Anda di halaman 1dari 64

MATERI

HIV / AIDS
ASUHAN KEBIDANAN PADA

IBU HAMIL TRIMESTER II DENGAN HIV/AIDS

DI SUSUN OLEH

YOLANDA AUDINA TESLATU

PO.7124518022

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAYAPURA


PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
KABUPATEN MIMIKA
TAHUN 2019/2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang maha esa. Karena atas

kehendak-Nyalah makalah ini dapat terselesaikan. Adapun tujuan penulis dalam

penulisan makalah ini adalah IBU HAMIL TRIMESTER II DENGAN HIV /

AIDS dan petunjuk pencegahan HIV / AIDS. Dalam penyelesaian makalah ini,

penulisan banyak mengalami kesulitan, terutama disebabkan oleh kurangnya ilmu

pengetahuan. Namun, berkat bimbingan dari Dosen mata kuliah akhirnya makalah

ini dapat diselesaikan, walaupun masih banyak kekurangannya.

Semoga dengan makalah ini kita dapat menambah ilmu pengetahuan serta

wawasan tentang HIV / AIDS. Sehingga kita semua dapat terhindar dari penyakit

berbahaya tersebut.

Timika, 03 April 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTARI

DAFTAR ISIII

BAB I PENDAHULUAN4

1.1 LATAR BELAKANG4

1.2 RUMUSAN MASALAH 4


1.3 TUJUAN PENULISAN5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6

BAB III TINJAUAN KASUS 50

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN

B. SARAN

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah suatu

penyakit yang ditimbulkan sebagai dampak berkembang biaknya

virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) didalam tubuh

manusia, yang mana virus ini menyerang sel darah putih (sel CD4)

sehingga mengakibatkan rusaknya sistem kekebalan tubuh.

Hilangnya atau berkurangnya daya tahan tubuh membuat si

penderita mudah sekali terjangkit berbagai macam penyakit

termasuk penyakit ringan sekalipun.

Virus HIV menyerang sel putih dan menjadikannya tempat

berkembang biaknya Virus. Sel darah putih sangat diperlukan

untuk sistem kekebalan tubuh. Tanpa kekebalan tubuh maka ketika

tubuh kita diserang penyakit, Tubuh kita lemah dan tidak mampu

melawan penyakit yang datang dan akibatnya kita dapat meninggal

dunia meski terkena influenza atau pilek biasa.

2.1 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah yaitu memberikan

asuhan kebidan pada ibu hamil trimester II dengan HIV/AIDS

4
3.1 Tujuan

Adapun tujuan penulisan makalah yaitu, agar dapat memahami dan

mengetahui memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil

trimester II dengan HIV/AIDS

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KONSEP DASAR KEHAMILAN DENGAN HIV

A. DEFINISI

AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah suatu penyakit

yang ditimbulkan sebagai dampak berkembang biaknya virus HIV (Human

Immunodeficiency Virus) didalam tubuh manusia, yang mana virus ini

menyerang sel darah putih (sel CD4) sehingga mengakibatkan rusaknya

sistem kekebalan tubuh. Hilangnya atau berkurangnya daya tahan tubuh

membuat si penderita mudah sekali terjangkit berbagai macam penyakit

termasuk penyakit ringan sekalipun.

Virus HIV menyerang sel putih dan menjadikannya tempat berkembang

biaknya Virus. Sel darah putih sangat diperlukan untuk sistem kekebalan

tubuh. Tanpa kekebalan tubuh maka ketika tubuh kita diserang penyakit,

Tubuh kita lemah dan tidak mampu melawan penyakit yang datang dan

akibatnya kita dapat meninggal dunia meski terkena influenza atau pilek biasa.

Ketika tubuh manusia terkena virus HIV maka tidaklah langsung

menyebabkan atau menderita penyakit AIDS, melainkan diperlukan waktu

yang cukup lama bahkan bertahun-tahun bagi virus HIV untuk menyebabkan

AIDS atau HIV positif yang mematikan.

HIV, virus penyebab AIDS, dapat menular dari ibu yang terinfeksi HIV ke

bayinya. Tanpa upaya pencegahan, kurang-lebih 30 persen bayi dari ibu yang

terinfeksi HIV menjadi tertular juga. Ibu dengan viral load tinggi lebih

6
mungkin menularkan HIV kepada bayinya. Namun tidak ada jumlah viral load

yang cukup rendah untuk dianggap "aman". Infeksi dapat terjadi kapan saja

selama kehamilan, namun biasanya terjadi beberapa saat sebelum atau selama

persalinan. Bayi lebih mungkin terinfeksi bila proses persalinan berlangsung

lama. Selama persalinan, bayi yang baru lahir terpajan darah ibunya.

Meminum air susu dari ibu yang terinfeksi dapat juga mengakibatkan infeksi

pada si bayi. Ibu yang HIV-positif sebaiknya tidak memberi ASI kepada

bayinya. Untuk mengurangi risiko infeksi ketika sang ayah yang HIV-positif,

banyak pasangan yang menggunakan pencucian sperma dan inseminasi

buatan.

B. ETIOLOGI

Seperti definisi di atas, diketahui bahwa AIDS terjadi oleh infeksi HIV. HIV

adalah suatu retrovirus RNA. Seperti halnya semua retrovirus, HIV

mengandung transcriptase terbalik pada intinya. HIV mempunyai protein

permukaan khusus gp120 dan gp41 dan protein inti p18 dan p24. HIV

mneginfeksi sel dengan membuat kontak pertama dengan protein gp120.

HIV dengan perantara enzim dapat melekat pada limfosit T yang dikeluarkan

oleh timus, dalam hal ini CD4, dengan perantara enzim reverse transcriptase.

Setelah masuk maka enzim integrase akan bekerja dengan mempergunakan

mekanisme metabolism sel sendiri, untuk menggandakan DNA serta memecah

virus sehingga sel tersebut akan rusak. HIV baru yang telah mampu

menggandakan diri secara intraseluler, kini akan menyebar dan mencari

mangsa CD4 yang baru, menggunakan mekanisme yang sama.

7
C. MASA INKUBASI

Masa inkubasi infeksi HIV berlangsung 1-3 minggu tergantung dari

kemampuan daya tahan tubuh dengan gejala klinik:

1. Gejala Mayor

 Demam berkepanjangan lebih dari 3 bulan

 Diare kronis lebih dari 1 bulan berulang maupun terus menerus

 Penurunan berat badan lebih dari 10 % dalam 3 bulan.

2. Gejala Minor

 Batuk kronis selama lebih dari 1 bulan

 Infeksi pada mulut dan tenggorokan disebabkan oleh jamur

candida albican

 Pembengkakan kelenjar getah bening yang menetap di seluruh

tubuh

 Munculnya herpes zoster berulang

 Bercak-bercak, gatal diseluruh tubuh.

Setelah masa infeksi berakhir akan diikuti oleh keadaan yang disebut

set point yang berarti terjadi keseimbangan antara kemampuan untuk

bertahan dari tubuh dan terjadinya pemecahan – replikasi virus

seimbang, sehingga tidak menimbulkan gejala klinik. Masa set point

dapat berlangsung 5-10 tahun tergantung dari tubuh membentuk dan

8
mempertahankan jumlah CD4. Gambaran darah dengan infeksi HIV

virus adalah:

 Terjadi penurunan CD4

 B limposit tidak sanggup membentuk antibody, untuk melawan

HIV.

D. DIAGNOSIS

Dasar Diagnosis Infeksi Virus HIV

Diagnose pada saat infeksi pertama, mungkin sulit ditegakkan, karena

gejalanya ringan mirip dengan infeksi influenza biasa. Setelah 44-45 hari

terinfeksi barulah akan dapat dilakukan pemeriksaan antibody dengan

mempergunakan pemeriksaan : enzim immunoassay (EIA). Pemeriksaan ini

mempunyai sensitivitas 97 % sedangkan spesivitasnya mendekati 99,4 %.

Pemeriksaan lainnya adalah:

 Tes langsung terhadap virus HIV, pada infeksi primer.

 Kultur virus HIV untuk/dengan menetapakan terdapatnya p24

antigen.

 Polymerase chain reaction (PCR) untuk menetapkan HIV.1 –

proviral DNA.

Dalam permulaan infeksi akan dijumpai :

 Lemah dan cepat lelah

 Riwayat TBC sebelumnya

 Terjadi infeksi berulang pada:

9
a. Infeksi paru-pneumonia

b. Kandidiasis vagina

c. Terjadi infeksi PID berulang

 Terjadi diare berulang tanpa sebab yang jelas.

Setelah melewati masa set point dan menuju AIDS barulah

pemeriksaan fisik akan dijumpai berbagai bentuk manifestasi

immunosupresi tubuh, dan mulai muncul infeksi sekunder.

 Suara paru yang abnormal - menunjukkan mulai terjadi infeksi

sekunder pneumonia.

 Pembesaran kelenjar di seluruh tubuh, sebagai tempat berkembang

biaknya virus HIV – tempat sekitar 95 % cd4 tersimpan.

 Pada mulut terjadi infeksi sekunder sehingga dijumpai sariawan.

Dengan demikian maka derajat infeksi HIV dapat ditetapkan,

untuk dapat memberikan pengobatan adekuat.

Perkembangan lebih lanjut akan terjadi infeksi sekunder dan

keganasan oleh Karena daya tahan tubuh sudah tidak mampu

mengatasi infeksi HIV. Secara laboratorium, acquired

immunodefisiensi syndrome (AIDS) semakin cepat tejadi jika CD4

kurang dari 200 sel/UI.

Infeksi sekunder yang terjadi adalah

 Pneumocystis carinii

10
 Toksoplasmosis

 Mycobacterium avium complex

 Streptokokus/stafilokokus

 Keganasan yang sering menyertai AIDS :

a. Karsinoma

b. Sarcoma

c. Menurunnya reaksi terhadap toksin karena gangguan fungsi

liver

d. Menurunnya pengeluaran interkulin 2, dengan akibat

menghambat kemampuan CD4 untuk bereaksi terhadap HIV

e. Akibat CD4 menjadi tempat replikasi HIV, maka umurnya

makin pendek

f. Diketahui bahwa CD4 hanya 2-4 % beredar dalam sirkulasi,

sebagian besar dalam kelenjar limfa diseluruh tubuh.

Diagnosis Laboratorium

Serologi adalah metode yang paling lazim untuk diagnosis. Metode

serologi tak langsung yang mendeteksi antibody HIV antara lain

adalah uji asai imunosorben yang dihubungkan – enzim (ELISA =

Enzym Linked Immunosorben Assay). Sensitivitas ELISA sebesar 93

sampai 99 %, dan spesifitasnya 99 %. Meskipun jarang, hasil-hasil

positif palsu dapat terjadi dan uji penegasan selalu diperlukan. Uji

“western blot” yang mengenali adanya inti HIV dan antigen yang

11
terselubung, adalah 99 persen sensitive dan 99,8 persen spesifik.

Serologi tak langsung dengan teknik ELISA penangkapan juga dapat

mengenali antigen HIV. Virus juga dapat dikenali dengan biakan

jaringan langsung.

Individu dinyatakan HIV positif kalau salah satu dari unsure

berikut terjadi : (1) ELISA reaktif dua kali, dan ini dipastikan dengan

“Western blot” positif atau IFA positif; (2) terdapat uji antigen HIV

positif; (3) diperoleh biakan HIV positif, yang dipastikan dengan

pengenalan transcriptase terbalik dan suatu uji antigen HIV khusus.

E. JALAN PENULARAN PENYAKIT

Kontaminasi cairan yang mengandung virus khususnya melalui hubungan

seksual merupakan cara transmisi yang paling utama di eluruh dunia.

Berkaitan dengan hubungan seksual maka homoseksual menempati urutan

pertama, karena HIV berkonsentrasi paling tinggi di sekitar mukosa anus.

Selanjutnya hubungan seksual multipartner menempati urutan yang kedua.

Cara lainnya yang perlu diketahui adalah kontaminasi HIV melalui :

a. Penggunaan jarum suntik bersama-sama pada pemakai obat

narkotik

b. Infeksi dari laki-laki kepada wanita sekitar dua kali lebih besar dari

sebaliknya

c. Perlu diperhatikan bahwa konsentrasi virus – viremia paling tinggi

pada infeksi pertama atau pada saat penyakit pada stadium lanjut.

12
Akibatnya semua cairan tubuhnya akan mengandung virus yang

selalu dapat menimbulkan kontaminasi kepada orang lain.

d. Transmisi dari ibu menuju janinnya dapat dijabarkan dalam 3

kemungkinan :

a. Intrauteri :

 mulai minggu ke 8-14

 jika samapai aterm, maka infeksi sekitar akhir

kehamilannya. Infeksi sekitar 20-40 %.

 Infeksi pada gemelli, anak pertama akan menderita sekitar

3 kali lebih tinggi dari anak kedua.

b. Intra partum : cara transmisi seperti orang dewasa, sekitar 40-

80 %

c. Post partum : melalui pemberian ASI, sekitar 14 %.

Dapat dikemukakan bahwa perilaku yang meningkatkan resiko

terkontaminasi infeksi HIV antara lain:

1) Perilaku seksual dengan resiko tinggi

1. Homoseksual melalui anal, tanpa kondom

2. Multipartner vagina tanpa kondom

3. Hubungan seksual transvaginal tanpa kondom, sekalipun

menggunakan spermiside

4. Hubungan seksual multipartner.

2) Pada para pemakaian jarum suntik multipartner/tidak steril

13
3) Perilaku seksual yang abnormal

a. Oral seks antar lelaki

b. Oral seks antar wanita

4) Memakai obat atau kebiasaan yang dapat menurunkan daya tahan

tubuh

a. Peminum alcohol

b. Pemakai obat narkotik

5) Berhubungan seksual pada wanita atau laki-laki dalam fase set

point.

F. PENATALAKSANAAN OBSTETRIS

Focus utama penanganan ditujukan pada deteksi infeksi dini dan

pencegahan penularan lebih jauh. Dasar evaluasi dari pasien hamil yang

positif HIV harus mencakup riwayat yang rinci mengenai factor resiko

penularan dan riwayat medis yang cermat, teramasuk pertanyaan mengenai

perubahan berat badan, nyeri kepala, diare, mual, muntah, anoreksia, demam,

keringat malam, batuk, napas pendek, dan sakit tenggorok. Pasien harus juga

ditanya mengenai pajanan terhadap tuberculosis, varisella, atau herpes

simplex, kontak dengan kucing, dan perjalanan yang baru saja dilakukan,

karena semua factor ini dapat memaparkan pasien yang fungsi imunnya

terganggu pada infeksi oportunistik. Pada pemeriksaan fisik, perhatian khusus

harus diberikan pada rongga mulut (sariawan, leukoplakia), fundus mata

(retinitis CMS), paru-paru, kelenjar getah bening, hati, limpa, vagiana

(candida), dan daerah perirektal (herpes). Selain itu, pemeriksaan neurologi

14
lengkap sangat diperlukan. Uji laboratorium awal harus mencakup hitung

darah lengkap (CBC) bersama hitung jenis leukosit, hitung trombosit, uji

fungsi hati, hitung sel T4, rasio T4/T8, PPD, serologi sifilis, dan titer serum

untuk antigen permukaan hepatitis B, toksoplasmosis, rubella, dan CMV.

Hitung sel T4 harus diulangi tiap trimester. Biakan servikal harus diperoleh

untuk klamidia, ragi dan gonorea. Kunjungan prenatal tidak perlu lebih sering

kecuali kalau secara khusus diindikasikan. Pengujian pengawasan janin hanya

boleh digunakan untuk indikasi obstetric.

Profilaksis terhadap PCP dengan bacterium dindikasikan pada kehamilan

kalau hitung T4 turun di bawah 200/µl. Profilaksis untuk mengurangi

transmisi vertical dari ibu kepada janinnya dapat digunakan. Data

menunjukkan bahwa penurunan transmisi vertical dapat berkurang sekitar 70

%.

Obat-obat yang diperlukan

Antiviral Dosis Cara Pemberian


Zidovudine  100 mg/5 kali  Sejak hamil 14-34

 200 mg/3 kali minggu sampai

lahir
Zidovudine  2 mg/kg, diikuti  Intra partum

1mg/kg  4 hari sebelum SC

dilakukan
Zidovudine  2 minggu/kg/4 kali  Neonatus sampai

umur 6 minggu

15
Berdasarkan teori transmisi intrapartum, perlu dilaksanakan tatacara dalam

memberikan pertolongan persalianan antara lain:

1) Menerapkan prosedur PI

2) Pemasangan elektroda pada kulit kepala janin harus dihindari

sehingga mengurangi infeksi intrapartum kepada bayinya

3) Hindari pemecahan ketuban sehingga dapat mengurangi

kontaminasi langsung antara jalan lahir dengan bagian terendah

bayi

4) Persalinan sebaiknya dipercepat, sehingga mengurangi waktu

terlalu lama berhubungan/kontak langsung antara bagian terendah

dan jalan lahir.

Untuk dapat meningkatkan pengertian penderita tentang berbagai aspek infeksi

HIV yang berlanjut menjadi AIDS, maka diperlukan konseling untuk

meningkatkan pengertian mengenai kedudukannya di tengah masyarakat,

khususnya bahwa semua cairan tubuhnya bersifat infeksius karena “viremianya”.

Diharapkan bahwa dengan pengertian itu, maka mereka akan dapat menerima

perlakuan masyarakat terhadap dirinya sendiri.

G. SIKAP NAKES TERHADAP RESIKO PENULARAN HIV

Konsep dasarnya adalah sebanyak mungkin mengurangi kontaminasi terhadap

infeksi HIV dari ibu hamil dengan seropositif. Langkah-langkah yang paling

utama adalah:

16
1) Hindari sebanyak mungkin luka akibat tusukan jarum suntik,

karena perlukaan kecil itu yang paling banyak menimbulkan

masalah infeksi HIV pada petugas (0,35-0,40 %).

2) Pergunakan alat-alat proteksi diri:

a. Baju khusus sampai ke kaki

b. Penutup kepala khusus

c. Penutup mulut dan penutup mata dengan lubang untuk

kacamata yang sudah dibuat khusus

d. Hindari sebanyak mungkin terkontaminasi/kontak dengan

cairan, darah dan lainnya dari ibu hamil dengan seropositif

HIV

e. Tutupi perlukaan terbuka pada kulit, sehingga tidak dapat

menyebabkan infeksi nosokomial

f. Gunakan penghisap medis mekanis/elektris, untuk

membersihkan lendir mulut, lubang hidung dan tenggorokan

bayi

g. Pastikan bahwa:

- Bahan bekasnya terisolasi

- Mendapat pengawasan khusus

- Sterilisasi dengan pasti

h. Jika telah terjadi kontaminasi dengan ibu hamil seropositif

maka perlu mendapat obat antivirus diantaranya ZDV (dapat

menurunkan kemungkinan infeksi berlanjut skitar 79-80 %).

17
Kini dianjurkan untuk mempergunakan 3 macam obat

sebagai profilaksis yaitu:

1. ZDV

2. Lamivudin

3. Indinavir

2.2 KONSEP DASAR KEHAMILAN

A. PENGERTIAN KEHAMILAN

Penghamilan terjadi kalau ada pertemuan dan persenyawaan antara sel

telur (ovum) dan sel mani (spermatozoa). Kehamilan adalah adanya

spermatozoa, ovum, pembuahan ovum (konsepsi) dan nidasi hasil konsepsi

Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin, lamanya hamil

normal adalah 280 hari ( 40 minggu/9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama

haid terakhir

B. ETIOLOGI

Waktu ovulasi sel telur masih diliputi oleh corona radialis tapi rupa-

rupanya spermatozoa mempunyai enzim hialuronidase yang dapat

mencairkan corona radiate tersebut hingga salah satu spermatozoa dapat

menembus dinding sel telur.

18
Setelah persenyawaan antara sel telur dan sel mani, yang biasanya terjadi

dalam ampulla tubae maka sel telur disebut zygote. Jadi zygote adalah ovum

yang telah dibuahi oleh spermatozoa.

Sebelum terjadinya fertilisasi sel telur maupun sel mani telah mengalami

proses pematangan yang tidak hanya terwujud dalam perubahan bentuk tapi

juga perubahan dari jumlah kromosom.

Jadi dapat dikatakan bahwa untuk setiap kehamilan harus ada ovum (sel

telur), spermatozoa (sel mani), pembuahan (konsepsi=fertilisasi), nidasi dan

plasentasi.

C. TANDA DAN GEJALA KEHAMILAN

a. pembesaran, perubahan bentuk dan konsistensi rahim.

Pada pemeriksaan dalam dapat diraba bahwa uterus membesar dan makin

lama makin bundar bentuknya. Kadang–kadang pembesaran tidak rata

tetapi di daerah telur bernidasi lebih cepat tumbuhnya. Konsistensi rahim

dalam kehamilan juga berubah menjadi lebih lunak.

b. perubahan pada serviks

Di luar kehamilan, konsistensi serviks keras, kerasnya seperti kita meraba

ujung hidung. Dalam kehamilan seviks menjadi lebih lunak pada perabaan

selunak bibir atau ujung bawah daun telinga.

c. kontraksi Braxton hicks

19
Waktu palpasi atau toucher rahim yang lunak sekonyong-konyong menjadi

keras karna berkonstraksi.

d. ballottement

Dapat ditentukan dengan pemeriksaan luar maupun dengan jari yang

melakukan pemeriksaan dalam.

e. meraba bagian anak

f. pemeriksaan biologis

Tidak dimasukkan tanda pasti karena keadaan lain dapat menimbulkan

reaksi yang positif.

g. pembesaran perut

h. keluarnya kolostrum

i. hiperpigmentasi kulit seperti pada muka yang disebut cloasma gravidarum.

j. tanda Chadwick (warna selaput lender vulva dan vagina menjadi ungu)

k. adanya amenore

l. mual dan muntah

m. ibu merasa pergerakan anak

n. sering kencing karena rahim yang membesar menekan pada kandung

kencing

o. perasaan dada berisi dan agak nyeri.

D. TANDA KEHAMILAN YANG PASTI. (Obstetri Fisiologi: 1983)

a. mendengar DJJ janin

20
b. melihat, meraba, atau mendengar pergerakan anak oleh pemeriksa

c. melihat rangka janin dengan sinar rontgen atau dengan ultrasound

d. pada palpasi dirasakan bagian janin.

E. GEJALA-GEJALA PADA KEHAMILAN. (Obstetri Fisiologi: 1983)

a. amenore (tidak dapat haid). Gejala ini sangat penting karena umumnya

wanita hamil tidak dapat haid lagi. Penting diketahui tanggal hari pertama

haid terakhir.

b. nausea dan emesis. Sering terjadi pada pagi hari.

c. mengidam

d. pingsan. Hilang sesudah kehamilan 16 minggu.

e. mammae tegang dan membesar. Keadaan ini disebabkan oleh pengaruh

estrogen dan progesterone yang merangsang duktuli dan alveoli di

mamma. Glandula Montgomery tampak lebih jelas.

f. anoreksia

g. sering kencing

h. obstipasi karena tonus otot menurun yang disebabkan oleh pengaruh

hormone steroid.

i. pigmentasi kulit terjadi pada kehamilan 12 minggu ke atas.

j. epulis adalah suatu hipertrofi papilla ginggivae, sering terjadi pada

triwulan pertama.

k. varises, sering terjadi pada triwulan terakhir.

21
F. PERUBAHAN FISIOLOGIS KEHAMILAN. (Obstetri Fisiologi: 1983)

a. uterus

uterus akan membesar pada bulan-bulan pertama di bawah pengaruh

estrogen dan progesterone yang kadarnya meningkat, pada bulan-bulan

pertama kehamilan bentuk uterus seperti buah alpukat, agak gepeng, pada

kehamilan 4 bulan. Uterus berbentuk bulat. Pada minggu-minggu pertama

ismus uteri mengadakan hipertrofi seperti korpus uteri. Hipertrofi ismus

pada triwulan pertama membuat ismus menjadi panjang dan lebih lunak.

b. serviks uteri

serviks uteri pada kehamilan juga mengalami perubahan karena hormone

estrogen. Jika korpus uteri mengandung lebih banyak jaringan otot, maka

serviks lebih banyak mengandung jaringa ikat, hanya 10 % jaringan otot.

Jaringan ikat pada serviks ini banyak mengandung kolagen. Akibat kadar

estrogen meningkat, dan dengan adanya hipervaskularisasi maka

konsistensinya menjadi lunak.

c. vagina dan vulva

Pembuluh darah dinding vagina bertambah hingga warna selaput lendirnya

membiru (tanda chadwick). Kekenyalan vagina bertambah, artinya daya

regangnya bertambah, sebagai persiapan persalianan. Getah dalam vagina

biasanya bertambah dalam kehamilan, reaksinya asam PH 3,5-6,0. Reaksi

asam ini disebabkan terbentuknya aridum lactikum sebagai hasil

penghancuran dycogen yang berada dalam sel-sel epitel vagina oleh basil-

basil dodelen. Reaksi asam ini mempunyai sifat bakterisida.

22
d. ovarium

Pada permulaan kehamilan masih terdapat korpus luteum graviditas

sampai terbentuknya plasenta pada kira-kira kehamilan 16 minggu.

Kemudian ia mengecil setelah plasenta terbentuk.

e. dinding perut

pada kehamilan lanjut pada primigravida sering timbul garis-garis

memanjang atau serong pada perut, garis–garis itu terdapat juga pada buah

dada dan paha. Pada seorang primigravida warnanya membiru dan disebut

striae lividae. Pada seorang multigravida di samping striae yang biru

terdapat juga garis-garis putih agak mengkilat ialah parut (cicatrix) dan

striae gravidarum pada kehamilan yang lalu. Striae yang putih ini disebut

striae albicans. Dahulu diduga bahwa striae ini disebabkan karena kulit

perut diregang tapi sekarang orang berpendapat bahwa striae ini timbul

sebagai akibat dari hiperfungsi gelombang suprarenalis.

f. Mammae

mammae akan membesar dan tegang akibat hormone somatommatroph,

estrogen, progesterone, akan tetapi belum mengeluarkan air susu. Estrogen

menimbulkan hipertropi system saluran, sedangkan progesterone

menambah sel-sel asinus pada mammae. Somatomamotropin

mempengaruhi pertumbuhan sel-sel asinus pula dan menimbulkan

perubahan dalam sel-sel, sehingga terjadi pembuatan kasein, laktabumin,

laktoglobin. Dengan demikian mammae dipersiapkan untuk laktasi.

g. sirkulasi darah

23
sirkulasi darah ibu dalam kehamilan dipengaruhi oleh adanya sirkulasi ke

plasenta, uterus yang membesar dengan pembuluh-pembuluh darah yang

membesar pula, mamma dan alat-alat lain yang memang berfungsi

berlebihan dalam kehamilan volume darah ibu dalam kehamilan

bertambah secara fisiologik dengan adanya pencairan darah yang disebut

hidrmia.

h. system respirasi

seorang wanita hamil pada kelanjutan kehamilannya, tidak jarang

mengelung rasa sesak dan pendek nafas. Hal ini disebabkan karena usus

tertekan oleh uterus yang membesar ke arah diafragma.

i. traktus digestivus

pada bulan-bulan pertama kehamilan terdapat perasaan enek (nausea).

Mungkin ini akibat kadar hormone estrogen yang meningkat. Tonus otot-

otot digestivus menurun, sehingga motilitas seluruh traktus digestivus juga

berkurang.

j. traktus urinarius

pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kencing tertekan oleh uterus

yang mulai membesar, sehingga timbul sering kencing. Keadaan ini hilang

dengan makin tuanya kehamilan bila uterus gravidus keluar dari rongga

panggul. Pada akhir kehamilan, jika kepala mulai turun ke bawah pintu

atas panggul, keluhan sering kencing akan timbul lagi karena kandung

kencing mulai tertekan lagi.

k. Kulit

24
selain striae gravidarum pada kulit terdapat pula hiperpigmentasi antara

lain pada daerah areola mammae, papilla mammae, dan linea alba. Linea

alba yang tampak hitam disebut linea nigra. Hiperpigmentasi kadang-

kadang terdapat pula pada muka disebut cloasma gravidarum. Pada

umumnya, setelah partus selesai gejala hiperpigmentasi menghitung

dengan hipertrofi dan hiperfungsi dari cotex gelombang suprarenalis atau

dari hipertrofi. (Prof. Sulaiman Sastrawinata, 1989:146).

l. Metabolism

pada wanita hamil BMR meninggi, system endokrin juga meninggi, dan

tampak lebih jelas kelenjar gondoknya. BMR meningkat hingga 15-20 %

yang umumnya ditemukan pada triwulan terakhir. Dalam keadaan biasa

wanit hamil cukup hemat dalam pemakaian tenaganya. Kenaikan berat

badan dalam kehamilan disebabkan oleh:

1. Hasil konsepsi : fetus, placenta, dan liquor amni

2. Dari ibu sendiri : uterus dan mammae yang membesar, volume darah

yang meningkat, lemak dan protein lebih banyak dan akhirnya adanya

retensi air.

G. KEBUTUHAN KEHAMILAN (Obstetri Fisiologi: 1983)

1. Nutrisi

Peningkatan konsumsi makanan hingga 300 kalori/hari, mengkonsumsi

yang mengandung protein, zat besi, minum cukup cairan (menu

seimbang). Hal ini penting dalam pengawasan ibu hamil. Kekurangan atau

kelebihan nutrisi dapat menyebabkan kelainan yang tidak diinginkan.

25
(Prof. Dr. Abdul Saifudin, SPOG MPH, 2002 N-3, Hanifa Winkjosastro,

2005 :161).

2. Kebersihan badan

Kebersihan badan mengurangkan kemungkinan infeksi, karena badan yang

kotor banyak mengandung kuman-kuman. Pemeliharaan buah dada juga

penting ; putting susu harus dibersihkan kalau terbasahi oleh kolostrum.

Kalau dibiarkan dapat terjadi eczema pada puting susu dan sekitarnya.

Piting susu yang masuk diusahakan supaya keluar dengan pemijatan

keluar setiap kai mandi.

Perawatan gigi perlu dalam kehamilan karena hanya gigi yang baik

menjamin pencernaan yang sempurna. Wanita yang hamil jangan

melakukan irigasi vagina kecuali dengan nasihat dokter karena irigasi

vagina dapat menimbulkan emboli udara.

3. Pakaian

Pakaian yang baik untuk wanita hamil ialah pakaian yang enak dipakai

tidak boleh menekan badan. Pakaian yang menekan menyebabkan

bendungan vena dan mempercepat timbulnya varises. Karena wanita hamil

lebih sukar mempertahankan keseimbangan badannya, maka dianjurkan

pemakaian sepatu dengan hak yang rendah, lagipula hak tinggi dapat

menimbulkan nyeri pinggang.

4. Buang air besar

Pada wanita hamil mungkin terjadi obstipasi karena:

 Kurang gerak badan

26
 Peristaltic usus kurang karena pengaruh hormone

 Tekanan pada rectum oleh kepala.

Usaha untuk melancarkan buang air besar adalah minum banyak, gerak

badan yang cukup, makanan yang banyak mengandung serat seperti sayur

dan buah-buahan.

5. Imunisasi

Untuk melindungi janin yang akan dilahirkan terhadap tetanus neonatorum

dewasa ini dianjurkan untuk diberikan toxoid tetanus pada ibu hamil.

H. KELUHAN –KELUHAN DAN CARA PENANGANANNYA (Obstetri

Fisiologi: 1983)

1. Mual dan muntah

Biasanya muncul pada bulan ke II dan hilang sesudah bulan ke III lewat,

terutama timbul pada pagi hari ialah waktu perut kosong. Pengobatannya

adalah makan dahulu sedikit misalnya biscuit dan the sebelum bangun dari

tempat tidur, makan dalam porsi kecil tapi sering (misal 5x sehari) dapat

juga diberikan vit.B complex, vit C dan sedative.

2. Sakit pinggang

Sebagian besar disebabkan karena perubahan sikap badan pada kehamilan

yang lanjut, karena titik berat badan pindah ke depan disebabkan perut yang

membesar. Ini diimbangi dengan lordose yang berlebih dan sikap ini dapat

menimbulkan spasmus dari otot-otot pinggang. Nyeri seperti ini dapat

27
diringankan dengan analgetika. Sebagian disebabkan karena melonggarnya

sendi-sendi panggul seperti sympisis dan articulation sacroiliaka atas

pengaruh hormone-hormon kehamilan. Dengan istirahat atau pemakaian

korset maka keluhan dapat berkurang.

3. Varises

Timbulnya varises dipengaruhi oleh factor keturunan, berdiri lama dan

usia, ditambah factor hormonal (progesteron) dan bendungan dalam

panggul. Waktu istirahat, kaki hendaknya ditinggikan. Ada juga baiknya

mempergunakan kaos kaki panjang dan elastic.

4. Haemoroid (bawasir)

Bawasir adalah pelebaran vena-vena di anus, dapat bertambah besar dalam

kehamilan karena ada bendungan darah di dalam rongga panggul.

Defekasi yang teratur penting buat mengurangi bendungan dalam panggul.

Kalau perlu diberi suppositoria haemorrhoidales.

5. Sakit kepala

Biasanya timbul pada hamil muda dan sukar menentukan sebabnya. Pada

pertengahan kehamilan hilang atau berkurang dengan sendirinya. Sakit

kepala pada TM III dapat merupakan gejala pre-eklamsia yang berat.

6. Oedema

28
Paling sering timbul pada kaki dan tungkai bawah. Baiknya kaki

ditinggikan saat tidur.

7. Sesak nafas

Disebabkan karena rahim yang membesar, mendesak diafragma ke atas.

Kalau tidur dengan bantal yang tinggi, sesak kurang.

8. Fluor albus

Pada umumnya cairan di vagina bertambah dalam kehamilan tanpa sebab-

sebab yang patologis dan sering tidak menimbulkan keluhan. Terapi

ditujukan kepada penyebab.

I. TANDA BAHAYA PADA KEHAMILAN (Arif Mansjoer:2001:262 )

a. Perdarahan pervaginam

Kehamilan < 20 minggu : kehamilan ektopik, molahidatidosa dan

aborsi.

Kehamilan > 20 minggu : solusio plasenta, plasenta previa.

b. Oedema pada muka dan jari

Jika muncul pada muka dan lengan (PE) cara meringankan :

 Hindari posisi berbaring

 Hindari posisi yang tegak dalam waktu lama

 Masa istirahat dengan posisi terlentang sampai kaki kiri dengan

kaki diangkat

29
 Jika perlu sering malatih kaki untuk ditekuk ketika

duduk/istirahat.

c. Nyeri perut

Pada abortus tuba nyeri mula-mula pada satu sisi, menjalar ke tempat

lain, bila darah sampai ke diafragma bisa menyebabkan nyeri bahu

yang mengakibatkan terjadinya kehamilan ektopik.

d. Muntah-muntah yang hebat

Perasaan mual akibat kadar estrogen meningkat. Mual dan muntah

terus menerus dapat menyebabkan dehidrasi, hiponatremia,

hipokalemia, penurunan klorida urine, selanjutnya terjadi

hemokonsentrasi yang mengurangi perfusi darah ke jaringan dan

menyebabkan timbulnya zat toksik.

e. Ketuban pecah dini

Pecahnya selaput ketuban sebelum tanda-tanda persalinan. Factor

predisposisi KPD adalah infeksi genetalia, serviks inkompeten, gemeli,

hidarmnion, kehamilan pretem, disproporsi sefalopelvik.

2.3 KONSEP DASAR IBU HAMIL DENGAN HIV

A. PENULARAN HIV/AIDS DARI IBU KE BAYI

Virus HIV ditemukan dalam cairan tubuh manusia, dan paling banyak

ditemukan pada darah, cairan sperma dan cairan vagina. Pada cairan tubuh

lain bisa juga ditemukan, misalnya air susu ibu dan juga air liur, tapi

30
jumlahnya sangat sedikit. Sejumlah 75-85% penularan virus ini terjadi melalui

hubungan seks (5-10% diantaranya melalui hubungan homoseksual), 5-10%

akibat alat suntik yang tercemar (terutama para pemakai narkoba suntik yang

dipakai bergantian), 3-5% dapat terjadi melalui transfusi darah yang tercemar.

Infeksi HIV sebagian besar (lebih dari 80%) diderita oleh kelompok usia

produktif (15-50 tahun) terutama laki-laki, tetapi proporsi penderita wanita

cenderung meningkat. Infeksi pada bayi dan anak-anak 90% terjadi dari ibu

yang mengidap HIV. sekitar 25-35% bayi yang dilahirkan ibu yang terinfeksi

HIV, akan tertular virus tersebut melalui infeksi yang terjadi selama dalam

kandungan, proses persalinan dan pemberian ASI.

Dengan pengobatan antiretroviral pada ibu hamil trimester terakhir, resiko

penularan dapat dikurangi menjadi 8%.

Ibu HIV-positif dapat mengurangi risiko bayinya tertular dengan:

1. Mengkonsumsi obat antiretroviral (ARV)

Resiko penularan sangat rendah bila terapi ARV (ART)

dipakai. Angka penularan hanya 1 persen bila ibu memakai ART. Angka

ini kurang-lebih 4 persen bila ibu memakai AZT selama minggu enam

bulan terahkir kehamilannya dan bayinya diberikan AZT selama enam

pertama hidupnya. Namun jika ibu tidak memakai ARV sebelum dia mulai

sakit melahirkan, ada dua cara yang dapat mengurangi separuh penularan

ini. AZT dan 3TC dipakai selama waktu persalinan, dan untuk ibu dan

bayi selama satu minggu setelah lahir. Satu tablet nevirapine pada waktu

mulai sakit melahirkan, kemudian satu tablet lagi diberi pada bayi 2–3

31
hari setelah lahir. Menggabungkan nevirapine dan AZT selama persalinan

mengurangi penularan menjadi hanya 2 persen. Namun, resistansi terhadap

nevirapine dapat muncul pada hingga 20 persen perempuan yang memakai

satu tablet waktu hamil. Hal ini mengurangi keberhasilan ART yang

dipakai kemudian oleh ibu. Resistansi ini juga dapat disebarkan pada bayi

waktu menyusui. Walaupun begitu, terapi jangka pendek ini lebih

terjangkau di negara berkembang.

2. Menjaga proses kelahiran tetap singkat waktunya

Semakin lama proses kelahiran, semakin besar risiko penularan. Bila si

ibu memakai AZT dan mempunyai viral load di bawah 1000, risiko

hampir nol. bu dengan viral load tinggi dapat mengurangi risiko dengan

memakai bedah Sesar.

3. Menghindari menyusui

Kurang-lebih 14 persen bayi terinfeksi HIV melalui ASI yang

terinfeksi. Risiko ini dapat dihindari jika bayinya diberi pengganti ASI

(PASI, atau formula).

Namun jika PASI tidak diberi secara benar, risiko lain pada bayinya

menjadi semakin tinggi. Jika formula tidak bisa dilarut dengan air bersih,

atau masalah biaya menyebabkan jumlah formula yang diberikan tidak

cukup, lebih baik bayi disusui. Yang terburuk adalah campuran ASI dan

PASI. Mungkin cara paling cocok untuk sebagian besar ibu di Indonesia

adalah menyusui secara eksklusif (tidak campur dengan PASI) selama 3-4

32
bulan pertama, kemudian diganti dengan formula secara eksklusif (tidak

campur dengan ASI).

B. INFEKSI PADA BAYI

Jika dites HIV, sebagian besar bayi yang dilahirkan oleh ibu HIV-positif

menunjukkan hasil positif. Ini berarti ada antibodi terhadap HIV dalam

darahnya. Namun bayi menerima antibodi dari ibunya, agar melindunginya

sehingga sistem kekebalan tubuhnya terbentuk penuh. Jadi hasil tes positif

pada awal hidup bukan berarti si bayi terinfeksi.

Jika bayi ternyata terinfeksi, sistem kekebalan tubuhnya akan membentuk

antibodi terhadap HIV, dan tes HIV akan terus-menerus menunjukkan hasil

positif. Jika bayi tidak terinfeksi, antibodi dari ibu akan hilang sehingga hasil

tes menjadi negatif setelah kurang-lebih 6-12 bulan.

Sebuah tes lain, serupa dengan tes viral load dapat dipakai untuk

menentukan apakah bayi terinfeksi, biasanya beberapa minggu setelah lahir.

Tes ini, yang mencari virus bukan antibodi, saat ini hanya tersedia di Jakarta,

dan harganya cukup mahal.

C. KESEHATAN IBU

Penelitian baru menunjukkan bahwa perempuan HIV-positif yang hamil

tidak menjadi lebih sakit dibandingkan yang tidak hamil. Ini berarti menjadi

hamil tidak mempengaruhi kesehatan perempuan HIV-positif.

33
Namun, terapi jangka pendek untuk mencegah penularan pada bayi bukan

pilihan terbaik untuk kesehatan ibu. ART adalah pengobatan baku. Jika

seorang perempuan hamil hanya memakai obat waktu persalinan,

kemungkinan virus dalam tubuhnya akan menjadi resistan terhadap obat

tersebut. Hal ini dapat menyebabkan masalah untuk pengobatan lanjutannya.

Seorang ibu hamil sebaiknya mempertimbangkan semua masalah yang

mungkin terjadi terkait ART:

1. Jangan memakai ddI bersama dengan d4T dalam ART-nya karena

kombinasi ini dapat menimbulkan asidosis laktik dengan angka tinggi.

2. Jangan memakai efavirenz atau indinavir selama kehamilan.

3. Bila CD4-nya lebih dari 250, jangan mulai memakai nevirapine.

4. Beberapa dokter mengusulkan perempuan berhenti pengobatannya

pada triwulan pertama kehamilan.

D. CARA PENULARAN HIV/AIDS

1. Utamanya melalui hubungan seks yang tidak aman ( tanpa kondom )

dengan pasangan yang sudah tertular, baik melalui hubungan seks vaginal,

oral, maupun anal ( Anus ).

2. Memakai jarum suntik bekas dipakai orang yang terinfeksi virus HIV.

3. Menerima transfusi darah yang terinfeksi virus HIV.

4. Ibu hamil yang terinfeksi virus HIV akan ditularkan kepada bayinya.

E. TANDA DAN GEJALA PENYAKIT AIDS 

34
Seseorang yang terkena virus HIV pada awal permulaan umumnya tidak

memberikan tanda dan gejala yang khas, penderita hanya mengalami demam

selama 3 sampai 6 minggu tergantung daya tahan tubuh saat mendapat kontak

virus HIV tersebut. Setelah kondisi membaik, orang yang terkena virus HIV

akan tetap sehat dalam beberapa tahun dan perlahan kekebelan tubuhnya

menurun/lemah hingga jatuh sakit karena serangan demam yang berulang.

Satu cara untuk mendapat kepastian adalah dengan menjalani Uji Antibodi

HIV terutamanya jika seseorang merasa telah melakukan aktivitas yang

berisiko terkena virus HIV.

Adapun tanda dan gejala yang tampak pada penderita penyakit AIDS

diantaranya adalah seperti dibawah ini :

5.  Saluran pernafasan. Penderita mengalami nafas pendek, henti nafas

sejenak, batuk, nyeri dada dan demam seprti terserang infeksi virus

lainnya (Pneumonia). Tidak jarang diagnosa pada stadium awal

penyakit HIV AIDS diduga sebagai TBC.

6. Saluran Pencernaan. Penderita penyakit AIDS menampakkan tanda

dan gejala seperti hilangnya nafsu makan, mual dan muntah, kerap

mengalami penyakit jamur pada rongga mulut dan kerongkongan, serta

mengalami diarhea yang kronik.

7. Berat badan tubuh. Penderita mengalami hal yang disebut juga wasting

syndrome, yaitu kehilangan berat badan tubuh hingga 10% dibawah

normal karena gangguan pada sistem protein dan energy didalam

tubuh seperti yang dikenal sebagai Malnutrisi termasuk juga karena

35
gangguan absorbsi/penyerapan makanan pada sistem pencernaan yang

mengakibatkan diarhea kronik, kondisi letih dan lemah kurang

bertenaga.

8. System Persyarafan. Terjadinya gangguan pada persyarafan central

yang mengakibatkan kurang ingatan, sakit kepala, susah

berkonsentrasi, sering tampak kebingungan dan respon anggota gerak

melambat. Pada system persyarafan ujung (Peripheral) akan

menimbulkan nyeri dan kesemutan pada telapak tangan dan kaki,

reflek tendon yang kurang, selalu mengalami tensi darah rendah dan

Impoten.

9. System Integument (Jaringan kulit). Penderita mengalami serangan

virus cacar air (herpes simplex) atau carar api (herpes zoster) dan

berbagai macam penyakit kulit yang menimbulkan rasa nyeri pada

jaringan kulit. Lainnya adalah mengalami infeksi jaringan rambut pada

kulit (Folliculities), kulit kering berbercak (kulit lapisan luar retak-

retak) serta Eczema atau psoriasis.

10. Saluran kemih dan Reproduksi pada wanita. Penderita seringkali

mengalami penyakit jamur pada vagina, hal ini sebagai tanda awal

terinfeksi virus HIV. Luka pada saluran kemih, menderita penyakit

syphillis dan dibandingkan Pria maka wanita lebih banyak jumlahnya

yang menderita penyakit cacar. Lainnya adalah penderita AIDS wanita

banyak yang mengalami peradangan rongga (tulang) pelvic dikenal

36
sebagai istilah ‘pelvic inflammatory disease (PID)’ dan mengalami

masa haid yang tidak teratur (abnormal).

F. CARA PENCEGAHAN HIV – AIDS

cara pokok untuk mencegah penluaran HIV-AIDS yaitu :

e. Tidak melakukan hubungan seks pra nikah atau hubungan seks bebas

baik oral vaginal, anal dengan orang yang terinfekasi.

f. Saling setia, hanya melakukan hubungan seks dengan pasangan yang

sah.

g. Pemakaian kondom dapat mengurangi tetapi tidak dapat

menghilangkan sama sekali resiko penularan HIV/AIDS.

h. Tolak penggunaan narkoba ,khususnya narkoba suntik.

i. Jangan memakai jarum suntik bersama.

j. Hindari hubungan seksual sampai pengobatan antibiotik selesai.

k. Sarankan juga pasangan seksual kita untuk diperiksa guna mencegah

infeksi lebih jauh dan mencegah penularan.

l. Wanita tuna susila agar selalu memeriksakan dirinya secara teratur,

sehingga jika terkena infeksi dapat segera diobati dengan benar.

m. Pengendalian penyakit menular seksual ini adalah dengan

meningkatkan keamanan kontak seks dengan menggunakan upaya

pencegahan.

G. PENANGANAN DAN PENGOBATAN AIDS

37
Kendatipun dari berbagai negara terus melakukan researchnya dalam

mengatasi HIV AIDS, namun hingga saat ini penyakit AIDS tidak ada obatnya

termasuk serum maupun vaksin yang dapat menyembuhkan manusia dari

Virus HIV penyebab penyakit AIDS. Adapun tujuan pemberian obat-obatan

pada penderita AIDS adalah untuk membantu memperbaiki daya tahan tubuh,

meningkatkan kualitas hidup bagi meraka yang diketahui terserang virus HIV

dalam upaya mengurangi angka kelahiran dan kematian.

Antibiotik adalah pengobatan untuk gonore. Pasangan seksual juga harus

diperiksa dan diobati sesegera mungkin bila terdiagnosis gonore. Hal ini

berlaku untuk pasangan seksual dalam 2 bulan terakhir, atau pasangan seksual

terakhir bila selama 2 bulan ini tidak ada aktivitas seksual. Banyak antibiotika

yang aman dan efektif untuk mengobati gonorrhea, membasmi

N.gonorrhoeae, menghentikan rantai penularan, mengurangi gejala, dan

mengurangi kemungkinan terjadinya gejala sisa.

Pilihan utama adalah penisilin + probenesid. Antibiotik yang dapat

digunakan untuk pengobatan gonore, antara lain:

38
a. Amoksisilin 2 gram + probenesid 1 gram, peroral

b. Ampisilin 2-3 gram + probenesid 1 gram. Peroral

c. Azitromisin 2 gram, peroral

d. Cefotaxim 500 mg, suntikan Intra Muskular

e. Ciprofloxacin 500 mg, peroral

f. Ofloxacin 400 mg, peroral\

g. Spectinomisin 2 gram, suntikan Intra Muskular Obat-obat tersebut

diberikan dengan dosis tunggal.

Pengobatan pada Hamil/menyusui

Pada wanita hamil tidak dapat diberikan obat golongan kuinolon dan

tetrasiklin. Yang direkomendasikan adalah pemberian obat golongan

sefalosporin (Seftriakson 250 mg IM sebagai dosis tunggal). Jika wanita hamil

alergi terhadap penisilin atau sefalosporin tidak dapat ditoleransi sebaiknya

diberikan Spektinomisin 2 gr IM sebagai dosis tunggal. Pada wanita hamil

39
juga dapat diberikan Amoksisilin 2 gr atau 3 gr oral dengan tambahan

probenesid 1 gr oral sebagai dosis tunggal yang diberikan saat isolasi N.

gonorrhoeae yang sensitive terhadap penisilin. Amoksisilin direkomendasikan

unutk pengobatan jika disertai infeksi C. trachomatis.

 Konsep dasar asuhan kebidanan

A. Data Subyektif

Tanggal pengkajian (tanggal, bulan, tahun dilakukan pengkajian)

Pukul (pukul berapa pengkajian dilakukan)

Oleh (nama orang yang melakukan pengkajian)

1) Identitas

a) Nama istri, nama suami

Nama klien dan suami ditanyakan untuk mengenal. Lebih

mengakrabkan dan tidak keliru dengan klien yang lain

b) Umur

Untuk mengetahui apakah kehamilannya resiko tinggi atau tidak,

juga untuk memberika asuhan yang tepat dan mengetahui

kematangan jiwa ibu.

40
c) Kebangsaan

Untuk mengetahui kebiasaan yang mempenaruhi klien saat hamil

agar kita dapat memberikan konseling/ asuhan yang sesuai

d) Agama

Dengan tahu agama pasien akan memudahkan petugas untuk

memberikan asuhan yang sesuai dengan klien, tidak menyinggung

perasaannya dan untuk pendekatan dalam asuhan.

e) Pendidikan

Untuk mengetahui tingkat intelektualnya karena tingkat intelektual

berpengaruh pada sikap, perilaku dan emosi seseorang.

f) Pekerjaan

Mengetahui taraf hidup dan sosial ekonomi ibu agar nasehat dan

asuhan yang diberikan sesuai, selain itu untuk mengetahui apakah

pekerjaannya berpengaruh pada kehamilannya atau tidak. Juga

untuk mengetahui factor resiko yang berkaitan dengan penyakit

yang dideritanya. Seperti pada pekerjaan PSK yang beriso tinggi

terhadap penyakit HIV.

g) Alamat

41
Menjaga kemungkinan jika ada kebutuhan yang mendesak dengan

ibu misal mengingatkan ibu untuk konrol ulang

2) Kunjungan ke

Melihat apakah ibu pernah periksa atau belum sehingga tahu rencana

asuhan selanjutnya

3) Keluhan yang dirasakan

Keluhan yang dirasakan pada ibu hamil dengan HIV antara lain :

 Demam berkepanjangan lebih dari 3 bulan

 Diare kronis lebih dari 1 bulan berulang maupun terus menerus

 Penurunan berat badan lebih dari 10 % dalam 3 bulan.

 Batuk kronis selama lebih dari 1 bulan

 Infeksi pada mulut dan tenggorokan disebabkan oleh jamur

candida albican

 Pembengkakan kelenjar getah bening yang menetap di seluruh

tubuh

 Munculnya herpes zoster berulang

 Bercak-bercak, gatal diseluruh tubuh.

42
4) Riwayat Menstruasi

Ditanyakan untuk mengetahui usia kehamilan ibu untuk pelaksanaan

tindakan selanjutnya

 Menarche : normalnya 10-16 tahun

 Siklus : normalnya 21-35 hari

 Banyaknya : 50-70 cc/ hari

 Lama : 3-14 hari

 Sifat : encer

 Teratur

 Tidak dysmenorea

 Fluor albus : encer dan kadang-kadang purulen, bau,

dan gatal

5) Riwayat Kehamilan ini

Berisi :

- Keluhan

Bisa terjadi pada trimester I, II, III.

43
- ANC : pemeriksaan kehamilan yang sudah

dilakukan.

- Penyuluhan yang pernah di dapat:

6) Imunisasi TT

Jika pada Ibu primigravida yang lahir diatas pada tahun 1990, biasanya

sudah mendapatkan TT sebanyak 5 kali .

7) Pergerakan anak pertama kali

Pada multi usia kehamilan 15 minggu sudah bisa dirasakan gerakan janin

dan pada primi 18 minggu, ini untuk mengetahui usia kehamilan jika ibu

lupa HPHT.

8) Riwayat Kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu.

Diisikan dengan menggunakan format sebagai berikut:

No

Nif K K
Kehamilan Persalianan Anak
as B et

Sua Ha Peny U Peno Jen Pe Pe Se BB Hidup Mati La MP

mi mil ulit K long is ny ny ks /Umu /Um ma ASI

ulit ulit r ur men

44
etek
Ke Ke
i

9) Riwayat kesehatan

 Riwayat penyakit keluarga

Ada riwayat keluarga atau suami yang menderita herpes, sifilis,

ghonorea, AIDS, PMS, Hepatitis, atau HIV.

 Riwayat penyakit pasien.

Ibu pernah menderita Penyakit Menular seksual seperti herpes,

sifilis, ghonorea, AIDS, PMS, Hepatitis, atau HIV.

10) Riwayat sosial

Status perkawinannya dan penerimaan keluarga terhadap kehamilan ini,

berkaitan dengan dukungan sosial yang ia peroleh. Riwayat dari

kehidupan suami sangat berpengaruh dalam penularan HIV.

11) Pola Kebiasaan sehari-hari

 Pola nutrisi

45
Pada kehamilan dengan HIV terjadi penurunan nafsu makan.

 Pola eliminasi

Ibu mengalami diare kronis lebih dari 1 bulan terus-menerus.

 Pola aktifitas

Tidak ada gangguan atau keluhan saat ibu melakukan aktivitas. Ibu

boleh bekerja yang ringan, tidak melelahkan ibu yang tidak

mengganggu kehamilannya.

 Pola kebiasaan

Kebiasaan ibu merokok, minuman keras, narkoba, berganti-ganti

pasangan seksual, perilaku seksual abnormal.

 Pola aktivitas sexual

Sering berganti-ganti pasangan seksual, perilaku seksual abnormal

dengan tanpa mengunakan kondom.

B. Data Obyektif.

 Keadaan Umum

Pada ibu hamil dengan HIV, keadaan umumnya lemah karena ibu

mengalami penurunan nafsu makan dan diare yang terus-

menerus(Prawirohardjo,S.2008)

46
 Tanda-tanda vital.

o Suhu : Suhu meningkat (Normal 36,5˚C - 37,5˚C)

o Tekanan Darah : Turun (Normal 110/70-120/80 mmHg)

o Denyut nadi : Cepat (Normalnya 84 – 88 x/menit)

o Pernafasan : Cepat, pendek, dangkal (Normalnya 16 -

24 x/menit)

o Berat badan : Menurun (Kenaikan rata-rata pada ibu

hamil yaitu 12,5 kg, tidak boleh lebih dari0,5 kg/minggu.)

 Pemeriksaan fisik

 Inspeksi

1) Muka

pucat

2) Mata

Konjungtiva pucat, sklera tidak ikterik

3) Mulut

Mulut kotor, sariawan (jamur candida albican), mukosa bibir kering.

4) Leher

Ada pembesaran kelenjar limfe

5) Dada (payudara)

Bentuknya simetris, bersih, terdapat hiperpigmentasi, kolostrum

belum keluar.

6) Abdomen

47
Pembesarannya ke depan, adakah luka bekas SC

7) Vagina

Ada fluor albus (encer dan kadang-kadang purulen, bau, dan gatal),

ada infeksi pada genetalia

8) Anus

Terdapat abses rektal

9) Ekstremitas

Tidak oedem, tidak varices

 Palpasi

1) Leher

Ada pembesaran kelenjar limfe

2) Dada

Tidak ada massa

3) Abdomen

Leopold І : Menentukan umur kehamilan dan menentukan

bagian apa yang terdapat pada fundus (sesuai normal)

Leopold ІІ : Menentukan dimana letak punggung anak dan di

mana letak bagian-bagian kecil janin (sesuai normal)

Leopold ІІІ : Menentukan apa yang terdapat di bagian bawah

dan apakah sudah masuk PAP atau belum (sesuai normal)

Leopold ІV : Menentukan seberapa jauh bagian terendah

tersebut masuk PAP (sesuai normal)

48
 Auskultasi

Ada retraksi dada, ada bunyi wheezing,

 Perkusi

Extermitas: reflek patella positif / positif

 Pemeriksaan panggul

Distantia spinarum :23-26 cm

Distantia cristarum :26-28 cm

Conjugata eksterna (boudelouqe) :18-20 cm

Lingkar panggul :80-100 cm

 Pemeriksaan penunjang

1. Pemeriksaan serologis dengan:

- ELISA (reaktif)

- Western Blot (positif)

2. Tes langsung terhadap virus HIV, pada infeksi primer

3. Kultur virus HIV (positif)

4. PCR (< 400 kopi/ml)

C. Assessment

Diagnosa : G..... P.... A.... umur kehamilan..... minggu janin tunggal hidup,

intra/ ekstra uterin, letak janin normal/lintang/ sungsang, dengan

presentasi bokong/kaki/ bahu, keadaan jalan lahir normal,

keadaan umum ibu dan janin baik, dengan HIV

Masalah : Ibu cemas dengan kondisi diri dan janinnya.

49
Kebutuhan:

 tanda bahaya kehamilan

 tanda-tanda persalinan

 persiapan persalinan

Diagnosa potensial: bayi terkena HIV

Masalah potensial : tidak ada

D. Planning

1. Pemberian obat ARV atau antiretroviral.

R/ Profilaksis untuk mengurangi transmisi vertical dari ibu kepada

janinnya Data menunjukkan bahwa penurunan transmisi vertical dapat

berkurang sekitar 70 %.

(Pusdiknakes. 1997).

2. Diskusikan tentang persalinan secara SC

R/ Pada periode ini, resiko terjadinya penularan HIV lebih besar jika

dibandigkan periode kehamilan. Penularan terjadi melalui transfuse

Fetomaternal atau kontak antara kulit atau membran mukosa bayi dengan

darah atau sekresi maternal saat melahirkan. Semakin lama proses

persalinan, maka semakin besar pula resiko penularan yang terjadi. Oleh

karena itu, lamanya persalinan dapat dipersingkat dengan SC.

3. Diskusikan tentang tidak memberikan ASI pada bayi setelah lahir.

50
R/ Berdasarkan data penelitian De Cock, dkk (2000), diketahui bahwa ibu

yang menyusui bayinya mempunyai resiko menularkan HIV sebesar 10-

15% dibandingkan ibu yang tidak menyusui bayinya.

BAB III
TINJAUAN KASUS

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN


PADA IBU HAMIL
( ANC )

PENGKAJIAN
DATA SUBJEKTIF
Identitas
Tanggal : 19 september 2019 Jam : 10.30

Nama Ibu : Ny.Q Nama Suami : Tn.G

Umur : 28 tahun Umur : 30 tahun

Agama : Islam Agama : Islam

Suku/Bangsa : Jawa Suku/Bangsa : Jawa

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Seles

Penghasilan :- Penghasilan :-

51
Alamat : Irigasi Alamat : Irigasi

No. Register :

Alasan Kunjungan : Kontrol Kehamilan

Keluhan Utama : ibu mengatakan sedang hamil 27 minggu, datang


untuk memeriksakan kandungannya. Ibu mengeluh nyeri perut bagian
bawah. Ibu juga mengeluh akan penyakit yang dideritanya ( HIV
stadium II ) saat ini dan cemas akan mempengaruhinya

Riwayat Menstruasi
a. Menarche : 13 tahun

b. Siklus : 30 hari /tidak teratur

c. Lamanya : 6 hari

d. Banyaknya : 3 x/hari ganti pembalut

e. Warna : Merah darah

f. Bau : Tidak

g. Dysmenorhea : ya

Riwayat Obstetri Yang Lalu


Kehamilan Persalinan Anak Nifas
N Suami Anak
Umur Pnylit Tmpt Penol Jns Pnylit L BB/ H/ Lama Pnylit
o ke ke
/P PB M
Mneteki

1 1 1 9 bln Tdk PKM Bidan Spt Tdk L 2800 14 2th Tdk


ada B ada gr th ada

52
1 2 9 bln Tdk PKM Bidan Spt Tdk P 2500 3th 2th Tdk
ad B ada gr ada
2

2 H A M I L I N I

Riwayat Kehamilan Sekarang


a. HPHT : 12/2/2019

b. HTP : 19/12/2019

c. Keluhan

Trimester I : Mual dan muntah pada pagi hari sampai usia


kehamilan 2 bulan

Trimester II : Sakit kepala dan terasa pusing Ibu mengeluh nyeri


perut bagian bawah. Ibu juga mengeluh akan
penyakit yang dideritanya ( HIV stadium II ) saat
ini

TrimesterIII :-

d. Pergerakan anak pertama kali dirasakan : 24 minggu

e. Penyuluhan yang pernah didapatkan : penyuluhan dari bidan


tentang kehamilan dengan penyakit yang dideritanya, nutrisi personal
hygiene, tanda persalinan dan tanda bahaya kehamilan

53
f. Status imunisasi TT : 5 x

Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Yang Lalu : tidak ada

(Diabetes melitus, Hipertensi, PMS, TBC, Hepatitis)*

b. Riwayat Kesehatan Keluarga :

Ibu mengatakan suami pertama menderita HIV/AIDS sejak maret


2009. Ibu mengatakan keluarga tidak ada yang menderita penyakit
DM, jantung, ginjal, TBC

Riwayat Gemeli atau Kembar : tidak ada

Riwayat Sosial
Status Pernikahan

Isteri Suami

Pernikahan ke :2 Pernikahan ke :1

Usia menikah : 2 tahun Usia menikah : 2 tahun

Lama Menikah : 2 tahun Lama : 2 tahun


Menikah

Pola Kebiasaan Sehari-hari


Sebelum Hamil Selama Hamil

Pola Nutrisi a. Makan a. Makan

Frekuensi : 3 Frekuensi : 3-4


x/hari x/hari

Buah : ya Buah : ya

b. Minum : 5-6 b. Minum : 8-10


gelas/hari gelas/hari

c. Makanan kesukaan : c. Makanan kesukaan :


daging buah

54
d. Keluhan : tidak ada d. Keluhan : mual

Pola Istirahat a. Tidur Siang : a. Tidur Siang :


jarang 1/2-1 jam

b. Tidur Malam : 6 b. Tidur Malam : 6-7


jam jam

c. Keluhan : tidam ada c. Keluhan : Ada

Pola Eliminasi a. BAK a. BAK

Frekuensi : 3-4 Frekuensi : 5-6


x/hari x/hari

Warna : jernih Warna : jernih

Bau :- Bau :-

Keluhan : - Keluhan : -

b. BAB b. BAB

Frekuensi : 2 Frekuensi : 1
x/hari x/hari

Warna : kuning Warna : kuning

Konsistensi : Lunak Konsistensi : Keras

Bau : ya Bau : ya

Keluhan : tidak ada Keluhan : tidak ada

Pola Aktivitas Melakukan Melakukan

a. Pekerjaan rumah : ya a. Pekerjaan rumah :


tidak.
seperti : tugas IRT
seperti : -

b. Bekerja diluar rumah


b. Bekerja diluar rumah
ya
tidak

55
Pola Hygiene a. Mandi : 2 x/hari a. Mandi : 2 x/hari

b. Gosok gigi : 3 x/hari b. Gosok gigi : 3 x/hari

c. Keramas : 2 c. Keramas : 3 x/minggu


x/minggu
d. Ganti Baju : sering
d. Ganti Baju : 2 x/hari saat berkeringat

Pola Seksual a. Frekuensi : 2-3 a. Frekuensi : tidak


x/minggu

Pola Kebiasaan a. Merokok : - a. Merokok : -


Lain
b. Minum-minuman b. Minum-minuman
keras: - keras: -

c. Memelihara c. Memelihara binatang :


binatang :ya ya

Keadaan Psiko-Sosial-Spiritual dan Latar Belakang Budaya


a. Keadaan Psikologi :

* Perasaan ibu terhadap kehamilan ini : ibu merasa sedikit cemas


dengan keadaan bayi karena kondisi ibu yang sedang terkena
penyakit HIV/AIDS

b. Keadaan Sosial :

* Hubungan Ibu dengan suami dan keluarga : baik

* Pengambil keputusan dalam keluarga : suami

c. Keadaan Spiritual :

* Ketaatan Ibu dalam menjalankan keyakinannya : ibu mengatakan


selama hamil dapat melakukan dan mengikuti ibadah

d. Latar Belakang :

56
Budaya

* Kebiasaan ibu dalam menjalankan adat istiadat dalam masa


kehamilan: tidak memuka hewab

DATA OBJEKTIF
Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum :

Kesadaran : Komposmentis

BB sebelum : 52kg
hamil

BB sekarang : 58kg

TB : 161 cm

LILA : 28cm

TTV : TD : 120/90 mmHg

N : 84 x/menit

S :36'7°C

RR : 16 x/menit

Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Kepala : Rambut hitam, tidak ada luka/lesi

Muka : Tidak ada odem, ada cloasma garvidarum

Mata : Sclera putih, konjungtiva merah mudah

Hidung : Simetris

Mulut : Mukosa mulut kering, sariawan, gigi


tidak simetris

Telinga : Tidak ada benjolan, bersih, simetris kiri


dan kanan

Leher : Ada pembesaran kelenjar limfe, kelenjar

57
tyroid.

Payudara : Simetris, puting susu menonjol, bersih,


areola menghitam

Genetalia :Tidak ada odema, kandiloma, farises,


flour albuns, luka bekas episiotomi. Bersih

Anus : Tidak ada hemoroid

Ekstremitas Atas : Lengkap, tidak ada odem, varises

Ekstremitas : Lengkap, tidak ada odem, varises


Bawah

Palpasi
Leher : Tidak ada bendungan vena jugularis,
lymfe

Ketiak : Tidak ada nyeri tekan dan benjolan

Dada : Massa : tidak ada. Kolostrum : belum


keluar

Abdomen

Leopold : TFU, bagian fundus teraba bagian bulat


I lunak tidak melenting ( bokong )

Leopold : Teraba bagian kanan ibu bagian kecil


II menonjol dan bagian kiri teraba adanya
tahanan memanjang ( punggung )

Leopold : Teraba bagian bulat, keras, melenting


III (kepala)

Leopold : Tidak dilakukan


IV

 Auskultasi

DJJ : 12-11-12

Teratur/tidak : teratur

Terdengar di : punggung kanan.

58
 Perkusi

Reflex patella : +/+

 Pemeriksaan panggul : tidak dilakukan

PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan Hb, hasil : 11 gr%

2. Pemeriksaan urine :

Albumin : negatif

Reduksi : negatif

Hasil pemeriksaan CD4:

Tanggal 11 Agustus 2019

Result name % Ratio Abs Cnt Reference

(cells/µl) Range
CD3 + /CD45+ 69,24 55% - 84%
CD3+ 1461 cells/µl 690 – 2540
CD3+CD4+/CD45+ 24,25 Lo 31% - 60%
CD3+CD4+ 512 Lo 410 – 1590
CD45+ 2111
*For quality control

purpose only
Multi-tube QC

T Helper/supressor Ratio: 0,00

Keterangan:

CD4 absolut : 512 (410-1590 cells/µl)

CD4 % : 24,25 (31-60 %)

Jumlah T Helper Lymphocyte (CD4) normal

59
Hasil pemeriksaan PCR HIV

Tanggal 11 Agustus 2019

Hasil Hasil Nilai rujukan Ket


~ < 400 < 400 kopi/ml HIV 1 RNA
pemeriksaan
kopi/ml tidak terdeteksi
PCR HIV ~ <204 IU/ml <204 IU/ml
~ < log 2,6 < log 2,6

Hasil Laboratorium Patologi Klinik

Jenis Hasil Rujukan Satuan Keterangan

pemenriksaan

CD4
CD4 absolut 357 410-1590 Sel/µl Lymphocyte
Cd4 % 26 31 – 60 %
T cell

berkurang

Assesment

 Diagnosa

GIIIP20002 umur kehamilan 24 minggu tunggal, hidup, intra uteri,

letak membujur, dengan presentasi kepala, keadaan jalan lahir

normal, keadaan umum ibu dan janin baik, dengan HIV stadium II

 Masalah

Ibu cemas dengan kondisi diri dan janinnya.

 Kebutuhan:

 Tanda bahaya kehamilan

60
 Tanda-tanda persalinan

 Persiapan persalinan

 Diagnosa potensial : tidak ada

 Masalah potensial : tidak ada

Planning

Tanggal : 19 september 2019

Jam : 10.30

1. Menjelaskan kepada ibu tentang kondisi diri dan janinnya

E/ ibu mengerti kondisi diri dan janinnya

2. Memberi konseling tentang penyakit yang ibu derita

E/ ibu mengerti tentang penyakitnya

3. Memberikan KIE tentang:

5. Tanda bahaya kehamilan (pandangan mata kabur, pusing

berat, nyeri perut bagian bawah)

6. Tanda - tanda persalinan (keluar lendir/ darah/ ketuban, his

yang smakin kuat dan teratur)

7. Persiapan persalinan (Ibu ingin melahirkan di RSU dr.

Soetomo dengan SC)

8. Kebutuhan nutrisi (sayur-sayuran yang mengandung zat

besi)

E/ ibu mampu mengulang KIE yang diberikan

61
4. Memberitahukan kepada ibu taksiran persalinan yaitu tanggal 19-

11-2011

E/ ibu mengerti tentang taksiran persalinannya

5. Melakukan kolaborasi dengan dokter di poli PIPI dalam Durival

2x1 dan Neviral 2x1.

E/ resep sudah diterima pasien

6. Melakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian tablet Fe

1x1.

E/ resep sudah diterima pasien

7. Memberitahukan kepada ibu untuk control ke poli hamil 1, 2

minggu lagi (2 November 2011) atau datang sewaktu-waktu bila

ada keluhan, sambil menunggu hasil vital cood until made of

delivery.

E/ ibu bersedia datang untuk kontrol ulang November 2011 atau

datang sewaktu-waktu bila ada keluhan.

8. Memberitahukan kepada ibu untuk control ke poli PIPI 1 bulan lagi

E/ ibu bersedia datang.

62
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

HIV adalah salah satu virus mematikan dan menyebabkan AIDS, HIV
menyerang system daya tubuh manusia, menyebabkan tubuh lemah dan
tidak berdaya melawan berjangkitnya penyakit. Ketika individu
melakukan kontak dan terinfeksi HIV, maka virus akan mencapai atau
berada dalam sirkulasi sistemik, dan dapat dideteksi dalam darah setelah 4-
11 hari sejak paparan pertama.

Dari hasil anamneses Ny. Q diketahui Ibu terkena HIV karena tertular oleh
suami yang ternyata sudah di diagnosa lebih awal terkena HIV. Kusniati
dalam bukunya PMS dan HIV/AIDS menyebutkan bahwa penularan
HIV/AIDS dapat terjadi secara horizontal, yaitu kontak antar darah atau
produk darah yang telah terinfeksi HIV (penggunaan jarum suntik, tindik,
tattoo yang dapat menimbulkan luka dengan menggunakan alat yang tidak
disterilkan dan dipakai bersama sama dengan orang yang terinfeksi HIV).
Selain itu juga penularan HIV/AIDS dapat terjadi secara transeksual
(homoseksual maupun heteroseksual) yaitu hubungan seksual yang tidak
aman dengan orang yang telah terinfeksi HIV.

B. Saran
Bagi mahasiswa, untuk lebih memanfaatkan sebaik mungkin kesempatan
praktik klinik di Poli Hamil 1 dan menggali ilmu semaksimal mungkin
untuk menambah pengetahuan dan ketrampilan mahasiswa tentang
masalah – masalah yang terjadi pada kehamilan dengan HIV.

63
 DAFTAR PUSTAKA

Rukiah, Ai Yeyeh S.Si.T, “ Asuhan Kebidanan IV (Patologi Kebidanan)”, Jakarta:

Trans Info Media, 2010.

Prawirohardjo, Sarwono, “Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal

dan Neonatal “, Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2009

http://ilmu-pasti-pengungkap-kebenaran.blogspot.com/2011/11/hivaids-pada-ibu-

hamil.html#ixzz1uSGaM4JD

64

Anda mungkin juga menyukai