Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak dengan
sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi. (smeltzer, suzanna,
2002).
Luka bakar juga dapat didefinisikan sebagai suatu trauma panas yang disebabkan oleh
uap panas, arus listrik, bahan kimia, radiasi dan petir yang mengenai kulit, mukosa, dan
jaringan yang lebih dalam dan menyebabkan kerusakan atau kehilangan kulit.
Luka bakar disebabkan oleh perpindahan energi dari sumber panas ke tubuh
melaluikonduksi atau radiasi elektromagnetik. Berdasarkan perjalanan penyakitnya
luka bakar dibagi menjadi 3 fase yaitu fase akut, fase subakut, dan fase lanjut.
Berdasarkan kedalaman luka bakar dibagi menjadi 3 yaitu luka bakar derajat I, luka
bakar derajat II yang terdiri dari derajat II dangkal (superficial) dan derajat II dalam
(deep), serta luka bakar derajat III.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu definisi luka bakar ?
2. Bagaimana etiologi pada pasien luka bakar ?
3. Bagaimana patofisiologi luka bakar ?
4. Bagimana manifestasi klinik luka bakar ?
5. Bagaimana penatalaksaan medis pada pasien luka bakar ?
6. Apa saja komplikasi yang terjadi pada pasien luka bakar?
7. Bagamaina memberi asuhan keperawatan pada pasien luka bakar ?

C. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui masalah asuhan keperawatan pada pasien luka bakar
2. Tujuan khusus
a. Mampu menjelaskan konsep dasar medis pada pasien luka bakar mulai dari
definisi, etiologi, patofisiologi, klasifikasi, manifestasi klinik, penatalaksanaan
medis, dan komplikasi.

1
b. Mampu melakukan pengkajian terhadap pasien dengan luka bakar.
c. Mampu menentukan diagnosa keperawatan pada pasien dengan luka bakar.
d. Mampu melakukan intervensi keperawatan dan rasional pada pasien dengan
Luka bakar untuk mengurangi dan menghilangkan masalah klien.

D. Sistematika Penulisan
Bab I pendahuluan terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan yaitu
tujuan umum dan khusus, serta sistematika penulisan. Bab II tinjauan teori yang terdiri
dari definisi, etiologi, patofisiologi, klasifikasi, manifestasi klinik, penatalaksanaan
medis, dan komplikasi. Bab III asuhan keperawatan pasien luka bakar terdiri dari
pengkajian data dasar, diagnose keperawatan, intervensi. Bab IV penutup terdiri dari
simpulan. Daftar pustaka.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Menurut Moenajat, luka bakar adalah rusak atau hilangnya jaringan yang
disebabkan kontak dengan sumber panas seperti kobaran api di tubuh (flame),
jilatan apiketubuh (flash), terkena air panas (scald), tersentuh benda panas (kontak
panas), akibat sengatan listrik, akibat bahan-bahan kimia, serta sengatan matahari
(sunburn).
Menurut Brunner & Suddarth, luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh
pengalihan energi dari suatu sumber panas pada tubuh, panas dapat dipindahkan
oleh hantaran/radiasi elektromagnet.
Menurut Sjamsuidajat, luka bakar adalah luka yang terjadi karena terbakar api
langsung maupun tidak langsung, juga pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik,
maupun bahan kimia. Luka bakar karena api atau akibat tidak langsung dari api,
misalnya tersiram air panas banyak terjadi pada kecelakaan rumah tangga.
Jadi dapat disimpulkan oleh kelompok, luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan
atau kehilangan jaringan yang disebabkan oleh tubuh yang berkontak langsung
maupun tidak langsung dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia,
listrik dan radiasi.

B. Etiologi
Luka bakar banyak disebabkan karena suatu hal, diantaranya adalah
1. Luka bakar suhu tinggi (Thermal Burn)
Luka bakar thermal burn biasanya disebabkan oleh air panas (scald), jilatan api
ketubuh (flash), kobaran api di tubuh (flam), dan akibat terpapar atau kontak
dengan objek-objek panas lainnya (Gas, cairan, bahan padat, logam panas, dan
lain-lain).
2. Luka bakar bahan kimia (Chemical Burn)
Luka bakar kimia biasanya disebabkan oleh asam kuat atau alkali yang biasa
digunakan dalam bidang industri militer ataupun bahan pembersih yang sering
digunakan untuk keperluan rumah tangga.
3. Luka bakar sengatan listrik (Electrical Burn)

3
Listrik menyebabkan kerusakan yang dibedakan karena arus, api, dan ledakan.
Aliran listrik menjalar disepanjang bagian tubuh yang memiliki resistensi paling
rendah. Kerusakan terutama pada pembuluh darah, khusunya tunika intima,
sehingga menyebabkan gangguan sirkulasi ke distal. Sering kali kerusakan
berada jauh dari lokasi kontak, baik kontak langsung dengan sumber maupun
tidak.
4. Luka bakar radiasi (Radiasi Injury)
Luka bakar radiasi disebabkan karena terpapar dengan sumber radioaktif. Tipe
injury ini sering disebabkan oleh penggunaan radio aktif untuk keperluan
terapeutik dalam dunia kedokteran dan industri. Akibat terpapar sinar matahari
yang terlalu lama juga dapat menyebabkan luka bakar radiasi.
5. Cedera Inhalasi
Paparan terhadap gas asfiksian (misalnya karbon dioksida) dan asap pada
umumnya terjadi pada cedera api. Khususnya bila korban terperangkap dalam
ruang yang tertutup dan penuh asap (misalnya pada kebakaran rumah tinggal).
Korban pada kejadian kebakaran biasanya meninggal akibat hipoksia dan
keracunan karbon dioksida. Paparan terhadap gas asfiksian, keracunan asap dan
cedera termal (panas) langsung terhadap jaringan paru menyusun tiga aspek
cedera inhalasi.

C. Patofisiologi
Luka bakar suhu pada tubuh terjadi baik karena kondisi panas langsung atau radiasi
elektromagnetik. Sel-sel dapat menahan temperatur sampai 44o C tanpa kerusakan
bermakna, kecepatan kerusakan jaringan berlipat ganda untuk tiap drajat kenaikan
temperatur. Saraf dan pembuluh darah merupakan struktur yang kurang tahan
dengan konduksi panas. Kerusakan pembuluh darah ini mengakibatkan cairan
intravaskuler keluar dari lumen pembuluh darah, dalam hal ini bukan hanya cairan
tetapi protein plasma dan elektrolit. Pada luka bakar ekstensif dengan perubahan
permeabilitas yang hampir menyelutruh, penimbunan jaringan masif di intersitial
menyebabakan kondisi hipovolemik. Volume cairan intravaskuler mengalami
defisit, timbul ketidak mampuan menyelenggarakan proses transportasi ke jaringan,
kondisi ini dikenal dengan syok.
Luka bakar juga dapat menyebabkan kematian yang disebabkan oleh kegagalan
organ multi sistem. Awal mula terjadi kegagalan organ multi sistem yaitu terjadinya

4
kerusakan kulit yang mengakibatkan peningkatan pembuluh darah kapiler,
peningkatan ekstrafasasi cairan (H2O, elektrolit dan protein), sehingga
mengakibatkan tekanan onkotik dan tekanan cairan intraseluler menurun, apabila
hal ini terjadi terus menerus dapat mengakibatkan hipopolemik dan
hemokonsentrasi yang mengakibatkan terjadinya gangguan perfusi jaringan.
Apabila sudah terjadi gangguan perkusi jaringan maka akan mengakibatkan
gangguan sirkulasi makro yang menyuplai sirkulasi organ-organ penting seperti
otak, kardiovaskuler, hepar, traktus gastrointestinal dan neurologi yang dapat
mengakibatkan kegagalan organ multi sistem. Proses kegagalan organ multi sistem
ini terangkum dalam bagan berikut,

5
D. Klasifikasi
Berdasarkan keparahannya, dibagi menjadi:
1. Klasifikasi Berdasarkan Mekanisme dan Penyebab
a. Luka bakar termal
Luka bakar yang biasanya mengenai kulit. Luka bakar ini bisa disebabkan
oleh cairan panas, berkontak dengan benda padat panas, terkena lilin atau
rokok, terkena zat kimia, dan terkena aliran listrik (WHO, 2008).
b. Luka bakar inhalasi
Luka bakar yang disebabkan oleh terhirupnya gas yang panas, cairan panas
atau produk berbahaya dari proses pembakaran yang tidak sempurna. Luka
bakar ini penyebab kematian terbesar pada pasien luka bakar (WHO, 2008).
2. Klasifikasi Berdasarkan Derajat dan Kedalaman Luka Bakar
a. Derajat I (superficial)

6
b. Derajat II (partial thickness)

c. Derajat III (full thickness)

3. Klasifikasi Berdasarkan Luas Luka


Sedangkan berdasarkan luas lesi dapat diklasifikasikan menjadi 3 (tiga), yakni:
a. Luka bakar ringan, yakni luka bakar derajat I seluas <10% atau derajat II
seluas <2%.
b. Luka bakar sedang, yakni luka bakar derajat I seluas 10-15% atau derajat
II seluas 5-10%.
c. Luka bakar berat, yakni luka bakar derajat II seluas >20% atau derajat III
seluas >10%.

7
Untuk menilai luas luka menggunakan metode “Rule of Nine” berdasarkan
LPTT (Luas Permukaan Tubuh Total). Luas luka bakar ditentukan untuk
menentukan kebutuhan cairan, dosis obat dan prognosis. Persentase pada orang
dewasa dan anak-anak berbeda. Pada dewasa, kepala memiliki nilai 9% dan
untuk ektremitas atas memiliki nilai masing-masing 9%. Untuk bagian tubuh
anterior dan posterior serta ekstremitas bawah memiliki nilai masing-masing
18%, yang termasuk adalah toraks, abdomen dan punggung. Serta alat genital
1%. Sedangkan pada anak-anak persentasenya berbeda pada kepala memiliki
nilai 18% dan ektremitas bawah 14%.

BAGIAN TUBUH JUMLAH PERSENTASE TOTAL

Kepala-leher 1 9% 9%
Lengan 2 (kiri-kanan) 9% 18%
Badan depan 1 18% 18%
Badan belakang 1 18% 18%
Tungkai 2 (kiri-kanan) 18% 36%
Genetalia/perineum 1 1% 1%
100%
Table 2.1 Rule of Nine pada orang dewasa.

BAGIAN TUBUH JUMLAH PERSENTASE TOTAL


Kepala-leher 1 18% 18%
Lengan 2 (kiri-kanan) 9% 18%
Badan depan 1 18% 18%
Badan belakang 1 18% 18%
Tungkai 2 (kiri-kanan) 14% 28%
100%
Table 2.2 Rule of Nine pada anak-anak.

8
Gambar 2.1 Rule of Nine pada orang dewasa dan anak-anak.

E. Manifestasi Klinik
1. Berdasarkan kedalaman luka bakar
a. Luka bakar derajat I
Luka bakar derajat I terjadi pada lapisan epidermis, kulit kering (hiperemi
berupa eritema). Tidak dijumpai bulae. Terdapat nyeri karena ujung-ujung
saraf sensorik teriritasi. Penyembuhan terjadi spontan dalam waktu 5-10
hari dan tidak menimbulkan jaringan parut.
b. Luka bakar derajat II
Luka bakar derajat II kerusakannya meliputi epidermis dan sebagaian
dermis, berupa reaksi inflamasi disertai proses eksudasi, dijumpai bulae,
nyeri karena ujung-ujung saraf teriritasi, dasar luka berwarna merah atau
pucat, sedikit edem dan nyeri berat, sering terletak lebih tinggi diatas kulit
normal. Bila ditangani dengan baik, luka bakar derajat II dapat sembuh
dalam 7 hingga 20 hari dan akan meninggalkan jaringan parutLuka bakar
derajat II dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu:
1) Derajat II dangkal (Superfisial)

9
Kerusakan mengenai bagian superfisial dari dermis, sedangkan organ-
organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea
masih utuh. Penyembuhan terjadi spontan 10-14 hari.
2) Derajat II dalam (Deep)
Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis, organ-organ kulit
seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea sebagai besar
masih utuh. Penyembuhan terjadi lebih lama, tergantung epitel yang
tersisa, biasanya penyembuhan terjadi lebih dari sebulan.
c. Luka bakar derajat III
Melibatkan kerusakan semua lapisan kulit, termasuk tulang, tendon, saraf
dan jaringan otot. Organ-orang kulit seperti folikel rambut, kelenjar
keringat, kelenjar sebasea mengalami kerusakan. Kulit yang terbakar akan
tampak kering dan mungkin ditemukan bulla berdinding tipis, dengan
tampilan luka yang beragam dari warna putih, abu-abu dan pucat, merah
terang hingga tampak seperti arang. Karena kering letaknya lebih rendah
dibanding kulit sekitar. Nyeri yang dirasakan biasanya terbatas akibat
hancurnya ujung saraf pada dermis atau bahkan tidak dijumpai rasa nyeri
(seperti hilang sensasi atau mati rasa) oleh karena ujung-ujung saraf
sensorik mengalami kerusakan/kematian. Penyembuhan luka yang terjadi
sangat lambat karena tidak terjadi proses epitalisasi spontan dari dasar luka
dan biasanya membutuhkan donor kulit (Barbara et al., 2013).
2. Berdasarkan tingkat keseriusan luka
American Burn Association menggolongkan luka bakar menjadi tiga katagori,
yaitu:
a. Luka bakar mayor
Luka bakar mayor berarti luka bakar dengan luas lebih dari 25% pada orang
dewasa dan lebih dari 20% pada anak-anak. Luka bakar fullthickness-nya
lebih dari 20%. Terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki
dan perineum. Terdapat trauma inhalasi dan multiple injuri tanpa
memperhitungkan derajat luas dan lukanya. Terdapat luka bakar listrik
bertegangan tinggi.
b. Luka bakar moderat
Luka bakar moderat berarti luka bakar dengan luas 15-25% pada orang
dewasa dan 10-20% pada anak-anak. Luka bakar fullthickness-nya kurang

10
dari 20%. Tidak terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki
dan perineum.
c. Luka bakar minor
Luka bakar minor seperti yang didefinisikan oleh Trofino (1991) dan
Griglak (1992) adalah luka bakar dengan luas kurang dari 15% pada orang
dewasa dan kurang dari 10% pada anak-anak. Luka bakar fullthickness-nya
kurang dari 2%. Tida terdapat luka bakar di daerah wajah, tangan, dan kaki.
Luka tidak simkumfer. Tidak terdapat trauma inhalasi, elektrik dan fraktur.
F. Penatalaksanaan Medis
1. Manajemen luka bakar
a. Fase akut
Fase ini mulai dari saat kejadian sampai penderita mendapat perawatan di
IRD/Unit luka bakar. Pada fase ini penderita luka bakar, seperti penderita
trauma lainnya, akan mengalami ancaman dan gangguan airway (jalan
napas), breathing (mekanisme bernafas) dan gangguan circulation
(sirkulasi). Gangguan airway tidak hanya dapat terjadi segera atau beberapa
saat setelah terjadi trauma, inhalasi dalam 48-72 jam pasca trauma. Cedera
inhalasi merupakan penyebab kematian utama penderita pada fase akut.
Pada fase ini dapat terjadi juga gangguan keseimbangan sirkulasi cairan dan
elektrolit akibat cedera termal/panas yang berdampak sistemik. Adanya
syok yang bersifat hipodinamik dapat berlanjut dengan keadaan
hiperdinamik yang masih berhubungan akibat problem instabilitas sirkulasi.
Permasalahan dan penanganan pada fase ini akan menjadi bahasan utama
dalam makalah ini.
b. Fase sub-akut
Fase ini berlangsung setelah fase syok berakhir atau dapat teratasi. Luka
terbuka akibat kerusakan jaringan (kulit dan jaringan dibawahnya)
menyebabkan beberapa masalah, yaitu proses inflamasi infeksi atau sepsis,
problem penutupan luka, penguapan cairan tubuh disertai panas/energi dan
keadaan hipermetabolisme.
c. Fase lanjut
Fase ini berlangsung setelah terjadi penutupan luka sampai terjadi maturasi.
Penderita sudah dinyatakan sembuh tetapi tetap dipantau melalui rawat
jalan. Problem yang muncul pada fase ini adalah penyulit berupa parut yang

11
hipertrofik, keloid, gangguan pigmentasi, deformitas dan timbulnya
kontraktur.
2. Pertolongan pertama
a. Segera hindari sumber api dan mematikan api pada tubuh, misalnya dengan
menyelimuti dan menutup bagian yang terbakar untuk menghentikan
pasokan oksigen pada api yang menyala.
b. Singkirkan baju, perhiasan, dan benda-benda lain yang membuat efek
torniquet, karena jaringan yang terkena luka bakar akan segera menjadi
oedem.
c. Setelah sumber panas dihilangkan, rendam daerah luka bakar dalam air atau
menyiramnya dengan air mengalir selama sekurang-kurangnya lima belas
menit. Akan tetapi, cara ini tidak dapat dipakai untuk luka bakar yang lebih
luas karena bahaya terjadinya hipotermi. Es ridak seharusnya diberikan
langsung pada luka bakar apapun
3. Resusitasi cairan
Perawatan awal pasien yang terkena luka bakar, yaitu pemberian cairan
intravena yang adekuat harus dilakukan, akses intravena yang adekuat harus
ada, terutama pada bagian ekstremitas yang tidak terkena luka bakar. Tujuan
utama dari resusitasi cairan adalah untuk menjaga dan mengembalikan perfusi
jaringan tanpa menimbulkan edema. Kehilangan cairan terbesar adalah pada 4
jam pertama terjadinya luka dan akumulasi maksimum edema adalah 24 jam
pertama setelah luka bakar. Prinsip dari pemberian cairan pertama kali adalah
pemberian garam ekstraseluler dan air yang hilang pada jaringan yang terbakar,
dan sel-sel tubuh. Pemberian cairan yang paling sering adalah dengan ringer
laktat untuk 28 jam setelah terkena luka bakar. Ouput urin yang adekuat adalah
0,5-1,5 mL/ kgBB/ jam. Formula yang terkenal untuk resusitasi cairan adalah
formula parkland: 24 jam pertama: cairan ringer laktat: 4 ml/ kgBB/ %luka
bakar. Adapun cara lain, yaitu cara Evans:
a. Luas bakar dalam % x berat badan (kg) = jumlah NaCl/ 24 jam.
b. Luas bakar dalam % x berat badan (kg) = jumlah plasma/ 24 jam.
(a&b)pengganti cairan yang hilang akibat edema. Plasma untuk mengganti
plasma yang keluar dari pembuluh dan meninggikan tekanan osmosis
hingga mengurangi perembesan keluar dan menarik kembali cairan yang
telah keluar)

12
c. 2000 cc dextrose 5% / 24 jam (untuk mengganti cairan yang hilang akibat
penguapan)

Separuh dari jumlah cairan a+b+c diberikan dalam 8 jam pertama, sisanya
diberikan dalam 16 jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah jumlah
cairan pada hari pertama. Dan hari ketiga diberikan setengah dari jumlah cairan
yang kedua.

4. Penggantian darah
Setelah kedaan umum membaik dan telah dilakukan resusitasi cairan,
selanjutnya dilakukan perawatan luka. Perawatan tergantung pada karakteristik
dan ukuran dari luka:
a. Luka bakar derajat I
Merupakan luka ringan dengan sedikit hilangnya baarier pertahanan kulit.
Luka seperti ini tidak perlu dibalut, cukup dengan pemberian salep
antibiotik untuk mengurangi rasa sakit dan melembabkan kulit. Bila perlu
dapat diberi NSAID (lbuprofen, Acetaminophen) untuk mengatasi rasa sakit
dan pembengkakan.
b. Luka bakar derajat II (superfisial)
Perlu perawatan luka setiap harinya, pertama – tama luka diolesi lagi dengan
salep antibiotik, kemudian dibalut dengan perban katun dan di balut lagi
dengan prban elastik. Pilihan lain luka dapat ditutup dengan penutup luka
sementara yang terbuat dari bahan alami (Xenograft (pigskin)) atau
Allograft (homograft, cadaver skin)) atau bahan sintesis (opsite, biobrane,
transcytle, integra).
c. Luka bakar derajat II(dalam) dan luka derajat III
Perlu dilakukan eksisi awal dan cangkok kulit.
5. Perawatan luka bakar
Setelah keadaan umum membaik dan telah dilakukan resusitasi cairan,
selanjutnya dilakukan perawatan luka. Perawatan tergantung pada karakteristik
dan ukuran dari luka, sebagai berikut:
a. Luka bakar derajat I
Merupakan luka ringan dengan sedikit hilangnya barrier pertahanan kulit.
Luka seperti ini tidak perlu di balut, cukup dengan pemberian salep
antibiotic untuk mengurangi rasa sakit dan melembabkan kulit. Bila perlu

13
dapat diberi NSAID (ibuprofen, acetaminophen) untuk mengatasi rasa sakit
dan pembengkakan.
b. Luka bakar derajat II (superfisial)
Perlunya perawatan luka setiap hari, pertama-tama luka diolesi dengan salep
anitibiotik, kemudian dibalut dengan perban katun dan dibalut lagi dengan
perban elastic. Pilihan lain luka dapat ditutup dengan penutup luka
sementara yang terbuat dari bahan alami (xenograft (pig skin) atau allograft
(homograft, cadaver skin) atau bahan sintesis (opsite, biobrane, transcyte,
integra).
c. Luka derajat III (dalam)
Perlu dilakukan eksisi awal dan cangkok kulit (early exicision and grafting).
6. Nutrisi
Penderita luka bakar membutuhkan kuantitas dan kualitas yang berbeda dari
orang normal karena umumnya penderita luka bakar mengalami keadaan
hipermetabolik. Kondisi yang berpengaruh dan dapat memperberat kondisi
hipermetabolik yang ada adalah:
a. Umur, jenis kelamin, status gizi penderita, luas permukaan tubuh, maa bebas
lemak.
b. Riwayat penyakit sebelumnya seperti DM, penyakit hepar berat, ginjal, dll.
c. Luas dan derajat luka bakar.
d. Suhu dan kelembaban ruangan (mempengaruhi kehilangan panas melalui
evaporasi).
e. Aktivitas fisik dan fisioterapi.
f. Penggantian balutan.
g. Rasa sakit dan cemasan.
h. Penggunaan obat – obatan tertentu dan pe

Dalam menentukan kebutuhan kalori basal pasien yang paling ideal adalah
dengan mengukut kebutuhan kalori secara langsung menggunakan indirek
kalorimetri karena alat ini telah memperhitungkan beberapa faktor seperti BB,
jenis kelamin , luas luka bakar, luas permukaan tubuh dan adanya infeksi. Untuk
menghitung kebutuhan kalori total harus ditambahkan faktor stress sebesar 20-
30%. Tapi alat ini jarang tersedia dirumah sakit. Yang sering di rekomendasikan
adalah perhitungan kebutuhan kalori basal dengan Formula Hariss Benedick

14
yang melibatkan faktor BB,TB, dan Umur. Sedangkan untuk kebutuhan kalori
total perlu dilakukan modifikasi formula dengan menambahkan faktor aktifitas
fisik dan faktor stress.

Pria : 66,5 (13,7 X BB) + (5 X TB) – (6.8 X U) X AF X FS

Wanita : 65,6 (9,6 X BB) + (51,8 X TB) – (4.7 X U) X AF X FS

7. Early Exicision And Grafting (E&G)


Dengan metode ini eschar di angkat secara operatif dan kemudian luka ditutupi
dengan cangkok kulit (autograft atau allograft), setelah terjadi penyembuhan
graft akan terkelupas dengan sendirinya. E&G dilakukan 3-7 hari setelah terjadi
luka, pada umumnya tiap harinya dilakukan eksisi 20% dari luka bakar
kemudian dilanjutkan pada hari berikutnya. Tapi ada juga ahli bedah yang
sekaligus melakukan eksisi pada seluruh luka bakar, tapi cara ini memiliki
resiko yang lebih besar yaitu dapat terjadi hipotermi, atau terjadi perdarahan
masive akibat eksisi. Metode ini mempunyai beberapa kenuntungan dengan
menutupan luka dini, mencegah terjadinya infeksi pada luka.
8. Escharotomy
Luka bakar grade III yang melingkar pada ekstremitas dapat menyebabkan
iskemik distal yang progresif, terutama apabila terjadi edema saat resusitasi
cairan, dan saat adanya pengerutan keropeng. Iskemi dapat menyebabkan
gangguan vaskuler pada jari-jari tangan dan kaki. Tanda dini iskemi adalah
nyeri, kemudian kehilangan daya rasa sampai baal pada ujung-ujung distal. Juga
luka bakar menyeluruh pada bagian thorax atau abdomen dapat menyebabkan
gangguan respirasi, hal ini dapat dihilangkan dengan escharotomy. Dilakukan
insisi memanjang yang membuka keropeng sampai penjepitan bebas (James H.
Holmes, 2005 dalam Amin Huda Nurafif, 2015).
9. Antibiotik
Pemberian antibiotic dapat secara topical atau sistemik. Pemberian secara
topical dapat dalam bentuk salep atau cairan untuk merendam. Contoh antibiotic
yang sering dipakai berupa salep antara lain: silver sulfadiazine, mafenide
acetate, silver nitrate, povidone-iodine, bacitracin (biasanya untuk luka bakar
grade I), neomycin, polymiyxin B, nysatatin, mupirocin, mebo.
10. MEBO (Moist Exposed Burn Ointment)

15
Merupakan Broad Spectrum Ointment, suatu preparat herbal, menggunakan zat
alami tanpa kimiawi, terdiri dari:
a. Komponen pengobatan: beta sitosterol, bacailin, berberine, yang
mempunyai efek analgesik, anti inflamasi, anti infeksi pada luka bakar dan
mampu mengurangi pembentukan jaringan parut.
b. Komponen nutrisi: amino acid, fatty acid, dan amylose, yang memberikan
nutrisi untuk regenerasi dan perbaikan kulit yang terbakar.

Efek pengobatan:
a. Menghilangkan nyeri luka bakar.
b. Mencegah perluasan nekrosis pada jaringan yang terluka.
c. Mengeluarkan jaringan nekrotik dengan mencairkannya.
d. Membuat lingkungan lembab pada luka yang dibutuhkan selama perbaikan
jaringan kulit tersisa.
e. Kontrol infeksi dengan membuat suasana yang jelek untuk
pertumbuhankuman bukan dengan membunuh kuman.
f. Merangsang pertumbuhan PRCs (potential regenartive cell) dan stem cell
untuk penyembuhan luka dan megurangi kebutuhan untuk skin graft.
g. Mengurangi kebutuhan untuk skin graft.

Prinsip penangangan luka bakar dengan MEBO


a. Makin cepat diberi MEBO, hasilnya lebih baik (dalam 4-12jam setelah
kejadian).
b. Biarkan luka terbuka.
c. Kelembaban yang optimal pada luka dengan MEBO.
d. Pemberian salep harus teratur dan terus – menerus tiap 6-12 jam dibersihkan
dengan kain kasa steril jangan dibiarkan kulit terbuka tanpa salep >2-3
menit. Untuk mencegah penguapan cairan dikulit dan microvascular
menyebabkan thrombosit merusak jangan dibawahnya yang masih vital.
e. Pada pemberian jangan sampai kesakitan/berdarah, menimbulkan perlukaan
pada jaringan hidup tersisa.
f. Luka jangan sampai maserasi maupun kering. Tidak boleh menggunakan
desinfektan, saline atau air untuk Wound Debridement.

16
11. Flowchart
a. Earlier period (1-6 hari); blister dispungsi, kulitnya dibiarkan utuh. Beri
MEBO pada luka setebal 0,5-1 mm. ganti dan beri lagi MEBO tiap 6 jam,
hari ke 3-5 kulit penutup bulla diangkat.
b. Liquefaction period (6-15 hari); angkat zat cair yang timbul diatas luka,
bersihkan dengan kasam beri MEBO setebal 1 mm.
c. Rehabilitation; berishkan luka yang sembuh dengan air hangat. Beri MEBO
05,5-1,2 mmx/hari. Jangan cuci luka yang sudah sembuh berlebihan.
Lindungi luka yang sembuh dari sinar matahari.
12. Kontrol rasa sakit
Terapi farmakologi yang digunakan biasanya dari golongan opioid dan NSAID.
Preparat anestesi seperti ketamine, N 2 O (nitrous oxide) digunakan pada
prosedur yang dirasakan sangat sakit seperti saat ganti balutan. Dapat juga
digunakan obat psikotropik seperti anxiolitik, tranquilizer dan anti depresan.
Penggunaan benzodiazepine bersama opioid dapat menyebabkan
ketergantungan dan mengurangi efek dari opioid.

G. Kompilkasi
Luka bakar dapat enimbulkan kondisi yang lebih serius jika tidak ditangani dengan
serius. Beberapa komplikasi yang dapat terjadi akibat luka bakar adalah sebagai
berikut,
1. Bekas luka
Luka bakar bisa menyebabkan bekas luka dan juga keloid. Keloid adalah
pertumbuhan jaringan bekas luka yang berlebih di atas kulit. Luka bakar ringan
biasanya hanya meninggalkan bekas luka yang sedikit. Bekas luka bisa
dikurangi dengan menggunakan krim atau salep pada bekas luka bakar dan juga
memakai tabir surya.
2. Rendahnya volume darah
Luka bakar dapat merusak pembuluh darah dan menyebabkan hilangnya cairan.
Hal ini dapat menimbulkan rendahnya volume darah dalam tubuh.
3. Infeksi
Infeksi dapat terjadi jika bakteri mulai berkembang biak di luka yang terbuka.
Oleh karena itu, penting untuk menjaga kebersihan luka melepuh yang telah
pecah. Beberapa tanda terjadinya infeksi adalah ketika luka terasa lebih sakit

17
atau menjadi bau. Selain itu, Anda mungkin mengalami demam dan
pembengkakan pada kulit yang terinfeksi. Infeksi biasanya bisa diatasi dengan
antibiotik dan obat pereda rasa sakit. Segera periksakan ke dokter jika Anda
mencurigai luka telah terinfeksi. Luka bakar yang terinfeksi bisa menyebabkan
terjadinya sepsis dan sindrom syok toksik. Sepsis dan sindrom syok toksik
terjadi ketika infeksi telah menyebar ke dalam darah, dan dapat menyebabkan
kematian jika tidak segera ditangani.
4. Masalah pernapasan
Menghirup udara panas atau asap bisa melukai saluran udara dan menyebabkan
kesulitan dalam bernapas. Menghirup asap bisa merusak paru-paru dan
menyebabkan kegagalan fungsi organ pernapasan.
5. Masalah tulang dan persendian
Luka bakar yang dalam bisa membatasi pergerakan tulang dan juga persendian.
Bekas luka bisa menyebabkan kontraktur. Kontraktur adalah ketika kulit, otot,
maupun urat memendek dan/atau mengencang. Akibatnya, sendi tidak bisa
digerakkan secara normal.
6. Sengatan panas
Sengatan panas adalah kondisi ketika suhu tubuh mencapai 40°C atau lebih.
Kondisi ini disebabkan oleh tubuh yang terlalu lama terkena pajanan terhadap
sinar matahari atau cuaca panas. Beberapa gejalanya yaitu kelelahan yang
parah, kulit terlihat merah, bernapas dengan cepat, mual dan muntah-muntah,
pusing atau sakit kepala, denyut jantung cepat, menjadi linglung.
Jika mencurigai terjadi sengatan panas, pindahkan penderita ke tempat teduh.
Pastikan penderita minum banyak air dan longgarkan pakaian mereka. Coba
turunkan suhu tubuh penderita dengan kain yang telah dibasahkan dengan air
dingin. Sengatan panas merupakan kondisi darurat yang perlu segera ditangani
di rumah sakit.
7. Suhu tubuh sangat rendah
Jika sebagian besar kulit menjadi rusak karena terbakar, penderita bisa
kehilangan panas tubuh dan resiko terkena hipotermia akan meningkat.
8. Syok
Syok adalah kondisi berbahaya yang muncul ketika tubuh kekurangan pasokan
oksigen. Orang yang terkena luka bakar parah bisa mengalami syok. Beberapa
gejala syok adalah ketika wajah terlihat pucat, denyut jantung cepat, bernapas

18
cepat atau pendek, sering menguap, kulit terasa dingin dan bahkan pingsan. Jika
terjadi syok, segera antar ke rumah sakit. Baringkan penderita dan posisikan
kaki mereka lebih tinggi dari tubuh. Hangatkan suhu tubuh dengan memakai
selimut, usahakan untuk tidak menutupi bagian yang mengalami luka bakar.

19
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN LUKA BAKAR

A. Pengkajian Data Dasar


1. Dapatkan riwayat luka bakar. Tanyakan tentang:
a. Penyebab luka bakar (kimia, termal, atau listrik)
b. Waktu luka bakar (penting karena kebutuhan ressitasi kebutuhan cairan
dihitung dari waktu cedera luka bakar).
c. Tempat di mana luka bakar terjadi (area terbuka atau tertutup) Adanya masalah-
masalah medis yang menyertai Alergi, khususnya sulfa karena banyak
antimikrobial topikal yang mengandung sulfa.
d. Tanggal terakhir imunisasi tetanus
e. Obat-obatan yag digunakan bersamaan
2. Lakukan pengkajian umum. Dapatkan berat badan dasar.
3. Lakukan pengkajian luka bakar:
a. Presentase luas luka dengan menggunakan fasilitas metoda yang mungkin
(grafik Lund dan Browder atau aturan sembilan)
b. Kedalaman luka, yang dapat:
1) Ketebalan parsial superfisial (melibatkan epidermis), dikarakteristikan oleh
nyeri tekan, sedikit bergerak, dan eritema yang memucat dengan tekanan.
2) Ketebalan parsial (meliputi epidermis dan dermis), dikarakteristikan oleh
eritema, kering atau luka lembab, edema, dan pembentukan lepuh.
Ketebalan penuh (meliputi semua lapisan kulit, sering meluas sampai
jaringan subkutan dan otot), dikarakteristikan oleh luka kering, keras, tak
nyeri, berkulit yag berwarna putih atau hitam.
4. Kaji terhadap cederainhalasi asap pada luka bakar api pada muka, kepala, leher,
atau dada. Lihat:
a. hangus pada rambut hidung dan wajah
b. mukosa bukal merah
c. rales pulmonal
5. Periksa hasil pemeriksaan laboratorium:
a. JDL mengkaji hemokonsentrasi

20
b. Elektrolit serum mendeteksi ketidak seimbangan cairan dan biokimia.
Pemantauan kalium terhadap peningkatan dalam 24 jam pertama dapat
menyebabkan henti jantung.
c. Gas arteri darah dan sinar x dada mengkaji fungsi pulmonal, khususnya pada
cedera inhalasi asap.
d. BUN dan kreatinin mengkaji fungsi ginjal.
e. Urinalisis menunjukkan mioglobin dan hemokromogen menandakan kerusakan
otot pada luka bakar dengan ketebalan penuh luas.
f. Bronkoskopi membantu memastikan cedera inhalasi asap.
g. Koagulasi memeriksa faktor-faktor pembekuan yang dapat menurun pada luka
bakar masif. Kadar karbon monoksida serum meningkat pada cedera inhalasi
asap.
6. Kaji pemahaman pasien dan orang terdekat tentang tindakan, masalah, dan perasaan
tentang cedera.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan pada volume cairan: Kekurangan
Berhubungan dengan faktor: Luka bakar luas
Batasan karakteristik: TD rendah disertai dengan takikardia dan takipnea,
penurunan haluaran urin, haus, hematokrit dan natrium serum di atas rentang
normal.
2. Risiko tinggi terhadap kerusakan pertukaran gas
Berhubungan dengan faktor: Cedera inhalasi asap atau sindrom kompartemen
torakal sekunder terhadap luka bakar sirkumfisial dari dada atau leher.
Batasan karakteristik: Observasi tanda-tanda cedera inhalasi asap, dispneu,
hipoksia, disertai dengan hiperkapneu.
3. Risiko tinggi terhadap infeksi
Beruhbungan dengan faktor: Kehilangan integritas kulit yang disebabkan oleh luka
bakar.
Batasan karakteristik: Observasi terhadap kehilangan kulit dan memungkinkan
jaringan subkutan dan otot.
4. Risiko Tinggi Terhadap Gangguan Konsep Diri
Berhubungan dengan faktor: Perubahan bentuk tubuh, kemungkinan kontraktur
sekunder terhdap luka bakar ketebalan penuh.

21
Batasan karakteristik: Dapat mengungkapkan ide bunuh diri, mengungkapkan
harga diri rendah dan rasa malu.
5. Nyeri
Berhubungan dengan faktor: Cedera luka bakar
Batasan karakteristik: Mengungkapkan ketidaknyamanan, merintis, meringis,
postur tubuh tegang.
6. Resiko Tinggi Terhadap Kerusakan Perfusi Jaringan
Berhubungan dengan faktor: Luka bakar melingkari ekstremitas atau luka bakar
listrik dalam.
Batasan karakteristik: Observasi terhadap beberapa defisit neurovaskular seperti
penurunan sensasi dan edema.
7. Resiko Tinggi Terhadap Kerusakan Penatalaksanaan Pemeliharaan di Rumah
Berhubungan dengan faktor: Kurang pengetahuan tentang aktivitas-aktivitas pada
saat pulang, tak ada atau kurangnya sistem pendukung untuk membantu terapi
perawatan di rumah.
Batasan karakteristik: Mengungkapkan kurangnya pemahaman, meminta
informasi, melaporkan kurang akses dari sitem pendukung untuk membantu
kebutuhan perawatan di rumah

C. Intervensi
1. Perubahan pada volume cairan: kekurangan
Berhubungan dengan faktor: luka bakar luas
Hasil pasien (kolatboratif): Mendemonstrasikan status cairan dan biokimia
membaik.
Kriteria evaluasi: Tak ada manifestasi dehidrasi, resolusi edema, elektrolit serum
dalam batas normal, haluaran urindi atas 30 mL/jam.

22
INTERVENSI RASIONAL
1. Pantau:
a. tanda-tanda vital setiap jam Untuk mengidentifikasi indikasi
selama periode darurat, setiap kemajuan atau penyimpangan dari
2 jam selama periode akut, dan hasil yang diharapkan. Periode
setiap 4 jam selama periode darurat (awal 48jam pasca luka bakar)
rehabilitasi. adalah periode kritis yang ditandai
b. warna urin dengan hipovolemia mencetuskan
c. masukan dan haluaran setiap individu pada perfusi ginjal dan
jam selama periode darurat, jaringan tak adekuat.
setiap 4 jam selama periode
akut, dan setiap 8 jam selama
periode rehabilitasi
d. hasil-hasil JDL dan laporan
elektrolit berat badan setiap
hari CVP (tekanan vena sentral
) setiap jam bila diperlukan
status umum setiap 8 jam.
2. Pada penerimaan rumah sakit, Untuk menginspeksi adekuat dari
lepaskan semua pakaian dan luka bakar.
perhiasan dari area luka bakar.

3. Mulai terapi IV yang telah Penggantian cairan cepat penting


ditentukan, disarankan melalui untuk mencegah gagal ginjal.
kulit yang telah terluka bakar. Bila Kehilangan cairan bermakna terjadi
pasien mengalami luka bakar luas melalui jaringan yang terbakar
dan menunjukkan gejala-gejala dengan luka bakar yang luas.
syok hipovolemik, kolaborasi Pengukuran CVP dapat memberikan
dengan dokter dengan pemasangan data status volume cairan IV.
CVP untuk memantau tekanan
vena sentral.

23
4. Lapor jika terjadi hal berikut: Kejadian-kejadian ini menandakan
Haluaran urin kurang dari 30 hipovolemik, hal ini terjadi karena
mL/jam, haus, takikardia, CVP berpindahnya cairan dari ruang
kurang dari 6 mmHg, bikarbonat intravaskular ke ruang intertisial.
serum di bawah rentang normal,
gelisah, TD di bawah rentang
normal, urine gelap atau encer
gelap.

5. Tes guaiak muntahan warna kopi Temuan guaiak positif menandakan


atau feses seperti teh hitam. perdarahan GI, yang merupakan
Laporkan bila hasil temuan yang tanda dari stres ulkus (Curling’s)
positif.
6. Berikan antasida yang diresepkan Pencegahan perdarahan GI perlu
atau antagonis reseptor histamin. dilakukan. Luka bakar luas
mencetuskan stres ulkus yang
disebabkan oleh peningkatan sekresi
hormon-hormon adrenal dan asam
hidroklorida oleh lambung.

2. Risiko tinggi terhadap kerusakan pertukaran gas


Berhubungan dengan faktor: Cedera inhalasi asap atau sindrom kompartemen
torakal sekunder terhadap luka bakar sirkumfisial dari dada atau leher.
Hasil pasien (kolaboratif): mendemonstrasikan oksigenasi adekuat.
Kriteria evaluasi: frekuensi pernapasan 12-24 kali/menit, warna kulit normal, AGD
dalam rentang normal, bunyi napas bersih, tak ada kesulitan bernapas.
INTERVENSI RASIONAL
1. Pantau AGD dan kadar karbon Untuk mengidentifikasi kemajuan atau
monoksida serum. penyimpangan dari hasil yang
diharapkan inhalasi asap dapat merusak
alveoli, mempengaruhi pertukaran gas
pada membran kapiler alveoli.

24
2. Kolaborsi dengan dokter untuk Ventilasi mekanik diperlukan untuk
pemberian oksigen. Pasang pernapasan dukungan sampai pasien
selang endotrakheal dan dapat melakukan secara mandiri.
tempatkan pasien pada ventilator
mekanis bila terjadi insufiensi
(dibutuhkan dengan hipoksia
dan hiperkapnea).

3. Anjurkan pernapasan dalam Pernapasan dlaam mengembangkan


dengan penggunaan spirometri alveoli, menurunkan risiko atelaktasis.
insentif setiap 2 jam selama tirah
baring.

4. Pertahankan pada posisi Untuk memudahkan ventilasi dengan


semifowler, bila tidak ada menurunkan tekanan abdomen terhadap
hipotensi. diafragma.

5. Untuk luka bakar sekitar torakal, Luka bakar disekitar torakal dapat
konsultasikan dengan dokter bila membatasi ekspansi dada. Eskarotomi
terjadi dispneu disertai dengan memungkinkan ekspansi
takikapneu untuk pembedahan dada.
eskarotomi.

3. Diagnosa keperawatan: Riisiko tinggi terhadap infeksi


Beruhbungan dengan faktor: kehilangan integritas kulit yang disebabkan oleh luka
bakar.
Hasil pasien (kolaboratif): bebas dari infeksi.
Kriteria evaluasi: tidak ada demam, pembentukan jaringan granulasi, pulang
dengan RLP untuk KDB.

25
INTERVENSI RASIONAL
1. Pantau: Untuk mengidentifikasi indikasi-
a. penampilan luka bakar (area indikasi kemajuan atau penyimpangan
luka bakar, sisi donor dan dari hasil yang diharapkan.
status balutandi atas sisi
tandur, bila tandur kulit
dilakukan) setiap 8 jam,
b. suhu setiap 4 jam,
c. jumlah makanan yang
dikonsumsi setiap kali
makan.
2. Bersihkan area luka bakar setiap Bersihkan area luka bakar setiap hari
hari dan lepaskan jaringan dan lepaskan jaringan nekrotik
nekrotik (debridemen). (debridemen).
3. Lepaskan krim lama dari luka Antimikroba topikal membantu
sebelum pemberian krim baru. mencegah infeksi. Prinsip aseptik
Gunakan sarung tangan steril diperlukan untuk melindungi pasien dari
dan berikan krim antibiotik infeksi karena kulit yang gundul menjadi
topikal yang diresepkan pada media yang baik untuk kultur
area luka bakar dengan ujung pertumbuhan bakteri.
jari. Berikan krim secara
menyeluruh di atas luka.

4. Konsultasikan dengan dokter Temuan-temuan ini menandakan


bila demam drainase purulen infeksi. Kultur mampu mengidentifikasi
atau bau busuk dari area luka patologi dan penyebab sehingga terapi
bakar, sisi donor, atau balutan antibiotik yang tepat dapat diresepkan.
sisi tandur. Lakukan kultur luka
dan beri antibiotik IV sesuai
ketentuan.

5. Tempatkan pasien pada ruangan Kulit adalah lapisan pertama yang


khusus untuk pasien dengan luka memproteksi tubuh dari infeksi. Teknik

26
bakar area luas tubuh. Gunakan steril dibutuhkan untuk melindungi
teknik steril bila memberikan pasien dari infeksi.
perawatan pada pasien.

6. Kolaborasi dengan ahli gizi. Ahli gizi adalah spesialis nutrisi yang
Berikan protein tinggi dan diet dapat mengevaluasi status nutrisi pasien.
tinggi kalori. Berikan suplemen Nutrisi adekuat adalah esensial untuk
nutrisi bila intake makanan penyembuhan luka dan untuk memenuhi
kurang dari 50%. Anjurkan NPT kebutuhan energi.
(nutrisi parental total) atau
makanan enteral bila pasien
tidak dapat makan per oral.

4. Risiko Tinggi Terhadap Gangguan Konsep Diri


Berhubungan dengan faktor: Perubahan bentuk tubuh, kemungkinan kontraktur
sekunder terhdap luka bakar ketebalan penuh.
Hasil Pasien (Kolaborasi): Mendemonstrasikan penerimaan terhadap diri pada
situasi saat ini.
Kriteria Evaluasi: Mengungkapkan harapan realistis dari tindakan, mengungkapkan
pernyataan positif tentang diri.
INTERVENSI RASIONAL
1. Sediakan waktu untuk pasien Mengekspresikan perasaan dapat
dan orang terdekat untuk membantu memudahkan koping.
mengekspresikan perasaan. Pengetahuan akurat tentang hasil yang
Informasikan pasien hasil yang diharapkan membantu memudahkan
diharapkan terhadap kedalaman transisi melalui proses berduka.
area luka bakar, seperti
ketebelan luka bakar (parsial dan
parsial superfisial). Jamin pasien
memahami bahwa luka bakar
ketebalan penuh memerlukan
autografing untuk sembuh.

27
2. Anjurkan latihan rentang gerak Untuk mencegah pengencangan aringan
aktif setiap 2 jam. Posisikan parutprogresif dan kontraktur. Terapis
bagian yang luka bakar pada fisik adalah spesialisasi ehabilitatif yang
kesejajaran tubuh fungsional. dapat mengevaluasi potensial
Dengan cedera luka bakar pada pemulihan pasien. Latihan aktif dapat
ekstremitas, rujuk pada terapis membantu mempertahankan
untuk evaluasi terhadap fleksibilitas sendi dan tonus otot dan
kebutuhan dengan splint, meningkatkan
traksi, atau alat yang sirkulasi.
dibutuhkan lainnya.

3. Anjurkan pasien untuk Melakukan AKS memberikan latihan


melakukan AKS (aktifitas aktif, memudahkan pemeliharaan
kehidupan sehari-hari). Bantu fleksibilitas sendi dan tonus otot. Juga
sesuai kebutuhan. ini meningkatkan sirkulasi sehingga
terjadi penyembuhan luka.

5. Nyeri
Berhubungan dengan faktor: Cedera luka bakar.
Hasil pasien (kolaboratif): Mendemonstrasikan hilang dari ketidaknyamanan.
Kriteria evaluasi: menyangkal nyeri, melaporkan perasaan nyaman, ekspresi wajah
dan postur tubuh rileks.
INTERVENSI RASIONAL
1. Berikan analgesik narkotik yang Analgesik narkotik diperlukan untuk
diresepkan prn dan sedikitnya 30 memblok nyeri. Absorbsi obat IM
menit sebelum prosedur buruk pada pasien dengan luka bakar
perawatan luka. EvaluasI yang disebabkan oleh perpindahan
keefektifannya. Anjurkan intersitial berkenaan dengan
analgesik IV bila luka bakar luas. peningkatan permeabilitas kapiler.

2. Pertahankan pintu kamar Panas dan air hilang melalui jaringan


tertutup, tingkatkan suhu luka bakar, menyebabkan hipotermia.

28
ruangan dan berikan selimut Tindakan ekstrenal ini membantu
ekstra untuk memberikan menghemat kehilangan panas tubuh.
kehangatan.

3. Berikan ayunan diatas tempat Untuk menurunkan nyeri dengan


tidur bila diperlukan. mempertahankan berat badan jauh dari
linen tempat tidur terhadap luka dan
menurunkan pemanjangan ujung saraf
pada aliran udara.
4. Bantu dengan pengubahan posisi Untuk menghilangkan tekanan pada
setiap 2 jam bila diperlukan. tonjolan tulang dependen. Dukungan
Dapatkan bantuan tambahan adekuat pada area luka bakar selama
sesuai kebutuhan khususnya bila gerakan membantu meminimalkan
pasien tak dapat membalikan ketidaknyamanan.
badan sendiri.

6. Resiko Tinggi Terhadap Kerusakan Perfusi Jaringan


Berhubungan dengan faktor: Luka bakar melingkari ekstremitas atau luka
bakar listrik dalam.
Hasil pasien (kolaboratif): Sirkulasi tetap adekuat.
Kriteria evaluasi: Warna kulit normal, menyangkal kebas dan kesemutan, nada
perifer dapat diraba.
INTERVENSI RASIONAL
1. Untuk luka bakar yang mengitari Untuk mengidentifikasi indikasi-
ektremitas atau luka bakar indikasi kemajuan atau penyimpangan
listrik, pantau status dari hasil yang diharapkan.
neurovaskular (Apendiks D) dari
ektremitas setiap 2 jam.

2. Untuk mengidentifikasi Untuk meningkatkan aliran balik vena


indikasi- indikasi kemajuan atau dan menurunkan pembengkakan
penyimpangan dari hasil yang
diharapkan.

29
3. Beri tau dokter dengan segera Temuan-temuan tersebut menandakan
bila terjadi kelemahan nadi kerusakan sirkulasi distal. Dokter dapat
(frekuensi nadi berkurang) mengkaji tekanan jaringan untuk
pengisian kapiler buruk, atau menentukan kebutuhan terhdap
penurunan sensasi. Siapkan intervensi bedah. Eskarotomi (mengikis
untuk pembedahan-eskarotomi pada eskar) atau fasiotomi mungkin
sesuai pesanan. diperlukan untuk memperbaiki sirkulasi
adekuat.

7. Resiko Tinggi Terhadap Kerusakan Penatalaksanaan Pemeliharaan di Rumah


Berhubungan dengan faktor: Kurang pengetahuan tentang aktivitas-aktivitas pada saat
pulang, tak ada atau kurangnya sistem pendukung untuk membantu terapi perawatan
di rumah.
Hasil pasien (kolaboratif): Mendemonstrasikan keinginan untuk memenuhi anjuran
aktivitas penatalaksanaan di rumah.
Kriteria evaluasi: Mengungkapkan pemahaman tentang instruksi, secara benar
melakukan aktivitas perawatan kulit, mengungkapkan kepuasan dengan rencana
perawatan dirumah, mengidentifikasi sumber-sumber untuk memberikan bantuan
perawatan di rumah bila diperlukan.
INTERVENSI RASIONAL
1. Evaluasi kebutuhan perawtan Pekerja sosial atau perencana pulang
berkelanjutan dan kemampuan adalah spesialis yang dapat
untuk memenuhi kebutuhan menggunakan sumber-sumber
secara mandiri. Bila bantuan komunitas untuk memenuhi kebutuhan
diperlukan, tentukan perawatan berkelanjutan pada saat
ketersediaan dan keadekuatan pulang.
sistem pendukung. Rujuk pada
pelayanan sosial atau
departemen perencanaan pulang
bila bantuan diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan perawatan
berkelanjutan karena kurangnya

30
sistem pendukung atau
kurangnya keuangan.

2. Ajarkan pasien perawatan yang Penyuluhan kesehatan penting untuk


Penyuluhan kesehatan penting keamanan dalam perawatan diri di
untuk tepat tentang area luka rumah.
bakar sampai benar-benar
sembuh.
Instruksi harus meliputi:
 Mencuci area luka bakar
dengan sabun ringan dan
memberikan pelembab
mengandung lanolin setiap
hari.
 Melindungi area luka bakar
dari pemajanan luas terhadap
sinar matahari: berikan tabir
surya atau menggunakan
pakaian berlengan panjang dan
topi.
 Menghindari menggosok area
dengan keras.
 Melanjutkan latihan rentang
gerak sesuai instruksi oleh
terapi fisik.

2. Bila tekanan pakaian ditentukan Pengetahuan tentang apa yang


(seperti pakaian Jobst), jelaskan diharapkan membantu meningkatkan
tujuan dan anjurkan pasien untuk kepatuhan.
menggunakan pakaian sesuai
ketentuan. Jelaskan bahwa
pakaian membantu
meminimalkan jaringan parut

31
hipertrofik, ini adalah pakaian
yang dibuat ketat dan harus
digunakan selama satu tahun.

3. Instruksikan pasien untuk Temuan-temuan tersebut menandakan


menginspeksi luka (area luka infeksi dan perlu terpai antimikroba
bakar, sisi tandur, dan sisi
donor) setiap hari. Laporkan
peningkatan kehagatan dan
nyeri tekan, kemerahan,
drainase purulen, demam, atau
bau busuk pada dokter.

4. Berikan instruksi perawatan di Instruksi verbal dapat dengan mudah


rumah dan perjanjian untuk dilupakan.
kunjungan evaluasi tertulis.

32
BAB IV
PENUTUP

A. Simpulan
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan
oleh tubuh yang berkontak langsung maupun tidak langsung dengan sumber panas
seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi. Luka bakar banyak disebabkan
karena suatu hal, diantaranya adalah luka bakar suhu tinggi (thermal burn), luka bakar
bahan kimia (chemical burn), luka bakar sengatan listrik (electrical burn), luka bakar
radiasi (radiasi injury), cidera inhalasi. Luka bakar dapat menyebabkan kerusakan
pembuluh darah, ini mengakibatkan cairan intravaskuler keluar dari lumen pembuluh
darah, dalam hal ini bukan hanya cairan tetapi protein plasma dan elektrolit. Pada luka
bakar ekstensif dengan perubahan permeabilitas yang hampir menyeluruh, penimbunan
jaringan masif di intersitial menyebabakan kondisi hipovolemik. Apabila sudah terjadi
gangguan perkusi jaringan maka akan mengakibatkan gangguan sirkulasi makro yang
menyuplai sirkulasi organ-organ penting seperti otak, kardiovaskuler, hepar, traktus
gastrointestinal dan neurologi yang dapat mengakibatkan kegagalan organ multi sistem.
Klasifikasi luka bakar dibedakan menjadi 3, yaitu berdasarkan mekanisme dan
penyebab (luka bakar termal dan luka bakar inhalasi), berdasarkan derajat dan
kedalaman luka bakar (derajat I (superficial), derajat II (partial thickness) dan derajat
III (full thickness)) dan berdasarkan luas luka (luka bakar ringan, luka bakar sedang
dan luka bakar berat). Manfestasi klinis luka bakar dibagi berdasarkan klasifikasinya.
Adapula penatalaksanaan medis luka bakar yaitu manajemen luka bakar yang meilutu
fase akut, sub-akut dan lanjut/laten. Luka bakar dapat enimbulkan kondisi yang lebih
serius jika tidak ditangani dengan serius. Beberapa komplikasi yang dapat terjadi akibat
luka bakar adalah bekas luka, rendahnya volume darah, infeksi, masalah pernapasan,
masalah tulang dan persendian, sengatan panas, suhu tubuh sangat rendah, serta syok.
Asuhan keperawatan pada pasien luka bakar adalah dengan melakukan tahap
pengkajian, merumuskan diagnosa, menyusun intervensi, melakukan imlementasi
sampai dengan evaluasi.

33
34
DAFTAR PUSTAKA

Black M, Joyce, Hawks, Jane Hokanson. 2014. Keperawatan Medikal Bedah Manajemen
Klinis Untuk Hasil Yang Diharapkan Edisi 8. Singapore: Elsevier.

Engram, Barbara. 1998. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Vol.3. Jakarta: EGC.

Nurafif Huda Amin,S.kep.,Ns,Kusuma Hardhi S.kep.,Ns. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic Noc Jilid 2. Jogjakarta: Mediaction.

World Health Organization. 2008

Brunner & Suddarth. 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8 volume 2. Jakarta:
EGC.

Syamsuhidayat R, Jong. 2011. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi3. Jakarta: EGC.

35

Anda mungkin juga menyukai