"LUKA BAKAR"
Disusun oleh :
2019/2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Luka bakar adalah cedera yang terjadi akibat pajanan terhadap panas, bahan
kimia, radiasi, atau arus listrik. Pemindahan energi dari sumber panas ketubuh
manusia menyebabkan urutan kejadian fisiologis sehingga pada kasus yang paling
berat menyebabkan destruksi jaringan ireversibel. Rentang keparahan luka bakar
mulai dari kehilangan minor segmen kecil lapisan terluar kulit sampai cedera komplek
yang melibatkan semua sistem tubuh. Terapi bervariasi dari aplikasi sederhana agens
antiseptik topikal di klinik rawat jalan hingga pendekatan tim antardisiplin,
multisistem, dan invasif dilingkungan aseptik pusat penanganan luka bakar.
Luka bakar yang terjadi, akan menimbulkan kondisi kerusakan kulit selain itu
juga dapat mempengaruhi berbagai sistem tubuh. Perawatan luka bakar disesuaikan
dengan penyebab luka bakar, luas luka bakar dan bagian tubuh yang terkena. Luka
bakar yang lebih luas dan dalam memerlukan perawatan lebih intensif dibandingkan
dengan luka bakar yang hanya sedikit dan superfisial. Luka bakar yang terjadi karena
tersiram air panas dengan luka bakar karena terkena zat kimia atau radiasi
membutuhkan penanganan yang berbeda meskipun luas luka bakarnya sama.
Luka bakar masih merupakan problema yang berat. Perawatan dan rehabilitasnya
masih sukar dan memerlukan ketekunan serta biaya yang mahal, tenaga terlatih dan
terampil. Mengingat banyaknya masalah dan komplikasi yang dapat dialami pasien,
maka pasien luka bakar memerlukan penanganan yang serius.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan luka bakar?
2. Bagaimana etiologi dari luka bakar?
3. Bagaimana patofisiologi dari luka bakar?
4. Bagaimana manifestasi klinik dari luka bakar?
5. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari luka bakar?
6. Bagaimana penatalaksanaan medis dari luka bakar?
C. Tujuan
a) Tujuan Umum
Untuk pemenuhan tugas Keperawatan Medical Bedah II mengenai Luka
bakar serta Mahasiswa dapat mengetahui dan mencegah terjadinya luka bakar.
b) Tujuan Khusus
Untuk mengetahui Definisi dari luka bakar
Untuk mengetahui etiologi dari luka bakar
Untuk mengetahui patofisiologi dari luka bakar
Untuk mengetahui manifestasi klinik dari luka bakar
Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari luka bakar
Untuk mengetahui penatalaksanaan medis dari luka bakar
BAB II
PEMBAHASAN
a. Luka bakar suhu tinggi (Thermal Burn): gas, cairan, bahan padat
Luka bakar thermal burn biasanya disebabkan oleh air panas (scald),
jilatan api ketubuh (flash), kobaran api di tubuh (flam), dan akibat terpapar
atau kontak dengan objek-objek panas lainnya (logam panas, dan lain-lain)
(Moenadjat, 2005).
Luka bakar bahan kimia biasanya disebabkan oleh asam kuat atau
alkali yang biasa digunakan dalam bidang industry militer ataupun bahan
pembersih yang sering digunakan untuk keperluan rumah tangga (Moenadjat,
2005).
Luka bakar disebabkan oleh perpindahan energy dari sumber panas ke tubuh.
Panas tersebut dapat dipindahkan melalui konduksi atau radiasi elektromagnetik,
derajat luka bakar yang berhubungan dengan beberapa faktor penyebab, konduksi
jaringan yang terkena dan lamanya kulit kontak dengan sumber panas. Kulit
dengan luka bakar mengalami keruskan pada epidermis, dermis, maupun jaringan
subkutan tergantung pada penyebabnya.
Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan. Pembuluh
kapiler yang terpajan suhu tinggi rusak dan permeabilitas meninggi. Sel darah
yang ada di dalamnya ikut rusak sehingga dapat terjadi anemia. Meningkatnya
permeabilitas menyebabkan udem dan menimbulkan bula yang mengandung
banyak elektrolit. Hal itu menyebabkan berkurangnya volume cairan
intravaskuler. Kerusakan kulit akibat luka bakar menyebabkan kehilangan cairan
akibat penguapan yang berlebihan, masuknya cairan ke bula yang terbentuk pada
luka bakar derajat dua, dan pengeluaran cairan ke keropeng luka bakar derajat
tiga.
Bila luas bakar kurang dari 20%, biasanya mekanisme kompensasi tubuh
masih bisa mengatasinya, tetapi bila lebih dari 20%, akan terjadi syok
hipovolemik dengan gejala khas, seperti gelisah, pucat, dingin, berkeringat, nadi
kecil dan cepat, tekanan darah menurun, dan produksi urin berkurang.
Pembengkakan terjadi pelan-pelan, maksimal terjadi setelah delapan jam. (Wim
De Jong, 2004)
Penderita syok atau terancam syok
- Anak : luasnya luka >10%
- Dewasa : luasnya luka >15%
Letak luka memungkinkan penderita terancam cacat berat
- Wajah, mata
- Tangan dan kaki
- Perineum
Terancam udem laring
- Tertutup asap atau udara hangat
Bagan 2.1 indikasi rawat inap
Respons Sistemik
Respons Kardiovaskuler
Curah jantung akan menurun sebelum perubahan yang signifikan pada
volume darah terlihat dengan jelas. Karena berkelanjutnya kehilangan cairan
dan berkurangnya volume vaskuler, maka curah jantung akan terus menurun
dan terjadi penurunan tekanan darah. Sebagai respon, system saraf simpatik
akan melepaskan katekolamin yang meningkatkan resistensi perifer dan
frekuensi denyut nadi. Selanjutnya vasokontriksi pembuluh darah perifer
menurunkan curah jantung.
Pada luka bakar yang kurang dari 30% luas total permukaan tubuh, maka
gangguan integritas kapiler dan perpindahan cairan akan terbatas pada luka
bakar itu sendiri sehingga pembentukkan lepuh dan edema hanya terjadi di
daerah luka bakar. Pasien luka bakar yang lebih parah akan mengalami edema
sistemik yang masif. karena edema akan bertambah berat pada luka bakar
yang melingkar (sirkumferensial), tekanan terhadap pembuluh darah kecil dan
saraf pada ekstermitas distal menyebabkan obstruksi aliran darah sehingga
terjadi iskemia.
Respons Pulmonal
Volume pernapasan sering kali normal atau hanya menurun sedikit setelah
cedera luka bakar yang luas. Setelah resusitasi cairan, peningkatan volume
pernapasan-dimanifestasikan sebagai hiperventilasi-dapat terjadi, terutama bila
klien ketakutan, cemas, atau merasa nyeri. Hiperventilasi ini adalah hasil
peningkatan baik laju respirasi dan volume tidal dan muncul sebagai hasil
hipermetabolisme yang terlihat setelah cedera luka bakar. Biasanya hal
tersebut memuncak pada minggu kedua pascacedera dan kemudian secara
bertahap kembali ke normal seiring menyembuhnya luka bakar atau
ditutupnya luka dengan tandur kulit.
Cedera Inhalasi
Paparan terhadap gas asfiksian merupakan penyebab paling sering
mortalitas dini akibat cedera inhalasi. Karbon monoksida (CO), asfiksian yang
paling sering ditemui, dihasilkan ketika zat organik (misalnya: kayu atau batu
bara) terbakar. Ia adalah gas yang tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak
berasa yang memiliki afinitas terhadap hemoglobin tubuh 200 kali lebih kuat
dibandingkan dengan oksigen. Dengan menghirup gas CO, molekul oksigen
tergeser, dan CO berikatan dengan hemoglobin untuk membentuk
karboksihemoglobin (COHb). Hipoksia jaringan terjadi akibat penurunan
kemampuan pengantaran oksigen oleh darah secara keseluruhan.
Depresi Miokardium
Imunosupresi
Fungsi sistem imun tertekan setelah cedera luka bakar. Penurunan
aktivitas limfosit, dan penurunan pembentukan immunoglobulin, serta
perubahan fungsi neutrofil dan makrofag terjadi secara nyata setelah cedera
luka bakar luas terjadi. sebagai tambahan, cedera luka bakar mengganggu
barrier primer terhadap infeksi-kulit. Secara bersama, perubahan-perubahan
ini menghasilkan peningkatan risiko infeksi dan sepsis yang mengancam
nyawa.
Respons Psikologis
Berbagai respons psikologis dan emosional terhadap cedera luka bakar
telah dikenali, berkisar mulai dari ketakutan hingga psikosis. Respons korban
dipengaruhi usia, kepribadian, latar belakang budaya dan etnik, luas dan lokasi
cedera, dampak pada citra tubuh, dan kemampuan koping pracedera.
D. Manifestasi Klinik Combutsio/ Luka Bakar
Luka bakar dapat diklasifikasikan menurut dalamnya jaringan yang rusak dan
disebut sebagai luka bakar superfisial partial thickness, deep partial thickness dan
full thickness. Istilah deskriptif yang sesuai adalah luka bakar derajat-satu, -dua,
-tiga.
Kedalaman Bagian Gejala Penampilan luka Perjalanan
dan penyebab kulit yang kesembuhan
luka bakar terkena
Derajat satu Epidermis Kesemutan, Memerah, Kesembuhan
(superfisial): hiperestesia menjadi putih lengkap dalam
tersengat (supersensivitas) ketika ditekan waktu satu
matahari, , rasa nyeri minimal atau minggu,
terkena api mereda jika tanpa edema terjadi
dengan didinginkan pengelupasan
intensitas kulit
rendah
Seorang yang sedang terbakar akan merasa panik, dan akan belari untuk
mencari air. Hal ini akan sebaliknya akan memperbesar kobaran api karena
tertiup oleh angin. Oleh karena itu, segeralah hentikan (stop), jatuhkan (drop),
dan gulingkan (roll) orang itu agar api segera padam. Bila memiliki karung
basah, segera gunakan air atau bahan kain basah untuk memadamkan apinya.
Sedang untuk kasus luka bakar karena bahan kimia atau benda dingin, segera
basuh dan jauhkan bahan kimia atau benda dingin. Matikan sumber listrik dan
bawa orang yang mengalami luka bakar dengan menggunakan selimut basah
pada daerah luka bakar. Jangan membawa orang dengan luka bakar dalam
keadaan terbuka karena dapat menyebabkan evaporasi cairan tubuh yang
terekspose udara luar dan menyebabkan dehidrasi. Orang dengan luka bakar
biasanya diberikan obat-obatan penahan rasa sakit jenis analgetik : Antalgin,
aspirin, asam mefenamat samapai penggunaan morfin oleh tenaga medis
b. Hospital
1) Resusitasi A, B, C.
Setiap pasien luka bakar harus dianggap sebagai pasien trauma,
karenanya harus dicek Airway, breathing dan circulation-nya terlebih
dahulu.
Separuh dari jumlah (1). (2), (3) diberikan dalam 8 jam pertama.
Sisanya diberikan dalam 16 jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan
setengah jumlah cairn hari pertama. Pada hari ketiga diberikan
setengah jumlah cairan yang diberikan hari kedua. Sebagai monitoring
pemberian lakukan penghitungan diuresis.
Fase Resusitatif
Fase resusitatif cedera luka bakar terdiri atas waktu antara cedera
awal sampai 36 hingga 48 jam setelah cedera. Fase ini berakhir ketika
resusitasi cairan selesai. Selama fase ini, masalah saluran napas dan
pernapasan yang mengancam nyawa adalah perhatian utama. Fase ini
juga ditandai dengan terjadinya hypovolemia, yang menyebabkan
kebocoran cairan kapiler dari ruang intravaskuler ke ruang interstisial,
menyebabkan edema. Walaupun cairan tetap berada dalam tubuh,
cairan tersebut tidak mungkin berperan dalam menjaga sirkulasi yang
memadai, karena tidak berada di ruang vaskuler lagi.
Fase Akut
Fase Rehabilitasi
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA