Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan proposal ini yang
alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Terapi Bermain Bongkar p Usia Preschool
di Rumah Sakit “ proposal ini berisikan tentang preplaining terapi bermain yang akan diberikan
oleh kelompok kepada anak usia perschool di rumah sakit.
Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang
bagaimana cara melakukan terapi bermain, salah satunya terapi bermain mewarnai. Kami
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari
semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai
segala usaha kita. Amin.
Bekasi, 27 Oktober 2019

Tim Penyusun

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Aktivitas bermain merupakan salah satu stimulasi bagi perkembangan anak
secara optimal. Dalam kondisi sakit atau anak dirawat di rumah sakit, aktivitas bermain
ini tetap dilaksanakan, namun harus disesuaikan dengan kondisi anak. Pada saat dirawat
di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai perasaan yang sangat tidak
menyenangkan, seperti marah, takut, cemas, sedih, dan nyeri. Perasaan tersebut
merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami anak karena menghadapi beberapa
stressor yang ada di lingkungan rumah sakit.
Untuk itu, dengan melakukan permainan anak akan terlepas dari ketegangan dan
stress yang dialaminya karena dengan melakukan permainan anak akan
dapat mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya (distraksi) dan relaksasi melalui
kesenangannya melakukan permainan. Tujuan bermain di rumah sakit pada prinsipnya
adalah agar dapat melanjutkan fase pertumbuhan dan perkembangan secara optimal,
mengembangkan kreatifitas anak, dan dapat beradaptasi lebih efektif terhadap stress.
Bermain dapat mengungkapkan bahasa dan keinginan dalam mengungkapkan
konflik dari anak yang tidak disasarinya serta dialami dengan kesenangan yang
diekspresikan melalui psikososio yang berhubungan dengan lingkungan tanpa
memperhitungkan hasil akhirnya.
Can Do Hands merupakan suatu bentuk terapi bermain dimana anak bisa
menggambarkan kelima jarinya kemudian menuliskan kata di setiap jari sesuai
keinginannya. Setelah itu menggambarkan leher, kaki, dan kepala untuk membentuk
gambar burung. Tujuan dari terapi yang dilakukan di Rumah Sakit adalah memberi
kesenangan dan kepuasan anak, sebagai hubungan interpersonal yang dinamis antara
anak dengan terapis dalam prosedur terapi bermain yang menyediakan materi permainan
yang dipilih dan memfasilitasi perkembangan suatu hubungan yang aman bagi anak
untuk sepenuhnya mengekspresikan dan eksplorasi dirinya (perasaan, pikiran,
pengalaman, dan perilakunya) melalui media bermain.

2
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengurangi kecemasan pada anak selama hospitalisasi.
2. Tujuan Khusus
a. Memfasilitasi anak untuk mengekspresikan perasaannya
b. Meningkatkan rasa percaya diri dan kemampuan anak
c. Menciptakan atau meningkatkan hubungan yang sehat
d. Meningkatkan kreatifitas bermain
e. Meningkatkan perilaku yang baik

3
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian Bermain
Menurut UU RI No. 23 Tahun 2002 pasal 11 setiap anak berhak untuk beristirahat
dan memanfaatkan waktu luang, bergaul dengan anak sebaya, bermain, berekreasi dan
berkreasi sesuai dengan minat, bakat, dan tingkat kecerdasannya demi pengembangan
diri.
Bermain, menurut Smith and Pellegrini (2008) merupakan kegiatan yang
dilakukan untuk kepentingan diri sendiri, dilakukan dengan cara-cara menyenangkan,
tidak diorientasikan pada hasil akhir, fleksibel, aktif, dan positif. Hal ini berarti, bermain
bukanlah kegiatan yang dilakukan demi menyenangkan orang lain, tetapi semata-mata
karena keinginan dari diri sendiri. Oleh karena itu, bermain itu menyenangkan dan
dilakukan dengan cara-cara yang menyenangkan bagi pemainnya.
Di dalam bermain, anak tidak berpikir tentang hasil karena proses lebih penting
daripada tujuan akhir. Bermain juga bersifat fleksibel, karenanya anak dapat membuat
kombinasi baru atau bertindak dalam cara-cara baru yang berbeda dari sebelumnya.
Bermain bukanlah aktivitas yang kaku. Bermain juga bersifat aktif karena anak
benar-benar terlibat dan tidak pura-pura aktif. Bermain juga bersifat positif dan
membawa efek positif karena membuat pemainnya tersenyum dan tertawa karena
menikmati apa yang mereka lakukan. Dengan demikian, bermain adalah kegiatan yang
menyenangkan, bersifat pribadi, berorientasi proses, bersifat fleksibel, dan berefek
positif.

B. Kategori Bermain
1. Bermain aktif
Yaitu anak banyak menggunakan energi inisiatif dari anak sendiri atau kegembiraan
timbul dari apa yang dilakukan oleh anak. Contoh: bermain sepak bola.
2. Bermain pasif/hiburan
Energi yang dikeluarkan sedikit, anak tidak perlu melakukan aktivitas (hanya
melihat), kesenangan diperoleh dari kegiatan orang lain. Contoh: memberikan
support, menonton televisi.
4
C. Jenis Permainan
1. Permainan bayi
Permainan sederhana oleh anggota keluarga dilakukan pada usia 0-1 tahun. Contoh:
petak umpet, dakon, kejar-kejaran.
2. Permainan perorangan
Untuk menguji kecakapan, ada peraturan sedikit, dilakukan pada todler dan
prasekolah. Contoh: menendang bola.
3. Permainan tetangga
Permainan kelompok, pada prasekolah dan sekolah. Contoh: bermain polisi dan
penjahat.
4. Permainan tim
Permainan terorganisir, punya aturan tertentu, dilakukan pada usia sekolah dan
remaja. Contoh: sepakbola, kasti, lari.
5. Permainan dalam ruang
Permainan pada anak sakit atau lelah, dilakukan pada cuaca buruk atau hujan.
Contoh: main kartu, tebak-tebakan, teka-teki.

D. Ciri-Ciri Bermain
1. Selalu bermain dengan sesuatu atau benda
2. Selalu ada timbal balik, sifat interaksi
3. Selalu dinamis, berkembang
4. Ada aturan tertentu
5. Menuntut ruangan tertentu.
E. Klasifikasi Bermain
1. Menurut Isi
a. Social affective play
Anak belajar memberi respon dan berhubungan dengan orang lain terhadap
respon yang diberikan oleh lingkungan dalam bentuk permainan, misalnya
orang tua berbicara memanjakan anak tertawa senang, dengan bermain anak
diharapkan dapat bersosialisasi dengan lingkungan.
b. Sense of pleasure play
Anak memperoleh kesenangan dari satu obyek yang ada disekitarnya, dengan
5
bermain dapat merangsang perabaan alat, misalnya bermain air atau pasir,
mengenal rasa, bau.
c. Skill play
Memberikan kesempatan bagi anak untuk memperoleh keterampilan tertentu
dan anak melakukan secara berulang-ulang, misalnya mengendarai sepeda roda
tiga.
d. Dramatika play (Role play)
Anak berfantasi menjalankan peran tertentu misalnya menjadi ayah atau ibu.
2. Menurut Karakteristik Sosial
a. Solitary play
Jenis permainan dimana anak bermain sendiri walaupun ada beberapa orang lain
yang bermain disekitarnya. Biasa dilakukan oleh anak balita todler.
b. Paralel play
Permainan sejenis dilakukan oleh suatu kelompok anak masing-masing
mempunyai mainan yang sama tetapi yang satu dengan yang lainnya tidak
ada interaksi dan tidak saling tergantung, biasanya dilakukan oleh anak
toodler dan pre school. Contoh : bermain balok.

c. Asosiat if play
Permainan dimana anak bermain dalam keluarga dengan aktifitas yang sama
tetapi belum terorganisasi dengan baik, belum ada pembagian tugas, anak
bermain sesukanya, satu sama lain kadang saling meminjamkan.
d. Kooperatif play
Anak bermain bersama dengan sejenisnya, permainan terorganisasi dan
terencana dan ada aturan tertentu. Saling diskusi dan memiliki tujuan
tertentu. Biasanya dilakukan oleh anak usia sekolah dan adolescent

F. Fungsi Bermain
1. Perkembangan sensori dan motorik
Saat bermain sensori motoric melakukan aktivitas yang besar. Bermain aktif sangat
penting untuk stimulasi perkembangan anatomi dan fungsi otot motoric.
2. Perkembangan intelektual
Intelektual akan berkembang ketika anak mampu mengenal warna, bentuk, ukuran,
6
dan tekstur, pengenalan ini diperoleh melalui eksplorasi saat bermain. Saat bermain
anak akan berlatih untuk menyelesaikan masalah secara sistematis sehingga akan
terbentuk pola penyelesaian dalam kehidupannya.
3. Perkembangan sosial
Saat bermain anak akan belajar:
a. Untuk memberi dan menerima
b. Mengembangkan hubungan social
c. Nilai moral dan etika
d. Benar dan salah
e. Bertanggung jawab terhadap tindakan dan perilaku yang ditampilkannya.
4. Perkembangan kreativitas
Melalui bermain anak akan belajar “mencoba” dan merealisasikan ide-ide.
5. Kesadaran diri
Saat bermain anak akan:
a. Mengembangkan kemampuan mengatur tingkah laku
b. Mengenal kemampuan diri sendiri dan membandingkan dengan orang lain
c. Menguji kemampuan dengan mencoba peran baru dan mengetahui dampak
perilakunya terhadap orang lain.
6. Perkembangan Moral
Nilai benar dan salah didapat dari orang tua dan guru, tetapi saat bermain anak akan
menerapkan nilai-nilai tersebut:
a. Berperilaku yang dapat diterima orang lain
b. Beradaptasi dengan aturan kelompok.
7. Sebagai Terapi
Saat bermain anak akan merasa senang dan gembira sehingga mengurangi
ketegangan yang sedang dialami.
Saat bermain anak akan mengekspresikan perasaannya melalui warna, bentuk,
jumlah dsb.
Dengan demikian bermain juga sebagai alat komunikasi

7
G. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terapi Bermain
1. Tahap Perkembangan anak
2. Status Kesehatan anak
3. Jenis kelamin
4. Lingkungan fisik dan psikologis yang mendukung
5. Alat dan jenis permainan

H. Tahapan Bermain
1. Tahap Eksplorasi
Merupakan tahapan menggali dengan melihat cara bermain.
2. Tahap Permainan
Setelah tahu cara bermain, anak mulai masuk dalam tahap perminan.
3. Tahap Bermain Sungguhan
Anak sudah ikut dalam perminan.
4. Tahap Melamun
Merupakan tahapan terakhir anak membayangkan permainan berikutnya.

I. Karakteristik Bermain Sesuai Tahap Perkembangan


1. Bayi (1 bulan)
a. Visual: permainan dapat dilihat dengan jarak dekat (20-25 Cm), gantungkan
b. benda yang terang dan menyolok.
c. Auditori: bicara dengan bayi, menyanyi, musik, radio, detik jam.
d. Taktil: memeluk, menggendong, memberi kehangatan.
e. Kinetik: mengayun, naik kereta dorong.
2. Bayi (2-3 bulan)
a. Visual : buat ruangan menjadi terang, gambar, cermin ditembok, bawa bayi ke
ruangan lain, letakkan bayi agar dapat memandang disekitar.
b. Auditori : bicara dengan bayi, beri mainan bunyi, ikut sertakan dalam pertemuan
keluarga.
c. Taktil : memandikan, mengganti popok, menyisir rambut dengan lembut, gosok
dengan lotion/bedak.
d. Kinetik : jalan dengan kereta, gerakan berenang, bermain air.

8
3. Bayi (4-6 bulan)
a. Visual : bermain cermin, anak nonton TV, beri mainan dengan warna terang.
b. Auditori : anak bicara, ulangi suara yang dibuat, panggil nama, remas kertas
didekat telinga, pegang mainan berbunyi didekat telinga.
c. Taktil : beri mainan lembut/kasar, mandi cemplung/cebur.
d. Kinetik : bantu tengkurap, sokong waktu duduk.
4. Bayi (6-9 bulan)
a. Visual : mainan berwarna, bermain depan cermin,”ciluk ….ba”, beri kertas
untuk dirobek-robek.
b. Auditori : panggil nama “Mama …Papa, dapat menyebutkan bagian tubuh,
beri tahu yang anda lakukan, ajarkan tepuk tangan dan beri perintah sederhana.
c. Taktil : meraba bahan bermacam-macam tekstur, ukuran, main air mengalir,
berenang.
d. Kinetik : letakkan mainan agak jauh lalu suruh anak untuk mengambilnya.
5. Bayi (9-12 bulan)
a. Visual : perlihatkan gambar dalam buku, ajak pergi ke berbagai tempat,
bermain bola, tunjukkan bangunan agak jauh.
b. Auditori : tunjukkan bagian tubuh dan sebutkan, kenalkan dengan suara
binatang.
c. Taktil : beri makanan yang dapat dipegang, kenalkan dingin, panas dan
hangat.
d. Kinetik : beri mainan yang dapat ditarik dan didorong.
Mainan yang dianjurkan untuk bayi 6-12 bulan:
a. Blockies warna-warni jumlah, ukuran.
b. Buku dengan gambar menarik.
c. Balon, cangkir dan sendok.
e. Boneka bayi.
f. Mainan yang dapat didorong dan ditarik.
6. Todler (2-3 tahun)
a. Mulai berjalan, memanjat, berlari.
b. Dapat memainkan sesuatu dengan tangannya.

9
c. Senang melempar, mendorong, mengambil sesuatu.
d. Perhatiannya singkat.
e. Mulai mengerti memiliki “ Ini milikku ….”
f. Karakteristik bermain “Paralel Play”
g. Toddler selalu bertengkar saling memperebutkan mainan/sesuatu.
h. Senang musik/irama.
Mainan untuk toddler:
a. Mainan yang dapat ditarik dan didorong.
b. Alat masak.
c. Malam, lilin.
d. Boneka, blockies, telepon, gambar dalam buku, bola, dram yang dapat
dipukul, krayon, kertas.
7. Pra Sekolah (4-5 tahun)
a. Dapat melompat, berlari, bermain dan bersepeda.
b. Sangat energik dan imaginatif.
c. Mulai terbentuk perkembangan moral.
d. Mulai bermain dengan jenis kelamin dan bermain dengan kelompok.
e. Karakteristik bermain: assosiative play, dramatic play, skill play.
f. Laki-laki aktif bermain di luar, perempuan didalam rumah.
Mainan untuk pra sekolah:
a. Peralatan rumah tangga.
b. Sepeda roda tiga.
c. Papan tulis/kapur.
d. Lilin, boneka, kertas.
e. Drum, buku dengan kata sederhana, kapal terbang, mobil, truk.
8. Usia Sekolah (6-12 tahun)
a. Bermain dengan kelompok yang berjenis kelamin sama.
b. Dapat belajar dengan aturan kelompok.
c. Belajar independent, cooperative, bersaing, menerima orang lain.
d. Karakteristik “Cooperative Play”.
e. Laki-laki: Mechanical, perempuan : Mother Role.

10
Mainan untuk anak usia sekolah:
a. 6-8 tahun
Kartu, boneka, robot, buku, alat olah raga, alat untuk melukis, mencatat,
sepeda.
b. 8-12 tahun
Buku, mengumpulkan perangko, uang logam, pekerjaan tangan, kartu, olah
raga bersama, sepeda, sepatu roda.
9. Remaja ( 13-18 tahun)
a. Bermain dalam kelompok seperti sepak bola, basket, bulutangkis.
b. Senang mendengarkan musik, melihat TV, mendengarkan radio.
c. Membaca majalah, buku.

11
BAB III
SAP TERAPI AKTIVITAS BERMAIN

Topik: Terapi Bermain Stimulasi Kognitif

Waktu: 30 menit

Tempat: Ruang Mawar, Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pasar Rebo

Sasaran: Anak usia sekolah (6-12 tahun)

A. Tujuan Penyuluhan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan terapi bermain selama 30 menit, anak dapat mengikuti permainan
stimulasi kognitif yang diberikan.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan terapi bermain selama 30 menit anak mampu:
a. Anak mampu mengikuti permainan dengan antusian.
b. Anak mampu berkonsentrasi dengan baik.
c. Anak dapat termotivasi untuk kesembuhannya.
d. Anak dapat berkurang kecemasannya dengan bermain.

B. Metode dan Media


1. Metode
Bermain dengan anak dengan cara menyebutkan kata lalu merespon dengan tepuk
tangan.
2. Media
Tidak ada media yang harus digunakan.

C. Kegiatan
1. Pengorganisasian
a. Tugas Umum
1) Melakukan kontrak dengan anak dan orang tua.
12
2) Mengumpulkan anak pada ruangan terapi bermain.
3) Mempersiapkan tempat yang akan digunakan.
4) Kegiatan dipimpin oleh Leader dibantu dengan fasilitator dan observer.
5) Mengobservasi kondisi pasien selama terapi bermain berlangsung.
b. Leader:
Tugas:
1) Membuka Acara
2) Membaca peraturan bermain
3) Memimpin jalannya permainan
4) Memberi semangat kepada peserta
5) Menciptakan suasana menjadi meriah
6) Mengambil keputusan
7) Memberikan reward
c. Fasilitator:
Tugas:
1) Memfasilitasi peserta selama permainan berlangsung
2) Mendampingi anak selama bermainan
3) Memberikan semangat dan motivasi
d. Observer:
Tugas:
1) Mengamati dan mengevaluasi permainan
2) Mengamati tingkah laku anak
3) Memberikan kritik dan saran

2. Setting tempat (gambar / denah ruangan)

1 2 3 4

13
Keterangan :
: Co-Leader

: Leader

: Fasilitator

: Anak

: Observer

3. Kegiatan bermain

No Uraian Kegiatan Perawat Kegiatan Pasien

1 Pembukaan a. Salam pembukaan dan perkenalan Memperhatikan


(2 menit) b. Mengkomunikasikan tujuan Menjawab salam

2 Kegiatan a. Anak memperkenalkan diri masing-masing Mengikuti


bermain b. Menyiapkan mainan
Menanggapi
(25 menit) c. Bermain dengan mencontohkan terlebih
Mengikuti
dahulu.
d. Meminta respon dan tanggapan
anak.
e. Melakukan permainan

f. Memberikan Reinfocement positif jika anak


bisa mengikuti permainan

3 Evaluasi a. Mengakhiri permainan Memperhatikan


(3 menit) b. Melakukan evaluasi Menanggapi

D. Evaluasi
Melakukan evaluasi apakah anak mau untuk memperkenalkan dirinya. Apakah
anak mampu mengikuti permainan tepuk tangan dengan antusias, tepat dan

14
berkonsentrasi pada permainan.

15
DAFTAR PUSTAKA

Anggani, Sudono. 2004. Sumber Belajar Dan Alat Permainan Untuk Pendidikan Usia Dini.
Jakarta : Grafindo
Donna L. Wong. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Anak. Jakarta : EGC

Nelson. 1999. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : EGC

Pertiwi, Yatimah Ratna. 2009. Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Terapi Bermain Warna Pada

Anak Usia Prasekolah Di Paud Pelangi Purwokerto. Diunduh pada laman:


https://docplayer.info/47812255- . (Pada tanggal 27 Oktober 2019)
Purnanjaya, Heri. 2012. Proposal Terapi Bermain Anak. Diunduh pada laman :
https://www.academia.edu/ (pada tanggal 27 oktober 2019)

16

Anda mungkin juga menyukai