Anda di halaman 1dari 11

PARADIGMA PENDIDIKAN ISLAM MASA KINI DAN MASA DEPAN

Hikma H. Amidong1), Nurysamsi Maulana Insani2), Andreawan3)


1,2,3)
Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Sastra, Universitas Muslim Indonesia
Jalan Urip Sumoharjo, KM 5, Makassar
Email: Hikmaa54@gmail.com

Abstrak: Dewasa ini pendidikan Islam berada pada posisi determinisme historik dan
realisme. Dalam artian bahwa satu sisi umat Islam berada pada romantisme historis di
mana mereka bangga karena pernah memiliki para pemikir-pemikir dan ilmuwan-
ilmuwan besar dan mempunyai kontribusi yang besar pula bagi pembangunan
peradaban dan ilmu pengetahuan dunia serta menjadi transmisi bagi khazanah
Yunani, namun di sisi lain mereka menghadapi sebuah kenyataan, bahwa pendidikan
Islam tidak berdaya dihadapkan kepada realitas masyarakat industri dan teknologi
modern. Selama ini telah banyak pemikiran dan kebijakan yang diambil dalam rangka
peningkatan kualitas Islam yang diharapkan mampu memberikan nuansa baru bagi
pengembangan pendidikan Islam di Indonesia, dan sekaligus hendak memberikan
kontribusi dalam menjabarkan makna pengembangan sistem pendidikan Islam di
Indonesia, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
sebagaimana tertuang dalam tujuan pendidikan nasional (UU No. 2/1989 tentang
Sistem Pendidikan Nasional).

Kata Kunci: Pendidikan, Islam Masa Kini, Islam Masa Depan

PENDAHULUAN bahkan berjalan mundur. Bila terjadi,


Pendidikan adalah sebuah proses tunggulah kehancuran bangsa tersebut.
pembentukan karakter manusia yang tidak Bagaimana dengan pendidikan
pernah berhenti. Oleh karena itu, Islam? Pendidikan Islam saat ini tengah
pendidikan merupakan sebuah proses menghadapi tantangan yang tidak mudah
budaya untuk membentuk karakter guna diselesaikan.Pendidikan Islam saat ini
meningkatkan harkat dan martabat tengan menghadapi tantangan yang tidak
manusia yang berlangsung sepanjang mudah diselesaikan. Pendidikan Islam
hayat. Dari wacana inilah, jelas pendidikan tengah menghadapi tantangan modernisasi
merupakan landasan bagi pembentukan yang amat cepat, yang di satu sisi
karakter manusia, sekaligus karakter menciptakan era globalisasi yang
sebuah bangsa. Bagaimana perjalanan menumbuhkan pemikiran-pemikiran
sebuah bangsa menuju masa depannya, hal global dan universal; tapi di pihak lain,
itu akan tergantung dari pendidikan yang modernisasi menciptakan kumpulan-
diterima oleh “anak-anak kandung” bangsa kumpulan manusia ekstrim dan irasional
bersangkutan. Dalam konteks inilah, yang membentuk sekte-sekte sebagai
pendidikan akan selalu berkembang, dan counter product dari globalisasi pemikiran
selalu dihadapkan pada perubahan zaman. dan budaya tadi. Alvin Toffler jauh hari
Karena itu, pendidikan harus didesain telah meramalkan bahwa di era
mengikuti irama perubahan tersebut. Jika modernisasi akan muncul banyak sekte-
tidak, pendidikan akan berjalan di tempat, sekte dan pemikiran-pemikiran ekstrim
yang bisa mengganggu perjalanan era pendidikan sekuler (kedokteran) yang
globalisasi tersebut. selama ini dianggap tabu untuk bisa
Apa yang diprediksi Toffler kini bergandeng tangan, sekarang ini sudah
benar-benar menjadi kenyataan. Di tengah menyatu.
umat manusia yang tengah menyambut era Ke depan, Islam sesuai karakter
globalisasi muncul pula kelompok- ajarannya –pinjam Bella– yang modern
kelompok eksklusif yang ekstrim dan anti- dan universal, harus bisa menyesuaikan
globalisasi. Mereka inilah yang konsep pendidikannya yang mengikuti
menyebarkan pemahaman-pemahaman perkembangan zaman. Jika pendidikan
sempit tentang ideologi dan agama. Islam berhasi menyatukan “paradigm
Mereka juga melihat manusia secara hitam sekuler dengan paradigm spiritual dalam
putih. Munculnya pelbagai tindakan Islam” ke depan harus diupayakan pula
terorisme dan tindakan ekstrim lain atas agar pendidikan Islam bisa membawa
nama agama, sebetulnya adalah masyarakat Islam ke dalam pemikiran dan
pengejawantahan dari eksistensi perilaku yang humanis dan universal.
kelompok-kelompok anti-globalisasi Dunia pendidikan saat ini membutuhkan
tersebut. Kelompok-kelompok semacam konsep dan strategi yang integral, yang
ini jelas menabrak kecenderungan alam bisa “mendidik” seluruh aspek kemanusian
dan kecenderungan manusia yang ingin manusia dalam menghadapi tantangan arus
terus berkembang. Mereka niscaya akan budaya dan social yang demikian gencar
tergilas kecenderungan zaman. Namun jika lantaran perkembangan teknologi
dibiarkan, pemikiran kelompok semacam informasi yang sangat cepat.
itu bisa menjadi virus yang akan
menggerogoti bangsa. Dalam kaitan inilah, PEMBAHASAN
pendidikan harus mengantisipasi
Pendidikan adalah sesuatu yang
kecenderungan destruktif tersebut. Dan
universal dan berlangsung terus tak
pendidikan Islam harus berjalan paling
terputus dari generasi ke generasi dimana
depan untuk mengatasi kondisi itu.
pun di dunia ini. Upaya memanusiakan
Maklumlah sejauh ini, Islam telah menjadi
manusia melalui pendidikan, itu
“tertuduh” dari munculnya pelbagai
diselenggarakan sesuai dengan pandangan
kekerasan dan konflik ekstrim yang
hidup setiap masyarakat.Landasan dan
meresahkan dunia internasional.
tujuan pendidikan itu sendiri sifatnya
Pendidikan Islam harus mewarnai
filosofis normatif (Mansyur, 2018).
segala aspek kehidupan.Islam harus
Pendidikan Islam sering diartikan
muncul dalam dunia yang selama ini
secara sempit yaitu merupakan upaya
dianggap sekuler seperti perbankan dan
melalui berbagai kegiatan pembelajaran
kedokteran.Perbankan Islam kini sudah
agar ajaran Islam dapat dijadikan pedoman
muncul-muncul di mana-mana. Juga
bagi kehidupannya sebagai bekal untuk
pendidikan Islam yang terkait –ekonomi
menjadi hamba Allah yang mengabdi dan
dan perbankan syariah– kini sudah ada di
beribadat kepada-Nya.
mana-mana.Bahkan Fakultas Kedokteran
Pada sisi lain secara luas diartikan
yang bernuansa Islam sudah berdiri di
sebagai usaha sadar untuk mengarahkan
Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta.
pertumbuhan dan perkembangan anak
Apa arti semua itu? Islam dan dunia
dengan segala potensi yang dianugerahkan Paradigma Holistik
Allah kepadanya agar mengemban amanat Paradigma holistik merupakan
dan tanggung jawab sebagai khalifah Allah suatu filsafat pendidikan yang berangkat
di bumi dalam pengabdiannya kepada dari pemikiran bahwa pada dasarnya
Allah Swt. seorang individu dapat menemukan
Kedua pengertian tersebut (baik identitas, makna dan tujuan hidup melalui
dalam arti sempit maupun arti luas) hubungannya dengan masyarakat,
diperlakukan secara terpadu dengan lingkungan alam, dan nilai-nilai spiritual.
maksud agar manusia mampu mengolah Pada era tahu 1960-an pendidikan
dan menggunakan segala kekayaan yang holistik sempat ditingalkan para pakarnya,
ada di langit dan di bumi untuk namun pada tahun 1970-an mulai
memperoleh kebahagian dan kesejahteraan dikembangkan kembali sejak dilaksanakan
di dunia serta keselamatan di akhirat kelak. konferensi pertama pendidikan Holistik
Gambaran manusia yang diharapkan Internasional yang diselenggarakan oleh
melalui proses pendidikan Islam yang Universitas California pada bulan Juli
demikian adalah seorang muslim yang 1979, dengan menghadirkan thema The
beriman kepada Allah. Bertaqwa, Mandala Society dan The National Center
berakhlak mulia, beramal kebaikan, for the Exploration of Human Potential.
menjalankan perintah Allah dengan Tujuan pendidikan holistik adalah
menjauhi larangan-Nya, menguasai ilmu membantu mengembangkan potensi
pengetahuan (dunia dan akhirat) dan individu dalam suasana pembelajaran yang
menguasai keterampilan dan keahlian agar lebih menyenangkan dan menggairahkan,
dapat memikul amanat dan tanggung demoktaris dan humanis melalui
jawab yang dibebankan kepadanya sesuai pengalaman dalam berinteraksi dengan
kemampuannya masing-masing. lingkungannya. Melalui pendidikan
Penerapan dan pengertian holistik, peserta didik diharapkan dapat
pendidikan Islam yang demikian harus menjadi dirinya sendiri (learning to be).
diletakkan dalam konteks sosial kutural Dalam arti dapat memperoleh kebebasan
bangsa Indonesia yaitu agar serasi dan psikologis, mengambil keputusan yang
terpadu dalam rangka pendidikan nasional baik, belajar melalui cara yang sesuai
sesuai dengan Undang-undang No. 20 dengan dirinya, memperoleh kecakapan
Tahun 2003 Tentang sistem Pendidikan sosial, serta dapat mengembangkan
Nasional. karakter dan emosionalnya (Basil
Bernstein).
Paradigma Pendidikan Islam Sembilan pilar karakter yang
Paradigma adalah kumpulan tata dikembangkan di dalam penyelenggaraan
nilai yang membentuk pola pikir seseorang pendidikan holistik: cinta Tuhan dan
sebagai titik tolak pandangannya sehingga segenap ciptaan-Nya, kemandirian dan
akan membentuk citra subyektif seseorang tanggungjawab, kejujuran/amanah,
dan akhirnya akan menentukan bagaimana diplomatis, hormat dan santun dermawan,
seseorang menaggapi realita itu. suka tolong-menolong dan gotong royong/
Paradigma pendidikan terbagi atas tiga kerjasama, percaya diri dan pekerja keras,
yaitu: kepemimpinan dan keadilan, baik dan
rendah hati, karakter toleransi, kedamaian,
dan kesatuan. Model pendidikan holistik Ada beberapa nilai dan sikap dasar
menggunakan tiga metode, yaitu: knowing manusia yang ingin diwujudkan melalui
the good, feeling the good, dan acting the pendidikan humanistik yaitu: manusia
good. Knowing the good bisa mudah yang menghargai dirinya sendiri sebagai
diajarkan sebab pengetahuan bersifat manusia, manusia yang menghargai
kognitif saja. feeling loving the good, manusia lain seperti halnya dia
yakni bagaimana merasakan dan mencintai menghargai dirinya sendiri, manusia
kebajikan menjadi engine yang selalu memahami dan melaksanakan kewajiban
bekerja membuat orang mau selalu berbuat dan hak-haknya sebagai manusia, manusia
sesuatu kebaikan. Orang mau melakukan memanfaatkan seluruh potensi dirinya
perilaku kebajikan karena dia cinta dengan sesuai dengan kemampuan yang
perilaku kebajikan itu. Acting the good dimilikinya, dan manusia menyadari
berubah menjadi kebiasaan. adanya kekuatan akhir yang mengatur
Setiap anak untuk tiba pada seluruh hidup manusia.
perilaku berkarakater kuat membutuhkan Selain itu, menjadi manusia bukan
proses luar biasa sulit, butuh perjuangan sekedar dapat makan untuk hidup, tetapi
yang tidak mudah. Namun kalau anak lebih dari itu menjadi manusia berarti
sudah terbiasa berbuat baik, sekali dia memiliki tanggung jawab terhadap dirinya
berbuat tidak baik sudah tidak enak. sendiri, keluarga, masyarakat, bangsa dan
Timbul budaya malu dalam dirinya jika negaranya. Pendidikan humanis adalah
melakukan perbuatan buruk. Termasuk proses pendidikan yang membangun
menyontek pada saat ulangan. karakter kemanusiaan dalam diri manusia,
yang menghargai harkat dan martabat
Paradigma Humanistik
manusia lain, yang tidak terlepas dari
Paradigma pendidikan humanistik
moral hidup bersama atau moral sosial.
memandang manusia sebagai ”manusia”,
Muara pendidikan yang manusiawi
yakni makhluk ciptaan Tuhan dengan
adalah mewujudkan pendidikan yang
fitrah-fitrah tertentu. Sebagai makhluk
hidup ia harus melangsungkan, memper- bermakna, yakni suatu sistem pendidikan
yang menekankan pada watak (karakter)
tahankan, dan mengembangkan hidup.
atau moral dalam sistem nilai dan
Sebagai makhluk batas (antara hewan dan
aktualisasi diri, pada peserta didik. Dan ini
malaikat), ia memiliki sifat-sifat
berarti meninggalkan sistem pendidikan
kehewanan (nafsu-nafsu rendah) dan sifat-
yang menekankan pada pemupukan
sifat kemalaikatan (budi luhur), sebagai
pengetahuan atau ”knowledge deposit”
makhluk dilematik ia selalu dihadapkan
(paradigma pendidikan intelektualis).
pada pilihan-pilihan dalam hidupnya;
Pendidikan humanis ini memiliki beberapa
sebagai makhluk moral, ia bergulat dengan
ciri, yaitu: memandang pendidikan sebagai
nilai-nilai; sebagai makhluk pribadi, ia
sebuah sistem organik, bukan mekanik.
memiliki kekuatan konstruktif dan
Tidak memisahkan antara teori dan
destruktif; sebagai makhluk sosial, ia
praksis. Memperlakukan peserta didik
memiliki hak-hak sosial; sebagai hamba
bukan sebagai bahan mentah, melainkan
Tuhan, ia harus menunaikan kewajiban-
sebagai individu yang memiliki bakat dan
kewajiban keagamaannya.
minat tertentu.
Paradigma Pluralisme menghindari ketidaktoleranan dan
Paradigma plural memandang kelabilan, masyarakat mengadakan
manusia sebagai sosok yang independent, kontrak sosial. Ini merupakan kehendak
bebas dan memiliki otoritas serta otonomi bebas dari semua untuk memantapkan
untuk melakukan pemaknaan dan keadilan dan pencapaian moralitas terbaik.
menafsirkan realitas sosial yang ada Melalui kontrak sosial individu akan dapat
disekitarnya. Tindakan manusia sulit mempertahankan dirinya agar tetap jadi
diprediksi, karena adanya kesadaran yang manusia merdeka.
berbeda antar manusia. Manusia sebagai Dalam pradigma pluralis, manusia
aktor sosial menafsirkan dunia empiris merupakan makhluk dengan ciri dualisme
mereka sendiri secara bebas dan berbeda yaitu sebagai makhluk sosial (sociable)
satu dengan lain. Dengan demikian, aspek sekaligus berkesadaran secara individu
kualitatif lebih dikedepankan (self assetive). Bukannya eksternal tidak
dibandingkan aspek kuantitatif. mampu menekan manusia, namun perilaku
Immanuel Kant merupakan filosof manusia adalah makhluk yang intentional
utama yang dijadikan basis paradigma sekaligus voluntary. Kebebasan lebih
pluralis. Menurut Kant (dalam Supriadi, dimaknai sebagai hal yang personal dan
2018), manusia pada hakekatnya adalah individual, bukan sebagai hal yang
makhluk yang suka berteman sekaligus kolektif.
juga berkompetisi, namun manusia tetap Dalam memandang masyarakat,
senang dengan harmoni. Manusia paradigma ini melihat bahwa realitas sosial
bertindak atas kesadaran subyektif, dan merupakan dunia yang subjektif, yang
memiliki kebebasan menafsirkan realitas dibentuk karena ada ide dan makna yang
di lingkungannya secara aktif. Sementara, saling didistribusikan. Karena makna yang
menurut J. Rousseau, masyarakat adalah dibagi tidak sealu sama, maka yang
sebuah kontrak sosial. Ada struktur terbentuk adalah masyarakat heterogen.
internal yang membentuk kesadaran Resiprositas dalam arti luas merupakan
manusia, dimana kontrak sosial merupakan basis relasi dalam masyarakat, dimana tiap
sebuah mekanisme untuk melakukan orang berorientasi pada orang lain.
kontrol. Masalah pendidikan merupakan
Sejalan dengan konsep manusia masalah yang sangat penting dan tidak
Kant, Rousseau mengembangkan teori bisa dipisahkan dari seluruh rangkaian
kontrak sosial. Dalam teori ini, kehidupan manusia. Kebanyakan manusia
terbentuknya negara (masyarakat politik) memandang pendidikan sebagai sebuah
karena anggota masyarakat mengadakan kegiatan mulia yang akan mengarahkan
kontrak sosial untuk membentuk negara. manusia pada nilai-nilai yang
Sumber kewenangan di sini adalah memanusiakan. Pandangan bahwa
masyarakat itu sendiri. pendidikan sebagai kegiatan yang sangat
Meski pada prinsipnya manusia sakral dan mulia telah lama diyakini oleh
sama, namun alam dan lingkungan lain manusia. Namun di dekade 70-an dua
telah menciptakan ketidaksamaan. Muncul orang tokoh pendidikan, yaitu Paulo Freire
hak-hak istimewa yang dimiliki beberapa dan Ivan Illich melontarkan kritik yang
orang tertentu. Mereka lebih kaya, lebih sangat mendasar tentang asumsi tersebut.
dihormati, dan lebih berkuasa. Untuk Mereka menyadarkan banyak orang bahwa
pendidikan yang selama ini disakralkan masyarakat yang terus menerus semakin
dan diyakini mengandung nilai-nilai cepat, lebih-lebih perkembangan ilmu
kebajikan tersebut ternyata mengandung pengetahuan yang hampir-hampir tidak
penindasan. memeperdulikan lagi sistem suatu agama.
Kondisi sekarang ini, pendidikan
Pendidikan Islam Masa Kini Islam berada pada posisi determinisme
Terkait dengan ketertinggalan historik dan realisme. Dalam artian bahwa,
pendidikan Islam ini, menurut Muhaimin satu sisi umat Islam berada pada
(dalam Al Jawahir, 2012) dikarenakan romantisme historis di mana mereka
oleh terjadinya penyempitan terhadap bangga karena pernah memiliki para
pemahaman pendidikan Islam yang hanya pemikir-pemikir dan ilmuwan-ilmuwan
berkisar pada aspek kehidupan ukhrawi besar dan mempunyai kontribusi yang
yang terpisah dengan kehidupan duniawi, besar pula bagi pembangunan peradaban
atau aspek kehidupan rohani yang terpisah dan ilmu pengetahuan dunia serta menjadi
dengan kehidupan jasmani. transmisi bagi khazanah Yunani, namun di
Jika melihat pendapat Muhaimin sisi lain mereka menghadapi sebuah
ini, maka akan tampak adanya pembedaan kenyataan, bahwa pendidikan Islam tidak
dan pemisahan antara yang dianggap berdaya dihadapkan kepada realitas
agama dan bukan agama, yang sakral masyarakat industri dan teknologi
dengan yang profan antara dunia dan modern.
akhirat. Cara pandang yang memisahkan Hal ini pun didukung dengan
antara yang satu dengan yang lain ini pandangan sebagian umat Islam yang
disebut sebagai cara pandang dikotomik. kurang meminati ilmu-ilmu umum dan
Adanya simtom dikotomik inilah yang bahkan sampai pada tingkat “diharamkan”.
menurut Abdurrahman Mas‟ud sebagai Hal ini berdampak pada pembelajaran
penyebab ketertinggalan pendidikan Islam. dalam sistem pendidikan Islam yang masih
Hingga kini pendidikan Islam masih berkutat apa yang oleh Muhammad Abed
memisahkan antar akal dan wahyu, serta al-Jabiri, pemikir asal Maroko, sebagai
fakir dan zikir. Hal ini menyebabkan epistemologi bayani, atau dalam bahasa
adanya ketidakseimbangan paradigmatik, Amin Abdullah disebut dengan hadharah
yaitu kurang berkembangnya konsep an-nashsh (budaya agama yang semata-
humanisme religius dalam dunia mata mengacu pada teks), di mana
pendidikan Islam, karena pendidikan Islam pendidikan hanya bergelut dengan
lebih berorientasi pada konsep „abdullah setumpuk teks-teks keagamaan yang
(manusia sebagai hamba), ketimbang sebagian besar berbicara tentang
sebagai konsep khalifatullah (manusia permasalahan fikih semata.
sebagai khalifah Allah). Terjadinya pemilahan-pemilahan
Selain itu orientasi pendidikan antara ilmu umum dan ilmu agama inilah
Islam yang timpang tindih melahirkan yang membawa umat Islam kepada
masalah-masalah besar dalam dunia keterbelakangan dan kemunduran
pendidikan, dari persoalan filosofis, peradaban, lantaran karena ilmu-ilmu
hingga persoalan metodologis. Di samping umum dianggap sesuatu yang berada di
itu, pendidikan Islam menghadapi masalah luar Islam dan berasal dari non-Islam atau
serius berkaitan dengan perubahan the other, bahkan seringkali ditentangkan
antara agama dan ilmu (dalam hal ini maupun teknis departementel. Pemikiran
sains).Agama dianggap tidak ada filosofis menjadi sangat penting, karena
kaitannya dengan ilmu, begitu juga ilmu pemikiran ini nanti akan memeberikan
dianggap tidak memeperdulikan agama. suatu pandangan dunia yang menjadi
Begitulah gambaran praktik kependidikan landasan idiologis dan moral bagi
dan aktivitas keilmuan di tanah air pendidikan.
sekarang ini dengan berbagai dampak Pemisahan antar ilmu dan agama
negataif yang ditimbulkan dan dirasakan hendaknya segera dihentikan dan menjadi
oleh masyarakat. sebuah upaya penyatuan keduannya dalam
Sistem pendidikan Islam yang ada satu sistem pendidikan integralistik.
hanya mengajarkan ilmu-ilmu agama saja. Namun persoalan integrasi ilmu dan
Di sisi lain, generasi muslimyang agama dalam satu sistem pendidikan ini
menempuh pendidikan di luar sisitem bukanlah suatu persoalan yang mudah,
pendidikan Islam hanya mendapatkan melainkan harus atas dasar pemikiran
porsi kecil dalam hal pendidikan Islam filosofis yang kuat, sehingga tidak
atau bahkan sama sekali tidak terkesan hanya sekedar tambal sulam.
mendapatkan ilmu-ilmu keIslaman. Langkah awal yang harus
Dari berbagai persoalan pendidikan dilakukan dalam mengadakan perubahan
Islam di atas dapat ditarik benang merah pendidikan adalah merumuskan “kerangka
problematika pendidikan Islam yaitu: dasar filosofis pendidikan” yang sesuai
Pertama, masih adanya problem dengan ajaran Islam, kemudian
konseptual-teoritis atau filosofis yang mengembangkan secara “empiris prinsip-
kemudian berdampak pada persoalan prinsip” yang mendasari terlaksananya
operasional praktis. Kedua, persoalan dalam konteks lingkungan (sosio dan
konseptual-teoritis ini ditandai dengan kultural) Filsafat Integralisme (hikmah
adanya paradigma dikotomi dalam dunia wahdatiyah) adalah bagian dari filsafat
pendidikan Islam antara agama dan bukan Islam yang menjadi alternatif dari
agama, wahyu dan akal serta dunia dan pandangan holistik yang berkembang pada
akhirat. Ketiga, kurangnya respon era postmodern di kalangan masyarakat
pendidikan Islam terhadap realitas sosial barat.
sehingga peserta didik jauh dari Inti dari pandangan hikmah
lingkungan sosio-kultural mereka. Pada wahdatiyah ini adalah bahwa yang mutlak
saat mereka lulus dari lembaga pendidikan dan yang nisbi merupakan satu kesatuan
Islam mereka akan mengalami social- yang berjenjang, bukan sesuatu yang
shock. Keempat, penanganan terhadap terputus sebagaimana pandangan ortodoksi
masalah ini hanya sepotong-potong, tidak Islam. Pandangan Armahedi Mahzar,
integral dan komprehensif. pencetus filsafat integralisme ini, tentang
ilmu juga atas dasar asumsi di atas,
Solusi Problematika Pendidikan Islam sehingga dia tidak membedakan antara
Mencermati kenyatan tersebut, ilmu agama dan ilmu umum, ilmu Tuhan
maka mau tidak mau persoalan konsep dan ilmu skular, ilmu dunia dan ilmu
dualisme-dikotomik pendidikan harus akhirat. Dari pandangan dia tentang
segera ditumbangkan dan dituntaskan, baik kesatuan tersebut juga akan berimplikasi
pada tingkatan filosofis-paradigmatik pula pada pemikiran Armahedi pada
permasalahan yang lain, termasuk juga Masa Depan Pendidikan Islam
pendidikan Islam. Pendidikan adalah sebuah proses
Bagi Armahedi, pendidikan Islam pembentukan karakter manusia yang tidak
haruslah menjadi satu kesatuan yang utuh pernah berhenti. Oleh Karena itu,
atau integral. Baginya, manusia-manuisa pendidikan merupakan sebuah proses
saat ini merupakan produk dari pemikiran budaya untuk membentuk karakter guna
Barat Modern yang mengalami suatu meningkatkan harkat dan martabat
kepincangan, karena merupakan suatu manusia yang berlangsung sepanjang
perkembangan yang parsial. Peradaban hayat. Dari wacana inilah, jelas pendidikan
Islam adalah contoh lain. Keduanya dapat merupakan landasan bagi pembentukan
ditolong dengan membelokkan arah karakter manusia, sekaligus karakter
perkembangannya ke arah perkembangan sebuah bangsa. Bagaimana perjalanan
yang evolusioner yang lebih menyeluruh sebuah bangsa menuju masa depannya, hal
dan seimbang.Hanya ada beberpa sisi saja itu akan tergantung dari pendidikan yang
dari kehidupan manusia yang diterima oleh “anak-anak kandung” bangsa
dikembangkan.Begitu juga halnya dengan bersangkutan. Dalam konteks inilah,
masyarakat yang ada, pada hakikatnya pendidikan akan selalu berkembang, dan
adalah cerminan dari satu sistem selalu dihadapkan pada perubahan zaman.
pendidikan yang ada saat itu. Karena itu, pendidikan harus didesain
Masyarakat saat ini adalah mengikuti irama perubahan tersebut. Jika
masyarakat materialis yang dapat dibina tidak, pendidikan akan berjalan di tempat,
dengan menggunakan suatu mesin raksasa bahkan berjalan mundur. Bila terjadi,
yang bernama teknostrutur.Di sini ada satu tunggulah kehancuran bangsa tersebut.
link yang hilang, yaitu spiritualisme. Bagaimana dengan pendidikan
Dengan demikian, pendidikan sebagai Islam? Pendidikan Islam saat ini tengah
produksi sistem ini haruslah menghadapi tantangan yang tidak mudah
mengembangkan seluruh aspek dari diselesaikan.Pendidikan Islam saat ini
manusia dan masyarakat sesuai dengan tengan menghadapi tantangan yang tidak
fitrah Islam, yaitu tauhid. mudah diselesaikan. Pendidikan Islam
Pandangan filosofis inilah yang tenga menghadapi tantangan modernisasi
menjadikan pentingnya kajian terhadap yang amat cepat, yang di satu sisi
pemikiran Armahedi Mahzar tentang menciptakan era globalisasi yang
sistem pendidikan Islam integratif, karena menumbuhkan pemikiran-pemikiran
permasalahan pendidikan sebenarnya global dan universal; tapi di pihak lain,
terletak pada dua aspek, filosofis dan modernisasi menciptakan kumpulan-
praktis.Persoalan filosofis ini yang kumpulan manusia ekstrim dan irasional
menjadi landasan pada ranah praktis yang membentuk sekte-sekte sebagai
pendidikan. Ketika ranah filosofis telah counter product dari globalisasi pemikiran
terbangun kokoh, maka ranah praktis akan dan budaya tadi. Alvin Toffler jauh hari
berjalan secara sistematis. Dengan telah meramalkan bahwa di era
demikian, filsafat integralisme atau modernisasi akan muncul banyak sekte-
hikmah wahdatiyah nantinya akan menjadi sekte dan pemikiran-pemikiran ekstrim
landasan idiologis dalam pengembangan yang bisa mengganggu perjalanan era
sistem pendidikan integratif. globalisasi tersebut.
Apa yang diprediksi Toffler kini Dalam bidang revolusi informasi,
benar-benar menjadi kenyataan. Di tengah misalnya, sebagaimana dikemukakan
umat manusia yang tengah menyambut era Donald Michael, juga terjadi ironi
globalisasi muncul pula kelompok- besar.Semakin banyak informasi dan
kelompok eksklusif yang ekstrim dan anti- semakin banyak pengetahuan, mastinya
globalisasi.Mereka inilah yang manusia makin besar kemampuannya
menyebarkan pemahaman-pemahaman melakukan pengendalian umum.Tapi yang
sempit tentang ideologi dan agama.Mereka terjadi justru sebaliknya; makin banyak
juga melihat manusia secara hitam putih. informasi makin banyak yang tidak
Munculnya pelbagai tindakan terkendali. Karena itu dengan ekstrim
terorisme dan tindakan ekstrim lain atas Ziauddin Sardar (dalam Pranowo M.
nama agama, sebetulnya adalah Bambang, 2009: 26), menyatakan bahwa
pengejawantahan dari eksistensi kelompok abad informasi ternyata sama sekali bukan
anti-globalisasi tersebut. Kelompok- rahmat. di masyarakat Barat, ia telah
kelompok semacam ini jelas menabrak menimbulkan sejumlah besar persoalan,
kecenderungan alam dan kecenderungan yang tidak ada perpecahannya kecuali cara
manusia yang ingin terus berkembang. pemecahan yang tumpul (Malik Fajar,
Mereka niscaya akan tergilas 1995).
kecenderungan zaman. Namun jika Di Indonesia, kondisi serupa mulai
dibiarkan, pemikiran kelompok semacam menggejala. melimpahnya informasi
itu bisa menjadi virus yang membuat masyarakat makin bingung
akanmenggerogoti bangsa. dalam mencari arah kehidupannya. Di
Dalam kaitan inilah, pendidikan antara mereka ada yang berhasil mencari
harus mengantisipasi kecenderungan arah yang benar, tapi tidak sedikit yang
destruktif tersebut. Dan pendidikan Islam terjerumus ke dalam situasi yang ambigu,
harus berjalan paling depan untuk baik ambigu dalam menentukan mana
mengatasi kondisi itu. Maklumlah sejauh yang baik dan buruk, maupun ambigu
ini, Islam telah menjadi “tertuduh” dari dalam menentukan pilihan-pilihan yang
munculnya pelbagai kekerasan dan konflik tepat untuk menyonsong era post industri
ekstrim yang meresahkan dunia tersebut.
internasional. Untuk melihat bagaimana
Masyarakat modern dewasa ini Indonesia membangun masa depan
ditandai dengan munculnya era pendidikan Islamnya, mungkinkita perlu
pascaindustri (postindustrial society) melihat perkembangan sejarah pendidikan
seperti dikatakan Daniel Bell, atau Islam di tanah air kita. Ketika Indonesia
masyarakat informasi (information society) masih dijajah Belanda, pilihan yang
sebagai tahapan ketiga dari perkembangan dianggap tepat oleh masyarakat untuk
peradaban seperti dikatakan oleh Alvin pendidikan Islam saat itu adalah menjauhi
Tofler, tak pelak lagi telah menjadikan apa-apa yang berbau Belanda.Dalam
kehidupan manusia secara teknologis perkembangannya, yang berbau Belanda
memperoleh banyak kemudahan. Tapi itu identik dengan yang berbau Barat.
masyarakat modern juga menjumpai Maka, pendidikan yang berbau Barat pun
banyak paradox dalam kehidupannya. dijauhi. Oleh sebab itu, di kalangan umat
yang berkembang adalah pendidikan Dunia pendidikan saat ini membutuhkan
model padepokan dan pesantren. konsep dan strategi yang integral, yang
Pesantren sendiri sebetulnya model bisa “mendidik” seluruh aspek kemanusian
pendidikan padepokan ala agama manusia dalam menghadapi tantangan arus
Hindu.Santri berasal dari kata cantri yang budaya dan social yang demikian gencar
artinya murid-murid yang mempelajari lantaran perkembangan teknologi
agama Hindu.Benar, kaum santri, dengan informasi yang sangat cepat. Ajaran Islam
kepatuhan tinggi padsa kiainya yang yang sarat dengan nilai-nilai luhur bisa
kharismatik, adalah pejuang-pejuang menjadi landasan moral yang sangat
tangguh yang anti-belanda.Peperangan strategis dalam mengembangkan
antara santri dan tentara Belanda terjadi di pendidikan Islam di tengah arus informasi
mana-mana.Kaum santri dan pesantrennya global yang kurang memperhatikan nilai-
menjadi penangkal pengaruh Belanda di nilai kemanusian yang dasariah tersebut.
masyarakat tradisional Indonesia yang Itu semua adalah tantangan yang harus
notabene merupakan masyarakat dijawab oleh umat Islam, agar Islam
mayoritas. benar-benar menjadi rahmatan lil’alamin.
Lalu bagaimana ke depan?
Pendidikan Islam harus mewarnai segala PENUTUP
aspek kehidupan.Islam harus muncul
Agama Islam datang ke Indonesia
dalam dunia yang selama ini dianggap
dibawa oleh para pedagang muslim.
sekuler seperti perbankan dan
Sambil berdagang menyiarkan agama
kedokteran.Perbankan Islam kini sudah
Islam kepada orang-orang yang
muncul-muncul di mana-mana. Juga
mengelilinya yaitu mereka yang membeli
pendidikan Islam yang terkait –ekonomi
barang-barang dagangannya. Begitulah
dan perbankan syariah– kini sudah ada di
setiap ada kesempatan mereka
mana-mana. Bahkan Fakultas Kedokteran
memberikan pendidikan dan ajaran agama
yang bernuansa Islam sudah berdiri di
Islam.
Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta.
Pendidikan Islam dapat diartikan
Apa arti semua itu? Islam dan dunia
sebagai usaha sadar untuk mengarahkan
pendidikan sekuler (kedokteran) yang
pertumbuhan dan perkembangan anak
selama ini dianggap tabu untuk bisa
dengan segala potensi yang dianugerahkan
bergandeng tangan, sekarang ini sudah
Allah kepadanya agar mengemban amanat
menyatu.
dan tanggung jawab sebagai khalifah Allah
Ke depan, Islam sesuai karakter
di bumi dalam pengabdiannya kepada
ajarannya – pinjam Bella – yang modern
Allah Swt.
dan universa, harus bisa menyesuaikan
Kondisi sekarang ini, pendidikan
konsep pendidikannya yang mengikuti
Islam berada pada posisi determinisme
perkembangan zaman. Jika pendidikan
historik dan realisme. Dalam artian bahwa,
Islam berhasi menyatukan “paradigm
satu sisi umat Islam berada pada
sekuler dengan paradigm spiritual dalam
romantisme historis di mana mereka
Islam” ke depan harus diupayakan pula
bangga karena pernah memiliki para
agar pendidikan Islambisa membawa
pemikir-pemikir dan ilmuwan-ilmuwan
masyarakat Islam ked lam pemikiran dan
besar dan mempunyai kontribusi yang
perilaku yang humanis dan universal.
besar pula bagi pembangunan peradaban Pendidikan Islam harus mewarnai
dan ilmu pengetahuan dunia serta menjadi segala aspek kehidupan.Islam harus
transmisi bagi khazanah Yunani, namun di munculdalam dunia yang selama ini
sisi lain mereka menghadapi sebuah dianggap sekuler, seperti perbankan dan
kenyataan, bahwa pendidikan Islam tidak kedokteran,
berdaya dihadapkan kepada realitas
masyarakat industri dan teknologi modern.

DAFTAR PUSTAKA
Jawahir Al. 2012. Problematika Pendidikan Islam Masa Kini dan Akan Datang. www.
Academia.edu/29690478/_Problematika_Pendidikan_Islam_Masa_Kini_dan_Masa_
Akan_Datang.
Mansyur, Umar. (2018). Sistem Pendidikan Nasional: Mencerdaskan atau Menindas?
https://doi.org/10.31227/osf.io/kfvb5
Muhaimin. 2004. Paradigma Pendidikan Islam. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
Pranowo M. Bambang. 2009. Mereka Bicara Pendidikan: Sebuah Bunga Rampai. Jakarta:
PT. Rajagrafindo Persada.
Supriadi. 2018. Paradigma Pendidikan Islam di Indonesia. (Online), www.teoribagus.com.
Teja. 2012. Paradigma Pendidikan Islam. (Online), www.teja.blogspot.com
Zuhairini, dkk. Sistem dan Isi Pendidikan Islam. 2000. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai