DISUSUN OLEH
KELOMPOK 3 :
FAKULTAS KESEHATAN
2022/2023
1. Konsep Penyakit HIV/AIDS
Salah satu virus yang menyerang sel darah putih yang bernama se
alan tubuh lagi.Jadi ketika tubuh sakit tidak bisa sembuh dengan kekeba
lan sendiri.HIV hidup didalam darah dan cairan tubuh orang yang terinf
eksi.Cairan yang bisa mengeluarkan HIV itu dari cairan darah, dinding
anus, ASI, sperma dan cairan vagina termasuk darah menstruasi. Sedan
gkan penularan dapat terjadi melalui: hubungan sek bebas/seks yang tan
untik atau tindik dan bisa melalui tato yang tidak steril dan dipakai seca
rang sel khususnya yang memiliki antigen permukaan CD4 terutama sel
el monosit dan magrofag, sel lagerhands pada kulit, sel dendrit pada kel
enjar linfa, makrofag pada alveoli paru, sel retina, dan sel serviks uteri.
Lalu kemudian virus HIV akan masuk kedalam limfosit T4 dan mengga
ng, demam, nyeri tenggorokan, tidak enak badan seperti orang flu b
iasa.
ada gejala HIV tapi jika di tes HIV hasilnya sudah positif/re-aktif at
Periode ini bisa bertahan berfariasi setiap orang ada yang 8-10 tahu
n, ada yang jauh lebih cepat berprogresif ada yang sampai 15 tahun.
Setelah di stadium 1 jika tidak ketahuan dan tidak dobati akan berla
berat badan mulai turun tapi kurang dari 10% berat badan normal,
ejala awal yang menunjukan system imun seseorang itu mulai men
urun tapi belum terlalu parah namun jika pada stadium ini belum
4. Stadium 3
BB turun >10%, diare >1 bulan, demam >1 bulan jadi seperti
Tahap ini sudah masuk pada AIDS gejala yang dialami sudah
semakin parah, badan sudah sangat kurus, kulit berjamur, mulut ber
t dan tulang.
RNA :
Family : retroviradae Su
b family : lantivirinae Ge
nus : lentivirus
terdapat dua tipe yang berbeda dari virus AIDS manusia, yaitu HIV-1 d
aan juga terletak dari gen vpr, kemudian pada HIV – 2 terdapat gen vpx
ana caranya virus itu masuk kedalam tubuh sesorang, bisa melalui darah,
jadi bisa karena transfuse atau penggunaan jarum suntik yang bekas pa
kai yang bergantian misalnya dan tidak steril kemudian jarumnya bekas
dipakai orang yang terinfeksi HIV maka akan menular. Jadi menularnya
melalui kontak lewat darah/cairan bukan kontak fisik maka ketika suda
au target yang akan diserang pertama kali oleh virus ini adalah sel darah
putih manusia atau sel CD4 jadi sel darah putih itu ada limfosit, leukosi
t virus ini menyerang CD4 dari sel darah putih limfosit. Virus ini nanti a
kanbinding atau terikat. Jadi di CD4 diluar dari permukaan CD4 itu ada
reseptor dimana reseptor ini cocok dengan sereptor yang di miliki oleh
virus HIV jadi mereka bisa bergabung. Karena sudah tergabung maka v
etelah itu virus HIV akan masuk kedalam sel CD4. Jadi virus HIV itu h
anya memiliki RNA tidak mempunyai DNA agar virus HIV tetap bertah
an atau berkembang biak atau reprekasi virus HIV harus memiliki DNA
embantu mensintesa DNA dari RNA. Lalu terbentuklah DNA dari vir
us HIV. Kemudian
DNA dari virus HIV akan memasuki nucleus dari sel CD4 dan akan ber
bereplekasi karena ketika sel CD4 bereplekasi otomatis dia akan ikut be
replikasi. Setelah itu virus HIV akan assembly atau menyusun virus bar
a maka virus HIV akan bereplekasi dan menyusun dirinya menjadi baka
ngga menjadi sel yang matur atau infeksius. Karena itu sel CD4 ini aka
nan jumlah lmfosit T CD4 serta dramatis dari normal yang berkisar 60
0-1200/mm3 menjadi 200/mm3 atau lebih rendah lagi, sehigga pada fase
awal jumlah virus akan meningkan lebih pesat hal ini diikuti oleh penur
unan dari jumlah sel CD4, kemudian muncul reaksi imunitas yang akan
menekan atau mengurangi virus HIV. Pada fase ini jumlah virus akan m
enurun dan diikuti dengan kenaikan dari jumlah sel CD4, pada fase ini
muncul gejala akut dan berlangsung dalam hitungan minggu sampai bul
rsial atau sebagian jumlah virus akan kembali meningkat secara perlaha
n yang diikuti dengan penurunan secara perlahan dari jumlah CD4, sela
la jumlah sel CD4 terus menurun maka pertahan tubuh akan sangat mel
stik ini berlangsung dalam periode tahunan dan jika sudah terjadi maka
Defisiensi pe
Kurangnya Menurunnya system kekebalan tubuh
ngetahuan te pajanan in
ntang infeksi formasi Infeksi oportunistik (IO)
erjalanan infeksi HIV itu sendiri, yaitu: Serokonversi, Penyakit HIV asi
1. Serokonversi
ejala – gejala ini akan bertahan 1 minggu/2 bulan. Pada tahap ini di
tu ketika gejala – gejala flu tadi mulai mereda dan tidak menimbul
kan gejala apapun pada tubuh. Dan pada waktu ini virus HIV akan
hap ini tubuh akan merasa sehat dan tidak akan memiliki masalah a
papun oleh karena itu tahap ini bisa berlangsung antara 1 tahun sa
nya limfosit T-hepar CD4+ dengan kondisi ini jelas karena seseora
ng sudah tidak punya kekebalan tubuh maka akan sangat rentan dan
portunistik dan sudah masuk pada tahap AIDS (Price & Wislon; A
a jumlah sel CD4+ secara progresif. Setelah AIDS terjadi, maka sis
nosis pasien infeksi HIV secara signifikan (Price & Wislon, 2006;
G. Komplikasi
1. Tuberculosis (TB)
dari manifestasi klinis atau gejala maka sama antara pasien normal
danya kuman BTA pada pasien – pasien yang HIV positif karena a
oses infeksi didalam paru yang kemudian tidak bermanifes dan tida
ibawah 200.
2. Masalah di Otak
Pasien HIV seringkali mengalami masalah diotak. Masalah
3. Meningitis
4. Hepatitis C
n HIV akibat Injection Drug User (IDU). Gejala awal yang dirasak
an yaitu mudah lelah, tidak nafsu makan dan bisa tibul mata yang k
obati maka akan terjadi serosis hati, setelah itu bisa menjadi kanker
rinfeksi HIV, sifilis adalah suatu infeksi menular seksual yang dise
ntak seksual bisa di oral, genetal ataupun di anus dan kemudian ber
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan HIV
a. Skrining HIV
i. Rapid test
c. Tes Konfirmasi
i. Wastern blot
d. Deteksi Virus
i. Antigen P24
pencegahan kotrimoksasol.
agi apakah terjadi adanya resistensi obat. Viral load adalah jumla
I. Penatalaksanaan
1. Farmakologi
harus meminum obat tersebut seumur hidup secara rutin dan jang
1. Zidovudine
2. Didanosine
3. Zalzitabine
4. Stavudine
5. Lamivudne
6. Abacavir Tenofovir
tidak berfungsi.
2. Delavirdine
3. Efavirenz
a. Indinavir (IDV)
b. Nelvinavir (NFV)
c. Squinavir (SQV)
d. Ritonavir (RTV)
e. Amprenavir (APV)
a. Pemberian nutrisi
neral.
A. Definisi
Kanker paru-paru adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendal
i dalam jaringan paru-paru dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen, lingku
ngan, terutama asap rokok ( Suryo,2010).
Kanker paru (bronchogeniccarcinoma) adalah penyakit yang ditandai dengan ti
dak terkendalinya pertumbuhan seldalam jaringan paru, terutama sel-sel yang
melapisi bagian pernapasan (AtiyehHashemi,dkk, 2013: 165)
Kanker Paru dalam arti luas adalah semua penyakit keganasan di paru,mencak
up keganasan yang berasal dari paru sendiri (primer) atau penyebaran(metastas
is) tumor dari organ lain. Definisi khusus untuk kanker paru primer yaknitumo
r ganas yang berasal dari epitel (jaringan sel) saluran napas atau bronkus.Sedan
gkan menurut National Cancer Institute, kanker paru adalah kanker yangterben
tuk pada jaringan di paru, biasanya di lapisan sel-sel saluran udara (Syahruddin,
2006).
Paru merupakan organ yang elastis dan terletak di dalam rongga dada bagian
atas, bagian samping dibatasi oleh otot dan rusuk dan bagian bawah dibatasi
oleh diafragma yang berotot kuat. Paru terdiri dari dua bagian yang dipisahkan
oleh mediastinum yang berisi jantung dan pembuluh darah. Paru kanan
mempunyai tiga lobus yang dipisahkan oleh fissura obliqus dan horizontal,
sedangkan paru kiri hanya mempunyai dua lobus yang dipisahkan oleh fissura
obliqus. Setiap lobus paru memiliki bronkus lobusnya masing-masing. Paru
kanan mempunyai sepuluh segmen paru, sedangkan paru kiri mempunyai
sembilan segmen (Syaifuddin, 2011).
Paru diselubungi oleh lapisan yang mengandung kolagen dan jaringan elastis,
dikenal sebagai pleura visceralis. Sedangkan lapisan yang menyelubungi
rongga dada dikenal sebagai pleura parietalis. Di antara kedua pleura terdapat
cairan pleura yang berfungsi untuk memudahkan kedua permukaan pleura
bergerak selama bernafas dan untuk mencegah pemisahan thoraks dan paru.
Tekanan dalam rongga pleura lebih rendah dari tekanan atmosfer, sehingga
mencegah terjadinya kolaps paru. Selain itu rongga pleura juga berfungsi
menyelubungi struktur yang melewati hilus keluar masuk dari paru.
Paru dipersarafi oleh pleksus pulmonalis yang terletak di pangkal tiap paru.
Pleksus pulmonalis terdiri dari serabut simpatis (dari truncus simpaticus) dan
serabut parasimpatis (dari arteri vagus). Serabut eferen dari pleksus ini
mempersarafi otot-otot bronkus dan serabut aferen diterima dari membran
mukosa bronkioli dan alveoli (National Cancer Institute, 2015)
Paru-paru dan dinding dada adalah struktur yang elastis. Dalam keadaan
normal terdapat lapisan cairan tipis antara paru-paru dan dinding dada
sehingga paru-paru dengan mudah bergeser pada dinding dada. Tekanan pada
ruangan antara paru-paru dan dinding dada berada di bawah tekanan atmosfer.
Fungsi utama paru-paru yaitu untuk pertukaran gas antara darah dan atmosfer.
Pertukaran gas tersebut bertujuan untuk menyediakan oksigen bagi jaringan
dan mengeluarkan karbon dioksida. Kebutuhan oksigen dan karbon dioksida
terus berubah sesuai dengan tingkat aktivitas dan metabolisme seseorang tapi
pernafasan harus tetap dapat memelihara kandungan oksigen dan karbon
dioksida tersebut. Fungsi utama paru-paru yaitu untuk pertukaran gas antara
darah dan atmosfer. Pertukaran gas tersebut bertujuan untuk menyediakan
oksigen bagi jaringan (Guyton, 2007).
C. Etiologi
Seperti umumnya kanker yang lain, penyebab yang pasti dari kanker
paru belum diketahui, tapi merokok dan paparan atau inhalasi berkepanjangan
suatu zat yang bersifat karsinogenik merupakan faktor resiko utama. Beberapa
faktor risiko penyebab terjadinya kanker paru adalah (Stopler, 2010):
a. Merokok
Rokok merupakan faktor yang berperan paling penting yaitu 85% dari seluruh
kasus. Kejadian kanker paru pada perokok dipengaruhi oleh usia mulai
merokok, jumlah batang rokok yang diisap setiap hari, lamanya kebiasaan
merokok, dan lamanya berhenti merokok.
b. Perokok pasif
c. Polusi udara
Kematian akibat kanker paru juga berkaitan dengan polusi udara, tetapi
pengaruhnya kecil bila dibandingkan dengan merokok. Kematian akibat
kanker paru jumlahnya dua kali lebih banyak di daerah perkotaan
dibandingkan dengan daerah pedesaan.
e. Genetik
Terdapat bukti bahwa anggota keluarga pasien kanker paru berisiko lebih besar
terkena penyakit ini. Penelitian sitogenik dan genetik molekuler
memperlihatkan bahwa mutasi pada protoonkogen dan gengen penekan tumor
memiliki arti penting dalam timbul dan berkembangnya kanker paru.
f. Penyakit paru
Penyakit paru seperti tuberkulosis dan penyakit paru obstruktif kronik juga
dapat menjadi risiko kanker paru. Seseorang dengan penyakit paru obstruktif
kronik berisiko empat sampai enam kali lebih besar terkena kanker paru.
Kanker paru yang merupakan metastase dari organ lain adalah kanker paru
sekunder. Paru-paru menjadi tempat berakhirnya sel kanker yang ganas.
Meskipun stadium penyakitnya masih awal, seolah-olah pasien menderita
penyakit kanker paru stadium akhir. Di bagian organ paru, sel kanker terus
berkembang dan bisa mematikan sel imunologi. Artinya, sel kanker bersifat
imortal dan bisa menghancurkan sel yang sehat supaya tidak berfungsi. Paru-
paru itu adalah end organ bagi sel kanker atau tempat berakhirnya sel kanker,
yang sebelumnya dapat menyebar di area payudara, ovarium, usus, dan lain-
lain
D. Patofisiologi
Dari etiologi yang menyebabkan Ca paru ada 2 jenis yaitu primer dan
sekunder. Primer yaitu berasal dari merokok, asap pabrik, zat karsinogen, dll
dan sekunder berasal dari metastase organ lain, Etiologi primer menyerang
percabangan segmen/sub bronkus menyebabkan cilia hilang. Fungsi dari cilia
ini adalah menggerakkan lendir yang akan menangkap kotoran kecil agar
keluar dari paru-paru. Jika silia hilang maka akan terjadi deskuamasi sehingga
timbul pengendapan karsinogen. Dengan adanya pengendapan karsinogen
maka akan menimbulkan ulserasi bronkus dan menyebabkan metaplasia,
hyperplasia dan displasia yang selanjutnya akan menyebabkan Ca Paru
(Nurarif & Kusuma, 2015).Ca paru ada beberapa jenis yaitu karsinoma sel
skuamosa, adenokarsinoma, karsinoma sel bronkoalveolar, dan karsinoma sel
besar. Setiap lokasi memiliki tanda dan gejala khas masing masing. Pada
karsinoma sel skuamosa, karsinoma bronkus akan menjadi berkembang
sehingga batuk akan lebih sering terjadi yang akan menimbulkan iritasi,
ulserasi, dan pneumonia yang selanjutnya akan menimbulkan himoptosis.
Pada adenokarsinoma akan menyebabkan meningkatnya produksi mukus yang
dapat mengakibatkan penyumbatan jalan nafas. Sedangkan pada karsinoma
sel bronkoalveolar sel akan membesar dan cepat sekali bermetastase sehingga
menimbulkan obstruksi bronkus dengan gejala dispnea ringan.
Pada karsinoma sel besar akan terjadi penyebaran neoplastik ke mediastinum
sehingga timbul area pleuritik dan menyebabkan nyeri akut. Pada stadium
lanjut, penurunan berat badan biasanya menunjukkan adanya metastase,
khususnya pada hati. Kanker paru dapat bermetastase ke struktur–struktur
terdekat seperti kelenjar limfe, dinding esofagus, pericardium, otak, tulang
rangka (Nurarif & Kusuma, 2015).
F. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis Manifestasi klinis Ca Paru sesuai dengan lokasinya,
manifestasi klinis yang timbul adalah :
Adenokarsinoma Karsinoma Sel Karsinoma Sel Karsinoma Sel
Dan Bronkoalveolar Skuamosa kecil besar
Tanda dan Gejala Tanda dan Tanda dan Tanda dan Gejala
Gejala Gejala
1. Nafas dangkal 1. Batuk
1. Batuk 1. SIADH
2. Batuk berkepanjangan
( Syndrome of
2. Dyspnea
3. Penurunan nafsu Inappropriate 2. Nyeri dada
3. Nyeri dada Antidiuretic
makan saat
4. Atelektasis Hormone)
4. Trosseau menghirup
5. Pneumonia 2. Sindrom
Syndrome 3. Suara serak
postobstruktif chusing
4. Sesak napas
6. Mengi 3. Hiperkalsemia
7. Hemoptisis 4. Batuk
5. Stridor
6. Nafas dangkal
7. Sesak nafas
8. Anemia
G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada kanker paru ini
adalah pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan laboratorium ditujukan untuk :
a. menilai seberapa jauh kerusakan yang ditimbulkan oleh kanker paru
b. kerusakan pada paru dapat dinilai dengan pemeriksaan faal paru atau
pemeriksaan analisis gas
c. menilai seberapa jauh kerusakan yang ditimbulkan oleh kanker paru pada
organ-organ lainnya
d. menilai seberapa jauh kerusakan yang ditimbulkan oleh kanker paru pada
jaringan tubuh baik oleh karena tumor primernya maupun oleh karena
metastasis.
b. Sitologi Sputum
c. Bronkoskopi
d. Biopsi Transtorakal
e. Torakoskopi
g. Petanda Tumor
Petanda tumor seperti pemeriksaan laboratorium CEA, Cyrfra21-1 dan NSE
H. Penatalaksanaan
Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2017,
manajemen penatalaksanaan pada penyakit kanker paru dibagi berdasarkan
klasifikasinya. Pada kanker paru jenis karsinoma bukan sel kecil (KPKBSK),
terdiri dari berbagai jenis, antara lain adalah karsinoma sel skuamosa (KSS),
adenokarsinoma, karsinoma bukan sel kecil (KBSK) penatalaksanaannya
tergantung pada stadium penyakit, tampilan umum penderita, komorbiditas,
tujuan pengobatan, dan cost-effectiveness.
Modalitas penanganan yang tersedia adalah bedah, radiasi, dan kemoterapi.
Penatalaksanaan kanker paru karsinoma bukan sel kecil antara lain:
a. Bedah
Terapi utama untuk sebagian besar KPBSK, terutama stadium I-II dan stadium
IIIA yang masih dapat direseksi setelah kemoterapi neoadjuvan. Jenis
pembedahan yang dapat dilakukan adalah lobektomi, segmentektomi dan
reseksi sublobaris. Pasien dengan kardiovaskular atau kapasitas paru yang
lebih rendah, pembedahan segmentektomi dan reseksi sublobaris paru
dilakukan.
b. Radioterapi
Radioterapi dalam tatalaksana kanker paru Bukan Sel Kecil (KPKBSK) dapat
berperan di semua stadium KPKBSK sebagai terapi kuratif definitif, kuratif
neoajuvan atau ajuvan maupun paliatif. Radioterapi dapat diberikan pada
stadium I yang menolak dilakukan operasi setelah evaluasi bedah thoraks dan
pada stadium lokal lanjut (Stadium II dan III) konkuren dengan kemoterapi.
Pada pasien Stadium IIIA resektabel, kemoterapi pre operasi dan radiasi pasca
operasi merupakan pilihan. Pada pasien Stadium IV, radioterapi diberikan
sebagai paliatif atau pencegahan gejala (nyeri, perdarahan, obstruksi).
c. Kemoterapi
Kemoterapi adalah sebagai terapi paliatif pada pasien dengan stadium lanjut.
Penatalaksanaan kanker paru karsinoma sel kecil (KPKSK) berbeda dengan
KPBSK, pasien dengan KPKSK, penatalaksanaan dilakukan berdasarkan
stadium, antara lain :
a. Stadium terbatas
Pilihan modalitas terapi pada stadium ini adalah kombinasi dari kemoterapi
berbasis-platinum dan terapi radiasi toraks. Kemoterapi dilakukan paling
banyak 4-6 siklus, dengan peningkatan toksisitas yang signifikan jika
diberikan lebih dari 6 siklus. Regimen terapi kombinasi yang memberikan
hasil paling baik adalah concurrent therapy, dengan terapi radiasi dimulai
dalam 30 hari setelah awal kemoterapi. Regimen kemoterapi yang tersedia
untuk stadium ini adalah EP, sisplatin/karboplatin dengan etoposid (pilihan
utama, sisplatin/karboplatin dengan irinotekan. Reseksi bedah dapat dilakukan
dengan kemoterapi adjuvant atau kombinasi kemoterapi dan radiasi terapi
adjuvant pada TNM stadium dini, dengan/tanpa pembesaran kelenjar getah
bening.
b. Stadium lanjut
2. Kualitas hidup
Meningkatnya kualitas hidup pasien kanker merupakan indikator keberhas
ilan pelayanan paliatif. Kualitas hidup pasien kanker diukur dengan Modif
ikasi dari Skala Mc Gill (10 indikator yang harus dinilai oleh pasien sendir
i), yaitu :
INDIKATOR NILAI 1-10
Secara fisik saya merasa... Sangat buruk,,,sangat baik
Saya tertekan atau cemas Selalu...tidak pernah
Saya sedih Selalu...tidak pernah
Dalam melihat ke depan Selalu takut...tidak takut
Keberadaan saya Tidak berarti tanpa tujuan...sangat b
erarti dan bertujuan
Dalam mencapai tujuan hidup Tidak mencapai tujuan...mencapai tu
juan
Saya... Tidak...sangat dapat mengontrol hid
up saya
Sebagai pribadi Tidak baik...sangat baik
Hari saya Sebagai beban...sebagai anugrah
Saya merasa... Tidak mendapat dukungan...mendap
at dukungan penuh
b. ASPEK SPIRITUAL
1) Setiap manusia baik dia religius maupun tidak, mempunyai sisi spi
ritual yang unik bagi dirinya sendiri. Spiritual mengarah pada tujua
n dan arti keberadaan individu.
2) Diskusikan hal-hal berkaitan dengan spiritual yang dialami oleh pa
sien selama perawatan, terutama pada kasus yang berat/sta-dium la
njut. Masalahnya mungkin berkaitan dengan arti atau nilai-nilai ke
hidupan mereka, puas ataukah merasa bersalah dengan kehidupann
ya dimasa lalu, rasa marah atau merasa tidak adil, dan pertanyaan s
eputar penderitaan atau misteri kematian.
3) Pasien yang menganggap penyakitnya sebagai hukuman atau peng
hianatan memerlukan pendekatan spiritual yang lebih intens.
c. ASPEK KULTURAL
1) Kultur sangat mempengaruhi sikap pasien terhadap penyakit, nyeri,
dan kematian.
2) Kurangnya perhatian terhadap latar belakang kultur mempengaruhi
penerimaan pasien terhadap penyakitnya. Komunikasi menggunak
an bahasa pasien sangat diperlukan.
4. Fatigue/Kelemahan
Tata laksana:
a. Koreksi penyebab yang dapat dikoreksi: gangguan tidur, gangguan ele
ktrolit, dehidrasi, anemia, infeksi
b. Review penggunaan obat
c. Non medikamentosa : Olahraga, fisioterapi dan okupasional terapi aka
n menambah kebugaran, meningkatkan kualitas tidur, memperbaiki em
osi dan kualitas hidup.
d. Medikamentosa : dexametason 2 mg pagi hari. Bila dalam 5 hari tidak
menunjukkan perbaikan, hentikan
5. Gangguan Kulit
Tata laksana:
a. Atasi penyebabnya
b. Hentikan obat penyebab seperti rifampicin, benzodiazepin
c. Gunakan pelembab kulit
d. Jangan gunakan sabun mandi
e. Jaga kelembaban ruangan
f. Obat: antihistamin klorfeniramin 4 mg, cholesteramin 4 – 8 mg/hari
2. Perawatan Terminal
PALLIATIVE SEDATION (Dilakukan oleh dokter anestesi atau dokter pa
liatif) :
a. Pastikan agitasi dan gelisah bukan karena: cemas, takut, reten-si urin, f
ecal impaction, ataupun drug withdrwal
b. Pastikan bahwa pasien memiliki gejala yang tidak dapat dikon-trol den
gan cara tata laksana sesuai pedoman oleh tenaga ahli paliatif
c. Pastikan bahwa pasien dalam kondisi menjelang ajal ( prognosis dibua
t oleh sekurang kurangnya 2 dokter yang menyatakan pasien akan men
inggal dalam hitungan jam atau hari)
d. Diskusikan kembali aspek etika pemberian sedasi pada pasien tsb, bah
wa tujuannya bukan menghilangkan nyawa/mengakhiri kehidupan
e. Dapatkan informed consent tentang sedasi dari pasien atau keluarga
f. Jelaskan bahwa sedasi adalah memberikan obat secara suntikan yang b
ersifat kontinyu yang akan membawa pasien pada kondisi tidak sadar
g. Jelaskan bahwa pemberian sedasi dibarengi dengan penghentian life pr
olonging therapies dan tidak dilakukannya CPR
Obat yang digunakan:
a. Clonazepam 0,5 mg, SC atau IV setiap 12 jam atau 1 – 2 mg/24 jam d
alam infus, titrasi
b. Midazolam 1 – 5 mg SK setiap 2 jam atau 30 mg/24 jam dalam infus, t
itrasi
c. Diazepam 5 – 10 mg IV atau 10 – 20 mg PR, titrasi
d. Lorazepam 1 – 2,5 mg SL setaip 2-4 jam, titrasi
e. Bila gagal: phenobarbitone 100 – 200mg SK tiap 4 – 8 jam titrasi dan
berikan dalm infus 24 jam
Intervensi:
a. Lepas semua alat medis yang masih terpasang
b. Perlakukan jenazah sesuai agama dan kultur yang dianut
c. Berikan waktu privat untuk keluarga
d. Persiapkan bila ada wasiat untuk donor organ
e. Siapkan Surat kematian dan dokumen lain yang diperlukan untuk pem
akaman
f. Tawarkan panduan untuk proses masa duka cita yang normal
g. Dukungan masa dukacita: menyampaikan dukacita secara formal mela
lui lisan atau kartu
h. Siapkan atau menghadiri pertemuan keluarga setelah kematian untuk d
ebriefing
i. Identifikasi anggota keluarga yang memiliki masalah selama masa ber
eavement dan berikan dukungan yang diberikan
j. Diskusikan resiko kanker dan pencegahan yang dapat dilakukan
http://p2ptm.kemkes.go.id/uploads/VHcrbkVobjRzUDN3UCs4eUJ0dVBndz09/2017/
08/PETUNJUK_TEKNIS_PALIATIF_KANKER_PADA_DEWASA.pdf (diakse
s 12 September 2022)
https://web.rsparurotinsulu.org/wp-content/uploads/2021/02/PALIATIF-PD-CA-PAR
U.pdf (diakses 12 September 2022)
PENGARUH PERAWATAN PALIATIF TERHADAP PASIEN ...
https://ejournal.bsi.ac.id › article › download (diakses 12 September 2022)