Anda di halaman 1dari 25

ZOONOSIS PADA HEWAN

OLEH:
drh EKKLESIA PRASTYA

Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian


Kabupaten Lumajang
ZOONOSIS?
• penyakit yang dapat menular dari Hewan kepada
manusia atau sebaliknya (PP No 95 Tahun 2012)

• Penyakit atau infeksi yang secara alami dapat


ZOONOSIS ditularkan melalui hewan vertebrata ke manusia
(anthropozoonosis)dansebaliknya (zooanthroponosis).
WHO (2020)

kejadian berjangkitnya suatu penyakit zoonotik pada


populasi Hewan dan/atau masyarakat yang jumlah
penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari pada
WABAH
keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu atau
ZOONOSIS
munculnya kasus penyakit zoonotik baru di daerah bebas
(PP No 95 Tahun 2012)
• 75% emerging infectious diseases (EID) merupakan ZOONOSIS
• 30-50% food borne diseases merupakan ZOONOSIS
• Mayoritas EID zoonosis tersebut berasal darisatwa liar (71.8%)
(contohnya: severe acute respiratory virus/SARS, Ebola virus), dan
jumlahnya cenderung meningkat dari waktu ke waktu.
• 60% penyakit pada manusia sama dengan pada hewan
• Dapat ditularkan dari hewan ke manusia, secara langsung,
melalui
produk hewan (pangan/non-pangan) dan lingkungan
• >250 Jenis zoonosis
Berdasarkan Reservoir Utamanya

Anthropozoonosis
Zooanthroponosis Amphixenosis
Bilamana penyakit dapat
secara bebas berkembang di Penyakit yang tergolong Dalam bentuk zoonosis ini,
antara hewan- hewan liar pada kelompok ini bila manusia dan hewan sama-
maupun piaraan. Manusia penyakit berlangsung sama merupakan reservoir
hanyalah terinfeksi dan secara bebas pada yang cocok untuk agen
merupakan titik akhir dari
manusia atau penyebab penyakit dan
infeksi tersebut karena
manusia tidak dapat
merupakan penyakit infeksi tetap berjalan secara
menularkannya kepada manusia dan terkadang bebas tanpa adanya
manusia atau hewan lain. saja menyerang hewan campur tangan atau
Dalam keadaan ini, manusia sebagai cul de sac. keterlibatan kelompok lain
disebut sebagai “dead end” Contoh: Tuberkulosis (manusia atau hewan).
atau dalam bahasa prancisnya tipe humanus, Contoh: Staphylococcosis
“cul de sac”. Contoh: rabies, amubiasis dan diptheria. dan Streptococcosis.
brucellosis, anthrax
1.Virus
Viral zoonosis
B
E 2.Bakteri
R Bakterial zoonosis
D
A
S 3. Jamur
A Mycal zoonosis
R
K
A 4.Chlamydia dan Ricketsia
N Chlamidial dan Ricketsial zoonosis

A
G 5. Parasit: Parasitical zoonosis
E Protozoa :Protozoal zoonosis
N Helmin :Helminth zoonosis
Arthropoda :Arthropodal
zoonosis
BERDASARKAN CARA PENULARANNYA (TRANSMISINYA)

Zoonosis Langsung (Direct Zoonosis)


Zoonosis yang berlangsung di alam hanya dengan satu vertebrata saja dan agen
penyebab penyakit hanya sedikit berubah atau malahan tidak mengalami perubahan
sama sekali selama penularan. Agen penyakit ditularkan dari induk semang vertebrata ke
induk semang vertebrata lainnya yang peka secara kontak melalui media (vehicle)
ataupun melalui vektor mekanis.
Contoh: Rabies, Brucellosis, Leptospirosis, dll.

Siklo-Zoonosis
Siklo-zoonosis ini dalam penularannya memerlukan lebih dari satu ver- tebrata, tetapi
tidak melibatkan invertebrata. Siklo-zoonosis dapat dibedakan menjadi beberapa hal
sebagai berikut.
Obligatory-Siklozoonosis:Bilamana manusia mutlak diperlukan sebagai induk semang
antara.Contoh: T.saginata dan T. Solium
Cyclo-anthropozoonosis:Bilamana manusia bukan merupakan suatu keharusan, malahan
sering merupakan pengecualian.
Contoh: Taenia hidatid
Meta-zoonosis
Yaitu penyakit yang di dalam penularannya memerlukan vertebrata maupun
invertebrata. Di dalam invertebrata, agen penyebab dapat berkembang biak (sebagai
reservoir) atau bisa berkembang jadi phase lain (bukan reservoir). Metazoonosis ini
memerlukan periode ekstrinsik di dalam invertebrata sebelum berpisah ke induk semang
vertebrata

Saprozoonosis

Siklus penularan golongan ini tergantung pada benda-benda bukan he- wan (non-animal)
seperti zat organik (termasuk pangan), tanah, tumbuhan, sampah, dan lain-lain, sebagai
reservoir atau tempat penting untuk perkem- bangannya.
Contoh: Histoplasmosis, Blastomikosis
LIMA PRIORITAS ZOONOSIS DI INDONESIA

1.Rabies

2.Antraks

3.Brucellosis

4.Avian Influenza

5.Leptospirosis
RABIES
Rabies adalah penyakit infeksius akut yang disebabkan oleh virus
RNA dengan bentuk peluru yang memengaruhi sistem saraf
hewan. Virus rabies dapat dipindahkan ke manusia lewat gigitan
atau keterpaparan pada kulit luka atau lecet oleh air liur (saliva)
dari hewan yang terinfeksi (Adam, 2002). Kejadian rabies pertama
kali di Indonesia ditemukan oleh Schoorl tahun 1884 pada seekor
kuda (Soedijar dan Dharma, 2005).

Di Indonesia, sampai saat ini vektor utama dari


rabies adalah anjing, kucing, dan kera.
Dikenal 2 macam siklus rabies, yakni rabies di lingkungan pemukiman penduduk
(urban rabies) dan rabies di alam bebas atau hutan (sylvatic rabies). Siklus urban rabies
umumnya terjadi pada anjing geladak yang dibiarkan bebas tanpa pemeliharaan
khusus (stary dog). Kadang-kadang anjing ini menyerang kucing, kera, dan sesekali
menyerang hewan pemamah biak (ruminansia), babi, atau hewan lain. Sylvatic rabies
bersiklus pada hewan liar, seperti rubah (fox) di Eropa, skunk di Amerika dan Kanada,
dan kelelawar penghisap darah atau vampire (Desmodus rotundus murinus) di Amerika
Se- latan, Amerika Tengah, dan Meksiko. Sesekali hewan pembawa sylvatic rabies
mengigit hewan piaraan dan terjadilah urban rabies (Soeharsono, 2002).
Masa inkubasi
Pada manusia bervariasi, biasanya berkisar antara 2-8
minggu, kadang-kadang 9 hari s/d 1 tahun, tergantung
keadaan luka gigitan, lokasi luka gigitan, jumlah virus
dan strain virus
Pada hewan berkisar antara 15-50 hari

Gejala Klinis

Ada 4 stadium (pada Manusia)


1. Stadium Prodromal (Demam, sakit Pada Hewan:
kepala, ) Dari jinak menjadi ganas
2. Stadium Sensoris ( penderita Berjalan jauh dan tidak pulang
gugup, hypersalivasi) Dari Liar menjadi Jinak dan berani
3. Stadium Eksitasi ( penderita dengan orang, Galak, Agresif,
gelisah, sering kaget, sakit kepala Mengejar segala benda/orang yang
yang berat, aerophoby,
bergerak, Menggigit dan menelan
photophoby dan
hydropoby/gejala khas) segala macam barang, Air Ludah
4. Stadium Paralyse ( koma lalu ‘mengalir’ Meraung-raung
meninggal)
Cara Penularan

Hewan Manusia :
Sebagian besar karena gigitan HPR
Non gigitan :

- Kontak virus rabies dgn kulit luka, selaput mukosa


- Airborne  Amerika

Manusia Manusia :
- Transplantasi cornea
- Kontak air liur penderita dgn mukosa mata
PENATALAKSANAAN RABIES

PADA MANUSIA PADA HEWAN:


1. Cuci Luka dengan air mengalir dan sabun Berikan vaksinasi pada
selama 10-15 menit anjing, juga Kucing
2. Oleskan Alkohol atau Yodium yang banyak dan Kera (jika
pada luka gigitan dipelihara di rumah)
3. Segera pergi ke PUSKESMAS untuk diberikan Pelihara anjing dengan
VAR baik
Metode pemberian : 2-1-1 (Zagreb Method) yaitu Beri makan
Hari ke nol (0) 0,5 ml im disuntikkan di regio deltoid Ikat atau
kanan & 0,5 ml im di regio deltoid kiri dlm waktu Kandangkan di
bersamaan. rumah
Hari ke 7, 0,5 ml im di regio deltoid. Jangan biarkan
Hari ke 21, 0,5 ml im di regio deltoid. hewan berkeliaran
BRUCELLOSIS
• Penyakit ternak menular yang secara primer
menyerang sapi, kambing, babi dan sekunder
berbagai jenis ternak lainnya serta manusia.

• Pada sapi penyakit ini dikenal sebagai penyakit


Kluron atau penyakit Bang
BRUCELLOSIS

Bang dan Stribolt


Bakteri Brucella untuk
(1897) mengisolasi
pertama kalinya
jasad renik yang
ditemukan oleh Bruce ETIOLOGI serupa dari sapi yang
(1887) pada manusia
menderita kluron
dan dikenal sebagai
menular.
Micrococcus miletensi
BRUCELLOSIS
Kejadian Pada Manusia Kejadian Pada Hewan
Kejadian brucellosis pada Kerugian ekonomi yang
manusia berdasarkan laporan diakubatkan oleh brucellosis
kejadian penyakit di daerah sangat besar, walaupun
endemis bervariasi, yaitu mortalitasnya kecil
kurang dari 0,01 sampai lebih ternak kerugian dapat berupa
dari 200 kasus per 100.000 kluron, anak ternak yang
orang (LOPEZ-MERINO, 1989). dilahirkan lemah, kemudian
mati, terjadi gangguan alat-
alat reproduksi yang
mengakibatkan kemajiran
temporee atau permanen
Pencegahan dan Pengendalian BRUCELLOSIS

Usaha-usaha pencegahan terutama ditujukan kepada vaksinasi dan


tindakan sanitasi dan tata laksana.

(1) Sisa-sisa abortusan yang bersifat infeksius dibersihkan.


(2) Bahan-bahan yang biasa dipakai didesinfeksi dengan desinfektan
(3) Hindarkan perkawinan antara pejantan dengan betina yang
mengalami kluron
(4) Anak-anak ternak yang lahir dari induk yang menderita brucellosis
sebaiknya diberi susu dari ternak lain yang bebas brucellosis
(5) Kandang-kandang ternak penderita dan peralatannya harus dicuci
Avian influenza

Merupakan penyakit menyerang hewan dan


manusia yang disebabkan oleh virus AI tipe A
 Berdasarkan sifat antigenisitasnya, virus AI
tipe A mempunyai banyak sub tipe yaitu :
a. H1-15 (Hemagglutinin 1-15)
b. N1-9 (Neuraminidase 1-9)

Sesuai tingkat keganasannya, terbagi atas 2 :

a.HPAI (Highly Pathogenic Avian Influenza)


misal : H5 dan H7
b.LPAI (Low Pathogenic Avian Influenza)
misal : H7N7
Etiologi :
• Flu Burung di Hongkong, disebabkan oleh
virus Influenza tipe A, sub tipe H5N1
Gejala Klinik
Hewan

Pada unggas gejala klinik yang


muncul sangat ringan sehingga
sulit di- ketahui. Pada beberapa
ekor unggas dapat ditemukan
pembengkakan sinus infra
orbitalis, konjungtivitis, sinusitis,
dan kadang-kadang diare.
Gejala Klinik
manusia
Periode inkubasi avian influenza tipe A (H5N1) dapat lebih lama dari
influenza biasanya yaitu sekitar 2 sampai 3 hari. Data yang baru
menunjukkan periode inkubasi antara 2 sampai 8 hari. Sementara itu
untuk tipe A (H7N9) periode inkubasi antara 2-8 hari dan WHO
merekomendasikan periode inkubasi yang digunakan untuk kedua tipe ini
untuk investigasi lapangan dan pemantauan kontak pada penderita
adalah 7 hari. Tanda awal yang muncul adalah demam biasanya dengan
suhu badan di atas 38°C dan tanda lainnya adalah seperti tanda influenza
pada umumnya (batuk atau radang tenggorokan). Diare, muntah, sakit
perut, nyeri dada, dan pendarahan dari hidung dan gusi juga telah
dilaporkan sebagai gejala awal pada beberapa pasien (WHO, 2014).
Pencegahan dan Pengobatan

Pada HewanUntuk mengatasi wabah AI, para ahli cenderung melakukan


stamping out (pemusnahan ayam pada peternakan terserang) dibandingkan
dengan tindakan vaksinasi dengan vaksin aktif karena vaksinasi dinilai dapat
mengacaukan pengujian laboratorik (Soeharsono, 2003). Dalam pembuatan
vaksin AI sering timbul antigenic drift dan antigenic shift dan pada virus AI
dapat terjadi antigenic drift dan antigenic shift sekaligus sehingga
menyulitkan untuk pengembangan vaksin.

Pada Manusia biasanya diberikan anti virus seperti oseltamivir dan


zanamivir yang terbukti dapat menurunkan replikasi virus sekaligus dapat
memperpanjang harapan hidup (WHO, 2014).
DOKUMENTASI INVESTIGASI TERDUGA GHPR

Anda mungkin juga menyukai