Abstrak
e.
Indonesia sedang mengalami darurat kekerasan seksual pada anak, yang jumlahnya
semakin meningkat.Data dari tahun 2010-2014 terdapat 21,6 juta kasus pelanggaran hak
anak yang 58% didominasi oleh kejahatan seksual. Kebingungan yang remaja alami
karena kurangnya pengetahuan tentang seksual berakibat seringnya remaja menjadi
korban potensial dalam kasus kekerasan seksual.Salah satu wadah dalam pengembangan
karakter remaja adalah melalui dengan Karang Taruna. Permasalahan di desa
Sumberngepoh adalah dari 7 Karang Taruna di masing-masing RW, hanya 1 Karang
Taruna yang aktif di RW III. Permasalahan lain adalah tentang pembuangan sampah oleh
warga, 65% sampah dibuang ke sungai, 20% dibakar dan 15% dibuang di pekarangan
rumah dengan membuat lubang pembu angan, karena belum adanya Tempat Pembuangan
Akhir (TPA). Di desa Sumberngepoh belum ada pengelolaan sampah yang terorganisir dan
berbasis masyarakat, sehingga jika dibiarkan akan berdampak buruk terhadap lingkungan.
Tujuan dari pengabdian ini adalah adanya pendanaan kesehatan reproduski yang berasal
dari pengelolaan sampah. Metode yang dilaksananakan untuk mengatasi permasalahan
mitra adalah dengan memanfaatkan potensi yang ada yaitu masih ada karang taruna aktif
sebagai motor penggerak karang taruna lainnya serta pengelolaan sampah dapat di
jadikan sumber biaya organisasi. Solusi yang ditawarkan adalah : pendampingan karang
taruna dalam tatakelola organisasi, membentuk Peer group dalam kespro remajasebagai
penanggulangan penyimpangan pada kespro remaja dan sadar kespro sebagai bentuk
“Kampung Mandiri Peduli Kespro”, menentukan alternatif sumber dana melalui
pengelolaan sampah. Hasil yang diperoleh dari kegiatan IBM yang sedang dilaksanakan
adalah terbentuknya Bank Sampah yang dikelola oleh Karang Taruna dengan penyisihan
dana sebesar 5 % untuk pendanaan kegiatan kesehatan reproduksi.
f.
g. Kata kunci: Pemberdayaan Karang Taruna, Pengelolaan dan Pengendalian Sampah, Pendanaan
Kesehatan Reproduksi
1. PENDAHULUAN
2. METODE
Berbagai permasalahan Karang Taruna di Desa Sumberngepoh dapat ditangani dengan melihat
potensi dari sumber daya manusia dan hasil produk pengolahan sampah yang ditawarkan. Ditinjau
dari kesiapan sumber daya manusia, seluruh masyarakat khususnya remaja sudah siap mengaktifkan
kembali Karang Taruna serta siap dalam pengolahan dan pengendalian sampah sebagai sumber
pendanaan Karang Taruna. Metode pendekatan yang ditawarkan serta rencana kegiatan program
adalah:
1. Penyelesaian permasalahan pertama
Pada era digital saat ini karang taruna menjadi mati suri, seperti halnya permasalahan di
desa tersebut kegiatan karang taruna belum berjalan secara optimal karena ketidaktahuan tata
kelola organisasi sehingga hanya 1 Karang Taruna saja yang aktif, tapi belum ada kegiatan yang
berhubungan dengan peningkatan pengetahuan untuk kesehatan reproduksi pada remaja. Solusi
yang ditawarkan adalah dengan pendampingan karang taruna dalam tata kelola organisasi,
sehingga bisa mengelola organisasi tersebut dan bisa aktif dalam melaksanakan kegiatan-
kegiatan yang direncanakan khususnya tentang kesehatan reproduksi. Langkah yang dilakukan
pada metode yang ditawarkan ini adalah:
a. Melakukan pendekatan kepada perangkat desa, tokoh masyarakat, tokoh pemuda serta pihak
yang terkait dalam upaya mengaktifkan kembali Karang Taruna di desa Sumberngepoh.
b. Membentuk tim organisasi yang berasal dari para pemuda yang aktif serta produktif dalam
kegiatan organisasi.
c. Melaksanakan pendampingan tata kelola organisasi karang taruna, sehingga bisa
melaksanakan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi kegiatan karang taruna khususnya
dalam bidang kesehatan reproduksi.
Kesehatan reproduksi adalah keadaan kesejahteraan fisik, mental, dan social secara lengkap dan
bukan hanya adanya penyakit atau kelemahan, dalam segala hal yang berhubungan dengan system
reproduksi dan fungsi-fungsi serta prosesnya. Sedangkan kesehatan reproduksi remaja adalah suatu
kondisi yang sehat yang menyangkut system, fungsi, dan proses reproduksi yang dimiliki oleh
remaja. Kaum remaja Indonesia saat ini mengalami lingkungan sosial yang sangat berbeda daripada
orangtuanya. Dewasa ini, kaum remaja lebih bebas mengekspresikan dirinya, dan telah
mengembangkan kebudayaan dan bahasa khusus antara grupnya. Sikap-sikap kaum remaja atas
seksualitas dan soal seks ternyata lebih liberal daripada orangtuanya, dengan jauh lebih banyak
kesempatan mengembangkan hubungan lawan jenis, berpacaran, sampai melakukan hubungan seks.
Menurut PKBI, akibat derasnya informasi yang diterima remaja dari berbagai media massa,
memperbesar kemungkinan remaja melakukan praktek seksual yang tak sehat, perilaku seks pra-
nikah, dengan satu atau berganti pasangan. Saat ini, kekurangan informasi yang benar tentang
masalah seks akan memperkuatkan kemungkinan remaja percaya salah paham yang diambil dari
media massa dan teman sebaya. Akibatnya, kaum remaja masuk ke kaum beresiko melakukan
perilaku berbahaya untuk kesehatannya. Secara garis besar dapat dikelompokkan empat golongan
faktor yang dapat berdampak buruk bagi kesehatan reproduksi yaitu :
1. Faktor sosial-ekonomi dan demografi (terutama kemiskinan, tingkat pendidikan yang rendah,
dan ketidaktahuan tentang perkembangan seksual dan proses reproduksi, serta lokasi tempat
tinggal yang terpencil).
2. Faktor budaya dan lingkungan (misalnya, praktek tradisional yang berdampak buruk pada
kesehatan reproduksi, kepercayaan banyak anak banyak rejeki, informasi tentang fungsi
reproduksi yang membingungkan anak dan remaja karena saling berlawanan satu dengan yang
lain, dsb).
3. Faktor psikologis (dampak pada keretakan orang tua pada remaja, depresi karena
ketidakseimbangan hormonal, rasa tidak berharga wanita pada pria yang membeli
kebebasannya secara materi, dsb).
4. Faktor biologis (cacat sejak lahir, cacat pada saluran reproduksi pasca penyakit menular seksual,
dsb).
Perubahan fisik yang pesat dan perubahan endokrin/hormonal yang sangat dramatik merupakan
pemicu masalah kesehatan remaja serius karena timbuhnya dorongan motivasi seksual yang
menjadikan remaja rawan terhadap penyakit dan masalah kesehatan reproduksi, kehamilan remaja
dengan segala konsekuensinya yaitu: hubungan seks pranikah, aborsi, PMS & RIV-AIDS serta
narkotika. Permasalahan remaja seringkali berakar dari kurangnya informasi dan pemahaman serta
kesadaran untuk mencapai sehat secara reproduksi. Di sisi lain, remaja sendiri mengalami perubahan
fisik yang cepat. Akses untuk mendapatkan informasi bagi remaja banyak yang tertutup. Dengan
memperluas akses informasi tentang kesehatan reproduksi remaja yang benar dan jujur bagi remaja
akan membuat remaja makin sadar terhadap tanggung jawab perilaku reproduksinya. Dengan makin
Volume sampah padat di kota-kota besar dunia diperkirakan mencapai 2,2 miliar ton pada tahun
2025 mendatang, Volume tersebut,mengalami kenaikan sekitar 77 persen dari realisasi tahun 2016,
yang tercatat sebanyak 1,3 miliar ton. mayoritas kenaikan jumlah sampah tersebut terjadi di kota-
kota berkembang. Di Indonesia sendiri, jumlah sampah padat yang diproduksi secara nasional
mencapai 151.921 ton per hari, Hal itu berarti, setiap penduduk Indonesia secara rata-rata membuang
sampah padat sebesar 0,85 kilogram (kg) setiap hari, total sampah yang dihasilkan secara nasional
hanya 80 persen yang berhasil dikumpulkan, dan sisanya terbuang mencemari lingkungan, perilaku
masyarakat kota di beberapa kota di Indonesia, dalam pengelolaan sampah. Yaitu, sebanyak 1,5
persen membuang sampah ke laut; membuang ke kali/got sebanyak 5,3 persen; membakar sampah
24,8 persen.sebanyak 1,4 persen masyarakat yang menimbun sampahnya; diangkut petugas untuk
dibuang ke TPA/TPS sebanyak 63,9 persen; dibuat menjadi kompos 1,1 persen; dan didaur ulang
sebanyak 0,6 persen.
Pengelolaan sampah didefinisikan adalah semua kegiatan yang bersangkuta paut dengan
pengendalian timbulnya sampah, pengumpulan, transfer dan transportasi, pengolahan dan
pemrosesan akhir/pembuangan sampah, dengan mempertimbangkan faktor kesehatan lingkungan,
4. KESIMPULAN
Beberapa kegiatan dalam implementasi pengelolaan sampah melalui Bank Sampah dan
terdapatnya Pojok Kesehatan Reproduksi di Desa Sumberngepoh dilaksanakan dengan baik berkat
sinergisme yang terjalin dengan masyarakat setempat. Proses pengabdian kepada masyarakat yang
telah terlaksana tersebut akan diikuti dengan proses pembinaan secara berkelanjutan agar cita-cita
awal, yaitu menjadikan Sumberngepoh sebagai Kampung Mandiri Peduli Kespro dapat
diwujudkan. Hambatan yang dihadapi dalam proses pelaksanaan pengabdian ini adalah masih
banyak warga yang belum sadar untuk memilah serta keterbatasan penyediaan tempat sampah untuk
1 desa.
Rekomendasi untuk kegiatan pengabdian selanjutnya adalah Ketua RT diharapkan berperan aktif
dalam memberikan dukungan kepada masyarakat dalam perubahan perilaku, terutama dalam
DAFTAR PUSTAKA
[1] Anas S. 2010. Sketsa Kesehatan Reproduksi Remaja. Jurnal Studi Gender & Anak. Vol.5
No.1 : pp.199-214
[2] Cahyanti EN, Listyaningsih. 2015. Peran Karang Taruna dalam Mengurangi Pengangguran
Pemuda di Desa Plesungan Kecamatan Kapas Kabupaten Bojonegoro. Kajian Moral dan
Kewarganegaraan. Volume 02 Nomor 03, 892-906.
[3] Iswarati. 2011. Pengetahuan dan Sumber Informasi Kesehatan Reproduksi Remaja di
Indonesia. Manajerial .Vol. 9, No. 18: 1 – 16.
[4] Muthmainnah. 2013. Analisis Stakeholder Remaja terhadap Implementasi Program
Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) di Kota semarang. Jurnal Promkes, Vol. 1, No.
2: 170–183.
[5] Nurmansyah MI, Al-Aufa B, Amran Y. 2013. Peran Keluarga, Masyarakat dan Media
Sebagai Sumber Informasi Kesehatan Reproduksi pada Mahasiswa. Jurnal Kesehatan
Reproduksi Vol. 3 No 1: 16 – 23.
[6] Pratiwi NL , Basuki H. 2011. Hubungan Karakteristik Remaja Terkait Risiko Penularan
HIV-AIDS dan Perilaku Seks Tidak Aman di Indonesia. Buletin Penelitian Sistem
Kesehatan.Vol. 14 No. 4: 346–357.
[7] Taufiqurrahman, Indrawati T, Mardiana F. 2014. Pemberdayaan Karang Taruna Berbasis
Karakter Wirausaha di Kecamatan Pakal dan Kecamatan Benowo, Surabaya dalam Rangka
Menyiapkan Generasi Kompetitif. Jurnal Inovasi dan Kewirausahaan. Volume 3 No. 1