Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN POST NATAL SECTIO CAESAREA


Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Individu Pada Stase Keperawatan
Maternitas

Disusun Oleh:
HALMA NURLAELA
JNR0200023

PROGRAM PROFESI NERS REGULER


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN
2020-2021
I. Konsep Penyakit
A. Konsep HDK (Hipertensi Dalam Kehamilan)
1. Pengertian Hipertensi Dalam Kehamilan
Hipertensi Dalam Kehamilan adalah suatu kondisi dalam kehamilan
dimana tekanan darah sistol diatas 140 mmHg dan diastole diatas 90
mmHg atau adanya peningkatan sistol sebesar 30 mmHg atau lebih atau
peningkatan diastole sebesar 15 mmHg atau lebih diatas nilai dasar yang
mana diukur dalam dua keadaan, minimal dalam jangka waktu 6 jam
(Reeder dkk, 2011).
Hipertensi Dalam Kehamilan ialah tekanan darah sistolik dan diastolic
≥140/90 mmHg pengukuran tekanan darah sekurang-kurangnya dilakukan
2 kali selang 4 jam. Kenaikan tekan darah sistolik ≥30 mmHg dan
kenaikan tekanan darah diastolic ≥15 mmHg sebagai parameter hipertensi
sudah tidak dipakai lagi (Prawirohardjo, 2013).
2. Klasifikasi Hipertensi Dalam Kehamilan
a) Hipertensi kronik adalah hipertensi yang timbul sebelum usia
kehamilan 20 minggu atau hipertensi yang pertama kali didiagnosis
setelah umur kehamilan 20 minggu dan hipertensi menetap sampai 12
minggu pasca persalinan.
b) Preeklamsi adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan
disertai dengan proteinuria.
c) Eklamsi adalah preeklamsi yang disertai dengan kejang-kejang sampai
dengan koma.
d) Hipertensi kronik dengan superposed preeklamsi adalah hipertensi
kronik disertai tanda-tanda preeklamsi atau hipertensi kronik disertai
proteinuria.
e) Hipertensi gestasional (transient hypertensi) adalah hipertensi yang
timbul pada kehamilan tanpa disertai proteinuria dan hipertensi
menghilang setelah 3 bulan pasca persalinan atau kehamilan dengan
preeklamsi tetapi tanpa proteinuria (Prawirohardjo, 2013).
3. Etiologi
Prawirohardjo (2013), menjelaskan penyebab hipertensi dalam
kehamilan belum diketahui secara jelas. Namun ada beberapa faktor risiko
yang menyebabkan terjadinya hipertensi dan dikelompokkan dalam faktor
risiko, beberapa faktor risiko sebagai berikut:
1. Primigravida, Primipaternitas
2. Hiperplasentosis, misalnya: mola hidatidosa, kehamilan multiple,
diabetes mellitus, hidrops fetalis, bayi besar.
3. Umur
4. Riwayat keluarga pernah pre eklamsia atau eklamsia
5. Penyakit-penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah ada sebelum hamil
6. Obesitas
B. Konsep Post Partum
1. Definisi Post Partum
Post Partum merupakan masa sesudah melahirkan atau persalinan.
Masa beberapa jam sesudah lahirnya plasenta atau tali pusat sampai
minggu ke enam setelah melahirkan, setelah kelahiran yang meliputi
minggu-minggu berikutnya pada waktu saluran reproduksi kembali
keadaan yang normal pada saat sebelum hamil (Marmi, 2012). Post
Partum adalah waktu penyembuhan dan perubahan, waktu kembali
pada keadaan tidak hamil, serta penyesuaian terhadap hadirnya
anggota keluarga baru. (Mitayani, 2011). adalah masa Post Partum
setelah keluarnya placenta sampai alat-alat reproduksi pulih seperti
sebelum hamil dan secara normal masa nifas berlangsung selama
6 minggu atau 40 hari (Ambarwati, 2010).
Masa nifas atau adalah masa Post Partum setelah persalinan selesai
sampai 6 minggu atau 42 hari. Setelah masa nifas, organ reproduksi secara
berlahan akan mengalami perubahan seperti sebelum hamil. Selama masa
nifas perlu mendapat perhatian lebih dikarenakan angka kematian ibu
60% terjadi pada masa nifas. Dalam Angka Kematian Ibu (AKI) adalah
penyebab banyaknya wanita meninggal dari suatu penyebab kurangnya
perhatian pada wanita Post Partum (Maritalia, 2012).
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, masa Post Partum yaitu
setelah persalinan berlangsung selama 6 minggu sampai pulihnya alat-alat
reproduksi seperti sebelum hamil.
2. Klasifikasi Masa Nifas
Menurut Anggraini (2010), tahap masa nifas di bagi menjadi 3 sebagai
berikut :
a. Purperium dini, Waktu 0-24 jam Post Partum. Purperium dini yaitu
kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.
Dianggap telah bersih dan boleh melakukan hubungan suami istri
apabila setelah 40 hari.
b. Purperium intermedial, Waktu 1-7 hari Post Partum. Purperium
intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang
lamanya 6 minggu 3. Remote purperium ,Waktu 1-6 minggu Post
Partum. Adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna
terutam bila selama hamil dan waktu persalinan mempunyai
komplikasi. Waktu untuk pulih sempurna bias berminggu-minggu,
bulanan bahkan tahunan. (Yetti Anggraini,2010).
3. Perubahan Fisiologis Masa Nifas
Untuk mengingat komponen yang diperlukan dalam pengkajian Post
Partum, banyak perawat menggunakan istilah BUBBLE-LE yaitu
termasuk Breast (payudara), Uterus (rahim), Bowel (fungsi usus), Bladder
(kandung kemih), Lochia (lokia), Episiotomy (episiotomi/perinium),
Lower Extremity (ekstremitas bawah), dan Emotion (emosi). Menurut
Hacker dan Moore Edisi 2 adalah :
a. Involusi Rahim
Melalui proses katabolisme jaringan, berat rahim dengan cepat
menurun dari sekitar 1000 gm pada saat kelahiran menjadi 50 gm pada
sekitar 3 minggu masa nifas. Serviks juga kehilangan elastisnya dan
kembali kaku seperti sebelum kehamilan. Selama beberapa hari pertama
setelah melahirkan, secret rahim (lokhia) tampak merah (lokhia rubra)
karena adanya eritrosit. Setelah 3 sampai 4 hari lokhia menjadi lebih
pucat (lokhia serosa), dan dihari ke sepuluh lokheatampak berwarna
putih atau kekuning kuningan (lokhia alba).
Berdasarkan waktu dan warnanya pengeluaran lochia dibagi
menjadi 4 jenis:
1) Lochia rubra, lochia ini muncul pada hari pertama sampai hari
ketiga masa postpartum, warnanya merah karena berisi darah segar
dari jaringan sisa-sisa plasenta.
2) Lochia sanguilenta, berwarna merah kecoklatan dan muncul di hari
keempat sampai hari ketujuh.
3) Lochia serosa, lochia ini muncul pada hari ketujuh sampai hari
keempat belas dan berwarna kuning kecoklatan.
4) Lochia alba, berwarna putih dan berlangsung 2 sampai 6 minggu
Post Partum.
Munculnya kembali perdarahan merah segar setelah lokia menjadi
alba atau serosa menandakan adanya infeksi atau hemoragi yang
lambat. Bau lokia sama dengan bau darah menstruasi normal dan
seharusnya tidak berbau busuk atau tidak enak. Lokhia rubra yang
banyak, lama, dan berbau busuk, khususnya jika disertai demam,
menandakan adanya kemungkinan infeksi atau bagian plasenta yang
tertinggal. Jika lokia serosa atau alba terus berlanjut melebihi rentang
waktu normal dan disertai dengan rabas kecoklatan dan berbau busuk,
demam, serta nyeri abdomen, wanita tersebut mungkin menderita
endometriosis. (Martin, Reeder, G., Koniak, 2014).
Proses involusi uterus adalah sebagai berikut:
1) Iskemia Miometrium: Hal ini disebabkan oleh kontraksi dan
retraksi yang terus menerus dari uterus setelah pengeluaran
plasenta sehingga membuat uterus menjadi relatif anemi dan
menyebabkan serat otot atrofi.
2) Atrofi jaringan : Atrofi jaringan terjadi sebagai reaksi penghentian
hormon esterogen saat pelepasan plasenta.
3) Autolysis: Merupakan proses penghancuran diri sendiri yang
terjadi di dalam otot uterus. Enzim proteolitik akan memendekkan
jaringan otot yang telah mengendur hingga panjangnya 10 kali
panjang sebelum hamil dan lebarnya 5 kali lebar sebelum hamil
yang terjadi selama kehamilan. Hal ini disebabkan karena
penurunan hormon estrogen dan progesteron.
4) Efek Oksitosin: Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan
retraksi otot uterus sehingga akan menekan pembuluh darah yang
mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke uterus. Proses ini
membantu untuk mengurangi situs atau tempat implantasi plasenta
serta mengurangi perdarahan.
b. Uterus
Tempat plasenta Pada bekas implantasi plasenta merupakan luka
yang kasar dan menonjol ke dalam kavum uteri. Segera setelah plasenta
lahir, dengan cepat luka mengecil, pada akhir minggu ke-2 hanya
sebesar 3-4 cm dan pada akhir nifas 1-2 cm. Penyembuhan luka bekas
plasenta khas sekali. Pada permulaan nifas bekas plasenta mengandung
banyak pembuluh darah besar yang tersumbat oleh thrombus. Luka
bekas plasenta tidak meninggalkan parut. Hal ini disebabkan karena
diikuti pertumbuhan endometrium baru di bawah permukaan luka.
Regenerasi endometrium terjadi di tempat implantasi plasenta selama
sekitar 6 minggu. Pertumbuhan kelenjar endometrium ini berlangsung
di dalam decidua basalis. Pertumbuhan kelenjar ini mengikis pembuluh
darah yang membeku pada tempat implantasi plasenta hingga
terkelupas dan tak dipakai lagi pada pembuangan lokia. (Martin,
Reeder, G., Koniak, 2014).
c. Afterpains
Merupakan kontraksi uterus yang intermiten setelah melahirkan
dengan berbagai intensitas. Afterpains sering kali terjadi bersamaan
dengan menyusui, saat kelenjar hipofisis posterioir melepaskan
oksitosin yang disebabkan oleh isapan bayi. Oksitosin menyebabkan
kontraksi saluran lakteal pada payudara, yang mengeluarkan kolostrum
atau air susu, dan menyebabkan otot otot uterus berkontraksi. Sensasi
afterpains dapat terjadi selama kontraksi uterus aktif untuk
mengeluarkan bekuan bekuan darah dari rongga uterus. (Martin,
Reeder, G., Koniak, 2014).
d. Vagina
Meskipun vagina tidak pernah kembali ke keadaan seperti seleum
kehamilan, jaringan suportif pada lantai pelvis berangsur angsur
kembali pada tonus semula.
e. Perubahan Sistem Pencernaan
Biasanya Ibu mengalami obstipasi setelah persalinan. Hal ini
terjadi karena pada waktu melahirkan sistem pencernaan mendapat
tekanan menyebabkan kolon menjadi kosong, kurang makan, dan
laserasi jalan lahir. (Dessy, T., dkk. 2009)
f. Sistem kardiovaskuler
Segera setelah kelahiran, terjadi peningkatan resistensi yang nyata
pada pembuluh darah perifer akibat pembuangan sirkulasi uteroplasenta
yang bertekanan rendah. Kerja jantung dan volume plasma secara
berangsur angsur kembali normal selama 2 minggu masa nifas.
g. Perubahan Sistem Perkemihan
Diuresis postpartum normal terjadi dalam 24 jam setelah
melahirkan sebagai respon terhadap penurunan estrogen. Kemungkinan
terdapat spasme sfingter dan edema leher buli-buli sesudah bagian ini
mengalami tekanan kepala janin selama persalinan. Protein dapat
muncul di dalam urine akibat perubahan otolitik di dalam uterus
(Rukiyah, 2010).
h. Perubahan psikososial
Wanita cukup sering menunjukan sedikit depresi beberapa hari
setelah kelahiran. “perasaan sedih pada masa nifas” mungkin akibat
faktor faktor emosional dan hormonal. Dengan rasa pengertian dan
penentraman dari keluarga dan dokter, perasaan ini biasanya membaik
tanpa akibat lanjut.
i. Kembalinya haid dan ovulasi
Pada wanita yang tidak menyusui bayi, aliran haid biasanya akan
kembali pada 6 sampai 8 minggu setelah kelahiran, meskipun ini sangat
bervariasi. Meskipun ovulasi mungkin tidak terjadi selama beberapa
bulan, terutama ibu ibu yang menyusui bayi, penyuluan dan
penggunaan kontrasepsi harus ditekankan selama masa nifas untuk
menghindari kehamilan yang tak dikehendaki.
j. Perubahan Sistem Muskuloskeletal
Ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu
persalinan, setelah bayi lahir berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih
kembali (Mansyur, 2014)
k. Perubahan Tanda-tanda Vital
Pada Ibu masa nifas terjadi peerubahan tanda-tanda vital, meliputi:
1) Suhu tubuh: Pada 24 jam setelah melahirkan subu badan naik sedikit
(37,50C-380C) sebagai dampak dari kerja keras waktu melahirkan,
kehilangan cairan yang berlebihan, dan kelelahan (Trisnawati, 2012)
2) Nadi: Sehabis melahirkan biasanya denyut nadi akan lebih cepat dari
denyut nadi normal orang dewasa (60-80x/menit).
3) Tekanan darah: Biasanya tidak berubah, kemungkinan bila tekanan
darah tinggi atau rendah karena terjadi kelainan seperti perdarahan
dan preeklamsia.
4) Pernafasan: Frekuensi pernafasan normal orang dewasa adalah 16-24
kali per menit. Pada ibu Post Partum umumnya pernafasan lambat
atau normal. Bila pernafasan pada masa Post Partum menjadi lebih
cepat, kemungkinan ada tanda-tanda syok (Rukiyah, 2010).

4. Adaptasi Keluarga
Menurut Reva Rubin, adaptasi psikologi ibu post patum terbagi atas 3
bagian, yaitu :
a. Fase Taking In
Fase ini merupakan periode ketergantungan yang berlangsung dari hari
pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada saat itu, fokus
perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri. Kelelahan membuat ibu
cukup istirahat untuk mencegah gejala kurang tidur, seperti murah
tersinggung. Hal ini membuat ibu cenderung menjadi pasif terhadap
lingkungannya.
b. Fase Taking Hold
Fase ini berlangsung selama 3 – 20 hari setelah melahirkan. Pada fase
ini taking hold, ibu merasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa
tanggung jawabnya dalam merawat bayi, selain itu perassannya sangat
sensitive sehingga mudah tersinggung jika komunikasinya kurang hati-
hati. Saat ini ibu memerlukan dukungan karena ini merupakan
kesempatan yang baik untuk menerima berbagai penyuluhan dalam
merawat diri dan bayinya sehingga tumbuh rasa percaya diri.
c. Fase Letting Go
Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya
yang berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai
menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya. Keinginan untuk
merawat diri dan bayinya meningkat pada fase ini.
5. Tanda dan Gejala
Menurut Masriroh (2013) tanda dan gejala masa Post Partum adalah
sebagai berikut:
a. Organ-organ reproduksi kembali normal pada posisi sebelum
kehamilan.
b. Perubahan-perubahan psikologis lain yang terjadi selama kehamilan
berbalik (kerumitan).
c. Masa menyusui anak dimulai
d. Penyembuhan ibu dari stress kehamilan dan persalinan di asumsikan
sebagai tanggung jawab untuk menjaga dan mengasuh bayinya.
6. Kunjungan Masa Nifas
Kunjungan masa nifas paling sedikit 4 kali, kunjungan masa nifas
dilakukan untuk menilai status kesehatan ibu dan bayi baru lahir
(Saifuddin, 2010).
7. Penatalaksanaan Masa Nifas
Menurut Masriroh (2013) penatalaksanan yang diperlukan untuk klien
dengan Post Partum adalah sebagai berikut:
a. Meperhatikan kondisi fisik ibu dan bayi.
b. Mendorong penggunaan metode-metode yang tepat dalam memberikan
makanan pada bayi dan mempromosikan perkembangan hubungan baik
antara ibu dan anak.
c. Mendukung dan memperkuat kepercayaan diri si Ibu dan
memungkinkannya mingisi peran barunya sebagai seorang Ibu, baik
dengan orang, keluarga baru, maupun budaya tertentu.

C. Konsep Dasar Section Caesarea


1. Pengertian Sectio Caesarea
Sectio Caesarea merupakan pembedahan untuk mengeluarkan janin
dengan membuka dinding abdomen dan dinding uterus atau vagina untuk
melahirkan janin dari dalam rahim (Padila, 2015). Seksio sesarea adalah
melahirkan janin melalui sayatan dinding perut (abdomen) dan dinding
rahim (uterus). Seksio sesaria adalah suatu persalinan buatan, dimana janin
dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim
dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram.
Seksio sesaria adalah suatu tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat
badan diatas 500 gram, melalui sayatan pada dinding uterus yang masih
utuh. (Jitowiyono, 2017). Seksio sesarea adalah suatu proses persalinan
buatan yang dilakukan melalui pembedahan dengan cara melakukan insisi
pada dinding perut dan dinding rahim ibu, dengan syarat rahim harus
keadaan utuh, serta janin memiliki bobot badan diatas 500 gram. Jika
bobot janin dibawah 500 gram, maka tidak perlu dilakukan tindakan
persalinan seksio sesarea. (Solehati, 2017)
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, Sectio Caesarea (SC) adalah
suatu persalinan buatan, dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada
dinding perut dan dinding rahim dengan sayatan rahim dalam keadaan
utuh serta berat janin diatas 500 gram
2. Anatomi Fisiologi Sistem Reproduksi Wanita

Gambar 1 System reproduksi wanita


(Sumber: Bambang widjanarko, 2010)
a. Anatomi Sistem Reproduksi Wanita
Organ reproduksi wanita terbagi atas 2 bagian yaitu organ reproduksi
eksterna (organ bagian luar) dan organ reproduksi interne (organ bagian
dalam).
b. Organ Reproduksi Eksterna Wanita
1) Vulva atau pudenda, meliputi seluruh stuktur eksternal yang dapat
dilihat mulai dari pubis sampai pirenium, yaitu mons veneris, labia
mayora dan labia minora, klitoris, selaput darah / hymen,
vestibulum, maura uretra, berbagai kelenjer dan struktur vaskular.
2) Mons veneris atau mons pubis adalah bagian yang menonjol di atas
simfisis dan pada perempuan setelah pubertas ditutup oleh rambut
kemaluan. Pada perempuan umunnya batas rambut melintang sampai
pinggir atas simfisis, sedangakn ke bawah samapai ke sekitar anus
dan paha.
3) Labia mayora / bibir-bibir besar terdiri atas bagian kiri dan kanan,
lonjong mengecil ke bawah, terisi oleh jaringan lemak yang serupa
dengan yang ada di mons veneris.
4) Labia minora / bibir-bibir kecil / nymphae adalah suatu lipatan tipis
dan kulit sebelah dalam bibir besar. Kulit yang meliputi bibir kecil
mengandung banyak glandula sebasea / kelenjar-kelenjar lemak dan
juga ujung-ujung saraf yang menyebabkan bibir kecil sangat sensitif.
Jaringan ikatnya mengandung banyak pembuluh darah dan beberapa
otot polos yang menyebabkan bibir kecil ini dapat mengembang.
5) Klitoris kira-kira sebesar biji kacang ijo, tertutup oleh preputium
klitoris dan terdiri dari glans klitoris, korpus klitoris, dan dua krura
yang menggantungkan klitoris ke os pubis. Glans klitoris terdiri atas
jaringan yang dapat mengambang, penuh dengan urat saraf sehingga
sangat sensitif.
6) Vestibulum berbentuk lonjong dengan ukuran panjang dari depan ke
belakang dan dibatasi di depan oleh klitoris, kanan dan kiri oleh ke
dua bibir kecil dan di belakang oleh perineum. Bulbus vestibuli
sinitra et dekstra merupakan pengumpulan vena terletak di bawah
selaput lendir vestibulum, dekat namus ossis pubis. Panjangnya 3-4
cm, lebarnya 1-2 cm dan tebalnya 0,5-1 cm. Bulbus vestibuli
mengandung banyak pembuluh darah, sebagian tertutup oleh
muskulus iskio kavernosus dan muskulus kontriktor vagina.
7) Introitus Vagina mempunyai bentuk dan ukuran yang berbeda-beda.
Introtus vagina ditutupi oleh selaput dara / himen. Himen ini
mempunyai bentuk berbeda-beda, dan yang semilunar (bulan sabit)
sampai yang berlubang-lubang atau yang bersekat (septum).
8) Perineum terletak di antara vulva dan anus, panjangnya rata-rata 4
cm. Jaringan yang mendukung perineum terutama ialah diagfragma
pelvis dan diagfragma urogenitalis (Prawirohardjo, 2009).
c. Organ Reproduksi Interna Wanita
1) Vagina / Liang kemaluan, setelah melewati introtus vagina terdapat
liang kemaluan (vagina) yang merupakan suatu penghubung antara
introtus vagina dengan uterus. Dinding depan dan belakang vagina
berdekatan satu sama lain, masing-masing panjangnyan antara 6-7
cm dan 7-10 cm. Bentuk vangina sebelah dalam yang berlipat-lipat
disebut rugae.
2) Uterus berbentuk sepertu buah avokado atau bauah pir yang sedikit
gepeng ke arah depan belakang. Ukurannya sebesar telur ayam dan
mempunyai rongga.Ukuran panjang uterus 7-7,5 cm, lebar di atas
5,25 cm dan tebal 2,5 cm dan tebal dinding 1,25 cm. Letak uterus
keadaan fifioligis adalah anteversiofleksio/serviks ke depan dan
membentuk sudut dengan vagina, sedangkan korpus uteri ke depan
membentuk sudut dengan serviks uteri.
3) Tuba falloppi terdiri atas :
a) Pars irterstisialis, yaitu bagian yang terdapat di dinding uterus.
b) Pars ismika merupakan bagian medial tuba yang sempit
seluruhnya.
c) Pars ampullaris, yaitu bagian yang berbentuk sebagian saluran
agak lebar, tempat konsepsi terjadi.
d) Infundibulum, yaitu bagian ujung tuba yang terbuka ke arah
abdomen dan mempunyai fimbriae. Fimbriae penting artinya bagi
tuba untuk mengakap telur dan selanjutnya menyalurkan ke dalam
tuba. Bentuk infundibulum seperti anemon / sejenis binatang laut.
4) Ovarium, perempuan pada umumnya mempunyai dua indung telut
kanan dan kiri. Mesovarium menggantung ovarium di bagian
belakang ligamentum latum di kiri dan kanan. Ovarium berukuran
kurang lebih sebesar ibu jari tangan dengan ukuran panjang 4 cm,
lebar dan tebal 1,5 cm ( Prawirohardjo, 2009).
d. Fisiologi Sistem Reproduksi Wanita
Secara garis besar berfungsi sebagai sistem reproduksi dapat
digolongkan sebagai berikut :
1) Genetalia eksterna fungsinya adalah dikhususkan untuk kopulasi
(koitus).
2) Genetalia interna
3) Vagina berfungsi sebagai saluran keluar untuk mengeluarkan darah
haid dan secret lain dari rahim, alat untuk bersenggama, jalan lahir
pada waktu persalinan.
4) Uterus setiap bulan berfungsi dalam siklus haid, tempat janin
tumbuh dan berkembang, berkontraksi terutama sewaktu bersalin.
5) Tuba fallopi berfungsi untuk menyalurkan telur atau hasil konsepsi
kearah kavum uteri dengan arus yang ditimbulkan oleh getaran
rambut getar tersebut.
6) Ovarium berfungsi sebagai saluran telur, menangkap dan membawa
ovum yang dilepaskan oleh indung telur. Tempat terjadinya
pembuahan (Prawihardjo, 2009).
3. Etiologi Sectio Caesarea
Indikasi ibu dilakukan sectio caesarea ialah ruptur uteri iminen,
perdarahan ante partum, ketuban pecah dini. Sedangkan indikasi dari
janin ialah fetal distres dan janin besar melampaui 4.000 gram. (Manuaba,
2010)
Dari beberapa faktor sectio caesarea diatas bisa diuraikan beberapa
penyebab sectio caesarea sebagai berikut:
a. CPD ( Chepalo Pelvik Disproportion )
Chepalo Pelvik Disproportion (CPD) ialah ukuran lingkar panggul ibu
tidak sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yg bisa menyebabkan ibu
tidak bisa melahirkan secara alami. Tulang-tulang panggul adalah
susunan beberapa tulang yang membentuk rongga panggul yang yang
wajib dilalui karena janin ketika mau lahir secara alami. Wujud panggul
yang menunjukkan kelainan /panggul patologis juga bisa menyebabkan
kesulitan dalam proses persalinan alami sehingga wajib di kerjakan
tindakan operasi. Keadann patologis tersebut menyebabkan wujud rongga
panggul menjadi asimetris dan ukuran-ukuran bidang panggul menjadi
abnormal.
b. PEB (Pre Eklamsi Berat)/HDK (Pre Eklamsi Ringan)
Pre Eklamsi dan Eklamsi adalah kesatuan penyakit yang langsung
dikarenakan karena kehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas.
Sesudah perdarahan dan infeksi, Pre Eklamsi dan Eklamsi adalah
penyebab kematian maternal dan perinatal amat penting dlm ilmu
kebidanan. Karena itu diagnosa dini amatlah penting, yaitu mampu
mengenali dan mengobati agar tak berlanjut menjadi eklamsi.
c. KPD (Ketuban Pecah Dini)
Ketuban pecah dini ialah pecahnya ketuban sebelum terdapat gejala
persalinan dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. Sebagian besar
ketuban pecah dini ialah hamil aterm di atas 37 minggu, sedangkan di
bawah 36 minggu.
d. Riwayat Section Caesarea
Section caesarea ulang adalah persalinan dengan section caesarea
yang di lakukan pada seorang pasien yang pernah mengalami section
caesarea pada persalinan sebelumnya, elektif maupun emergency. Hal ini
perlu dilakukan jika ditemui hal-hal seperti: Indikasi yang menetap pada
persalinan sebelumnya seperti Oligohidramnion, dan adanya
kekhawatiran ruptur uteri bekas operasi sebelumnya.
e. Bayi Kembar
Kelahiran kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih
cukup tinggi dari pada kelahiran satu bayi. Selain itu, bayi kembar pun
bisa mengalami sungsang atau letak lintang sehingga sulit buat dilahirkan
secara normal.
f. Faktor Hambatan Jalan Lahir
Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang tidak
memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan bawaan
pada jalan lahir, tali pusat pendek dan ibu sulit bernafas.
g. Letak Sungsang
Letak sungsang adalah keadan dimana janin terletak memanjang
dengan kepala di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum
uteri. Dikenal beberapa jenis letak sungsang, yakni presentasi bokong,
presentasi bokong kaki sempurna, presentasi bokong kaki tidak
sempurna dan presentasi kaki (Syaifuddin, 2009).
4. Manifestasi Klinis
Menurut Prawirohardjo (2007) manifestasi klinis pada klien dengan
post sectio caesarea, antara lain :
1) Kehilangan darah selama prosedur pembedahan 600-800 ml.

2) Terpasang kateter : urine jernih dan pucat.

3) Abdomen lunak dan tidak ada distensi.

4) Bising usus tidak ada.

5) Ketidakmampuan untuk menghadapi situasi baru.

6) Balutan abdomen tampak sedikit noda.

7) Aliran lokhia sedang dan bebas bekuan, berlebihan dan banyak.

5. Patofisiologi
SC merupakan tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat di atas
500 gr dengan sayatan pada dinding uterus yang masih utuh. Indikasi
dilakukan tindakan ini yaitu distorsi kepala panggul, disfungsi uterus,
distorsia jaringan lunak, placenta previa dll, untuk ibu. Sedangkan untuk
janin adalah gawat janin. Janin besar dan letak lintang setelah dilakukan
SC ibu akan mengalami adaptasi post partum baik dari aspek kognitif
berupa kurang pengetahuan. Akibat kurang informasi dan dari aspek
fisiologis yaitu produk oxsitosin yang tidak adekuat akan mengakibatkan
ASI yang keluar hanya sedikit, luka dari insisi akan menjadi post de entris
bagi kuman. Oleh karena itu perlu diberikan antibiotik dan perawatan luka
dengan prinsip steril. Nyeri adalah salah utama karena insisi yang
mengakibatkan gangguan rasa nyaman.
Sebelum dilakukan operasi pasien perlu dilakukan anestesi bisa
bersifat regional dan umum. Namun anestesi umum lebih banyak
pengaruhnya terhadap janin maupun ibu anestesi janin sehingga kadang-
kadang bayi lahir dalam keadaan upnoe yang tidak dapat diatasi dengan
mudah. Akibatnya janin bisa mati, sedangkan pengaruhnya anestesi bagi
ibu sendiri yaitu terhadap tonus uteri berupa atonia uteri sehingga darah
banyak yang keluar. Untuk pengaruh terhadap nafas yaitu jalan nafas yang
tidak efektif akibat sekret yan berlebihan karena kerja otot nafas silia yang
menutup. Anestesi ini juga mempengaruhi saluran pencernaan dengan
menurunkan mobilitas usus.
Seperti yang telah diketahui setelah makanan masuk lambung akan
terjadi proses penghancuran dengan bantuan peristaltik usus. Kemudian
diserap untuk metabolisme sehingga tubuh memperoleh energi. Akibat
dari mortilitas yang menurun maka peristaltik juga menurun. Makanan
yang ada di lambung akan menumpuk dan karena reflek untuk batuk juga
menurun. Maka pasien sangat beresiko terhadap aspirasi sehingga perlu
dipasang pipa endotracheal. Selain itu motilitas yang menurun juga
berakibat pada perubahan pola eliminasi yaitu konstipasi. (Saifuddin,
Mansjoer & Prawirohardjo, 2002)
WOC

Insufisiensi plasenta Sirkulasi Cemas pada janin


uteroplasenta↓

Tidak timbul HIS


Kadar kortisol ↓
(merupakan
Faktor predisposisi : metabolisme
Ketidak seimbangan sepalo Tidak ada perubahan
karbohidrat, protein dan
pelvic pada serviks
lemak)
Kehamilan kembar
Distress janin
Presentsi janin
Preeklampsi / eklampsi Kelahiran terhambat

Post date

SC

Persalinan tidak
normal

Kurang Estrogen
Nifas
pengetahuan meningkat
(post
pembedahan)
Nyeri Penurunan laktasi
Ansietas
Intoleransi
Aktivitas
Resti Infeksi Ketidakefektifan
Ansietas menyusui
6. Pemeriksaan Penunjang
1) Darah lengkap, golongan darah (ABO)

2) Urinalis untuk mengetahui kadar albumin

3) Kultur mengidentifikasi adanya virus herpes simplex II

4) Ultrasonografi melokalisasi lasenta, menentukan pertumbuhan dan


presentasi janin

7. Penatalaksanaan
Teknik SC transperitaneal profunda
1) Persiapan pasien
Pasien dalam posisi trandenburg ringan. Dilakukan anastesi spinal /
peridural pada oprasi efektif atau anastesi umum pada darurat alat
operasi, obat dan darah dipersiapkan

2) Pelaksanaan
1) Mula-mula dilakukan disinfeksi pada dinding perut dan lapangan
oprasi dipersempit dengan kain suci hama.

2) Pada dinding perut dibuat insisi mediana mulai dari atas simpisis
ampai dibawah umbilikus lapis demi lais sehingga kavum
peritonium terbuka.

3) dalam rongga perut disekitar rahim dilingkari dengan kasa


laparotomi

4) Dibuat bladder flap yaitu dengan menggunting peritonium kandung


kencing di depn segmen bawah rahim secara melintang pada
vesikouterma ini disisihkan secara tumpul ke arah bawah dan
samping dilindungi dengan spekulum kandung kencing
5) Dibuat insisi pada segmen bawah rahim 1 cm dibawah irisan
plikavesikouretra tadi sc tajam dengan pisau sedang ± 2 cm.
Kemudian diperlebar sc melintang secara tumpul dengan kedua jari
telunjuk operator. Arah insisi pada segmen bawah rahim dapat
melintang (transversal)

6) Setelah kavum uteri terbuka selaput ketuban dipecahkan, janin


dilahirkan. Badan janin dilahirkan dengan mengait kedua ketiaknya.
Tali pusat dijepit dan diotong plasenta dilahirkan secara manual ke
dalam otot rahim intramuscular disuntik oksitosin. Laisan dinding
rahim dijahit :

Lapisan I: Dijahit jelujur pada endometrium dan miometrium

Lapisan II: Dijahit jelujur hanya pada miometrium saja

Lapisan III: Dijahit jelujur pada plika vesikoureterina

7) Setelah dinding rahim selesai dijahit kedua admeksa dieksplorasi


8) Rongga perut dibersihkan dari sisa-sisa darah dan akhirnya luka
dinding perut dijahit
8. Komplikasi Sectio Caesarea
Pembedahan Sectio Caesaria menurut Mochtar (2015) antara lain :

a. Infeksi puerperal (nifas)

Yaitu sebelum pembedahan telah ditentukan gejala-gejala infeksi


intra partum. Infeksi dikatakan ringan apabila hanya terjadi peningkatan
suhu tubuh beberapa hari saja. Infeksi berat bila terdapat tanda infeksi
sedang disertai peritonitis, sepsis dan ileus paralitik. Pada kasus seperti
partus yang terlantar dan ketuban pecah dini biasanya yang terjadi
infeksi.

b. Perdarahan
Pada Sectio Caesaria banyak pembuluh darah yang terputus dan
terbuka dari pada persalinan normal karena atonia uteri serta pelepasan
plasenta banyak mengeluarkan darah.

c. Emboli Pulmonal

Emboli terjadi karena pada pasien Sectio Caesaria dilakukan insisi


pada abdomen dan mobilisasi yang kurang jika dibandingkan dengan
kelahiran normal.
9. Diagnosa Banding
1)
II. Pengkajian Keperawatan
Asuhan masa nifas adalah penatalaksanaan asuhan yang diberikan pada
pasien mulai dari saat setelah lahirnya bayi sampai dengan kembalinya tubuh
dalam keadaan seperti sebelum hamil atau mendekati keadaan sebelum hamil
(Saleha, 2009).
Pengumpulan data pada pasien dan keluarga dilakukan dengan cara
anamnesa, pemeriksaan fisik dan melalui pemeriksaan penunjang (hasil
laboratorium).
A. Wawancara
1. Identitas
Mengkaji identitas pasien dan penanggung yang meliputi ; nama,
umur, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan,
perkawinan ke- , lamanya perkawinan dan alamat.
2. Alasan Dirawat
Kaji apakah ibu merasakan keluhan pada masa nifas. Kaji adanya
sakit perut, perdarahan, dan ketakutan untuk bergerak
3. Riwayat Masuk Rumah Sakit
Kaji riwayat kesehatan ibu dan keluarga serta keadaan bayi saat ini
meliputi berat badan, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar perut, dan
lain-lain.
4. Riwayat Obstertri dan Ginokologi
Kaji riwayat menstruasi yang meliputi menarche, siklus, banyak,
lama, keluhan, dan HPHT. Kaji juga riwayat pernikahan, riwayat
kelahiran, persalinan, nifas yang lal, dan riwayat keluarga berencana
yang meliputi akseptor KB, msalah, dan rencana KB.
5. Pola Kebutuhan Sehari-Hari
a. Bernafas
Kaji kemampuan ibu dalam bernafas secara sepontan.
b. Nutrisi
Kaji pola menu makanan yang dikonsumsi, jumlah, jenis
makanan (Kalori, protein, vitamin, tinggi serat), frekuensi, konsumsi
snack (makanan ringan), nafsu makan, pola minum, jumlah, frekuensi.
Kehilangan nafsu makan mungkin dikeluhkan kira-kira hari ketiga.
c. Eliminasi
Apakah terjadi diuresis, setelah melahirkan, adakah
inkontinensia (hilangnya infolunter pengeluaran urin), hilangnya
kontrol blas, terjadi over distensi blass, apakah perlu bantuan saat
BAK. Pola BAB, frekuensi, konsistensi, rasa takut BAB karena luka
perineum, kebiasaan penggunaan toilet. Diuresis biasanya terjadi
diantara hari kedua dan kelima.
d. Aktivitas
Kemampuan mobilisasi beberapa saat setelah melahirkan,
kemampuan merawat diri dan melakukan eliminasi, kemampuan
bekerja dan menyusui.
e. Istirahat dan Tidur
Lamanya, kapan (malam, siang), rasa tidak nyaman yang
mengganggu istirahat, penggunaan selimut, lampu atau remang-
remang atau gelap, apakah mudah terganggu dengan suara-suara,
posisi saat tidur (penekanan pada perineum). Insomnia mungkin
teramati.
f. Personal Hygine
Yang dikaji yaitu, pola mandi, kebersihan mulut dan gigi,
penggunaan pembalut dan kebersihan genitalia, pola berpakaian, tata
rias rambut dan wajah.
g. Rasa nyaman
Nyeri tekan payudara/pembesaran dapat terjadi diantara hari 3
sampai ke-5 pasca partum.
h. Rasa Aman
Peka rangsang, takut/menangis (“postpartum blues”sering
terlihat kira-kira 3 hari setelah melahirkan).
i. Suhu
Kaji ada tidaknya perubahan suhu badan ibu dengan rentang
normal yaitu 36-37oC.
j. Ibadah
Kaji adakah perubahan cara atau waktu ibadah ibu selama masa nifas.
k. Hubungan sosial dan komunikasi
Kaji adakah perubahan pola komunikasi ibu pada keluarga dan
lingkungannya selama fase nifas.
l. Produktivitas
Kaji adakah perubahan produktivitas ibu selama berada dalam
fase nifas.
m. Rekreasi dan hiburan
Yang dikaji situasi atau tempat yang menyenangkan, kegiatan
yang membuat fresh dan relaks.
n. Kebutuhan belajar
Kaji adakah perubahan minat ibu untuk mempelajari tentang
perawatan ibu dan bayi selama masa nifas.
B. Pemeriksaan Fisik

1) Keadaan Umum

Observasi tingkat kesadaran dan keadaan emosi ibu

2) Tanda-tanda vital
a) Tekanan darah
Tekanan darah bisa meningkat pada 1-3 hari post partum. Setelah
persalinan sebagian besar wanita mengalami peningkatan tekananan
darah sementara waktu. Keadaan ini akan kembali normal selama
beberapa hari. Bila tekanan darah menjadi rendah menunjukkan
adanya perdarahan post partum. Sebaliknya bila tekanan darah tinggi,
dapat menunjuk kemungkinan adanya pre-eklampsi yang bisa timbul
pada masa nifas.
b) Suhu
Pada hari ke 4 setelah persalinan suhu ibu bisa naik sedikit
kemungkinan disebabkan dari aktivitas payudara. Bila kenaikan
mencapai lebih dari 38oC pada hari kedua sampai hari-hari berikutnya,
harus diwaspadai adanya infeksi atau sepsis nifas.
c) Nadi
Denyut nadi ibu akan melambat sampai  sekitar 60 x/menit
yakni pada waktu habis persalinan karena ibu dalam keadaan istiraha
penuh. Ini terjadi utamanya pada minggu pertama post partum. Pada
ibu yang nervus nadinya bisa cepat, kira-kira 110x/menit. Bisa juga
terjadi gejala shock karena infeksi khususnya bila disertai
peningkatan.
d) Pernafasan
Pada umumnya respirasi lambat atau bahkan normal. Bila ada
respirasi cepat pospartum (> 30 x/menit) mungkin karena adanya
ikutan dari tanda-tanda syok.
3) Pemeriksaan fisik / Head to toe

a) Kepala

Memeriksa apakah terjadi edema pada wajah. Memeriksa apakah


konjungtiva pucat, apakah skelera ikterus, dan lain-lain

b) Leher
Hiperpigmentasi perlahan berkurang, kaji pembesaran kelejar
tiroid, pembuluh limfe, dan pelebaran vena jugularis.
c) Thorak
- Payudara: payudara membesar, uting mudah erektil, pruduksi
kolostrums /48 jam. Kaji ada tidaknya massa, atau pembesaran
pembuluh limfe.
- Jantung: kaji munculnya bradikardi, S1S2 reguler tunggal
- Paru: kaji pernafasa ibu
d) Abdomen
Kaji bising usus pada empat kuadran, konsistensi, kekuatan
kontraksi, posisi, tinggi fundus. Kaji adanya linea gravidarum, strie
alba, albican.
e) Genetalia
- Uterus: kaji apakah kondisi uterus sudah kembali dalam kondisi
normal.
- Lokhea: periksa tipe, jumlah, bau, dan komposisi lokhea
- Serviks: kaji adanya edema, distensi, dan perubahn struktur internal
dan eksternal.
- Vagina: kaji adanya berugae, perubahan bentuk, dan produksi
mukus normal.
f) Perinium dan Anus
Pemeriksaan perineum: REEDA (red, edema, ecchymosis,
discharge, loss of approximation). Dan kaji ada tidaknya hemoroid.
g) Ekstremitas
Periksa apakah tangan dan kaki edema, pucat pada kuku jari,
hangat, adanya nyeri dan kemerahan, varises, refleks patella, dan kaji
homans’ sign (nyeri saat kaki dorsofleksi pasif).
C. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan darah
Beberapa uji laboratorium biasa segera dilakukan pada periode pasca
partum. Nilai hemoglobin dan hematokrit seringkali dibutuhkan pada
hari pertama pada partum, untuk mengkaji kehilangan darah pada saat
melahirkan.
b. Pemeriksaan urin
Pegambilan sampel urin dilakukan dengan menggunakan cateter atau
dengan tehnik pengambilan bersih (clean-cath) spisimen ini dikirim ke
laboratorium untuk dilakukan urinalisis rutin atau kultur dan sensitivitas
terutama jika cateter indwelling di pakai selama pasca inpartum. Selain
itu catatan prenatal ibu harus di kaji untuk menentukan status rubelle
dan rhesus dan kebutuhan therapy yang mungkin (Bobak, 2004).

D. Analisa Data

Data Penyebab Masalah


Mayor 1). Agen pencedera fisiologis Nyeri akut (D.0077) :
a) Subjektif : (mis. inflamasi, iskemia, Pengalaman sensorik
mengeluh nyeri, neoplasma). atau emosional yang
merasa depresi 2). Agen pencedera kimiawi berkaitan dengan
(tertekan) (mis. terbakar, bahan kimia kerusakan jaringan
b) Objektif : tampak iritan) aktual atau fungsional,
meringis, gelisah, 3). Agen pencedera fisik dengan onset mendadak
tidak mampu (mis. abses, amputasi, atau lambat dan
menuntaskan terbakar, terpotong, berintensitas ringan
aktivitas mengangkat berat, hingga berat yang
Minor prosedur operasi, trauma, berlangsung kurang dari
a) Subjektif : merasa latihan fisik berlebihan) 3 bulan
takut mengalami
cidera berulang
b) Objektif :
bersikap protektif
(misalkan posisi
menghindar nyeri,
waspada,
anoreksia
Mayor 1). Gejala penyakit Gangguan rasa nyaman
a) Subjektif : 2). Kurang pengendalian (D.0074) :
mengeluh tidak situasional/lingkungan Perasaan kurang senang,
nyaman 3). Ketidak adekuatan sumber lega dan sempurna dalam
b) Objektif : gelisah daya dimensi fisik,
Minor 4). Gangguan stimulus psikospiritual,
a) Subjektif : lingkungan llingkungan dan sosial
mengeluh susah 5). Gangguan adaptasi
tidur, tidak mampu kehamilan
rileks, mengeluh
lelah
b) Objektif :
menunjukan gejala
distress, tampak
merintih, atau
menangis
Mayor : - Kesiapan persalinan
a) Subjektif : (D.0070):
- menyatakan
keinginan untuk Pola mempersiapkan,
menerapkan mempertahankan dan
gaya hidup yang memperkuat proses
tepat untuk kehamilan dan persalinan
persalinan serta perawatan bayi baru
- mengatakan rasa lahir
percaya diri
menjalani
persalinan
b) Objektif : -
Minor :
a) Subjektif : -
b) Objektif :
menunjukan prilaku
proaktif selama
persiapan
persalinan

Mayor 1). Krisis situasional Ansietas (D.0080) :


a) Subjektif : meras 2). Kebutuhan tidak terpenuhi Kondisi emosi dan
bingung, merasa 3). Krisis maturasional pengalaman subjektif
khawatir dengan 4). Ancaman terhadap konsep individu terhadap objek
akibat dari kondisi diri yang tidak jelas dan
yang dihadapi 5). Ancaman terhadap spesifik akibat
b) Objektif : tampak kematian antisipasi bahaya yang
gelisah, sulit tidur, 6). Kekhawatiran mengalami memungkinkan individu
tampak tegang kegagalan melakukan tindakan
Minor 7). Disfungsi sistem keluarga untuk menghadapi
a) Subjektif : 8). Hubungan orangtua-anak ancaman.
mengeluh pusing, yang tidak memuaskan
anoreksia, merasa 9). Faktor keturunan
tidak berdaya (temperamen mudah
b) Objektif : frekuensi teragitasi sejak lahir)
nafas nadi dan 10). Penyalahgunaan zat
tekanan darah 11). Terpapar bahaya
meningkat, tremor, lingkungan (mis. toksin,
muka tampak polutan).
pucat, kontak mata 12). Kurang terpaparnya
buruk informasi

1). Mayor 1). Efek prosedur invasive Risiko infeksi (D.0142) :


a) Subjektif : - 2). Malnutrisi Berisiko mengalami
b) Objektif : - 3). Ketidakadekuatan peningkatan terserang
2). Minor pertahanan tubuh primer : organisme patogenik.
a) Subjektif : - - Ketuban pecah lama Faktor risiko : Penyakit
b) Objektif : - - Ketuban pecah sebelum kronis, efek prosedur
waktunya invasif, peningkatan
- Status cairan tubuh paparan organisme
4). Ketidakadekuatan patogen lingkungan
pertahanan tubuh sekunder : (ketuban pecah sebelum
- Penurunan hemoglobin waktunya).
1). Mayor 1). Keterbatasan kognitif Defisit pengetahuan
a) Subjektif : 2). Gangguan fungsi kognitif (D.0111) :
menanyakan 3). Kekeliruan mengikuti Ketiadaan atau
masalah yang anjuran kurangnya informasi
dihadapi 4). Kurang terpapar informasi kognitif yang berkaitan
b) Objektif : 5). Kurang minat dalam belajar dengan topik tertentu
menunjukan 6). Kurang mampu mengingat
persepsi yang salah 7). Ketidaktahuan menemukan
terhadap masalah sumber informasi
2). Minor
a) Subjektif : -
b) Objektif :
menunjukan
perilaku berlebihan
(misalkan apatis,
bermusuhan,
histeria)

A. Diagnosa keperawatan yang Mungkin Muncul


Berdasarkan Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI, 2017) diagnosa
yang mungkin muncul pada ibu post partum antara lain :
1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis (D.0077).
2. Gangguan rasa nyaman b.d gangguan adaptasi kehamilan (D.0074).
3. Kesiapan persalinan b.d status kesehatan ibu dan janin sehat
(D.0070).
4. Ansietas b.d kondisi kehamilan perinatal (D.0080).
5. Risiko infeksi d.d Ketuban pecah sebelum waktunya (D.0142).
6. Defisit pengetahuan b.d ketidaktahuan menemukan sumber
informasi (D.0111).

B. Rencana Asuhan Keperawatan


1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis (D.0077).
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … jam diharapkan tingkat
nyeri dapat menurun (L.08066).
Kriteria Hasil :
1). Keluhan nyeri menurun
2). Meringis menurun
3). Gelisah menurun
4). Kesulitan tidur menurun
Rencana tindakan (I.03121) :
1). Identifikasi lokasi, karateristik, durasi, frekuensi,kualitas, intensitas
nyeri
2). Identifikasi skala nyeri
3). Identifikasi respons nyeri non verbal
4). Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
Terapeutik
1). Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Edukasi
1). Jelaskan strategi meredakan nyeri
Kolaborasi
1).Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
2. Gangguan rasa nyaman b.d gangguan adaptasi kehamilan (D.0074).
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … jam diharapkan status
kenyamanan pasien meningkat(L.08064).
Kriteria Hasil :
1). Keluhan tidak nyaman menurun
2). Gelisah menurun
Rencana tindakan I.14561 :
Observasi
1). Monitor tanda tanda vital
2). Timbang berat badan
Terapeutik
1). Pertahankan postur tubuh yang benar
2). Lakukan perawatan kebersihan gigi dan mulut secara teratur
3). Jaga kebersihan vulva dan vagina
Edukasi
1). Anjurkan menghindari kelelahan
2). Ajarkan teknik relaksasi
Kolaborasi
1). Kolaborasi pemeriksaan laboratorium
3. Kesiapan persalinan b.d status kesehatan ibu dan janin sehat (D.0070)
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … jam diharapkan status
antepartum pasien membaik(L.07059).
Kriteria hasil :
1). Nausea menurun
2). Muntah menurun
3). Tekanan darah membaik
Rencana tindakan I.12437 :
Observasi
1). Identivikasi tingkat pengetahuan pasien
Terapeutik
1). Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
2). Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
3). Berikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi
1). Jelaskan metode persalinan yang ibu inginkan
2). Anjurkan ibu cukup nutrisi
3). Anjurkan ibu mengenali bahaya persalinan
4. Ansietas b.d kondisi kehamilan perinatal (D.0080)
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … jam diharapkan status
tingkat ansietas pasien menurun(L.09093).
Kriteria hasil :
1). Prilaku gelisah menurun
2). Pola tidur membaik
Rencana tindakan I.09314
Observasi
1). Identifikasi saat tingkat ansietas berubah
2). Monitor tanda tanda ansietas
Terapeutik
1). Pahami situasi yang membuat ansietas
2). Dengarkan dengan penuh perhatian
3). Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
Edukasi
1). Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien, jika perlu
2). Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
1). Kolaborasi pemberian obat anti ansietas, jika perlu
5. Risiko infeksi b.d ketuban pecah sebelum waktunya (D.0142)
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … jam diharapkan status
tingkat infeksi pasien menurun(L.14137).
Kriteria hasil :
1). Demam menurun
2). Nyeri menurun
3). Kadar sel darah putih membaik
Rencana tindakan I.14539:
Observasi
1). Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan
sistemik
Terapeutik
1). Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
pasien dan lingkungan pasien
Edukasi
1). Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2). Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
Kolaborasi
1). Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu
6. Defisit Pengetahuan b.d Ketidaktahuan menemukan sumber informasi
(D.0111)
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … jam diharapkan tingkat
pengetahuan pasien meningkat (L.12111).
Kriteria hasil :
1). Kemampuan menjelaskan pengetahuan tentang satu topic meningkat
2). Kemampuan menggambarkan pengalaman sebelumnya yang sesuai
dengan topik
Rencana tindakan I.12383 :
Observasi
1). Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima Informasi
Terapeutik
1). Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
2). Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
Edukasi
1). Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat

Anda mungkin juga menyukai