Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH KEPERAWATAN SISTEM INTEGUMEN

LUKA BAKAR

Dosen Pembimbing :

Okky Rachmad Ngakili, S. Kep.,Ns.,M. Kep

Oleh :

Berianata Ayu Pamungkas

141.0026

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA

2017

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi oleh dokter, jenis
yang berat memperlihatkan morbiditas dan derajat cacat yang relatif tinggi
dibandingkan dengan cedera oleh sebab lain .Biaya yang dibutuhkan juga cukup
mahal untuk penanganannnya. Penyebab luka bakar selain karena api ( secara
langsung ataupun tidak langsung ), juga karena pajanan suhu tinggi dari matahari,
listrik maupun bahan kimia. Luka bakar karena api atau akibat tidak langsung dari
api ( misalnya tersiram panas ) banyak terjadi pada kecelakaan rumah tangga.
(Sjamsuhidajat, 2005 )

Dengan memperhatikan prinsip- prinsip dasar resusitasi pada trauma dan


penerapannya pada saat yang tepat diharapkan akan dapat menurunkan sekecil
mungkin angka-angka tersebut diatas. Prinsip-prinsip dasar tersebut meliputi
kewaspadaan akan terjadinya gangguan jalan nafas pada penderita yang
mengalami trauma inhalasi, mempertahankan hemodinamik dalam batas normal
dengan resusitasi cairan, mengetahui dan mengobati penyulit- penyulit yang
mungkin terjadi akibat trauma listrik, misalnya rabdomiolisis dan disritmia
jantung. Mengendalikan suhu tubuh dan menjuhkan / mengeluarkan penderita dari
lingkungan trauma panas juga merupakan prinsip utama dari penanganan trauma
termal.( American College of Surgeon Committee on Trauma, 1997)

Kulit adalah organ kompleks yang memberikan pertahanan tubuh pertama


terhadap kemungkinan lingkungan yang merugikan. Kulit melindungi tubuh
terhadap infeksi, mencegah kehilangan cairan tubuh, membantu mengontrol suhu
tubuh, berfungsi sebagai organ eksretori dan sensori, membantu dalam proses
aktivasi vitamin D, dan mempengaruhi citra tubuh. Luka bakar adalah hal yang
umum, namun merupakan bentuk cedera kulit yang sebagian besar dapat dicegah.(
Horne dan Swearingen, 2000 )

2
1.2 Rumusan masalah

1. Apa definisi luka bakar ?

2. Apa patofisiologi luka bakar ?

3. Apa etiologi luka bakar ?

4. Bagaimana klasifikasi luka bakar ?

5. Bagaimana pengkajian pada luka bakar ?

1.3 Tujuan

1. Agar Mahasiswa lebih mengetahui dan memahami tentang Luka Bakar

2. Agar Mahasiswa dapat mengetahui tentang klasifikasi Luka Bakar

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Luka bakar adalah kerusakan secara langsung maupun yang tidak langsung
pada jaringan kulit yang tidak menutup kemungkinan sampai organ dalam, yang
disebabkan oleh panas, sengatan listrik, bahan kimia, petir dan radiasi. Luka bakar
pada umumnya terjadi pada kulit yang mempunyai peranan penting dalam
keseimbangan suhu tubuh, mempertahankan cairan tubuh, juga pertahanan tubuh
dari infeksi.
Luka bakar atau Combusio adalah luka yang disebabkan oleh kontak dengan
suhu tinggi seperti api, air panas, listrik, bahan kimia, dan radiasi. (A.Mansjoer
dkk, 2000).
Luka bakar adalah rusak atau hilangnya jaringan yang disebabkan kontak
dengan sumber panas seperti kobaran api di tubuh (flame), jilatan api ketubuh
(flash), terkena air panas (scald), tersentuh benda panas (kontak panas), akibat
sengatan listrik, akibat bahan-bahan kimia, serta sengatan matahari (sunburn)
(Moenajat, 2001).
Cedera luka bakar memiliki beragam penyebab dan berpotensi menyebabkan
kematian atau cedera yang berdampak seumur hidup pada pasien yang mengalami
cedera luka bakar.

2.2 Etiologi

menurut penyebabnya luka bakar dapat dibagi dalam beberapa jenis, meliputi hal-
hal berikut ini.

a. Panas basah (luka bakar) yang disebabkan oleh air panas (misalnya : teko
atau minuman)

b. Luka bakar dari lemak panas akibat memasak lemak

c. Luka bakar akibat api unggun, alat pemagang, dan api yang disebabkan
oleh merokok di tempat tidur.

4
d. Benda panas (misalnya radiator)

e. Radiasi (terbakar sinar matahari)

f. Luka bakar listrik akibat buruknya pemeliharaan peralatan listrik.


Mugnkin tidak jelas adanya keruakan kulit, tetapi biasanya terdapat titik
masuk dan keluar. Luka bakar tersengat listrik dapat menyebabkan aritmia
jantung dan pasien ini harus mendapat pemantauan jantung minimal
selama 24 jam setelah cedera.

g. Luka bakar akibat zat kimia, disebabkan oleh zat asam dan basa yang
sering menghasilkan kerusakan kulit yang luas. Antidot untuk zat kimia
harus diketahui dan digunakan untuk menetralisir efeknya.

h. Cedera inhalasi terjadi akibat pajangan gas panas, ledakan, dan luka bakar
pada kepala dan leher, atau tertahan di ruangan yang dipenuhi asap.

2.3 Patofisiologi

Luka bakar disebabkan oleh pengalihan energi dari suatu sumber panas
kepada tubuh. Panas dapat dipindahkan lewat hantaran atau radiasi
elektromagnetik. Luka bakar dapat dikelompokan menjadi luka bakar temal,
radiasi, luka bakar elektrik, atau kimia. Destruksi jaringan terjadi akibat koagulasi,
denaturasi protein atau ionisasi isi sel. Kulit dan mukosa saluran napas atas
merupakan lokasi destruksi jaringan. Jaringan yang dalam, termasuk organ visera,
dapat mengalami kerusakan karena luka bakar elektrik, atau luka bakar yang lama
dengan agen penyebab, nekrosis dan kegagalan organ dapat terjadi.
Dalamnya luka bakar bergantung pada suhu agen penyebab luka bakar dan
lamanya kontak dengan agen tersebut. Reaksi panas menyebabkan kerusakan
jaringan kulit, ujung-ujung saraf, dan pembuluh darah. Kerusakan pada kulit
berhubungan dengan : suhu penyebab luka bakar, penyebab panas, lama terbakar,
jaringan ikat yang terkena, lapisan dari struktur kulit yang terkena menyebabkan
penururnan fungsi proteksi, kegagalan mengatur temperature, meningkatkan
resiko infeksi, perubahan fungsi sensori, kehilangan cairan, kegagalan regenerasi
kulit, kegagalan fungsi ekskresi dan sekresi.

5
Keseimbangan cairan, terdapat peningkatan permeabilitas kapiler yang
menyebabkan keluarnya plasma dan protein kejaringan yang menyebabkan
terjadinya edema dan kehilangan cairan intravascular. Kehilangan cairan juga
disebabkan karena evaporasi yang meningkat 4-15 kali evaporasi pada kulit
normal. Peningkatan metabolisme jyga dapat menyebabkan kehilangan cairan
melalui sisitem pernapasan.
Fungsi jantung juga terpengaruh oleh luka bakar diantaranya penurunan curah
jantung, yang disebabkan karena kehilangan cairan plasma. Perubahan hematologi
berat disebabkan kerusakan jaringan dan perubahan pembuluh darah yang terjadi
pada luka bakar yang luas. Peningkatan permeabilitas kapiler menyebabkan
plasma pindah ke ruang interstisial. Dalam 48 jam pertama setelah kejadian,
perubahan cairan menyebabkan hipovolemia dan jika tidak ditanggulangi dapat
mnyebabkan klien jatuh pada syok hipovolimia.
Kebutuhan metabolik sangat tinggi pada klien dengan luka bakar. Tingkat
metabolik yang tinggi akan sesuai dengan luas luka bakar sampai dengan luka
bakar tersebut menutup. Hipermetabolisme juga terjadi karena cidera itu sendiri,
intervensi pembedahan dan respon stress. Katabolisme yang berat juga terjadi
yang disebabkan karena keseimbangan nitrogen yang negative, kehilangan berat
badan dan penurunan disebabkan karena respon terhadap stress. Ini menyebabkan
peningkatan kadar glukagon yang dapat menyebabkan hiperglikemia.
Insufiensi renal akut dapat terjadi disebabkan karena hipovolemia dan
penurunan curah jantung. Kehilangan cairan dan tidak adekuatnya pemberian
cairain dapat menyebabkan penurunan aliran darah ke ginjal dan glumerular
filtration rate. Pada luka bakar yang disebabkan karena listrik dapat menyebabkan
kerusakan langsung atau pembentukan mioglobin casts (karena kerusakan otot)
yang dapat menyababkan nekrosis tubular renal akut dan gagal ginjal. Efek
terhadap paru disebabkan karena menghisap asap. Hiperventilasi biasanya
berhubungan dengan luas luka bakar. Peningkatan ventilasi berhubungan dengan
keadaan hipermetabolik, takut, cemas dan nyeri.
Sistem imun, dengan adanya kerusakan kulit menyebabkan kehilangan
mekanisme pertahanan pertama terhadap infeksi. Sistem imun mengalami depresi,
suatu penurunan dalam produksi immunoglobulin, ganguan pada fungsi neotropil

6
dan macrophage dapat terjadi pada klien yang mengalami luka bakar yang luas.
Perubahan-perubahan ini meningkatkan resiko terjadinya infeksi dan sepsis yang
mengancam kelangsungan hidup klian.
Masalah gastrointestinal yang mungkin terjadi adalah pembengkakan
lambung, ulkuspeptikum dan ileus paralitik. Respon ini disebabkan karena
kehilangan cairan, perpindahan cairan, imobilisasi, penurunan moltilitas lambung
dan respon terhadap stress. Insufiensi renal akut dapat terjadi yang disebabkan
karena hipovolemia dan penuruna kardiak output. Kehilangan cairan dan tidak
adekuatnya pemberian cairan dapat menyebabkan penurunan aliran darah ke
ginjal dan glomerular filtration rate. Yang menyebabkan oliguri. Aliran darah
menuju usus juga berkurang, yang pada akhirnya dapat terjadi ileus intestinal dan
disfungsi gastrointestinal pada klien dengan luka bakar lebih dari 25%.

2.4 Klasifikasi

Respons luka bakar terhadap tubuh bergantung pada kondisi kedalaman dan
luas dari cedera luka bakar. Semakin dalam dan semakin luas cedera akan dapat
memengaruhi respons sistemik baik sistem kardiovaskular, pernapasan, kondisi
cairan-elektrolit, urinarius, dan gastrointestinal.

Kedalaman luka bakar dapat dibagi ke dalam 4 kategori yang didasarkan pada
elemen kulit yang rusak.
1). Superficial (derajat I)
Hanya mengenai lapisan epidermis.Luka tampak merah muda cerah
sampai merah (eritema ringan sampai berat). Kulit memucat bila
ditekan.Edema minimal. Tidak ada blister. Kulit hangat/kering.
Nyeri/hyperethetic. Nyeri berkurang dengan pendinginan. Ketidak
nyamanan berakhir kira-kira dalam waktu 48 jam. Dapat sembuh spontan
dalam 3-7 hari.
2). Partial thickness (derajat II)
Partial tihckness dikelompokan menjadi 2, yaitu superficial partial
thickness dan deep partial thickness. Mengenai epidermis dan dermis.

7
Luka tampak merah sampai merah muda. Terbentuk blister, edema, nyeri,
sensitif terhadap udara dingin.
Penyembuhan luka :
a). Superficial partial thickness : 14 21 hari
b). Deep partial thickness : 21 28 hari
(Namun demikian penyembuhannya bervariasi tergantung dari kedalaman
dan ada tidaknya infeksi).
3). Full thickness (derajat III)
Mengenai semua lapisan kulit, lemak subkutan dan dapat juga mengenai
permukaan otot, dan persarafan dan pembuluh darah. Luka tampak
bervariasi dari berwarna putih, merah sampai dengan coklat atau hitam.
Tanpa ada blister. Permukaan luka kering dengan tektur kasar/keras,
edema, sedikit nyeri atau bahkan tidak ada rasa nyeri. Tidak mungkin
terjadi penyembuhan luka secara spontan. Memerlukan skin graft. Dapat
terjadi scar hipertropik dan kontraktur jika tidak dilakukan tindakan
preventif.
4). Fourth degree (derajat IV)
Mengenai semua lapisan kulit, otot dan tulang.

8
Luas Luka Bakar
Wallace membagi tubuh atas bagian 9% atau kelipatan 9 yang terkenal dengan
nama rule of nine atau rule of wallace yaitu:
1). Kepala dan leher : 9%
2). Lengan masing-masing 9% : 18%
3). Badan depan 18%, badan belakang 18% : 36%
4). Tungkai maisng-masing 18% : 36%
5). Genetalia/perineum : 1%
Total : 100%

9
2.5 Manifestasi Klinis

Gangguan tajam penglihatan, nyeri pada area luka bakar, mual, gangguan
ketangkasan, muntah, dizines, sincope, takipnea, takikardia, resiko terjadinya
infeksi dan sepsis yang mengancam kelangsungan hidup klien.

2.6 Penatalaksanaan

Tujuan dasar penatalaksanaan adalah untuk membantu proses regenerasi kulit


akibat luka bakar, mengidentifikasi infeksi, serta mengidentifikasi status cairan.
Cara yang biasanya digunakan untuk mengatasi luka bakar adalah :
1. Hidroterapi
Membersikan luka dapat dilakukan dengan cara hidroterapi. Hidroterapi ini terdiri
dari merendam dan dengan shower. Tindakan ini dilakukan selama 30 menit atau

10
kurang untuk klien dengan luka bakar akut, dibersihkan secara perlahan atau hati-
hati dengan menggunakan berbagai macam larutan seperti sodium hipokloride,
profidon iodine dan chlorohexidine. Jika hidroterapi tidak dilakukan, maka luka
dapat dibersihkan dan dibilas diatas tempat tidur klien dan ditambahkan dengan
penggunaan zat antimikroba.
2. Debridemen
Debridemen luka meliputi pengangkatan eschar. Tindakan ini dilakukan untuk
meningkatkan penyembuhan luka melalui pencegahan proliferasi bakteri di bagian
bawah eschar. Debridemen luka pada luka bakar meliputi debridement secara
mekanik, debridement enzimatik dan dengan tindakan pembedahan
3. Obat-obatan
a. Antibiotika : Tidak diberikan bila klien datang <6 jam sejak kejadian
Bila perlu berikan antibiotika sesuai dengan pola kuman dan sesuai hasil
kultur.
b. Analgetik : Kuat (Morfin, petidin)
c. Antasida : Kalau perlu

2.7 Komplikasi

a). Gangguan Jalan nafas.


Paling dini muncul dibandingkan komplikasi lainnya, muncul pada hari pertama.
Terjadi karena inhalasi, aspirasi, edema paru dan infeksi. Penanganan dengan
jalan membersihkan jalan nafas, memberikan oksigen, trakeostomi, pemberian
kortikosteroid dosis tinggi dan antibiotika.
b). Curlings ulcer (ulkus Curling).
Ini merupakan komplikasi serius, biasanya muncul pada hari ke 510. Terjadi
ulkus pada duodenum atau lambung, kadang-kadang dijumpai hematemesis.
Antasida harus diberikan secara rutin pada penderita luka bakar sedang hingga
berat. Pada endoskopi 75% penderita luka bakar menunjukkan ulkus di
duodenum.
c). Syok sirkulasi
d). Pneumonia
e). Kontraktur

11
f). Hipertrofi jaringan parut
g). Dekubitus
h). Syndrom kompartemen
i). Ileus parlitik

12
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan dan Saran

Luka bakar atau combusio adalah luka yang disebabkan oleh kontak
dengan suhu tinggi seperti api, air panas, listrik, bahan kimia, dan radiasi. Luka
bakar ini dapat mengakibatkan kematian, atau akibat lain yang berkaitan dengan
problem fungsi maupun estetik. Respons Patofisiologi setelah cedera luka bakar
adalah bifase. Pada fase pasca cedera, terjadi Hipofungsi organ secara umum
sebagai akibat dari penurunan curah jantung
Pada prinsipnya penangangan luka bakar menurut Mansjoer dkk adalah
penutupan lesi sesegera mungkin, pencegahan infeksi, mengurangi rasa sakit,
pencegahan trauma mekanik. Pada kulit yang vital dan elemen didalamnya, dan
pembatasan pembentukan jaringan.

Diharapkan bagi parapembaca dapat menambah sedikit pengetahuan


mengenai Luka Bakar, dan semoga hasil makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca, dan dapat menambah pengathuan tentang Luka Bakar.

13
DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin, Arif. 2012. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Integumen. Jakarta


; selemba medika

Herdman, T. Heather.2012.Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi


2012-2014.Jakarta; Penerbit Buku Kedokteran EGC.

https://www.scribd.com/search?page=1&content_type=tops&query=makalah%20
luka%20bakar

http://tutorialkuliah.wordpress.com/2009/01/03/contoh-askep-luka-bakar

http://nursingspirit.blogspot.com/2008/06/luka-bakar-untuk-perawat.html

14

Anda mungkin juga menyukai