NIM. 17089014004
2020
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1.1 Definisi
AIDS adalah penyakit yang berat yang ditandai oleh retrovirus (HIV) atau
penyakit fatal secara keseluruhan dimana kebanyakan pasien memerlukan
perawatan medis dan kepeerawatan canggih selama perjalanan penyakit
(Carolyn,M.H.1996:601)
1.2 Epidemiologi
Infeksi HIV/AIDS saat ini juga telah mengenai semua golongan masyarakat,
baik kelompok resiko tinggi mau[un masyarakat umum. Jika pada awalya,
sebagian besar ODHA berasal dari kelompok homoseksual maka kini telah terjadi
pergeseran dimana persentase penularan secara heteroseksual dan penggunaan
narkotika semakinmeningkat (Djoerban dan Djauzi, 2007)
Saat ini AIDS adalah penyebab kematian umum di Afrika sub sahara,
dimana paling banyak terdapat peredaran hiv positif di dunia (26,4 juta orang
yang hidup dengan HIV/AIDS), diikutioleh Asia da Asia tenggara dimana
terdapat 6,4 juta orang yang terinfeksi. Lebih dari 25 juta orang telah meninggal
sejak adanya endemi HIV/AIDS (Narain, 2004)
Sampai dengan akhir maret 2005, tercatat 6.789 kasus HIV/AIDS yang
dilaporkan. Jumlah itu tentu masih sangat jauh dari jumlah sebenarnya.
Departemen Kesehatan RI pada tahun 2002 memperkirakan jumlah penduduk
Indonesia yang terinfeksi HIV adalah antara 90.000 sampai 130.000 orang
(Djoerban, Djauzi, 2004)
1.3 Etiologi
Transmisi infeksi HIV dan AIDS terdiri dari lima fase yaitu :
Penularan HIV hanya bisa terjadi jika memenuhi prinsip ESSE, yaitu:
Exit : keluar cairan pembawa virus HIV dari tubuh orang yang
terinfeksi HIV.
Survive : virus HIV tersebut masih hidup.
Sufficient : jumlah virusnya cukup untuk menularkan.
Enter : virusnya masuk ke dalam pembuluh darah orang lain.
1.4 Patofisiologi Terjadinya Penyakit
Jumlah normal dari sel–sel CD4+T pada seseorang yang sehat adalah
800–1200 sel/ml kubik darah. Ketika seorang pengidap HIV yang sel–sel CD4+
T–nya terhitung dibawah 200, dia menjadi semakin mudah diserang oleh
infeksi–infeksi oportunistik.
Peredaran darah
Iritasi glukosa
Membentuk partikal virus menular
1. Gejala mayor
2. Gejala minor
b. Dermatitis generalist
d. Kandidiasis orofaringeal
f. Limfadenopati generalist
h. Retinitis Cytomegalovirus
1. Resiko infeksi
2. Kerusakan integritas kulit
3. Kekurangan volume cairan
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
1) Cara pencegahan:
1. Hindarkan hubungan seksual diluar nikah. Usahakan hanya
berhubungan dengan satu orang pasangan seksual, tidak berhubungan
dengan orang lain.
2. Pergunakan kondom bagi resiko tinggi apabila melakukan hubungan
seksual.
3. Ibu yang darahnya telah diperiksa dan ternyata mengandung virus,
hendaknya jangan hamil. Karena akan memindahkan virus AIDS pada
janinnya.
4. Kelompok resiko tinggi di anjurkan untuk menjadi donor darah.
5. Penggunaan jarum suntik dan alat lainnya ( akupuntur, tato, tindik )
harus dijamin sterilisasinya.
Adapun usaha-usaha yang dapat dilakukan pemerintah dalam usaha
untuk mencegah penularan AIDS yaitu, misalnya : memberikan
penyuluhan- penyuluhan atau informasi kepada seluruh masyarakat
tentang segala sesuatau yang berkaitan dengan AIDS, yaitu melalui
seminar-seminar terbuka, melalui penyebaran brosur atau poster-poster
yang berhubungan dengan AIDS, ataupun melalui iklan diberbagai
media massa baik media cetak maupun media elektronik.penyuluhan
atau informasi tersebut dilakukan secara terus menerus dan
berkesinambungan, kepada semua lapisan masyarakat, agar seluarh
masyarakat dapat mengetahui bahaya AIDS, sehingga berusaha
menghindarkan diri dari segala sesuatu yang bisa menimbulkan virus
AIDS
2) Penanganan HIV/AIDS :
Penanganan Umum.
a. Setelah dilakukan diagnosa HIV, pengobatan dilakukan untuk
memperlambat tingkat replikasi virus. Berbagai macam obat
diresepkan untuk mencapai tujuan ini dan berbagai macam
kombinasi obat-obatan terus diteliti. Untuk menemukan obat
penyembuhannya.
b. Pengobatan-pengobatan ini tentu saja memiliki efek samping, namun
demikian ternyata mereka benar-benar mampu memperlambat laju
perkembangan HIV didalam tubuh.
c. Pengobatan infeksi-infeksi appertunistik tergantung pada zat-zat
khusus yang dapat menginfeksi pasien, obat anti biotic dengan dosis
tinggi dan obat-obatan anti virus seringkali diberikan secara rutin
untuk mencegah infeksi agar tidak menjalar dan menjadi semakin
parah
Penanganan Khusus
a. Penapisan dilakukan sejak asuhan antenatal dan pengujian dilakukan
atas permintaan pasien dimana setelah proses konseling risiko PMS
dan hubungannya dengan HIV, yang bersangkutan memandang
perlu pemeriksaan tersebut.
b. Upayakan ketersediaan uji serologic
c. Konseling spesifik bagi mereka yang tertular HIV, terutama yang
berkiatan dengan kehamilan da risiko yang dihadapi
d. Bagi golongan risiko tinggi tetapi hasil pengujian negative lakukan
konseling untuk upaya preventif (penggunaan kondom)
e. Berikan nutrisi dengan nilai gizi yang tinggi, atasi infeksi
oportunistik.
f. Lakukan terapi (AZT sesegera mungkin, terutama bila konsentrsi
virus (30.000-50.000) kopi RNA/Ml atau jika CD4 menurun secara
dratis
g. Tatalaksana persalinan sesuai dengan pertimbangan kondisi yang
dihadapi (pervaginanm atau perabdominam, perhatikan prinsip
pencegahan infeksi)
1.11 Komplikasi
1. Oral lesi
Karena kandida,herpes simplek, sarcoma kamposi, HPV oral,
gingivitis, peridonitis human immunodeficiency virus (HIV), leukoplakia
oral, nutrisi, dehidrasi, penurunan berat badan , keletihan dan cacat.
Kandidiasi oral ditandai dengan bercak-bercak putih seperti krim dalam
rongga mulut. Jika tidak diobati, kandidiasi oral mengenai esophagus dan
lambung. Tanda dan gejala yang menyertai mencakup keluhan menelan
yang sulit dan rasa sakit di balik sternum (nyeri retrosternal).
2. Neurologic
a. Ensafalopati HIV atau disebut sebagai kompleks dinamis AIDS
(ADC; AIDS dementia complex). Manifestasi dini mencakup
gangguan daya ingat, sakit kepala, kesulitan berkonsentrasi,
konfusi progresif, perlambatan psikomotorik, apatis dan ataksia.
Stadium lanjut mencakup gangguan kognitif global, kelambatan
dalam respon verbal, gangguan efektif seperti pandangan yang
kosong, hiperefleksi paraparesis spastic, psikosis, halusinasi,
tremor, inkontinesia dan kematian.
b. Meningitis kriptokokus di tandai oleh gejala seperti demam, sakit
kepala, malaise, kuku kuduk, mual, muntah, perubahan status
mental dan kejang-kejang. Diagnosis ditegakkandengan analisis
cairan serebispinal.
3. Gastrointestinal
a. Wasting syndrome kini diikutsertakan dalam definisi kasus yang
diperbarui dalam penyakit AIDS. Kriteriadiagnostiknya mencakup
penurunan BB> 10% dari BB awal, diare yang kronis selama lebih
dari30 hari atau kelemahan yang kronis, dan demam yang kambuh
atau menetap tanpa adanya penyakit lain yang menjelaskan gejala
ini.
b. Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal,
lompoma, dan sarcoma Kaposi. Dengan efek, penurunan berat
badan,anoreksia, demam, malabsorbsi, dan dehidrasi.
c. Hepatitis karena bakteri dan virus, lipoma, sarcoma, Kaposi, obat
illegal,alkoholik. Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen,
ikterik, demam atritis.
d. Penyakit anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi
perianal yang sebagai akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit
dan sakit, yeri rectal, gatal-gatal dan diare.
4. Repirasi
Pnemonicystic carinii. Gejala nafas yang pendek sesak nafas
(dispnea), batuk-batuk, nyeri dada, hipoksia, keletihan dan demam akan
menyertai berbagai infeksi oportunis, seperti yang diseebabkan oleh
microbacterium intarcelluler (MAI), cytomegalovirus, virus influenza,
pnemococcus, dan strongyloides.
5. Dermatologic
a. Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simplek dan zoster, dermatitis
karena xerosis, reaksi otot, lesi scabie/tuma, dan dekobitus dengan
efek nyeri, gatal, rasa terbakar, infeksi sekunder dan sepsis. Infeksi
opurtunis seperti herpes zoster dan herpes simpleks akan disertai
dengan pembentukan vesikel yang nyeri dan merusak integritas
kulit.
b. Moluskum kontangiosum merupakan inveksivirus yang ditandai
oleh pembentukan plak yang disertai deformitas. Dermatitis
sosoreika akan disertai ruam yang difus, berisik dengan idurasi
yang mengenai kulit kepala serta wajah, penderita AIDS juga
dapat memperlihatkan folikulitas menyeluruh yang disertai dengan
kulit yang kering dan mengelupas atau dengan dermatitis atopic
seperti eczema dan psoriasis.
6. Sensorik
a. Pandangan : sarcoma Kaposi pada konjungtiva atau kelopak mata :
retinitis sitomegalovirus berefek kebutaan.
b. Pendengaran : otitis eksterna akut dan otitis media, kehilangan
pendengaran dengan efek nyeri yang berhubungan dengan
mielopati, meningitis, sitomegalivirus dan reaksi obat-obat.
3. Implementasi Keperawatan
Implementasi dibuat sesuai dengan intervensi yang telah dibuat sesuai
dengan diagnosa keperawatan
4. Evaluasi
Evaluasi dibuat dengan melihat perkembangan pasien dan menggunakan
evaluasi sumatif (SOAP)
DAFTAR PUSTAKA
M Nursalam, 2007. Buku AIDS. Jakarta :EGC, Diakses pada tanggal 1 April 2019
pukul 19.00 WITA pada
http://www.ners.unair.ac.id/materikuliah/BUKU-AIDS-2007.pdf
Rabiah 2010 HIV/AIDS pada anak. Jakarta :EGC, Diakses pada tanggal 1 April 2019
pukul 19.10 WITA pada
https://rabiah65.wordpress.com/2010/12/26/195/
Nanda, 2007. Diagnosa Nanda (NIC dan NOC). Jakarta: Perima Medika.