Oleh:
Amaliaturrahmah
Pembimbing:
Dr. Syaiful Mukhtar, Sp.B-KBD
PENDAHULUAN
Diagnosis
TUJUAN
TINJAUAN PUSTAKA
Anatomi rektum
VASKULARISASI REKTUM
EPIDEMIOLOGI
FAKTOR RESIKO
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
SKRINING PASIEN:
DIAGNOSA KLINIS
ANAMNESA
Diare palsu atau spurious diarrhoea
BAB berlendir
Feses pipih seperti kotoran kambing
Penurunan berat badan
Perdarahan bercampur tinja
PEMERIKSAAN FISIK
untuk mencari kemungkinan metastase seperti pembesaran
KGB atau hepatomegali
rectal touche
Rektum
Perdarahan rektum
Darah di feses
Perubahan pola defekasi
Pasca defekasi masih ada perasaan tidak puas atau penuh
Penemuan tumor pada colok dubur
Penemuan tumor pada rektosigmoidoskopi
DIAGNOSTIC
Biopsi
Pemeriksaan Tumor marker : CEA (Carcinoma
Embryonic Antigen), CA 242, CA 19-9
Fecal occult blood test (FOBT)
Foto rontgen dengan barium enema
Rectosigmoidoscopy
Colonoscopy
Virtual colonoscopy (CT colonography)
Imaging Tehnik(MRI,CT scan, Endoskopi
UltraSound )
BARIUM ENEMA
SIGMOIDOSCOPY
COLONOSCOPY
CT SCAN
Cara pemeriksaan
Persentase
Colok dubur
40%
Rektosigmoidoskopi
75%
90%
Kolonoskopi
100% (hampir)
STADIUM
Stadium DUKES
1. Dukes A, tumor di mukosa usus
2. Dukes B1,tumor sampai muskulus propia,
3. Dukes B2,tumor menembus muskulus propia
4. Dukes C, kelenjar regional
5. Dukes D, tumor sudah mengenai organ lain.
Berdasarkan sistem TNM
TNM Stadium
Modified
Dukes
Stadium
Deskripsi
T1 N0 M0
T2 N0 M0
A
B1
T3 N0 M0
T2 N1 M0
B2
C1
Penyebaran transmural
T2, pembesaran kelenjar mesenteric
T3 N1 M0
C2
T4
C2
Any T, M1
Metastasis jauh
Penatalaksanaan
1. Pembedahan
Operasi merupakan pilihan utama
2. Radiasi
3. Kemoterapi
PEMBEDAHAN
Eksisi lokal
Eksisi lokal jika kanker ditemukan pada stadium paling dini
PROGNOSIS
Secara keseluruhan 5-year survival rates untuk
kanker rektal adalah sebagai berikut :
Stadium
Stadium
Stadium
Stadium
I - 72%
II - 54%
III - 39%
IV - 7%
CONTOH KASUS
Anamnesis dan pemeriksaan fisik dilakukan pada hari
Kamis, 21 Oktober 2011 di ruang perawatan
Flamboyan RSUD AW.Sjahranie Samarinda
Identitas Pasien
Nama
: Tn. S
Umur
Jenis Kelamin
Alamat
Pekerjaan
Suku
: Jawa
Status
: Menikah
Agama
: 59 tahun
: Laki-laki
: Islam
KELUHAN UTAMA
RIWAYAT
PENYAKIT
SEKARANG
Mual
Riwayat kebiasaan
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum
Keadaan sakit : sakit ringan
Kesadaran
: compos mentis, E4V5M6
Status habitus : atletikus
Vital sign
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi
: 78 x/menit
Pernafasan
: 20 x/menit
Suhu aksiler
: 36,7oC
Kepala/leher
Mata:
Konjunctiva anemis (-/-)
Sklera ikterik (-/-)
Katarak (-/-)
Pterigium (-/-)
Pupil isokor 4 mm/4 mm
Mulut:
bibir sianosis (-)
lidah kotor (-)
karies pada gigi (-)
pembesaran tosil (-)
hiperemis faring (-)
Hidung:
bentuk simetris
pernafasan cuping hidung
(-/-)
Leher:
Peningkatan JVP (-)
Pembesaran KGB (-)
Deviasi trakea (-)
Thorax paru:
I
: bentuk dan pergerakan dinding dada simetris
Pa : gerak nafas simetris, fremitus raba D=S
Pe : sonor pada seluruh lapangan paru, batas paru hepar pada ICS 6,
peranjakan hepar pada ICS 7
A
: vesikuler pada seluruh lapangan paru, rhonki
, wheezing
Thorax jantung:
I
: Ictus cordis tampak pada ICS V, 2 cm dari MCL sinistra
Pa : Ictus cordis teraba pada ICS V, 2 cm dari MCL sinistra
Pe : batas jantung kanan pada ICS III PSL dekstra Batas jantung kiri
pada ICS V MCL sinistra
A
: S1 & S2 normal, tunggal, murmur dan gallop (-)
Abdomen:
I
: flat, simetris, peristaltik tak tampak
Pa : soefl, nyeri tekan ulu hati (-), nyeri ketuk hepar
(-), nyeri tekan pada abdomen kiri bawah, hepar, lien,
dan ginjal tak teraba
Pe : timpani, ruang trobe kosong, shifting dullness (-)
A : bising usus normal
Pemeriksaan penunjang
Rectal touche:
Spinchter ani menjepit kuat, mukosa licin, teraba massa lunak dan
hilang pada penekanan di arah jam 6 dan 9, hanskun: darah (+),
lendir (+), feses (-)
Colonoscopy:
Colon descendens, transversum, dan ascendens normal. Pada
kedalaman 10 cm terlihat massa berbenjol. Massa ada yang keras,
ada yang rapuh dan mudah berdarah.
Hasil biopsy
Adenokarsinoma colon berdifferensiasi baik.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM:
Leukosit
Hb
: 5100
: 9.5 gr/dl
HCT : 36,5 %
Trombosit : 223000
GDS : 151
SGOT
: 31
SGPT
: 33
: 0,2
22 Agustus 2011
Infus RL 20 tpm
O : TD=120/80, N=80x/menit,
RR=18x/menit, T=36,8oC
A : Hematoschezia + suspek
colitis
Spinchter
ani
menjepit
Infus RL 20 tpm
Pro colonoscopy
hati (+)
O : TD=120/80, N=78x/menit,
RR=20x/menit, T=36,7oC
A : Hematoschezia + suspek
colitis + suspek hemoroid
24 Agustus 2011
Infus RL 20 tpm
O : TD=110/70, N=68x/menit,
Pro colonoscopy
RR=20x/menit, T=36,8oC
Infus RL 20 tpm
O : TD=110/70, N=80x/menit,
Pro colonoscopy
RR=20x/menit, T=36,8oC
Infus RL 20 tpm
berkurang
Pro colonoscopy
O : TD=110/70, N=80x/menit,
25 Agustus 2011
26 Agustus 2011
RR=20x/menit, T=36,8oC
27
Agustus
2011
Infus RL 20 tpm
O : TD=110/80, N=78x/menit,
RR=20x/menit, T=36,5oC
A : Hematoschezia + suspek
Besok colonoscopy
28
Agustus
2011
Infus RL 20 tpm
O : TD=110/70, N=80x/menit,
RR=20x/menit, T=36,8oC
29
Agustus
A : Ca Rekti
Infus RL 20 tpm
pusing (-)
2011
O : TD=110/70, N=82x/menit,
RR=22x/menit, T=36,8oC
A : Ca Rekti
PEMBAHASAN
Kasus
Teori
buang
air
besar
frekuensi 3-4 kali sehari, namun namun hanya sedikit yang keluar disertai dengan
ampas kotoran tetap tidak mau keluar, darah lendir serta adanya rasa tidak puas setelah
hanya sedikit darah saja yang keluar BAB.
dan nyeri pada perut bagian bawah
selalu muncul. Pasien mengaku sering
merasa tidak puas setelah buang air
besar.
seperti
kotoran
kambing
biasanya
hanya sedikit sekali, seperti kotoran ditemukan pada pasien dengan karsinoma rekti
kambing.
dasarnya,
penderita
keganasan
akan
berat badan dalam beberapa bulan mengalami penurunan berat badan, terutama
terakhir, dari 48 kg menjadi 42 kg.
Pasien tinggal di hutan dan bekerja Salah satu faktor resiko terjadinya karsinoma
sebagai wakar di perkebunan sawit, rekti adalah kebiasaan mengkonsumsi makanan
sehingga jarang makan sayur dan tinggi lemak dan rendah serat.
seringkali hanya makan telur dan mie
instan.
Pasien bekerja sebagai wakar (petugas Penelitian terbaru menemukan bahwa bekerja
keamanan pada malam hari).
sebulan
meningkatkan
kolorektal.
selama
resiko
15
tahun
terjadinya
dapat
kanker
Kasus
Teori
rekti
seringkali
bersifat
lain kecuali pada pemeriksaan rectal touche asimptomatis dimana rasa nyeri dan gejala
didapatkan sebagian berupa massa lunak yang lainnya dirasakan pasien ketika kanker sudah
hilang pada penekanan.
Pada pasien ini dilakukan pemeriksaan rectal Pemeriksaan paling mudah untuk mendeteksi
touche pada awalnya dan kemudian dilakukan karsinoma rekti adalah rectal touche atau
colonoscopy.
Pada pasien ini didapatkan hasil CEA 1,23 Pada pasien-pasien dengan keganasan di
(tidak meningkat)
daerah
gastrointestinal
akan
mengalami
STAGING
Kasus
Teori
Pilihan utama terapi pada pasien ini Pembedahan ada terapi pilihan
adalah pembedahan, namun tidak utama pada kanker kolorektal.
dilakukan karena pasien menolak.
BAB IV
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kanker kolorektal menduduki peringkat ketiga jenis kanker
yang paling sering terjadi di dunia. Di seluruh dunia 9,5%
pria penderita kanker terkena kanker kolorektal,
sedangkan pada wanita angkanya mencapai 9,3% dari total
jumlah penderita kanker.
Karsinoma
rektal umumnya didahului oleh kondisi
pramaligna seperti adenomatous, villous polyp, familial
adenomatous polyposis dan kolitis ulseratif
Gambaran histopatologis yang paling sering dijumpai
adalah tipe adenocarcinoma (90-95%), adenocarcinoma
mucinous (17%), signet ring cell carcinoma (2-4%), dan
sarcoma (0,1-3%).
SEKIAN
DAN
TERIMA KASIH
PERTANYAAN
Bowo : mengapa pada pria angka insidensi lebih banyak dibanding wanita ?
Tidak ada alasan yang bisa menyebutkan bahwa mengapa ca colo recti
terbanyak pada laki-laki, hanya saja alasan yang mungkin menguatkannya
adalah dimana beberapa faktor resik seperti merokok, mengkonsumsi alkohol,
serta bekerja dengan shift di malam hari, lebih banyak ditemukan pada laki-laki
Fransiska :
mutasi pada gen regulasi pertumbuhan sel yaitu proto-onkogen, gen penekan
tumor (Tumor Suppresor Gene = TSG), dan gen gatekeeper, merupakan sebuah
proses yang menjadikannya malignansi hiperplasia sel mukosa, adenoma
formation, perkembangan dari displasia menuju transformasi maligna dan
invasif kanker
6% dari adenomatous polip berupa high grade displasia dan 5% didalamnya berupa invasif
karsinoma pada saat terdiagnosa. Potensi malignansi dari adenoma berkorelasi dengan
besarnya polip, tingkat displasia, dan umur. Polip yang diameternya lebih besar dari 1
cm, berdisplasia berat dan secara histologi tergolong sebagai villous adenoma
dihubungkan dengan risiko tinggi untuk menjadi kanker kolorektal, sedangkan
3. Pada pasien, mgp tdk dpt ditentukan staging nya, pemeriksaan apa yg
kurang lengkap?
CT scan
Pemeriksaan CT scan dapat digunakan selain untuk mengetahui adanya
metastase ke organ-organ lain dapat juga untuk mengetahui apakah
tumor sudah mengecil setelah pemberian kemoterapi dan untuk
mendeteksi rekurensi.
Endoskopi ultrasonografi
Pemeriksaan endoskopi ultrasonografi dilakukan untuk mendeteksi ukuran
tumor, letak tumor apakah masih sebatas jaringan mukosa atau sudah
penetrasi ke submukosa dan jaringan lainnya.
Foto rontgen thorax
Foto rontgen thorax dilakukan untuk mendeteksi apakah keganasan sudah
menyebar ke paru-paru atau mediastinum dan rongga thorax lainnya.
USG abdomen
USG abdomen dilakukan untuk mendeteksi apakah keganasan sudah
bermetastase ke liver dan organ intraabdomen lainnya