Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH PENYAKIT PADA SISTEM INTEGUMEN

"LUKA BAKAR"

Mata kuliah : Keperawatan Medikal bedah II

Dosen Pengampu : Nurun Larasa

Disusun oleh :

1. Elsa Nurmalita (P07120118015)


2. Anisa Mila Febiyanti (P07120118016)
3. Fina Amalia (P071201180)
4. Bima Ramadhana (P071201180)
5. Intan Dwita (P071201180)
6. Ratry Riski K (P071201180)
7. Sinta (P071201180)

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN


JURUSAN KEPERAWATAN POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA

2019/2020

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Luka bakar adalah cedera yang terjadi akibat pajanan terhadap panas, bahan
kimia, radiasi, atau arus listrik. Pemindahan energi dari sumber panas ketubuh
manusia menyebabkan urutan kejadian fisiologis sehingga pada kasus yang paling
berat menyebabkan destruksi jaringan ireversibel. Rentang keparahan luka bakar
mulai dari kehilangan minor segmen kecil lapisan terluar kulit sampai cedera komplek
yang melibatkan semua sistem tubuh. Terapi bervariasi dari aplikasi sederhana agens
antiseptik topikal di klinik rawat jalan hingga pendekatan tim antardisiplin,
multisistem, dan invasif dilingkungan aseptik pusat penanganan luka bakar.

Luka bakar yang terjadi, akan menimbulkan kondisi kerusakan kulit selain itu
juga dapat mempengaruhi berbagai sistem tubuh. Perawatan luka bakar disesuaikan
dengan penyebab luka bakar, luas luka bakar dan bagian tubuh yang terkena. Luka
bakar yang lebih luas dan dalam memerlukan perawatan lebih intensif dibandingkan
dengan luka bakar yang hanya sedikit dan superfisial. Luka bakar yang terjadi karena
tersiram air panas dengan luka bakar karena terkena zat kimia atau radiasi
membutuhkan penanganan yang berbeda meskipun luas luka bakarnya sama.
Luka bakar masih merupakan problema yang berat. Perawatan dan rehabilitasnya
masih sukar dan memerlukan ketekunan serta biaya yang mahal, tenaga terlatih dan
terampil. Mengingat banyaknya masalah dan komplikasi yang dapat dialami pasien,
maka pasien luka bakar memerlukan penanganan yang serius.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan luka bakar?
2. Bagaimana etiologi dari luka bakar?
3. Bagaimana patofisiologi dari luka bakar?
4. Bagaimana manifestasi klinik dari luka bakar?
5. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari luka bakar?
6. Bagaimana penatalaksanaan medis dari luka bakar?

C. Tujuan
a) Tujuan Umum
Untuk pemenuhan tugas Keperawatan Medical Bedah II mengenai Luka
bakar serta Mahasiswa dapat mengetahui dan mencegah terjadinya luka bakar.
b) Tujuan Khusus
 Untuk mengetahui Definisi dari luka bakar
 Untuk mengetahui etiologi dari luka bakar
 Untuk mengetahui patofisiologi dari luka bakar
 Untuk mengetahui manifestasi klinik dari luka bakar
 Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari luka bakar
 Untuk mengetahui penatalaksanaan medis dari luka bakar
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi luka bakar


Combutsio (Luka bakar) adalah injury pada jaringan yang disebabkan oleh
suhu panas ( thermal), kimia, elektrik dan radiasi ( Suriadi, 2010).
Luka bakar adalah cedera yang terjadi dari kontak langsung ataupun paparan
terhadap sumber panas, kimia, listrik atau radiasi (Joyce M. Black, 2009).
Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi oleh dokter, jenis
yang berat memperlihatkan morbiditas dan derajat cacat yang relatif tinggi
dibandingkan dengan cedera oleh sebab lain .Biaya yang dibutuhkan juga cukup
mahal untuk penanganannnya. Penyebab luka bakar selain karena api ( secara
langsung ataupun tidak langsung ), juga karena pajanan suhu tinggi dari matahari,
listrik maupun bahan kimia. Luka bakar karena api atau akibat tidak langsung
dari api ( misalnya tersiram panas ) banyak terjadi pada kecelakaan rumah tangga
(Sjamsuhidajat, 2005 )

B. Etiologi Combutsio/Luka Bakar

Luka bakar banyak disebabkan karena suatu hal, diantaranya adalah:

a. Luka bakar suhu tinggi (Thermal Burn): gas, cairan, bahan padat

Luka bakar thermal burn biasanya disebabkan oleh air panas (scald),
jilatan api ketubuh (flash), kobaran api di tubuh (flam), dan akibat terpapar
atau kontak dengan objek-objek panas lainnya (logam panas, dan lain-lain)
(Moenadjat, 2005).

b. Luka bakar bahan kimia (Chemical Burn)a

Luka bakar bahan kimia biasanya disebabkan oleh asam kuat atau
alkali yang biasa digunakan dalam bidang industry militer ataupun bahan
pembersih yang sering digunakan untuk keperluan rumah tangga (Moenadjat,
2005).

c. Luka bakar sengatan listrik (Electrical Burn)

Listrik menyebabkan kerusakan yang disebabkan karena arus, api dan


ledakan. Aliran listrik menjalar disepanjang bagian tubuh yang memiliki
resistensi paling rendah. Kerusakan terutama pada pembuluh darah, khususnya
tunika intima, sehingga menyebabkan gangguan sirkulasi ke distal. Sering kali
kerusakan berada jauh dari lokasi kontak,baik kontak dengan sumber arus
maupun grown (Moenadjat, 2005).

d. Luka bakar radiasi (Radiasi Injury)

Luka bakar radiasi disebabkan karena terpapar dengan sumber


radioaktif. Tipe injury ini sering disebabkan oleh penggunaan radio aktif untuk
keperluan terapeutik dalam dunia kedokteran dan industry. Akibat terpapar
sinar matahari yang terlalu lama juga dapat menyebabkan luka bakar radiasi
(Moenadjat, 2005).

C. Patofisiologi Combutsio/Luka Bakar

Luka bakar disebabkan oleh perpindahan energy dari sumber panas ke tubuh.
Panas tersebut dapat dipindahkan melalui konduksi atau radiasi elektromagnetik,
derajat luka bakar yang berhubungan dengan beberapa faktor penyebab, konduksi
jaringan yang terkena dan lamanya kulit kontak dengan sumber panas. Kulit
dengan luka bakar mengalami keruskan pada epidermis, dermis, maupun jaringan
subkutan tergantung pada penyebabnya.

Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan. Pembuluh
kapiler yang terpajan suhu tinggi rusak dan permeabilitas meninggi. Sel darah
yang ada di dalamnya ikut rusak sehingga dapat terjadi anemia. Meningkatnya
permeabilitas menyebabkan udem dan menimbulkan bula yang mengandung
banyak elektrolit. Hal itu menyebabkan berkurangnya volume cairan
intravaskuler. Kerusakan kulit akibat luka bakar menyebabkan kehilangan cairan
akibat penguapan yang berlebihan, masuknya cairan ke bula yang terbentuk pada
luka bakar derajat dua, dan pengeluaran cairan ke keropeng luka bakar derajat
tiga.

Bila luas bakar kurang dari 20%, biasanya mekanisme kompensasi tubuh
masih bisa mengatasinya, tetapi bila lebih dari 20%, akan terjadi syok
hipovolemik dengan gejala khas, seperti gelisah, pucat, dingin, berkeringat, nadi
kecil dan cepat, tekanan darah menurun, dan produksi urin berkurang.
Pembengkakan terjadi pelan-pelan, maksimal terjadi setelah delapan jam. (Wim
De Jong, 2004)
Penderita syok atau terancam syok
-  Anak     : luasnya luka >10%
-  Dewasa : luasnya luka >15%
Letak luka memungkinkan penderita terancam cacat berat
-  Wajah, mata
-  Tangan dan kaki
-  Perineum
Terancam udem laring
-  Tertutup asap atau udara hangat
                              Bagan 2.1 indikasi rawat inap

 Respons Sistemik

Perubahan patofisiologi yang disebabkan oleh luka bakar yang berat


selama awal periode syok luka bakar mencangkup hipoperfusi jaringan dan
hipofungsi organ yang terjadi sekunder akibat penurunan curah jantung
dengan diikuti oleh fase hiperdinamik serta hipermetabolik. Kejadian
sistemik awal sesudah luka bakar yang berat adalah ketidakstabilan
hemodinamika akibat hilangnya integritas kapiler dan kemudian terjadinya
perpindahan cairan natrium serta protein dari ruang intravaskuler ke dalam
ruang interstisial. Ketidakstabilan hemodinamika bukan hanya melibatkan
mekanisme kardiovaskuler tetapi juga keseimbangan cairan serta elektrolit,
volume darah, mekanisme pulmoner dan mekanisme lainnya.

 Respons Kardiovaskuler
Curah jantung akan menurun sebelum perubahan yang signifikan pada
volume darah terlihat dengan jelas. Karena berkelanjutnya kehilangan cairan
dan berkurangnya volume vaskuler, maka curah jantung akan terus menurun
dan terjadi penurunan tekanan darah. Sebagai respon, system saraf simpatik
akan melepaskan katekolamin yang meningkatkan resistensi perifer dan
frekuensi denyut nadi. Selanjutnya vasokontriksi pembuluh darah perifer
menurunkan curah jantung.

Resusitasi cairan yang segera dilakukan memungkinkan dipertahankannya


tekanan darah dalam kisaran normal yang rendah sehingga curah jantung
membaik. Umumnya jumlah kebocoran cairan yang terbesar terjadi dalam 24-
36 jam pertama sesudah luka bakar dan mencapai puncaknya dalam tempo 6
hingga 8 jam.

Pada luka bakar yang kurang dari 30% luas total permukaan tubuh, maka
gangguan integritas kapiler dan perpindahan cairan akan terbatas pada luka
bakar itu sendiri sehingga pembentukkan lepuh dan edema hanya terjadi di
daerah luka bakar. Pasien luka bakar yang lebih parah akan mengalami edema
sistemik yang masif. karena edema akan bertambah berat pada luka bakar
yang melingkar (sirkumferensial), tekanan terhadap pembuluh darah kecil dan
saraf pada ekstermitas distal menyebabkan obstruksi aliran darah sehingga
terjadi iskemia.

 Respons Pulmonal

Volume pernapasan sering kali normal atau hanya menurun sedikit setelah
cedera luka bakar yang luas. Setelah resusitasi cairan, peningkatan volume
pernapasan-dimanifestasikan sebagai hiperventilasi-dapat terjadi, terutama bila
klien ketakutan, cemas, atau merasa nyeri. Hiperventilasi ini adalah hasil
peningkatan baik laju respirasi dan volume tidal dan muncul sebagai hasil
hipermetabolisme yang terlihat setelah cedera luka bakar. Biasanya hal
tersebut memuncak pada minggu kedua pascacedera dan kemudian secara
bertahap kembali ke normal seiring menyembuhnya luka bakar atau
ditutupnya luka dengan tandur kulit.

 Cedera Inhalasi
Paparan terhadap gas asfiksian merupakan penyebab paling sering
mortalitas dini akibat cedera inhalasi. Karbon monoksida (CO), asfiksian yang
paling sering ditemui, dihasilkan ketika zat organik (misalnya: kayu atau batu
bara) terbakar. Ia adalah gas yang tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak
berasa yang memiliki afinitas terhadap hemoglobin tubuh 200 kali lebih kuat
dibandingkan dengan oksigen. Dengan menghirup gas CO, molekul oksigen
tergeser, dan CO berikatan dengan hemoglobin untuk membentuk
karboksihemoglobin (COHb). Hipoksia jaringan terjadi akibat penurunan
kemampuan pengantaran oksigen oleh darah secara keseluruhan.

 Depresi Miokardium

Beberapa investigator penelitian telah mengemukakan bahwa factor


depresi miokardium terjadi pada cedera yang lebih luas dan bersirkulasi pada
periode pascacedera dini. Depresi pada curah jantung yang signifikan dan
serta-merta terjadi, bahkan sebelum volume plasma yang beredar berkurang,
menunjukkan respons neurogenic terhadap beberapa zat yang beredar.
Penurunan curah jantung ini sering berlanjut dalam beberapa hari bahkan
setelah volume plasma telah kembali dan keluaran urine kembali normal.
Baru-baru ini, kombinasi mediator inflamasi dan hormone disebutkan sebagai
penyebab depresi miokardium yang terjadi setelah cedera.

 Berubahnya Integritas Kulit

Luka bakar itu sendiri menampilkan perubahan patofisiologi yang


disebabkan akibat gangguan kulit dan perubahan jaringan di bawah
permukaannya. Kulit, ujung saraf, kelenjar keringat, dan folikel rambut yang
cedera akibat terbakar kehilangan fungsi normalnya. Hal yang terpenting,
fungsi barrier kulit hilang. Kulit yang utuh dalam keadaan normal menjaga
agar bakteri tidak memasuki tubuh dan agar cairan tubuh tidak merembes
keluar, mengendalikan penguapan, dan menjaga kehangatan tubuh. Dengan
rusaknya kulit mekanisme untuk menjaga suhu normal tubuh dapat terganggu,
dan risiko infeksi akibat invasi bakteri meningkat, serta kehilangan air akibat
penguapan meningkat.

 Imunosupresi
Fungsi sistem imun tertekan setelah cedera luka bakar. Penurunan
aktivitas limfosit, dan penurunan pembentukan immunoglobulin, serta
perubahan fungsi neutrofil dan makrofag terjadi secara nyata setelah cedera
luka bakar luas terjadi. sebagai tambahan, cedera luka bakar mengganggu
barrier primer terhadap infeksi-kulit. Secara bersama, perubahan-perubahan
ini menghasilkan peningkatan risiko infeksi dan sepsis yang mengancam
nyawa.

 Respons Psikologis
Berbagai respons psikologis dan emosional terhadap cedera luka bakar
telah dikenali, berkisar mulai dari ketakutan hingga psikosis. Respons korban
dipengaruhi usia, kepribadian, latar belakang budaya dan etnik, luas dan lokasi
cedera, dampak pada citra tubuh, dan kemampuan koping pracedera.
D. Manifestasi Klinik Combutsio/ Luka Bakar

Luka bakar dapat diklasifikasikan menurut dalamnya jaringan yang rusak dan
disebut sebagai luka bakar superfisial partial thickness, deep partial thickness dan
full thickness. Istilah deskriptif yang sesuai adalah luka bakar derajat-satu, -dua,
-tiga.
Kedalaman Bagian Gejala Penampilan luka Perjalanan
dan penyebab kulit yang kesembuhan
luka bakar terkena
Derajat satu Epidermis Kesemutan, Memerah, Kesembuhan
(superfisial): hiperestesia menjadi putih lengkap dalam
tersengat (supersensivitas) ketika ditekan waktu satu
matahari, , rasa nyeri minimal atau minggu,
terkena api mereda jika tanpa edema terjadi
dengan didinginkan pengelupasan
intensitas kulit
rendah

Derajat-dua Epidermis Nyeri, Melepuh, dasar Kesembuhan


(partial- dan bagian hiperestesia, luka berbintik- dalam waktu
thickness): dermis sensitif terhadap bintik merah, 2-3 minggu,
tersiram air udara yang epidermis retak, pembentukan
mendidih, dingin permukaan luka parut dan
terbakar oleh basah, terdapat depigmentasi,
nyala api edema infeksi dapat
mengubahnya
menjadi
derajat-tiga
Derajat-tiga Epidermis, Tidak terasa Kering, luka Pembentukan
(full- keseluruha nyeri, syok, bakar berwarna eskar,
thickness): n dermis hematuria putih seperti diperlukan
terbakar dan (adanya darah bahan kulit atau pencangkokan
nyala api, kadang- dalam urin) dan gosong, kulit , pembentukan
terkena kadang kemungkinan retak dengan parut dan
cairan jaringan pula hemolisis bagian lemak hilangnya
mendidih subkutan (destruksi sel yang tampak, kontur serta
dalam waktu darah merah), terdapat edema fungsi kulit,
yang lama, kemungkinan hilangnya jari
tersengat arus terdapat luka tangan atau
listrik masuk dan ekstrenitas
keluar (pada dapat terjadi
luka bakar
listrik)

 Setiap area luka bakar mempunyai tiga zona cedera, yaitu :


1. Zona koagulasi : area yang paling dalam, dimana terjadi kematian seluler.
2. Zona statis : area pertengahan, tempat terjadinya gangguan suplai darah,
inflasi, dan cedera jaringan.
3. Zona hiperemia : area yang terluar, biasanya berhubungan dengan luka bakar
derajat 1 dan seharusnya sembuh dalam seminggu.
Dalam menetukan dalamnya luka bakar kita harus memperhatikan faktor-faktor
berikut :
1. Riwayat terjadinya luka bakar
2. Penyebab luka bakar
3. Suhu agen yang menyebabkan luka bakar
4. Lamanya kontak dengan agen
5. Tebalnya kulit
D. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Doenges, 2000, diperlukan pemeriksaan penunjang pada luka bakar


yaitu :
1. Hitung darah lengkap
Hb (Hemoglobin) turun menunjukkan adanya pengeluaran darah yang
banyak sedangkan peningkatan lebih dari 15% mengindikasikan adanya
cedera, pada Ht (Hematokrit) yang meningkat menunjukkan adanya
kehilangan cairan sedangkan Ht turun dapat terjadi sehubungan dengan
kerusakan yang diakibatkan oleh panas terhadap pembuluh darah.
2. Leukosit
Leukositosis dapat terjadi sehubungan dengan adanya infeksi atau
inflamasi.
3. GDA (Gas Darah Arteri)
Untuk mengetahui adanya kecurigaaan cedera inhalasi. Penurunan
tekanan oksigen (PaO2) atau peningkatan tekanan karbon dioksida (PaCO2)
mungkin terlihat pada retensi karbon monoksida.
4. Elektrolit Serum
Kalium dapat meningkat pada awal sehubungan dengan cedera
jaringan dan penurunan fungsi ginjal, natrium pada awal mungkin menurun
karena kehilangan cairan, hipertermi dapat terjadi saat konservasi ginjal dan
hipokalemi dapat terjadi bila mulai diuresis.
5. Natrium Urin
Lebih besar dari 20 mEq/L mengindikasikan kelebihan cairan , kurang dari
10 mEqAL menduga ketidakadekuatan cairan.
6. Alkali Fosfat
Peningkatan Alkali Fosfat sehubungan dengan perpindahan cairan
interstisial atau gangguan pompa, natrium.
7. Glukosa Serum :
Peninggian Glukosa Serum menunjukkan respon stress.
8. Albumin Serum
Untuk mengetahui adanya kehilangan protein pada edema cairan.
9. BUN atau Kreatinin
Peninggian menunjukkan penurunan perfusi atau fungsi ginjal, tetapi
kreatinin dapat meningkat karena cedera jaringan.
10. Loop aliran volume
Memberikan pengkajian non-invasif terhadap efek atau luasnya cedera.
11. EKG
Untuk mengetahui adanya tanda iskemia miokardial atau distritmia.
12. Fotografi luka bakar
Memberikan catatan untuk penyembuhan luka bakar.

E. Penatalaksanaan Combutsio/Luka Bakar


a. Pre Hospital

Seorang yang sedang terbakar akan merasa panik, dan akan belari untuk
mencari air. Hal ini akan sebaliknya akan memperbesar kobaran api karena
tertiup oleh angin. Oleh karena itu, segeralah hentikan (stop), jatuhkan (drop),
dan gulingkan (roll) orang itu agar api segera padam. Bila memiliki karung
basah, segera gunakan air atau bahan kain basah untuk memadamkan apinya.
Sedang untuk kasus luka bakar karena bahan kimia atau benda dingin, segera
basuh dan jauhkan bahan kimia atau benda dingin. Matikan sumber listrik dan
bawa orang yang mengalami luka bakar dengan menggunakan selimut basah
pada daerah luka bakar. Jangan membawa orang dengan luka bakar dalam
keadaan terbuka karena dapat menyebabkan evaporasi cairan tubuh yang
terekspose udara luar dan menyebabkan dehidrasi. Orang dengan luka bakar
biasanya diberikan obat-obatan penahan rasa sakit jenis analgetik : Antalgin,
aspirin, asam mefenamat samapai penggunaan morfin oleh tenaga medis

b. Hospital
1) Resusitasi A, B, C.
Setiap pasien luka bakar harus dianggap sebagai pasien trauma,
karenanya harus dicek Airway, breathing dan circulation-nya terlebih
dahulu.

a) Airway - apabila terdapat kecurigaan adanya trauma inhalasi, maka


segera pasang Endotracheal Tube (ET). Tanda-tanda adanya trauma
inhalasi antara lain adalah: riwayat terkurung dalam api, luka bakar pada
wajah, bulu hidung yang terbakar, dan sputum yang hitam.
b)   Breathing - eschar yang melingkari dada dapat menghambat gerakan
dada untuk bernapas, segera lakukan escharotomi. Periksa juga apakah ada
trauma-trauma lain yang dapat menghambat gerakan pernapasan, misalnya
pneumothorax, hematothorax, dan fraktur costae
c)   Circulation - luka bakar menimbulkan kerusakan jaringan sehingga
menimbulkan edema. pada luka bakar yang luas dapat terjadi syok
hipovolumik karena kebocoran plasma yang luas. Manajemen cairan pada
pasien luka bakar, ada 2 cara yang lazim dapat diberikan yaitu dengan
Formula Baxter dan Evans
2)  Resusitasi Cairan
Dua cara yang lazim digunakan untuk menghitung kebutuhan cairan
pada penderita luka bakar yaitu :
a)  cara Evans
Untuk menghitung kebutuhan pada hari pertama hitunglah :
·   Berat badan (kg) X % luka bakar X 1cc Nacl
·   Berat badan (kg) X % luka bakar X 1cc larutan koloid
·   3.2000cc glukosa 5%

Separuh dari jumlah (1). (2), (3) diberikan dalam 8 jam pertama.
Sisanya diberikan dalam 16 jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan
setengah jumlah cairn hari pertama. Pada hari ketiga diberikan
setengah jumlah cairan yang diberikan hari kedua. Sebagai monitoring
pemberian lakukan penghitungan diuresis.

b)  Cara Baxter


Merupakan cara lain yang lebih sederhana dan banyak dipakai. Jumlah
kebutuhan cairan pada hari pertama dihitung dengan rumus :
Baxter = % luka bakar X BB (kg) X 4cc
Separuh dari jumlah cairan yang diberikan dalam 8 jam pertama,
sisanya diberikan dalam 16 jam. Hari pertama terutama
diberikan elektrolit yaitu larutan ringer laktat karena terjadi
hiponatremi. Untuk hari kedua diberikan setengah dari jumlah
pemberian hari pertama.
c)   Infus, kateter, CVP, oksigen, Laboratorium, kultur luka.
d)   Monitor urine dan CVP.
e)   Topikal dan tutup luka
-   Cuci luka dengan savlon : NaCl 0,9% ( 1 : 30 ) + buang jaringan
nekrotik.
-  Tulle
-  Silver sulfa diazin tebal.
-  Tutup kassa tebal.
-  Evaluasi 5 – 7 hari, kecuali balutan kotor.
f)   Obat – obatan
-  Antibiotika : tidak diberikan bila pasien datang < 6 jam sejak
kejadian.
-  Bila perlu berikan antibiotika sesuai dengan pola kuman dan sesuai
kultur.
-  Analgetik : kuat (morfin, petidine)
-  Antasida : kalau perlu
2. Penatalaksanaan Pembedahan
Eskaratomi dilakukan juga pada luka bakar derajat III yang
melingkar pada ekstremitas atau tubuh. Hal ini dilakukan untuk
sirkulasi bagian distal akibat pengerutan dan penjepitan dari eskar.
Tanda dini penjepitan berupa nyeri, kemudian kehilangan daya rasa
menjadi kebal pada ujung-ujung distal. Tindakan yang dilakukan
yaitu membuat irisan memanjang yang membuka eskar sampai
penjepitan bebas. Debirdemen diusahakan sedini mungkin untuk
membuang jaringan mati dengan jalan eksisi tangensial.

c. Perawatan Luka Bakar


Perawatan luka bakar harus direncanakan menurut luas dan dalamnya luka
bakar; kemudian perawatannya dilakukan melalui tiga fase luka bakar, yaitu:
fase darurat/resusitasi, fase akut atau intermediet, dan fase rehabilitasi.

 Fase Resusitatif

Fase resusitatif cedera luka bakar terdiri atas waktu antara cedera
awal sampai 36 hingga 48 jam setelah cedera. Fase ini berakhir ketika
resusitasi cairan selesai. Selama fase ini, masalah saluran napas dan
pernapasan yang mengancam nyawa adalah perhatian utama. Fase ini
juga ditandai dengan terjadinya hypovolemia, yang menyebabkan
kebocoran cairan kapiler dari ruang intravaskuler ke ruang interstisial,
menyebabkan edema. Walaupun cairan tetap berada dalam tubuh,
cairan tersebut tidak mungkin berperan dalam menjaga sirkulasi yang
memadai, karena tidak berada di ruang vaskuler lagi.

 Fase Akut

Fase pemulihan akut setelah luka bakar mayor dimulai ketika


hemodinamik klien sudah stabil, integritas kapiler sudah kembali, dan
diuresis sudah mulai muncul. Waktu tersebut dimulai kira-kira pada 48
hingga 72 jam setelah waktu cedera. Untuk klien baik dengan luka
bakar moderat atau minor, fase akut pada dasarnya dimulai pada waktu
cedera. Fase akut berlanjut hingga penutupan luka tercapai.

 Fase Rehabilitasi

Fase rehabilitasi dalam pemulihan mewakili fase terakhir dalam


pemulihan luka bakar dan mencakup waktu sejak penutupan luka
sampai pemulangan dan setelahnya. Pada akhirnya, program
rehabilitasi luka bakar dirancang untuk pemulihan fungsional dan
emosional maksimal. Cara-cara untuk meningkatkan penyembuhan
luka, mencegah dan meminimalkan deformitas dan parut hipertrofik,
meningkatkan fungsi dan kekuatan fisik, meningkatkan dukungan
emosional, serta memberikan pengajaran adalah bagian dari fase
rehabilitasi yang berlangsung.
Fase Durasi Prioritas
Fase resusitasi yang Dari awitan          Pertolongan pertama
cedera
darurat atau segera hingga          Pencegahan syok
selesainya
resusitasi cairan          Pencegahan gangguan
pernapasan
         Deteksi dan penanganan
cedera yang menyertai
         Penilaian luka dan
perawatan pendahuluan
Fase akut          Perawatan dan penutupan
Dari dimulainya diuresis
hingga hampir luka
selesainya         
proses Pencegahan atau
penutupan luka penanganan komplikasi,
termasuk infeksi
         Dukungan nutrisi
Fase rehabilitasi Dari penutupan          Pencegahan parut dan
luka
yang besar hingga kontraktur
kembalinya         Rehabilitasi
kepada fisik,
tingkat penyesuaian oksupasional dan vokasional
fisik dan          Rekonstruksi fungsional
psikososial
yang optimal dan kosmetik
         Konseling psikososial
Konsep Asuhan Keperawatan Luka Bakar

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

B. SARAN

DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/35095157/makalah_luka_bakar_Tn.D.docx diakses tanggal


diakses tanggal Rabu,11 Maret 2020
https://www.academia.edu/29950808/Makalah_Luka_Bakar diakses tanggal Rabu,11 Maret
2020

https://www.academia.edu/12092466/Luka_Bakar diakses tanggal Rabu,11 Maret 2020

Anda mungkin juga menyukai