tujuan memelihara dan
meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit tanpa
mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.
4. Sebagai pusat pelayanan kesehatan perorangan primer
Puskesmas menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang
bersifat individual (private goods) dengan tujuan utama
menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan tanpa
mengabaikan pemeliharaan dan pencegahan penyakit.2
Upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama sebagaimana
dimaksud dilaksanakan dalam bentuk:
a. Rawat jalan;
b. Pelayanan gawat darurat;
c. Pelayanan satu hari (one day care);
d. Home care; dan/atau
e. Rawat inap berdasarkan pertimbangan kebutuhan pelayanan
kesehatan.4
5
Tujuan manajemen ini adalah untuk melaksanakan fungsi
Puskesmas, salah satu diantaranya yaitu sebagai pusat pelayanan
kesehatan perorangan primer. Dalam melaksanankan fungsinya
tersebut, Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan
pelayanan kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan
berkesinambungan. Pelayanan kesehatan perorangan tingkat pertama
yang menjadi tanggung jawab Puskesmas adalah pelayanan yang
bersifat pribadi (private goods) dengan tujuan utama menyembuhkan
penyakit dan pemulihan kesehatan perorangan, tanpa mengabaikan
pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit.
Untuk melaksanakan kegiatan ini dibentuklah uraian tugas.
Uraian tugas adalah pernyataan tertulis untuk setiap tingkat jabatan
dalam unit kerja yang mencerminkan fungsi, tanggung jawab dan
kualitas yang dibutuhkan. Uraian tugas merupakan dasar utama
untuk dapat memahami dengan tepat tugas dan tanggung jawab serta
akuntabilitas setiap petugas di Puskesmas dalam melaksanakan peran
dan fungsinya. Setiap petugas di Puskesmas harus mempunyai uraian
tugas yang memuat tangungg jawab, wewenang dan hubungan kerja
antar sesama petugas. Uraian tugas dibuat dan dipantau pelaksanaan
tugasnya oleh Kepala Puskesmas.3
6
Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Ibu dan Anak termasuk
Keluarga Berencana, Perbaikan Gizi Masyarakat, Pencegahan
dan Pemberantasan Penyakit Menular dan Pengobatan.
b. Perencanaa Upaya Kesehatan Pengembangan
Jenis upaya kesehatan pengembangan dipilih dari daftar
upaya kesehatan Puskesmas yang telah ada, atau upaya
inovasi yang dikembangkan sendiri. Langkah-langkah
perencanaan upaya kesehatan pengembangan yang dilakukan
oleh Puskesmas mencakup sebagai berikut : (1) identifikasi
upaya kesehatan pengembangan, (2) menyususn usulan
kegiatan, (3) mengajukan usulan kegiatan, (4) menyusun
rencana pelaksanaan kegiatan.
2) Pelaksanaan dan Pengendalian
Pelaksanaan dan pengendalian adalah proses
penyelenggaraan, pemantauan serta penilaian terhadap
penyelenggaraan rencana tahunan Puskesmas, baik rencana
tahunan upaya kesehatan wajib maupun rencana tahunan upaya
kesehatan pengembangan , dalam mengatasi masalah kesehatan
di wilayah kerja Puskesmas. Langkah-langkah pelaksanaan dan
pengendalian adalah sebagai berikut : (1) pengorganisasian, (2)
penyelenggaraan, (3) pemantauan , (4) penilaian.
3) Pengawasan dan Pertanggungjawaban
Pengawasan dan pertanggungjawaban adalah proses
memperoleh suatu kepastian atas kesesuaian penyelenggaraan
dan pencapaian tujuan Puskesmas terhadap rencana dan
peraturan perundang-undangan serta berbagai kewajiban yang
berlaku.
4) Penerapan Manajemen Puskesmas
Menurut Muninjaya, untuk dapat melaksanakan usaha
pokok Puskesmas secara efisien, efektif, produktif, dan
berkualitas, pimpinan Puskesmas harus memahami dan
7
menerapkan prinsip-prinsip manajemen. Manajemen bermanfaat
untuk membantu pimpinan dan pelaksana program agar kegiatan
program Puskesmas dilaksanakan secara efektif dan efisien.
8
2.3.2. Gambaran Umum Unit Gawat Darurat di Puskesmas
Unit Gawat Darurat di tingkat puskesmas lebih sederhana
daripada UGD di rumah sakit, baik dari kasus maupun peralatan
yang tersedia. UGD memang diharuskan selalu siap 24 jam untuk
rumah sakit, klinik 24 jam maupun puskesmas rawat inap. Kasus-
kasus yang ditangani di puskesmas sesuai dengan standar
kompetensi puskesmas sebagai penyedia pelayanan klinik tingkat
pertama sehingga kasus yang ditanganipun terbatas. Meski UGD di
puskesmas sebatas melayani pasien dengan kasus-kasus terbatas di
penyedia pelayanan klinik tingkat pertama, tetapi pelayanannya
menjadi sangat penting karena merupakan pintu gerbang paling awal
dalam menangani pasien di daerah yang terpencil dan aksesnya jauh
dari rumah sakit.7
Pasal 32 Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun
2009 tentang kesehatan menyebutkan bahwa dalam keadaan darurat,
sebuah fasilitas pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun
swasta, wajib memberikan pelayanan kesehatan bagi penyelamatan
nyawa pasien dan mencegah kecacatan terlebih dahulu. Dalam
memberikan pelayanan kesehatan itu harus tersedia peralatan medis
dan non-medis yang lengkap dan memadai sesuai dengan jenis
pelayanan yang diberikan dan memenuhi standar mutu, keamanan,
dan keselamatan serta memiliki izin edar sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan.
Sistem penanggulangan penderita gawat darurat bertujuan untuk
tercapainya suatu pelayanan kesehatan yang optimal, terarah dan
terpadu bagi setiap anggota masyarakat yang berada dalam keadaan
gawat darurat.Upaya pelayanan kesehatan pada penderita gawat
darurat pada dasarnya mencakup suatu rangkaian kegiatan yang
harus dikembangkan sedemikian rupa sehingga mampu mencegah
kematian atau cacat yang mungkin terjadi.4
9
Cakupan pelayanan kesehatan yang perlu dikembangkan
meliputi:
1. Penanggulangan penderita di tempat kejadian
2. Transportasi penderita gawat darurat dan tempat kejadian
kesarana kesehatan yang lebihmemadai.
3. Upaya penyediaan sarana komunikasi untuk menunjang
kegiatan penanggulangan penderitagawat darurat.
4. Upaya rujukan ilmu pengetahuan,pasien dan tenaga ahli
5. Upaya penanggulangan penderita gawat darurat di tempat
rujukan (Unit Gawat Darurat dan ICU).
6. Upaya pembiayaan penderita gawat darurat.
10
2.3.4. Kejadian Kegawatdaruratan
a. Kecelakaan (accident)
suatu kejadian dimana interaksi berbagai faktor yang
datangnya mendadak, tidak dikehendaki sehingga menimbulkan
cedera (fisik,mental dan sosial). Kecelakaan dan cedera dapat
diklasifikasikan menurut :
1. Tempat kejadian :
a) Kecelakaan lalu lintas;
b) Kecelakaan di lingkungan rumah tangga;
c) Kecelakaan dilingkungan pekerjaan;
d) Kecelakaan di sekolah;
e) Kecelakaan di tempat-tempat umum lain seperti halnya
tempat rekreasi, perbelanjaan, di arena olahraga, dan lain-lain.
2. Mekanisme kejadian :
Tertumbuk, jatuh, terpotong, tercekik oleh benda
asing, tersengat, terbakar baik karena efek kimia, fisik
maupun listrik atau radiasi.
3. Waktu kejadian :
a) Waktu perjalanan (travelling/transport time);
b) Waktu bekerja, waktu sekolah, waktu bermain dan lain-lain.
b. Cedera
Masalah kesehatan yang didapat/ dialami sebagai akibat
kecelakaan.
c. Bencana
Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh
alam dan atau manusia yang mengakibatkan korban dan
penderitaan manusia, kerugian harta benda, kerusakan
lingkungan, kerusakan sarana dan prasarana umum serta
menimbulkan gangguan terhadap tata kehidupan dan penghidupan
masyarakat dan pembangunan nasional yang memerlukan
pertolongan dan bantuan
11
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Input
Luas ruangan unit gawat darurat UGD Puskesmas Baluase ± 3 x 4 m
berada di gedung sebelah Puskesmas. Tempatnya satu gedung dengan
ruangan perawatan dan ruangan kamar bersalin. Jumlah tempat tidur 3 buah,
1 buah meja dokter/perawat, 3 buah tabung oksigen kecil, 1 buah tabung
oksigen besar, 1 buah kursi roda, 1 buah lampu tindakan, 1 buah autoclaft, 2
buah alat minor set, 1 buah lemari obat dan peralatan. Berdasarkan kondisi
yang ada, terdapat beberapa kekurangan yaitu kurang lengkapnya alat
penanganan kegawat daruratan juga menjadi kendala, salah satunya yaitu
tidak lengkapnya alat untuk melakukan Bantuan Hidup Dasar, tidak adanya
ventilator yang dapat menghambat penanganan pasien secara maksimal.
Pengolahan sampah pada puskesmas ini sudah cukup baik di mana terdapat
tempat sampah khusus jarum, sampah infeksius dan non-infeksius, terdapat
area cuci tangan.
12
13
Berdasarkan dengan pasal 32 Undang-Undang tentang kesehatan
Republik Indonesia No 36 tahun 2009 menyebutkan bahwa jika dalam
keadaan gawat darurat, maka fasilitas pelayanan kesehatan, entah itu milik
pemerintah atau swasta, wajib melakukan pelayanan kesehatan guna usaha
menyelamatkan nyawa pasien dan pencegahan perburukan penyakit hingga
kecacatan. Disinilah peran penting ilmu manajemen fasilitas di ruang UGD
untuk mengantisipasi adanya kasus kegawatan yang tidak bisa diprediksi.
Menjaga standar kualitas pelayanan dan menjamin kualitas yang
diberikan adalah yang terbaik dengan mempertimbangkan hal diatas. Menurut
Soekanto tahun 2007, manajemen ruang, tata kelola, SDM dan prosedur
pelayanan yang baik di puskesmas diharapkan akan mendapat mutu
pelayanan yang baik. Maka setidaknya sebagai unit pelayanan kesehatan,
puskesmas harus memperhatikan:
1. Peralatan, Sarana dan Prasarana
2. Sumber daya manusia
3. Administrasi dan Manajemen
Puskesmas Baluase memiliki 2 tenaga dokter umum yang bertugas di
polik umum dan merangkap menjadi dokter UGD pada saat jam dinas.
Tenaga kesehatan di UGD berjumlah 23 orang. Dimana terdiri dari 4 orang
pegawai tetap, 5 orang tenaga honorer dan 14 orang bidan. Tetapi kendala
yang terjadi bahwa seluruh tenaga kesehatan di UGD merupakan pegawai
yang merangkap di pelayanan puskesmas. Untuk bidannya juga merupakan
bidan desa yang dipanggil untuk membantu shift jaga di UGD. Tiap shift ada
2 petugas kesehatan dan semuanya tidak hanya tugas di UGD melainkan di
ruang parawatan dan kamar bersalin. Seluruh tenaga kesehatan tersebut
belum memiliki sertifikat PPGD (Penanggulangan Penderita Gawat Darurat).
Hal ini belum sesuai teori yang mana pemerintah menyarankan agar tenaga
kesehatan yang bertugas di UGD telah mendapatkan sertifikat PPGD/ATLS3.
Namun dalam hal ini upaya yang sudah dilakukan pihak puskesmas yaitu
dengan mengadakan pelatihan Bantuan Hidup Dasar. Akan tetapi, karena
sesuatu hal pelayanan di UGD PKM Baluase terkadang dilakukan oleh
14
petugas lain bukan hanya oleh 2 orang dokter yang bertugas di UGD tersebut.
Sehingga siapa saja petugas kesehatan yang berada di PKM Baluase dapat
memberikan tindakan di ruangan tersebut.
Sumber pembiayaan dan pengadaan alat bahan pada kegiatan di Unit
Gawat Darurat Puskesmas berasal bantuan Dinas Kesehatan Kabupaten Sigi
Baluase. Keterlambatan pemenuhan alat dari Dinas Kesehatan Kabupaten
Sigi Baluase juga menjadi salah satu kendala yang di hadapi oleh puskesmas.
Cara pasien melakukan pembayaran tindakan yang dilakukan di ruangan ini
yaitu menggunakan BPJS/JAMKESMAS atau membayar sesuai harga
tindakan yang telah di tetapkan UPTD Puskesmas bagi pasien umum.
3.2 Proses
Berdasarkan hasil diskusi dengan pemegang program ini, UGD
Puskesmas Baluase menggunakan model manajemen yang sederhana yaitu
meliputi 3 fungsi: perencanaan, implementasi dan evaluasi. Model
manajemen ini biasa disebut juga model PIE. Perencanaan dilakukan diakhir
tahun dengan pengadaan rapat perencanaan kegiatan yang akan dilakukan
selama setahun yang tertuang dalam bentuk Rencana Kerja dan anggaran
(RKA). Untuk implementasinya sangat di perlukan kerja sama dari tenaga
kesehatan yang bertugas dan ketersediaan alat dan bahan yang di perlukan.
Evaluasi juga dilakukan sama pada saat dilakukannya evaluasi program
lainnya, namun dari UGD sendiri biasa melakukan evaluasi kerja setiap bulan
yang biasa disebut dengan lokakarya.
3.3 Output
Pelayanan yang diberikan pada unit Gawat Darurat di Puskesmas
Baluase masih berupa perawatan luka, penanganan awal kecelakaan,
debridement luka bakar, penanganan luka gigitan anjing, aff hecting,
penanganan syok, rujukan pasien emergency dan non emergency, penanganan
pasien dengan penyakit infeksi, dan rawat inap. Adapun pelaksanaan kegiatan
15
di unit gawat darurat Puskesmas Baluase belum berlangsung dengan baik hal
tersebut dikarenakan kurangnya sumber daya manusia dan sarana maupun
prasarana yang dibutuhkan sehingga menghambat pelayanan yang ada di
UGD puskesmas Baluase. Adapun pelaksanaan kegiatan di unit gawat darurat
Puskesmas Baluase mengacu pada SOP (standar operasional) yang telah
ditetapkan oleh kepala UPTD Puskesmas. Sebagian besar kegiatan diatas
telah dilakukan sesuai dengan protab SOP, namun pada pelaksanaan kegiatan
penyimpanan obat emergency belum sesuai dengan peraturan PERMENKES
N0.30 tahun 2014 yaitu menyimpan obat pada lemari penyimpanan sesuai
dengan jenis obat, stabilitas, mudah/tidaknya meledak, narkotik/psikotropika,
obat penanganan syok yang disimpan dalam lemari khusus dan mengontrol
ketersediaan obat dengan kartu stok yang ada. Ketidaktersediaan obat
emergency dalam ruang UGD, hal ini dapat menyebabkan terhambatnya
penanggulangan penderita di tempat kejadian (UGD).
16
BAB V
KESIMPULAN
Pada laporan manajemen ini, beberapa hal yang dapat disimpulkan diantaranya:
1. Kegiatan pelayanan kesehatan yang dilaksanakan di UGD Puskesmas
Baluase sudah berlangsung cukup baik dikarenakan terdapatnya SOP dari
setiap tindakan
2. Beberapa masalah yang ditemui dalam pelayanan di UGD yang
dilaksanakan Puskesmas Baluase yaitu kendala ketersediaan alat, bahan,
sarana dan prasarana, serta jumlah tenaga kesehatan bersertifikat kegawat
daruratan yang belum memadai yang dapat berdampak pada kurang
maksimalnya penanganan pasien.
Saran
1. Sebaiknya pihak puskesmas dapat memfasilitasi petugas UGD untuk dapat
mengikuti pelatihan kegawadaruratan sehingga dalam UGD dapat
memberikan pelayanan yang maksimal
2. Perlu dilakukannya seleksi terhadap tenaga yang berkompeten agar dapat
menambah jumlah tenaga medis yang bertugas di UGD
3. Pihak UGD menyimpan sendiri obat-obatan emergency di ruang UGD
17
DAFTAR PUSTAKA
18