Anda di halaman 1dari 8

PEMBERDAYAAN KARANG TARUNA MELALUI PENGENDALIAN

PENGELOLAAN SAMPAH SEBAGAI ALTERNATIF PENDANAAN KAMPUNG


MANDIRI PEDULI KESEHATAN REPRODUKSI DI DESA SUMBERNGEPOH
KECAMATAN LAWANG KABUPATEN MALANG JAWA TIMUR
(PENANGGULANGAN DARURAT KEKERASAN SEKSUAL BERBASIS PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT)

Eka Yuni Indah Nurmala1, Annisa Fithri2, Dian Hanifah3


1,2,3
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendedes, Kota Malang
Alamat Korespondensi : Jl. Panji Suroso No 6 Malang, Telp 0341-488762, Fax 0341-488763
E-mail: 1)yunikendedes@gmail.com, 2)teh.nisa1@gmail.com , 3)dianhanifah@gmail.com

Abstrak
e.
Indonesia sedang mengalami darurat kekerasan seksual pada anak, yang jumlahnya
semakin meningkat.Data dari tahun 2010-2014 terdapat 21,6 juta kasus pelanggaran hak
anak yang 58% didominasi oleh kejahatan seksual. Kebingungan yang remaja alami
karena kurangnya pengetahuan tentang seksual berakibat seringnya remaja menjadi
korban potensial dalam kasus kekerasan seksual.Salah satu wadah dalam pengembangan
karakter remaja adalah melalui dengan Karang Taruna. Permasalahan di desa
Sumberngepoh adalah dari 7 Karang Taruna di masing-masing RW, hanya 1 Karang
Taruna yang aktif di RW III. Permasalahan lain adalah tentang pembuangan sampah oleh
warga, 65% sampah dibuang ke sungai, 20% dibakar dan 15% dibuang di pekarangan
rumah dengan membuat lubang pembu angan, karena belum adanya Tempat Pembuangan
Akhir (TPA). Di desa Sumberngepoh belum ada pengelolaan sampah yang terorganisir dan
berbasis masyarakat, sehingga jika dibiarkan akan berdampak buruk terhadap lingkungan.
Tujuan dari pengabdian ini adalah adanya pendanaan kesehatan reproduski yang berasal
dari pengelolaan sampah. Metode yang dilaksananakan untuk mengatasi permasalahan
mitra adalah dengan memanfaatkan potensi yang ada yaitu masih ada karang taruna aktif
sebagai motor penggerak karang taruna lainnya serta pengelolaan sampah dapat di
jadikan sumber biaya organisasi. Solusi yang ditawarkan adalah : pendampingan karang
taruna dalam tatakelola organisasi, membentuk Peer group dalam kespro remajasebagai
penanggulangan penyimpangan pada kespro remaja dan sadar kespro sebagai bentuk
“Kampung Mandiri Peduli Kespro”, menentukan alternatif sumber dana melalui
pengelolaan sampah. Hasil yang diperoleh dari kegiatan IBM yang sedang dilaksanakan
adalah terbentuknya Bank Sampah yang dikelola oleh Karang Taruna dengan penyisihan
dana sebesar 5 % untuk pendanaan kegiatan kesehatan reproduksi.
f.
g. Kata kunci: Pemberdayaan Karang Taruna, Pengelolaan dan Pengendalian Sampah, Pendanaan
Kesehatan Reproduksi

1. PENDAHULUAN

Di seluruh dunia kondisi kesehatan reproduksi remaja sangat memperihatinkan. Meningkatnya


jumlah kasus infeksi penyakit menular seksual dikalangan remaja yang di sebabkan oleh prerilaku
seks bebas maupun penggunaan Napza. Emosi negatif dan permasalahan pada remaja menyerang
setiap saat tanpa terjadwal. Emosi yang sehat akan menghasilkan sugesti diri yang positif.

Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2017 67


Sebaliknya, emosi yang tidak sehat akan mendatangkan masalah baru pada remaja. Pada intinya,
masalah itu tidak mengenal status, usia, golongan, dan lain-lain. Masalah selalu menghampiri
siapapun ketika awalnya diciptakan. Kondisi inilah yang seringkali membuat para remaja tidak
mampu mengendalikan antara ego dan logika berpikir ketika masalah menimpa dirinya. Begitu
masalah datang dalam intensitas cukup kecil, banyak remaja yang belum mampu menanganinya
sendiri. Jaman yang serba praktis pada era ini telah mengajarkan pada remaja tentang
ketidakberhasilan menjadi remaja yang sesungguhnya dalam konteks normatif. (1-3)
Pada dasarnya upaya-upaya pemerintah untuk meningkatkan kesehatan reproduksi remaja sudah
dilakukan melalui program kegiatan PIK-KR dan kebijakan-kebijakan lainya terkait dengan
kesehatan reproduksi itu sendiri. Namun demikian masyarakt terdekat dengan remaja seperti
keluarga dan lingkungan mempenyai andil yang besar dalam melakukan pengawasan terhadap
remaja. Membangun peran serta masyarakat untuk peduli terhadap remaja, juga terkendala dengan
biaya dalam melaksanakan kegiatan kegiatannya. Solusi yang di tawarkan untuk merintis pendanaan
dengan memanfaatkan potensi lingkungan, khususnya dalam penegelolaan sampah. Data dari hasil
penelitian hanya 0,6% sampah nasional yang di daur ulang. Artinya ada potensi nilai ekonomis yang
masih diabaikan oleh masyarakat.(4,5)
Di desa Sumberngepoh masih terjadi kehamilan di luar nikah akibat perilaku seks bebas karena
kurangnya pengetahuan tentang kespro serta masih ada terdapat pernikahan dini. Permasalahan lain
di desa Sumberngepoh adalah tentang pembuangan sampah oleh warga, 65% sampah dibuang ke
sungai, 20% dibakar dan 15% dibuang di pekarangan rumah dengan membuat lubang pembuangan,
karena belum adanya Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di desa tersebut. Di bawah adalah gambar
sampah menggunung yang dibuang ke sungai, yang tidak hanya 1 tempat saja tempat pembuangan
sampah.

Gambar 1 Fenomena Masyarakat Desa yang Membuag Sampah ke Sungai


Desa Sumberngepoh merupakan wilayah dataran tinggi di kecamatan Lawang yang terdapat
sumber mata air untuk kebutuhan beberapa wilayah yang berdekatan, sehingga jika sampah dibuang
ke sungai akan sangat berdampak terhadap kualitas air serta ekosistem di sekitar bantaran sungai
serta sangat beresiko terjadinya banjir.
Kondisi pengelolaan sampah yang masih merupakan pekerjaan rumah nasional, memerlukan
solusi dari berbagai pihak. Remaja dengan permasalahannya seringkali di pandang sebelah mata.
Potensi besar yang dimiliki remaja membutuhkan penyaluran yang positif. Kegiatan peduli
lingkungan sekaligus membangun potensi entrepreneur dalam diri remaja perlu di kembangkan.

68 SENASPRO 2017 | Seminar Nasional dan Gelar Produk


Melalui pengeloaan sampah remaja akan didik menjadi entrepreuner lingkungan yang mandiri.
Sebagian pendanaanya dapat disalurkan untuk kebutuhan remja itu sendiri termasuk informasi
tentang kesehatan reproduksi.

2. METODE

Berbagai permasalahan Karang Taruna di Desa Sumberngepoh dapat ditangani dengan melihat
potensi dari sumber daya manusia dan hasil produk pengolahan sampah yang ditawarkan. Ditinjau
dari kesiapan sumber daya manusia, seluruh masyarakat khususnya remaja sudah siap mengaktifkan
kembali Karang Taruna serta siap dalam pengolahan dan pengendalian sampah sebagai sumber
pendanaan Karang Taruna. Metode pendekatan yang ditawarkan serta rencana kegiatan program
adalah:
1. Penyelesaian permasalahan pertama
Pada era digital saat ini karang taruna menjadi mati suri, seperti halnya permasalahan di
desa tersebut kegiatan karang taruna belum berjalan secara optimal karena ketidaktahuan tata
kelola organisasi sehingga hanya 1 Karang Taruna saja yang aktif, tapi belum ada kegiatan yang
berhubungan dengan peningkatan pengetahuan untuk kesehatan reproduksi pada remaja. Solusi
yang ditawarkan adalah dengan pendampingan karang taruna dalam tata kelola organisasi,
sehingga bisa mengelola organisasi tersebut dan bisa aktif dalam melaksanakan kegiatan-
kegiatan yang direncanakan khususnya tentang kesehatan reproduksi. Langkah yang dilakukan
pada metode yang ditawarkan ini adalah:
a. Melakukan pendekatan kepada perangkat desa, tokoh masyarakat, tokoh pemuda serta pihak
yang terkait dalam upaya mengaktifkan kembali Karang Taruna di desa Sumberngepoh.
b. Membentuk tim organisasi yang berasal dari para pemuda yang aktif serta produktif dalam
kegiatan organisasi.
c. Melaksanakan pendampingan tata kelola organisasi karang taruna, sehingga bisa
melaksanakan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi kegiatan karang taruna khususnya
dalam bidang kesehatan reproduksi.

2. Penyelesaian permasalahan kedua


Permasalahan pertama adalah Masyarakat desa Sumberngepoh masih terdapat kejadian
kehamilan yang tidak diinginkan akibat perilaku seks bebas serta masih ada pernikahan dini.
Solusi yang ditawarkan adalah dengan membentuk peer group dalam kesehatan reproduksi
remaja sebagai penanggulangan penyimpangan pada kesehatan reproduksi dan sadar kespro
sebagai bentuk “Kampung Mandiri Peduli Kespro”. Langkah yang dilakukan dalam
pembentukan peer group adalah:
a. Membentuk peer group dari kalangan remaja di dua dusun mitra yang mempunyai
kemampuan berkomunikasi dan aktif dalam kegiatan karang taruna
b. Melaksanakan pelatihan peer group sehingga bisa menyampaikan informasi dan
pengalaman dengan teman sebaya.
c. Membuat media informasi tentang kesehatan reproduksi yang komunikatif dan menarik
(dijadikan “jargon” dalam kegiatan karang taruna yang berkaitan dengan kespro remaja)
sehingga mudah dipahami oleh masyarakat
d. Membuat perencanaan kegiatan peer group yang terjadwal dan berkesinambungan, sehingga
informasi tentang kesehatan reproduksi akan terus berkembang.
e. Melaksanakan kegiatan pendampingan pada saat pelaksanaan peer group.

3. Penyelesaian permasalahan ketiga


Tatanan sistem kehidupan masyarakat yang beralih dari sifat gotong royong menjadi
individualistik, akhirnya beberapa permasalahan sosial yang membutuhkan dana/biaya swadaya
masyarakat tidak mendapat perhatian. Seperti halnya permasalahan Karang Taruna di desa
Sumberngepoh belum mempunyai dana yang tetap dalam kegiatan karang taruna. Permasalahan
yang lain adalah belum adanya pengelolaan dan pengendalian sampah sehingga sebagian besar

Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2017 69


masyarakat membuang sampah ke sungai. Sampah sebenarnya sebagai sumber potensi dalam
memperoleh dana bagi kegiatan sosial masyarakat, salah satunya kegiatan karang taruna.
Langkah yang dilakukan pada metode yang ditawarkan ini adalah:
a. Koordinasi dengan tokoh masyarakat dalam pembentukan sistem pengelolaan sampah
terpadu
b. Mengundang pakar untuk melaksanakan pelatihan pengolahan sampah, sampah organik
dijadikan kompos sedangkan sampah anorganik dijadikan bahan kerajinan atau bahan daur
ulang
c. Mengaktifkan para pemuda dan masyarakat dalam kegiatan pengolahan sampah dengan
kegiatan-kegiatan yang berkesinambungan
d. Menyediakan tempat pengelolaan sampah di beberapa lokasi untuk memudahkan dalam
pengolahan sampah
e. Menggunakan media sosial dalam pemasaran hasil pengolahan sampah

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Kesehatan reproduksi adalah keadaan kesejahteraan fisik, mental, dan social secara lengkap dan
bukan hanya adanya penyakit atau kelemahan, dalam segala hal yang berhubungan dengan system
reproduksi dan fungsi-fungsi serta prosesnya. Sedangkan kesehatan reproduksi remaja adalah suatu
kondisi yang sehat yang menyangkut system, fungsi, dan proses reproduksi yang dimiliki oleh
remaja. Kaum remaja Indonesia saat ini mengalami lingkungan sosial yang sangat berbeda daripada
orangtuanya. Dewasa ini, kaum remaja lebih bebas mengekspresikan dirinya, dan telah
mengembangkan kebudayaan dan bahasa khusus antara grupnya. Sikap-sikap kaum remaja atas
seksualitas dan soal seks ternyata lebih liberal daripada orangtuanya, dengan jauh lebih banyak
kesempatan mengembangkan hubungan lawan jenis, berpacaran, sampai melakukan hubungan seks.
Menurut PKBI, akibat derasnya informasi yang diterima remaja dari berbagai media massa,
memperbesar kemungkinan remaja melakukan praktek seksual yang tak sehat, perilaku seks pra-
nikah, dengan satu atau berganti pasangan. Saat ini, kekurangan informasi yang benar tentang
masalah seks akan memperkuatkan kemungkinan remaja percaya salah paham yang diambil dari
media massa dan teman sebaya. Akibatnya, kaum remaja masuk ke kaum beresiko melakukan
perilaku berbahaya untuk kesehatannya. Secara garis besar dapat dikelompokkan empat golongan
faktor yang dapat berdampak buruk bagi kesehatan reproduksi yaitu :
1. Faktor sosial-ekonomi dan demografi (terutama kemiskinan, tingkat pendidikan yang rendah,
dan ketidaktahuan tentang perkembangan seksual dan proses reproduksi, serta lokasi tempat
tinggal yang terpencil).
2. Faktor budaya dan lingkungan (misalnya, praktek tradisional yang berdampak buruk pada
kesehatan reproduksi, kepercayaan banyak anak banyak rejeki, informasi tentang fungsi
reproduksi yang membingungkan anak dan remaja karena saling berlawanan satu dengan yang
lain, dsb).
3. Faktor psikologis (dampak pada keretakan orang tua pada remaja, depresi karena
ketidakseimbangan hormonal, rasa tidak berharga wanita pada pria yang membeli
kebebasannya secara materi, dsb).
4. Faktor biologis (cacat sejak lahir, cacat pada saluran reproduksi pasca penyakit menular seksual,
dsb).
Perubahan fisik yang pesat dan perubahan endokrin/hormonal yang sangat dramatik merupakan
pemicu masalah kesehatan remaja serius karena timbuhnya dorongan motivasi seksual yang
menjadikan remaja rawan terhadap penyakit dan masalah kesehatan reproduksi, kehamilan remaja
dengan segala konsekuensinya yaitu: hubungan seks pranikah, aborsi, PMS & RIV-AIDS serta
narkotika. Permasalahan remaja seringkali berakar dari kurangnya informasi dan pemahaman serta
kesadaran untuk mencapai sehat secara reproduksi. Di sisi lain, remaja sendiri mengalami perubahan
fisik yang cepat. Akses untuk mendapatkan informasi bagi remaja banyak yang tertutup. Dengan
memperluas akses informasi tentang kesehatan reproduksi remaja yang benar dan jujur bagi remaja
akan membuat remaja makin sadar terhadap tanggung jawab perilaku reproduksinya. Dengan makin

70 SENASPRO 2017 | Seminar Nasional dan Gelar Produk


banyaknya persoalan kesehatan reproduksi remaja, maka pemberian informasi, layanan dan
pendidikan kesehatan reproduksi remaja menjadi sangat penting. 6
Perilaku remaja dewasa ini cenderung menghasilkan perilaku negatif. Hal ini disebabkan oleh
kurangnya pengawasan baik di dalam keluarga maupun di dalam lingkungannya sendiri. Hal itu
berdampak pada permasalahan yang dihadapi remaja seperti :
1. Masalah Kehamilan Remaja
Kehamilan usia dini memuat risiko yang tidak kalah berat. Pasalnya, emosional ibu
belum stabil dan ibu mudah tegang. Sementara kecacatan kelahiran bisa muncul akibat
ketegangan saat dalam kandungan, adanya rasa penolakan secara emosional ketika si ibu
mengandung bayinya.
2. Masalah Aborsi
Aborsi memiliki resiko yang tinggi terhadap kesehatan maupun keselamatan seorang
wanita. Tidak benar jika dikatakan bahwa jika seseorang melakukan aborsi tidak merasakan
apa-apa dan langsung boleh pulang. Ini adalah informasi yang sangat menyesatkan bagi setiap
wanita, terutama mereka yang sedang kebingungan karena tidak menginginkan kehamilan yang
sudah terjadi
3. Infeksi Menular Seksual (IMS)
Infeksi Menular Seksual (IMS) adalah infeksi yang menyerang organ kelamin seseorang
dan sebagian besar ditularkan melalui hubungan seksual. Penyakit menular seksual akan lebih
berisiko bila melakukan hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan baik melalui vagina,
oral maupun anal.
4. HIV dan AIDS
HIV merupakan singkatan dari ’human immunodeficiency virus’. HIV merupakan
retrovirus yang menjangkiti sel-sel sistem kekebalan tubuh manusia (terutama CD4 positive T-
sel dan macrophages– komponen-komponen utama sistem kekebalan sel), dan menghancurkan
atau mengganggu fungsinya. Infeksi virus ini mengakibatkan terjadinya penurunan sistem
kekebalan yang terus-menerus, yang akan mengakibatkan defisiensi kekebalan tubuh.Sistem
kekebalan dianggap defisien ketika sistem tersebut tidak dapat lagi menjalankan fungsinya
memerangi infeksi dan penyakit- penyakit. Orang yang kekebalan tubuhnya defisien
(Immunodeficient) menjadi lebih rentan terhadap berbagai ragam infeksi, yang sebagian besar
jarang menjangkiti orang yang tidak mengalami defisiensi kekebalan. Penyakit-penyakit yang
berkaitan dengan defisiensi kekebalan yang parah dikenal sebagai “infeksi oportunistik” karena
infeksi-infeksi tersebut memanfaatkan sistem kekebalan tubuh yang melemah. AIDS adalah
singkatan dari ‘acquired immunodeficiency syndrome’ dan menggambarkan berbagai gejala
dan infeksi yang terkait dengan menurunnya sistem kekebalan tubuh. Infeksi HIV telah
ditahbiskan sebagai penyebab AIDS. Tingkat HIV dalam tubuh dan timbulnya berbagai infeksi
tertentu merupakan indikator bahwa infeksi HIV telah berkembang menjadi AIDS.

Volume sampah padat di kota-kota besar dunia diperkirakan mencapai 2,2 miliar ton pada tahun
2025 mendatang, Volume tersebut,mengalami kenaikan sekitar 77 persen dari realisasi tahun 2016,
yang tercatat sebanyak 1,3 miliar ton. mayoritas kenaikan jumlah sampah tersebut terjadi di kota-
kota berkembang. Di Indonesia sendiri, jumlah sampah padat yang diproduksi secara nasional
mencapai 151.921 ton per hari, Hal itu berarti, setiap penduduk Indonesia secara rata-rata membuang
sampah padat sebesar 0,85 kilogram (kg) setiap hari, total sampah yang dihasilkan secara nasional
hanya 80 persen yang berhasil dikumpulkan, dan sisanya terbuang mencemari lingkungan, perilaku
masyarakat kota di beberapa kota di Indonesia, dalam pengelolaan sampah. Yaitu, sebanyak 1,5
persen membuang sampah ke laut; membuang ke kali/got sebanyak 5,3 persen; membakar sampah
24,8 persen.sebanyak 1,4 persen masyarakat yang menimbun sampahnya; diangkut petugas untuk
dibuang ke TPA/TPS sebanyak 63,9 persen; dibuat menjadi kompos 1,1 persen; dan didaur ulang
sebanyak 0,6 persen.
Pengelolaan sampah didefinisikan adalah semua kegiatan yang bersangkuta paut dengan
pengendalian timbulnya sampah, pengumpulan, transfer dan transportasi, pengolahan dan
pemrosesan akhir/pembuangan sampah, dengan mempertimbangkan faktor kesehatan lingkungan,

Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2017 71


ekonomi, teknologi, konservasi, estetika dan faktor-faktor lingkungan lainnya yang erat kaitannya
dengan respon masyarajat
Menurut Undang-undang No. 18 Tahun 2008 pengelolaan sampah didefinisikan sebagai
kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan
penanganan sampah. Kegiatan pengurangan meliputi pembatasan timbulan sampah, pendauran ulang
sampah, dan/ataupemanfaatan kembali sampah. Sedangkan kegiatan penanganan meliputi
pemilihan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan pemrosesan akhir sampah.
Konsep entrepreneurship dan entrepreneur dari beberapa penelitian/studi. bahwa
entrepreneurship adalah occurs when an enterprising individual pursues a lucrative opportunity
(:meliputi ketika individu dapat memberdayakan dirinya untuk menciptakan kesempatan mengelola
dan menghasilkan barang dan jasa sehingga berdampak kepada peningkatan pemasukan keuangan).
Selanjutnya, entrepreneur adalah seseorang yang memiliki keterampilan yang bagus dalam hal
manajemen umum, pengetahuan mengenai bisnis dan bagaimana menjalankan bisnis, serta jaringan,
kreativitas dan inovasi. Selain itu, entrepreneur adalah seseorang yang memiliki gagasan dan
membangun organisasi sehingga dapat dikatakan sebagai pribadi yang terlibat membangun sistem-
sistem baru, sumber-sumber, atau proses-proses yang menghasilkan produksi dari bahan-bahan atau
pelayananan-pelayanan yang menciptakan pasar baru. Penulis menambahkan definisi pasar baru
dengan melibatkan definisi pasar dari Kamus Bahasa Indonesia yakni dalam hal ini dapat berupa
permintaan dan penawaran yang baru atau ada perubahan dalam hal permintaan dan penawaran;
berikut juga, tempat-tempat baru bagi penjual yang ingin menukar barang atau jasa dengan uang, dan
pembeli yang ingin menukar uang dengan barang atau jasa. 7
Hasil dari pengabdian masyarakat yang sudah dilaksanakan di Desa Sumberngepoh adalah:
1. Terbentuknya Bank Sampah yang dikelola oleh Karang Taruna
Desa Sumberngepoh adalah salah satu desa di Kecamatan Lawang yang belum terbentuk
Bank Sampah untuk pengelolaan sampah, sehingga warga masyarakat membuang sampah ke
sungai, sedangkan desa ini adalah desa tertinggi di Kecamatan Lawang yang merupakan sumber
air bagi daerah tersebut. Adanya kegiatan IBM oleh STIKes Kendedes dengan topik
pengelolaan sampah sebagai dana pengembangan kegiatan kesehatan reproduksi di desa
Sumberngepoh sudah terbentuk Bank Sampah yang difasilitasi oleh desa dan dikelola oleh
Karang Taruna.
Pembentukan Bank Sampah sudah disahkan oleh Kepala Desa melalui SK Kepala Desa
tentang pembentukan Bank Sampah. Bank Sampah dikelola oleh Karang Taruna Desa yang 5%
dana dari perolehan pengelolaan Bank Sampah untuk pendanaan kegiatan kesehatan
reproduksi.

Gambar 2 Bank Sampah di Desa Sumberngepoh

72 SENASPRO 2017 | Seminar Nasional dan Gelar Produk


Gambar 3 Lahan Hijau yang Disediakan Desa dengan Memanfaatkan Kompos dari Sampah

2. Terbentuknya Pojok Kesehatan Reproduksi


Selain terbentuknya Bank Sampah, desa Sumberngepoh juga menyediakan
tempat/ruangan di Balai Desa sebagai tempat untuk konseling kesehatan reproduksi khususnya
kesehatan reproduksi remaja. Tempat tersebut dijadikan sebagai wahana bagi masyarakat desa
untuk sosialisasi kegiatan yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi. Fasilitator yang
disediakan adalah bidan, perawat di desa tersebut serta dosen dan mahasiswa STIKes Kendedes
Malang yang secara rutin akan melaksanakan kegiatan pendampingan. Program yang dijalankan
adalah dengan membentuk peer group untuk remaja dengan topik kesehatan reproduksi.

Gambar 4 Kegiatan Pojok Kesehatan Reproduksi di Desa Sumberngepoh

4. KESIMPULAN
Beberapa kegiatan dalam implementasi pengelolaan sampah melalui Bank Sampah dan
terdapatnya Pojok Kesehatan Reproduksi di Desa Sumberngepoh dilaksanakan dengan baik berkat
sinergisme yang terjalin dengan masyarakat setempat. Proses pengabdian kepada masyarakat yang
telah terlaksana tersebut akan diikuti dengan proses pembinaan secara berkelanjutan agar cita-cita
awal, yaitu menjadikan Sumberngepoh sebagai Kampung Mandiri Peduli Kespro dapat
diwujudkan. Hambatan yang dihadapi dalam proses pelaksanaan pengabdian ini adalah masih
banyak warga yang belum sadar untuk memilah serta keterbatasan penyediaan tempat sampah untuk
1 desa.
Rekomendasi untuk kegiatan pengabdian selanjutnya adalah Ketua RT diharapkan berperan aktif
dalam memberikan dukungan kepada masyarakat dalam perubahan perilaku, terutama dalam

Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2017 73


pengelolaan sampah, Masyarakat diharapkan untuk lebih peduli lagi dengan sampah disekitarnya,
karena sampah jika dikelola dengan benar akan dapat menghasilkan uang serta akan memperbaiki
lingkungan serta masyarakat diharapkan lebih sadar tentang arti pentingnya kesehatan reproduksi,
khususnya reproduksi.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Anas S. 2010. Sketsa Kesehatan Reproduksi Remaja. Jurnal Studi Gender & Anak. Vol.5
No.1 : pp.199-214
[2] Cahyanti EN, Listyaningsih. 2015. Peran Karang Taruna dalam Mengurangi Pengangguran
Pemuda di Desa Plesungan Kecamatan Kapas Kabupaten Bojonegoro. Kajian Moral dan
Kewarganegaraan. Volume 02 Nomor 03, 892-906.
[3] Iswarati. 2011. Pengetahuan dan Sumber Informasi Kesehatan Reproduksi Remaja di
Indonesia. Manajerial .Vol. 9, No. 18: 1 – 16.
[4] Muthmainnah. 2013. Analisis Stakeholder Remaja terhadap Implementasi Program
Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) di Kota semarang. Jurnal Promkes, Vol. 1, No.
2: 170–183.
[5] Nurmansyah MI, Al-Aufa B, Amran Y. 2013. Peran Keluarga, Masyarakat dan Media
Sebagai Sumber Informasi Kesehatan Reproduksi pada Mahasiswa. Jurnal Kesehatan
Reproduksi Vol. 3 No 1: 16 – 23.
[6] Pratiwi NL , Basuki H. 2011. Hubungan Karakteristik Remaja Terkait Risiko Penularan
HIV-AIDS dan Perilaku Seks Tidak Aman di Indonesia. Buletin Penelitian Sistem
Kesehatan.Vol. 14 No. 4: 346–357.
[7] Taufiqurrahman, Indrawati T, Mardiana F. 2014. Pemberdayaan Karang Taruna Berbasis
Karakter Wirausaha di Kecamatan Pakal dan Kecamatan Benowo, Surabaya dalam Rangka
Menyiapkan Generasi Kompetitif. Jurnal Inovasi dan Kewirausahaan. Volume 3 No. 1

74 SENASPRO 2017 | Seminar Nasional dan Gelar Produk

Anda mungkin juga menyukai