Anda di halaman 1dari 147

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS DI GAMPONG TIMBANG

LANGSA KECAMATAN LANGSA BARO KOTA LANGSA


TAHUN 2022

DISUSUN OLEH :

NURMA ANITA
2114901039

PRODI NERS TAHAP PROFESI


STIKES FLORA
MEDAN
2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Masalah kesehatan masyarakat sampai saat ini masih menjadi perhatian bagi

pemerintah. Kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan masih rendah.

Tingkat kesehatan masyarakat yang tidak merata dan sangat rendah khususnya

terjadi pada masyarakat yang tinggal di pemukiman kumuh. Perilaku masyarakat

yang masih tidak higienis ditambah lagi dengan tidak adanya sarana dan prasarana

lingkungan yang mendukung berdampak pada kesehatan masyarakat yang tinggal

pada pemukiman kumuh tersebut. Banyak masalah kesehatan masyarakat yang

mungkin akan timbul akibat perilaku masyarakat dan kondisi lingkungan yang

tidak memperhatikan kesehatan.

Salah satu masalah yang harus diperhatikan dalam kajian kependudukan

adalah masalah lingkungan. Semakin Bertambah jumlah penduduk akan

berimplikasi semakin banyak pula tantangan masalah mengenai lingkungan. Dari

berbagai masalah mengenai kesehatan lingkungan dalam kehidupan

bermasyarakat , limbah merupakan salah satu permasalahan yang cukup pelik dan

mendesak dalam pembangunan bekelanjutan di suatu wilayah atau kota (Arif,

2019).

Gampong Timbang Langsa Kecamatan Langsa Baro merupakan kawasan

daerah industri rumah tangga yang kebanyakan masyarakatnya adalah pengusaha

tahu, pengelolaan limbah tahu masih kurang baik, sehingga dapat mengancam

lingkungan hidup, kesehatan masyarakat sekitar, dan kelangsungan hidup manusia


serta makhluk hidup yang lainnya. Cara pembuangan limbah yang masih

sembarangan menyebabkan terkontaminasinya lingkungan sekitar. Pemukiman

penduduk menjadi kumuh, aliran sungai dan got menjadi mampet, dan tanah

menjadi tidak subur. Hal tersebut sangat merugikan masyarakat setempat karena

mereka menjadi rentan terhadap penyakit terganggu oleh bau yang tidak sedap

yang ditimbulkan oleh limbah, dan rusaknya ekosistem.

Masalah selanjutnya yang ada di Gampong Timbang Langsa Kecamatan

Langsa Baro adalah kurangnya penerapan protokol kesehatan. Upaya preventif

dalam protokol kesehatan yang diterapkan masyarakat dalam memutus rantai

penularan Covid-19 pada masa pandemi seperti ini adalah membiasan diri

memakai masker, mencuci tangan menggunakan sabun, menggunakan hand

sanitaizer, menjaga jarak, menjauhi keramaian dan menghindari berpergian ke

luar daerah, terutama daerah-daerah yang sudah dinyatakan sebagai zona merah

(Novi dan Rahmiati, 2021)

Pemerintah Indonesia saat ini sudah menetapkan status darurat bencana

nasional terkait dengan kejadian pandemi virus Covid-19. untuk mengatasi

penyebaran virus, pemerintah membuat kebijakan patuh protokol kesehatan yang

menghimbau untuk sesering mungkin mencuci tangan pakai sabun 6 langkah,

tidak melakukan kontak langsung dengan orang lain, menghindari pertemuan

yang bersifat massal dan menggunakan masker saat keluar rumah, aktifitas

bekerja, belajar dan beribadah pun juga dilaksanakan dirumah masing- masing.

Keperawatan kesehatan komunitas memegang peranan penting dalam

memberikan pelayanan keperawatan di masyarakat. Banyak hal yang dapat


dilakukan guna ikut berperan aktif meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

Melalui keperawatan kesehatan komunitas perawat dapat memberikan pelayanan

kesehatan primer, skunder dan tersier kepada masyarakat. Namun, pada sisi lain

keperawatan kesehatan komunitas di Indonesia juga tidak terlepas dari berbagai

macam kendala dan isu penting terutama yang terkait dengan kebijakan

pemerintah, regulasi, dan permasalahan lainya (Swarjana, 2016).

Keperawatan komunitas merupakan bentuk pelayanan atau asuhan langsung

yang berfokus kepada kebutuhan dasar komunitas, yang berkaitan dengan

kebiasaan atau pola perilaku masyarakat yang tidak sehat, ketidakmampuan

masyarakat untuk beradaptasi dengan lingkungan (bio, psiko, sosial, kultural,

maupun spiritual). Intervensi keperawatan komunitas yang dilakukan difokuskan

pada tiga level prevensi atau pencegahan yaitu : prevensi primer yang pelaksanaan

difokuskan pada pendidikan kesehatan konseling, prevensi sekunder dan prevensi

tersier.

Sebagai tenaga profesional, maka perencanaan dalam memberikan asuhan

keperawatan komunitas merupakan hal yang teramat penting disusun oleh

perawat. Rencana asuhan keperawatan disusun dengan memperhatikan banyak

faktor, terutama sekali faktor masyarakat itu sendiri, karena pada hakekatnya

masyarakatlah yang memiliki rencana tersebut, dan perawat sebaiknya hanyalah

sebagai fasilitator dan motivator dalam menggerakkan dinamika masyarakat untuk

dapat menolong dirinya sendiri (Agus, 2018).

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, didapatkan dari hasil pengkajian

ditemukan 2 masalah yaitu kebersihan lingkungan berhubungan dengan limbah


tahu dan penerapan protokol kesehatan di masyarakat. Pengkajian dilakukan

dengan menggunakan dua pendekatan yaitu pendekatan dengan keluarga dan

pendekatan dengan masyarakat, dalam rangka melakukan pembinaan, mengatasi

masalah kesehatanserta meningkatkan derajat kesehatan yang optimal secara

mandiri, dimana dalam pelaksanaan praktek asuhan keperawatan komunitas yang

diawali pengkajian dengan cara mengisi kuisioner, mengumpulkan data,

wawancara langsung, windshield survey, memprioritaskan masalah, menganalisa

dan menentukan diagnosa atau permasalahan dan menyusun rencana sesuai

dengan permasalahan yang ditemukan, kemudian pelaksanaan dan yang terakhir

adalah melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan di Gampong

Timbang Langsa. Sehingga mahasiswa/i mampu mengenal masalah kesehatan

yang ada dan menerapkan asuhan keperawatan secara langsung, individu,

keluarga dan masyarakat.

1.2. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mampu melakukan asuhan keperawatan komunitas untuk pencegahan

dan peningkatan kesehatan masyarakat melalui upaya pelayanan

keperawatan secara langsung (Direct Care) atau perhatian langsung

terhadap seluruh kesehatan masyarakat (Healt General Community) di

Gampong Timbang Langsa Kecamatan Langsa Baro Kota Langsa.

2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi atau melakukan pengkajian secara langsung

mengenai masalah kesehatan yang dialami di Gampong Timbang

Langsa Kecamatan Langsa Baro Kota Langsa.

b. Menetapkan masalah kesehatan dan memprioritaskan masalah sesuai

dengan data pengkajian di Gampong Timbang Langsa Kecamatan

Langsa Baro Kota Langsa.

c. Menyusun rencana tindakan serta memecahkan masalah yang

berhubungan dengan masalah kesehatan yang muncul bersama

masyarakat di Gampong Timbang Langsa Kecamatan Langsa Baro

Kota Langsa.

d. Melaksanakan tindakana yang telah direncanakan sesuai dengan

masalah yang mucul di Gampong Timbang Langsa Kecamatan Langsa

Baro Kota Langsa.

e. Mengevaluasi sejauh mana masalah terhadap pelaksanaan tindakan

yang telah dilaksanakan di Gampong Timbang Langsa Kecamatan

Langsa Baro Timur Kota Langsa.

1.3. Ruang Lingkup Pendataan

Ruang lingkup asuhan keperawatan komunitas meliputi :

1. Individu

2. Keluarga

3. Kelompok khusus dengan kebutuhan perkembangan dan pertumbuhan

(Growth dan Development) seperti : ibu hamil, bayi, balita, anak-anak

(usia sekolah dan pra sekolah), remaja, dewasa dan lanjut usia.
1.4. Teknik Penulisan dan Pendataan

Dalam penulisan laporan praktik klinik/lapangan kelompok menggunakan

studi perpustakaan dan studi lapangan. Adapun metode pengumpulan data yang

dilakukan adalah:

1. Melakukan wawancara kepada tokoh masyarakat dan warga setempat

2. Mengobservasi partsipan dengan cara mengkaji pendapat masyarakat

mengenai kondisi wilayah

3. Wienshield survey dengan pengkajian melalui pemantauan langsung

terhadap wilayah

4. Analisa data skunder dengan cara mengumpulkan data dari hasil

pendataan oleh kantor camat/balai desa dan puskesmas/puskesmas

pembantu

5. Analisa data langsung dengan masyarakat menggunakan

angket/kuesioner dengan teknik wawancara dan observasi.

1.5. Sistematika Penulisan

1. BAB I PENDAHULUAN

a. Latar Belakang

b. Tujuan Penulisan

c. Ruang Lingkup Pendataan

d. Teknik Penulisan Pengumpulan Data

e. Sistematika Penulisan

2. BAB II TINJAUAN TEORITIS

a. Konsep Dasar Keperawatan Komunitas


b. Proses Keperawatan Komunitas

3. BAB III TINJAUAN KASUS

a. Pengkajian

b. Diagnosa keperawatan

c. Perencanaan

d. Pelaksanaan dan Evaluasi

4. BAB IV PEMBAHASAN

a. Pengkajian

b. Diagnosa Keperawatan

c. Perencanaan Asuhan Keperawatan

d. Pelaksanaan Asuhan Keperawatan

5. BAB V PENUTUP

a. Kesimpulan

b. Saran.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Dasar Keperawatan

2.1.1. Pengertian

Istilah masyarakat berasal dari bahasa arab yaitu syrak yang artinya saling

bergaul dan saling berperan serta. Menurut Maclev dan Page dalam santoso, dkk

(2010), masyarakat adalah suatu sistem dari kebiasaan dan tata cara dari

wewenang dan kerja sama antara berbagai kelompok, penggolongan dan

pengawasan tingkah laku, serta kebebasan-kebebasan manusia..

Menurut Riyadi dalam Harnilawati (2013), komunitas adalah kelompok

dari masyarakat yang tingal di lokasi yang sama dengan pemerintahan yang sama

area atau lokasi yang sama dimana mereka tinggal, kelompok sosial yang

memiliki interest yang sama.

Kesehatan komunitas merupakan sintetis dari ilmu kesehatan masyarakat

dan teori keperawatan profesional yang bertujuan untuk meningkatkan derajat

kesehatan pada keseluruhan komunitas. Keperawatan komunitas ditunjukkan

untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatan serta memberikan bantuan

melalui intervensi keperawatan sebagai dasar keahliannya dalam membantu

individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dalam mengatasi berbagai masalah

keperawatan yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari (Effendi, 2010).

Perawatan kesehatan komunitas merupakan kegiatan promosi,

pemeliharaan dan pendidikan serta manajemen, koordinasi dan kontinuitas asuhan

dalam pelayanan kesehatan yang diberikan individu, keluarga,


kelompok/komunitas (ANA dalam Stanhope dan Lencaster, dalam Achjar, 2011).

Menurut Effendi (2010), fokus utama kegiatan pelayanan kesehatan komunitas

adalah meningkatkan pengetahuan dan keterampilan keperawatan serta

pemimbing dan mendidik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat untuk

menanamkan pegertian, kebiasaan, dan perilaku hidup sehat sehingga mampu

memelihara dan meningkatkan derajat kesehatanya.

Keperawatan kesehatan komunitas memegang peranan penting dalam

memberikan pelayanan keperawatan di masyarakat. Banyak hal yang dapat

dilakukan guna ikut berperan aktif meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

Melalui keperawatan kesehatan komunitas perawat dapat memberikan pelayanan

kesehatan primer, sekunder dan tersier kepada masyarakat. Namun, pada sisi lain

keperawatan kesehatan komunitas di Indonesia juga tidak terlepas dari berbagai

macam kendala dan isu penting terutama yang terkait dengan kebijakan

pemerintah, regulasi, dan permasalahan.

2.1.2. Tujuan Keperawatan Komunitas

Tujuan keperawatan kesehatan komunitas secara umum adalah

meningkakan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat sehingga tercapai derajat

kesehatan yang optimal agar dapat menjalankan fungsi kehidupan sesuai dengan

kapasitas yang mereka miliki dan tujuan khusus yaitu: mengidentifikasi masalah

kesehatan dan keperawatan yang dihadapi, menetapkan masalah

kesehatan/keperawatan, meningkatkan kemampuan dalam memelihara kesehatan

secara mandiri (selfcare) menanamkan perilaku sehat melalui upaya pendidikan

kesehatan, tertangainya kelompok-kelompok resiko tinggi yang rawan terhadap


masalah kesehatan, menunjang fungsi puskesmas dalam menurunkan angka

kematian bayi, ibu dan balita serta tercapainya keluarga kecil bahagia dan

sejahtera (Nugraheni dkk, 2018).

Menurut Harlinawati (2016), tujuan proses keperawatan dalam komunita

adalah untuk pencegahan dan peningkatan kesehatan masyarakat melalui upaya-

upaya sebagai berikut:

a. Pelayanan keperawatan secara langsung (Direck Care) terhadap

indivdu, keluarga, kelompok dalam konteks komunitas.

b. Perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat (Health

General Community) dengan mempertimbangkan permasalahan atau

isu kesehatan masyarakat yang dapat mempengaruhi keluarga, idividu

dan kelompok.

Selanjutnya secara spesifik diharapkan individu, keluarga dan kelompok

dan masyarakat mempunyai kemampuan untuk:

a. Mengidentifikasi masalah kesehatan yang dialami

b. Menetapkan masalah kesehatan dan memprioritaskan masalah tersebut

c. Merumuskan serta memecahkan masalah keperawatan.

d. Menanggulangi masalah kesehatan yang mereka hadapi.

e. Mengevaluasi sejauh mana pemecahan masalah yang mereka hadapi

2.1.3. Ciri-ciri Masyarakat

Menurut Santoso (2010), adapun ciri-ciri dari masyarakat adalah:

a. Adanya interaksi diantara sesama anggota

b. Saling bergantung
c. Menempati wilayah dengan batas tertentu

d. Adaanya adat istiadat, norma, hukum serta aturan yang mengatur pola

tingkah laku anggotanya.

e. Adanya rasa identitas yang kuat dan meningkat semua warganya

seperti bahasa, simbol-simbol tertentu (perumahan), benda-benda

tertentu (mata uang dan alat petanian).

2.1.4. Sasaran Keperawatan Komunitas

Menurut Harlinawati (2016), sasaran dari keperawatan kesehatan

komunitas adalah individu, keluarga, kelompok yang khusus, komunitas yang

baik dan sehat maupun sakit yang mempunyai masalah atau perawatan. Sasaran

terdiri dari:

a. Individu

Individu adalah anggota yang unik sebagai kesatuan yang utuh dari

aspek biologi, psikologi, sosial dan spiritual

b. Keluarga

Keluarga merupakan sekelompok individu yang memiliki hubungan

erat secara terus-menerus dan terjadi interaksi satu sama lain baik

secara perorangan maupun secara bersama-sama, didalam

lingkungannya sendiri atau masyarakat secara keseluruhan.

c. Kelompok Khusus

Kelompok khsus adalah sekumpulan individu yang mempunyai

kesamaan, jenis kelamin, umur, permasalahan, kegiatan yang

terorganisasi yang sanga rawan terhadap masalah kesehatan.


Menurut Effendi (2010), sasaran dari keperawatan kesehatan komunitas

adalah individu, keluarga, kelompok masyarakat. Sasaran ini terdiri dari :

a. Individu

Sasaran perioritas individu adalah balita gizi buruk, ibu haml resiko

tinggi, usia lanjut, penderita penyakit menular (tuberkolosis paru,

kusta, malaria, DBD, diare, dan ISPA atau pneumonia) dan penderita

penyakit degeneratif

b. Keluarga

Sasaran keluarga adalah keluarga yang termasuk rentan terhadap

masalah kesehatan (Vulnarable Group) atau resiko tinggi (high risk

group) dengan perioritas sebagai berikut:

1) Keluarga miskin yang belum pernah kontak dengan sarana dan

prasarana pelayanan kesehatan (puskesmas dan jaringannya) dan

belum mempunyai kartu sehat

2) Keluarga miskin yang sudah memanfaatkan sarana pelayanan

kesehatan serta mempunyai masalah kesehatan terkait dengan

pertumbuhan dan perkembangan balita, kesehatan reproduksi dan

penyakit menular

c. Kelompok

Sasaran kelompok adalah kelompok masyarakat khusus yang rentan

terhadap timbulnya masalah kesehatan baik yang terikat maupun tidak

terikat dalam suatu institusi.


1) Kelompok masyarakat khusus tidak terikat dalam suatu institusi

seperti posyandu, kelompok balita, usia lanjut, ibu hamil, penderita

penyakit tertentu dan pekerja informal

2) Kelompok masyarakat khusus yang terikat dalam suatu institusi

seperti sekolah, pesantren, panti asuhan, panti wreda, rutan, dan

lapas.

d. Masyarakat

Sasaran masyarakat adalah masyarakat yang rentan atau mempunyai

resiko tinggi terhadap timbulnya kesehatan sebagai berikut:

1) Masyarakat di suatu wilayah (RT, RW, kelurahan, desa) yang

mempunyai:

a. Jumlah bayi meninggal lebih tinggi di bandingkan dengan

daerah lain

b. Jumlah penderita tertentu lebih tinggi dibandingkan dengan

daerah lain

c. Cangkupan pelayanan kesehatan lebih rendah dibandingkan

dengan daerah lain.

2) Masyarakat di daerah edemis penyakit menular (malaria, diare,

DBD, dan lainya).

3) Masyarakat di lokasi atau barak pengusian akibat bencana atau

akibat lainya.

4) Masyarakat di daerah dengan kondisi geografi yang sulit antara lain

daerah terpencil dan perbatasan


5) Masyarakat di daerah pemukiman baru dengan transportasi sulit

seperti daerah transmigrasi.

2.1.5. Prinsip Keperawatan Komunitas

Menurut Harnilawati (2016), berikut ini adalah pertimbangan prinsip

dalam melaksanakan keperawatan komunitas yaitu:

a. Kemanfaatan

Intervensi yang dilakukan harus memberikan manfaat yang sebesar-

besarnya bagi komunitas artinya ada keseimbangan manfaat dan

kerugian

b. Autonomi

Diberikan kebebasan untuk memilih/melakukan alternati yang terbaik

yang disediakan untuk komunitas.

c. Keadilan

Melakukan upaya/tindakan sesuai dengan kemampuan/kapasitas

komunitas.

2.2. Proses Keperawatan Komunitas

Proses keperawatan komunitas merupakan metode asuhan keperawatan

yang bersifat alamiah, sistematis, dinamis, kontinue dan berkesinambungan dalam

rangka memecahkan masalah kesehatan dari klien, keluarga serta kelompok atau

masyarakat melalalui langkah-langkah : pengkajian, pelaksanaan dan evaluasi ab

keperawatan.
Dalam penerapan proses keperawatan terjadi proses alih peran dari tenaga

keperawatan kepada klien (sasaran) secara bertahap dan berkelanjutan untuk

mencapai kemandirian sasaran dalam menyesuaikan masalah kesehatan.

Adapun langkah-langkah dalam pelaksanaan asuhan keperawatan

komunitas adalah:

1. Pengkajian

Pada tahap pengkajian ini terdapat beberapa kegiatan yaitu mulai dari

pengumpulan data, pengolahan data, analisavdata, perumusan atau penentian

masalah perioritas. Aspek yang harus dikaji pada kelompok komunitas meliputi:

a. Core atau inti : data demografi meliputi umur, pendidikan, jenis

kelamin, pekerjaan, agama, nilai-nilai keyakinan.

b. Delapan subsistem yang mempengaruhi komunutas (Betty Neuman).

2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan menggunakan teori Neuman dari komunitas dan

mengembangkan dignosis keperawatan berdasarkan sistem penggabungan

penarikan kesimpulan. Sistem ini menggunakan logika berpikir atau penarikan

kesimpulan untuk menggambarkan masalah, mejelaskan faktor etioloi, serta

identifikasi tanda dan gejala yang menjadi karakteristik massalah. Diagnosa

ditegakkan berdasarkan tingkat reksi komonita terhada stresor yang ada,

selanjutnya dirumuskan dalam tiga kompone yaitu propbiem, etiologi,

manifesitasi atau penunjang (Achjar, 2011).


3. Perencanaan

Perencanaan diawalai dengan merumuskan tujuan yang ingin dicapai serta

rencana tindakan untuk mengatasi masalah yang ada .Tujuan dirumuskan adalah

untuk mengatasi atau meminimalkan stressir dan intervensi dirancang berdasarkan

tiga tingkat pencegahan. Pencegahan primer untuk memperkuat garis pertahananp

fleksibel ,pencegahan sekunder untuk memperkuat garis pertahanan normal dan

pencegahan tersier untuk memperkuat garis pertahanan resistan. Rencana kegiatan

yang akan dilakukan bersama masyarakat dijabarkan secara operasional dalam

planning of action (POA) yang disusu dan disepakati bersama masyarakat saat

loka karya mini (Achjar, 2011).

4. Implementasi

Implementasi merupakan langkah yang dilakukan setelah perencanaan

program. Program ini dibuat untuk menciptakan keinginan berubah pada

masyarakat. Implementasi ini dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatan

komunitas yang menggunakan strategi proses kelompok, pendidikan kesehatan,

kemitraan dan perberdayaan masyarakat. Pada tingkat masyarakat, perubahan

lebih difokuskan kepada kelompok dan organisasi, termasuk adanya perubahan

kebijakan yang berhubungan dengan masalah yang terjadi di masyarakat, adanya

dukungan dan partisipasi dalam kegiatan masyarakat serta aktivitas lain

berhubungan dengan penyelesaian masalah (Achjar, 2011).

5. Evaluasi

Evaluasi merupakan tahap akhir proses keperawatan. Evaluasi juga

merupakan sekumpulan informasi yang sistematik berkenaan dengan program


kerja dan evektifitas dari serangkaian program yang digunakan masyarakat terkait

dengan program kegiatan, karakteristik dan hasil yang telah dicapai. Program

evaluasi dilakukan untuk memberikan informasi kepada perencanaan program

dan mengambil kebijakan tentang evektifitas dan evisien program. Evaluasi

digunakan untuk mengetahui seberapa jauh tujuan yang diterapkan telah tercapai

dan apakah intervensi yang dilakukan efektif untuk masyarakat setempat sesuai

dengan kondisi dan situasi masyarakat, apakah sesuai dengan rencana atau apakah

dapat mengatasi masalah di masyarakat (Achjar, 2011).

2.3. Status Kesehatan Komunitas

Status kesehatan komunitas dapat dilihat dari biostik dan vital stastitik,

antara lain angka moralitas, angka mordibitas, IMR, MMR dan cangkupan

imunisasi. Semua aspek tersebut perlu dikaji melalui pengamatan langsung

masyarakat dengan klien (Winshield Survey) dimana perawat komunitas

melakukan pengamatan dengan berkeliling wilayah dan menggunakan semua

panca inderanya dalam melakukan observasi, ditunjang pula dengan data statistik

wilayah dan hasil wawancara dengan data stastitik wilayah dan hasil wawancara

dengan tokoh masyarakat dan kader kesehatan.

2.4. Hygiene dan Sanitasi pada Home Industri

2.4.1. Pengertian Hygiene dan Sanitasi

Hygiene adalah kesehatan masyarakat yang khusus meliputi segala usaha

untuk melindungi, memelihara, dan mempertinggi derajat kesehatan badan dan

jiwa, baik bagi umum maupun perorangan, dengan tujuan memberi dasar-dasar

kelanjutan hidup yang sehat serta mempertinggi kesejahteraan dan daya guna peri
kehidupan manusia. Sedangkan sanitasi adalah usaha pencegahan penyakit untuk

melenyapkan atau mengendalikan faktor-faktor lingkungan yang menjadi mata

rantai penularan penyakit. Sanitasi makanan adalah upaya-upaya yang ditujukan

untuk kebersihan dan keamanan makanan agar tidak menimbulkan bahaya

keracunan dan penyakit pada manusia. (Muhammad hatta, 2018).

Di dalam buku yang berjudul “The Theory of Cattering “dikatakan bahwa

hygiene is the study of healt and the prefentation of the deases yang berarti adalah

ilmu kesehatan dan pencegahan timbulnya penyakit. Arti lain dari Hygiene adalah

Ilmu yang mengajarkan cara-cara untuk menjaga kesehatan jasmani, rohani dan

social untuk mencapai tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi. Hygiene lebih

banyak membicarakan masalah bakteri sebagai penyebab timbulnya penyakit.

Hygiene mengandung arti segala hal yang berhubungan dengan kesehatan, baik

itu dalam hal pemeliharaan kesehatan, pencegahan terhadap suatu penyakit dan

penularannya (Adi, 2018).

Sanitasi adalah suatu usaha pencegahan penyakit yang menitik beratkan

kegiatan pada usaha kesehatan lingkungan hidup manusia. Sanitasi adalah upaya

kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan lingkungan dari

subyeknya. Misalnya menyediakan air yang bersih untuk keperluan mencuci

tangan, menyediakan tempat sampah untuk mewadahi sampah agar tidak dibuang

sembarangan. Hygiene dan sanitasi tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain

karena erat kaitannya. Misalnya hygiene sudah baik karena mau mencuci tangan,

tetapi sanitasinya tidak mendukung karena tidak cukup tersedia air bersih, maka
mencuci tangan tidak sempurna. Hygiene dan sanitasi merupakan hal yang penting

dalam menentukan kualitas makanan. (LH Natipulu, 2019).

Menjaga kebersihan dan kesehatan diri sendiri harus dilakukan untuk

menghindari kontaminasi makanan yang dapat mengganggu kesehatan pelanggan,

baik dari secara sehat fisik dan sehat psikologis.Tujuan pentingnya ialah untuk

meningkatkan derajat kesehatan seseorang, mencegah penyakit dan meningkatkan

percaya diri untuk pegawai dan pemilik rumah makan dalam melayani pelanggan.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya keracunan makanan,

antara lain adalah hygiene perorangan yang buruk, cara penanganan makanan

yang tidak sehat dan perlengkapan pengolahan makanan yang tidak bersih. Salah

satunya penyebabnya adalah karena kurangnya pengetahuan dalam

memperhatikan kesehatan diri dan lingkungannya dalam proses pengolahan

makanan yang baik dan sehat.

Prinsip hygiene dan sanitasi makanan dapat di kendalikan dengan beberapa

faktor, yaitu faktor tempat atau bangunan, perlatan, orang atau penjamah makanan

dan bahan makanan. Kemudian aspek hygiene dan sanitasi makanan yang

mempengaruhi keamanan makanan yaitu kontaminasi, keracunan, pembusukan

dan pemalsuan. Jadi tempat pada lingkungan sekitar rumah makan, misalnya air,

sampah, pengendalian vektor serta keselamatan dan kesehatan pada saat kerja.

Semua hal tersebut harus diperhatikan karena itu merupakan dasar untuk

menjadikan makanan tersebut bersih, sehat dan layak santap (Topowijono, 2018).

2.4.2. Home Industri (Industri Rumah Tangga)


Industri adalah suatu peristiwa atau proses yang berturut-turut dari

merubah sesuatu bahan, atau benda, mencampurkan atau tidak mencampurkan,

dengan bantuan panas atau tidak untuk dapat dijadikan sesuatu barang ataupun

bahan, yang setelah jadi akan berubah wujud dan bentuknya, dan lebih tinggi nilai

penggunaannya. Usaha produksi/industri adalah jenis usaha yang terutama

bergerak dalam kegiatan proses pengubahan suatu bahan/barang menjadi bahan

atau barang lain yang berbeda bentuk atau sifatnya dan mempunyai nilai tambah.

Kegiatan ini dapat berupa produksi/industri pangan, pakaian, peralatan rumah

tangga, kerajinan, bahan bangunan, dan sebagainya. Dalam hal ini, kegiatan dalam

budidaya sektor pertanian, perikanan, peternakan, perkebunan dan kegiatan

penangkapan ikan termasuk jenis usahaproduksi (Alnitsa Nur Rizqi, 2020).

Dalam hal ini Kegiatan ekonomi industri dapat dikelompokkanmenjadi

tiga jenis, yaitu kegiatan produksi, kegiatan distribusi, dan kegiatan konsumsi.

a. Kegiatan Produksi, yaitu proses kombinasi dankoordinasi material-

material dan kekuatan-kekuatan (input, faktor, sumber daya, atau jasa-

jasaproduksi) dalam pembuatan suatau barang atau jasa(output atau

produk). Produksi juga didefinisikan sebagai hasil dari suatu proses atau

aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan (input).

Dengan demikian, kegiatan produksi tersebut adalah mengkombinasikan

berbagai input untuk menghasilkan output. Berdasarkan keterangandiatas

dapat dimengerti bahwa setiap variabel inputdan output mempunyai nilai

yang positif. Proses produksi memerlukan sumber-sumber ekonomi untuk


melaksanakannya dan sumber-sumber ekonomi yang tersedia selalu

terbatas jumlahnya.

b. Kegiatan distribusi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, distribusi

dimaksudkan sebagai penyaluran (pembagian, pengiriman) kepada

beberapa orang atau ke beberapa tempat. Jadi, berdasarkan rujukan di atas,

distribusi dapat dimengerti sebagai proses penyaluran barang ataujasa

kepada pihak lain.

c. Kegiatan konsumsi adalah kegiatan menghabiskan atau mengurangi nilai

guna suatu barang dan jasa. Kegiatan pemenuhan kebutuhan yang sifatnya

menghabiskan atau mengurangi nilai guna barangatau jasa tersebut yang

disebut dengan konsumsi. Sedangkan orang atau pihak yang melakukan

kegiatan konsumsi tersebut disebut konsumen (WidiastutiAnik, 2017).

2.4.3. Pengertian Tahu


Tahu adalah makanan yang dibuat dari kacang kedelai difermentasikan

dan diambil sarinya. Berbeda dengan tempe yang asli dari Indonesia, tahu berasal

dari Cina sepertihalnya, kecap, tauco, bakpau, dan bakso. Tahu adalah kata

serapan dari Bahasa Hokkian (tauhu) (Hanzi: hanyu pinyin: doufu) yang secara

harfiah berarti “kedelai yang difermentasi”. Tahu pertama kali muncul di

Tiongkok sejak zaman Dinasti Han sekitar 2200 tahan lalu, Penemuanya adalah

Liu Bang yang mendirikan Dinasti Han. (Deas Saraswati, 2019).

Tahu merupakan salah satu produk kedelaidibuat dari bahan utama kedelai

dengan teknologi dengan teknologi sederhana. Penjualandipasaran terdapat

banyak sekali produk tahu dengan kualitas yang berbeda-beda. Salah satu
parameter yang digunakan oleh orang-orang untuk menentukan baik atau tidaknya

suatu produk tahu adalah teksturnya. Masyarakat cenderung menyukai tahu yang

teksturnya kenyal dan tidak terlalu lembek. Faktor-faktor yang mempengaruhi

tekstur tahu adalah antara lain adalah komposisi tahu tersebut.(Heri, M, dan

syahril, A, 2019).

Proses pembuatan tahu dari hasil koagulasi atau pengumpalan dan

pengendapan protein susu kedele. Selain mengandung protein kedele, dalam

endapan tersebut terdapat juga lemak, karbohidrat, dan zat-zat gizi lain. Tahu juga

dikenal masyarakat sebagai makanan sehari-hari yang umumnya sangat digemari

serta mempunyai daya cerna yang tinggi. Keuntungan lain pada pembuatan tahu

adalah berkurangnya senyawa anti tripsin (tripsin inhibitor) yang terbuang

bersama dan rusak selama pemanasan. Disamping itu, adanya proses pemanasan

juga dapat menghilangkan bau langu kedelai (Muthmaina, 2016).

2.4.4. Jenis Tahu

Terdapat dua macam jenis tahu yaitu tahu putih dan tahu takwa kuning.

Kedua macam tahu terdebut dibedakan berdasarkan cara pembuatanya. Pada tahu

takwa kuning ditambahkan kunyit yang berfungsi sebagai pewarna dan juga

berfungsi sebagai pengawet, tekstur dari tahu kuning biasanya lebih padat jika

dibandingkan dengan tahu putih biasa.

2.4.5. Bahan dan Alat pembuatan Tahu

Menurut (Hudoyo Agus, 2019) Bahan baku utama dalam proses

pengolahan tahu, pengrajin tahu lebih memilih menggunakan kacang kedelai


impor karena mutunya jauh lebih bagus dan selalu tersedia dibandingkan dengan

kacang kedelai lokal. Sebagian besar pengrajin tahu menggunakan modal sendiri

dalam menjalankan usahanya. Modal investasi pengrajin tahu berupa peralatan

yang digunakan dalam proses produksi tahu. Peralatan yang digunakan oleh

pengrajin tahu umumnya masih sederhana.

2.4.6. Intervensi Keperawatan

Menurut Riasmini, (2017), intervensi pada masyarakat berkaitan

dengan prilaku pembuangan limbah tahu dan sampah rumah tangga adalah

sebagai berikut :

Diagnosis Keperawatan NOC NIC


Kode Diagnosis Kode Hasil Kode Intervensi
00080 Ketidakefekti Keluarga Keluarga
fan mampu mampu
pemeliharaan mengenal mengenal
kesehatan masalah. masalah
keluarga kesehatan
1849 Pengetahuan : 5602
Pengajaran :
majanemen proses penyakit
penyakit 5606
Pengajaran :
1602
Pengetahuan individu
5604
tentang proses Pengajaran :
penyakit kelompok
Kemampuan Kemampuan
memutuskan memutusan
tindakan tindakan an
keyakinan keyakina
keluarga untuk keluargauntuk
meningkatkan meingkatkan
atau atau
memperbaiki memperbaiki
kesehatan kesehtan
1701 7040
Kepercayaan Dukungan
mengenai 5250 pengasuhan
kesehatan : Dukungan
merasakan pengambilan
2202 keputusan
Kemampuan
melakukan
berpartisipasi
dalam
memutuskan
perawatan
2609 kesehatan

Partisipasi
keluarga dalam
perawatan
professional
Keluarga Keluarga
mampu mampu merawat
merawat keluarga
keluarga
5246 Konseling
1617 Manajemen nutrisi
diri : penyakit 1160 Monitoring
1622
Perilaku nutrisi
1280
kepatuhan diet Bantuan
yang penurunan BB
1400
1705 dianjurkan Manajemen nyei
5390
Orientasi Peningkatan
2006 kesehatan kesadaran diri
Status
kesehatan
personal
Keluarga Keluarga
mampu mampu
memodifikasi memodifikasi
lingkungan lingkungan

1908 Deteksi risiko 6610 Identifikasi


1914 Kontrol risiko : risiko
4360
penyakit Modifikasi
perilaku
Keluarga Keluarga
memiliki memiliki
kemampuan kemampuan
untuk untuk
memanfaatkan memanfaatkan
pelayanan pelayanan
kesehatan kesehatan
1806 7910
Pengetahuan Konsultasi
8100
tentang Rujukan
7400
sumber- Bantuan sistem
sumber kekebalan
1603 kesehatan
Perilaku
mencari
pelayanan
2605 kesehatan
Partisipasi
keluarga dalam
perawatan
keluarga
00188 Perilaku Keluarga Keluarga
kesehatan mampu mampu
cenderung mengenal mengenal
berisiko masalah masalah :
kesehatan.
5606 Pengajaran :
1803
Pengetahuan individu
5604
kesehatan Pengajaran :
1602
Pengetahuan kelompok
5602
tentang proses Pengajaran :
1603 penyakit proses penyakit
1100
Perilaku Manajemen
peningkatan 1120 nutrisi
1827 kesehatan 5246 Terapi nutrisi
Mencari Konseling
informasi 1160 nutrisi
masalah Monitoring
kesehatannya nutrisi
Staus nutrisi
1411
Keluarga
mampu
memutuskan
tindakan dan
Keluarga
keyakinan
mampu
keluarga untuk
memutuskan :
meningkatkan
memperkuat
atau
atau
memperbaiki
meningkatkan
1606 kesehatan :
kognitif yang
Berpartisipasi diinginka atau
dalam mengubah
memutuskan kognitif yang
1700 perawatan tidak diinginkan.
5250
kesehatan
2202 Keyakinan
Dukungan
kesehatan
membuat
Berpartisipasi
keputusan
dalam 5310 Membangun
merumuskan
2605 harapan
perawatan 5270 Dukunga emosi
kesehatan
Kesiapan
caregiver
2609 dalam
perawatan
dirumah
Partisiasi
keluarga dalam
perawatan
profesional

Keluaga
mampu
Keluarga
merawat/
mampu merawat
0005 membantu
keluarga dalam
melaksanakan membantu
0002 ADL melaksanakan
ADL
0003 Intoleransi
2006 aktivitas 0180
Pemeliharaan Manajemen
energi 0200 energi
Istirahat Peningkatan
2004 Status kegiatan
1627 7690
kesehatan olahraga
personal : Intervensi data
7710
kesehatan fisik lab
1617
Kualitas hidup Dukungan
Perilaku dokter / tenaga
menurunkan kesehatan
1622
berat badan 4360 linnya, mis, ahli
Manajemen gizi
diri : penyakit 1400 Modifikasi
ateri koroner perilaku
Prilaku Manajemen
kepatuhan : nyeri
diet yang
dianjurkan
Keluarga
mampu
memodifikasi
lingkungan
untuk
1929 mencegah,
mengurangi, Keluarga
1906 atau mampu
mengontrol memodifikasi
ancaman lingkungan
1931 kesehatan untuk
Kontrol resiko mengembalikan
1928 gangguan lipid fungsi
4350
Kontrol resiko psikososial dan
penggunaan 4490 memfasilitasi
tembakau perubhan gaya
Kontrol resiko hidup
stroke 4360 Manajemen
Kontrol resiko perilaku
hipertensi Bantuan untuk
4360 berhenti
1806 Keluarga merokok
mampu Modifikasi
1603 memanfaatkan 6485 perilaku
fasilitas
pelayana Modifikasi
kesehatan perilaku
lingkungan
Pengetahuan Manajemen
2605 tentang lingkungan
sumber-
sumber Keluarga
kesehatan 7910 mampu
Perilaku 8100 memanfaatkan
mencari 7400 fasilitas
pelayanan pelayanan
kesehatan kesehatan
Partisipasi
keluarga dalam Konsultasi
perawatan Rujukan
keluarga Bantuan sistem
kesehatan
Kurang Keluarga Keluarga
pengetahuan mampu mampu mampu
mengenai mengenal mengenal
proses masalah. masalah
penyakit 1803 Pengetahuan : 5510 Pendidikan
Proses Kesehatan
5602
penyakit Pengajaran
0855
Gaya hidup proses penyakit
5520
sehat Faslitas proses
1862
Managemen pembelajaran
stress

Keluarga Keluarga
mampu mampu
mengambil mengambil
1606 keputusan : 5250 keputusan
Berpartisipasi Dukungan
dalam dalam membuat
membuat 7040 keputusan
keputusan Dukungan
tentang 7140 caregiver
pemeliharaan Dukungan
2609
kesehatan keluarga
Dukungan
keluarga
selama
pengobatan

Keluarga Keluarga
2204 mampu mampu
5230
merawat: merawat:
Membina 5240 Peningkatan
hubungan 5270 koping
2205 dalam merawat Konseling
pasien 5430 Dukung
Penampilan emosional
2206 7040 Dukungan
caregiver
Perawatan kelompok
langsung 7110 Dukungan
Penampilan caregiver
caregiver : Peningkatan
7120 keterlibatan
Perawatan
tidak langsung keluarga
Koping Mobilitas
keluarga keluarga

Keluarga Keluarga
1501 mampu mampu
7040
modifikasi modifikasi
1502 lingkungan:
lingkungan:
Menunjukkan Dukungan
6482 7130 terhadap
perananya
Keterampilan pemberi
interaksi social 7140 perawatan
Manajemen Pemeliharaan
710 proses keluarga
lingkungan 5370 Dukungan
kenyamanan keluarga
Terapi keluarga
Role and
enhancement

2.4.7. Pelaksanaan Tindakan Keperawatan

Pada tahap ini, perawat yang mengasuh keluarga sebaiknya tidak bekerja

sendiri, tetapi perlu melibatkan secara integrasi semua profesi kesehatan yang

menjadi tim perawatan kesehatan dirumah. Peran perawat yang dilaksanakan

adalah sebagai koordinator. Namun, perawat juga dapat mengambil peran sebagai

pelaksana asuhan keperawatan.

Pada kegiatan implementasi, perawat perlu melakukan kontrak

sebelumnya (saat mensosialisasikan diagnosis keperawatan) untuk pelaksanaan

yang meliputi kapan dilaksanakan, berapa lama waktu yang dibutuhkan,

materi/topik yang didiskusikan, siapa yang melaksanakan, anggota keluarga yang

perlu mendapat informasi (sasaran langsung implementasi), dan (mungkin)

peralatan yang perlu disiapkan keluarga. Kegiatan ini bertujuan agar keluarga dan

perawat mempunyai kesiapan secara fisik dan psikis pada saat implementasi.

2.4.8. Evaluasi Keperawatan

Menurut Harmoko (2012) evaluasi merupakan tahapan penilaian untuk

membandingkan kesehatan keluarga dengan tujuan yang telah ditetapkan oleh

perawat, evaluasi merupakan proses berkesinambungan yang terjadi setiap kali

seorang perawat memperbarui rencana asuhan keperawatan. Sebelum perencanaan

dikembangkan dan dimodifikasi, perawat bersama keluarga perlu melihat


tindakan-tindakan keperawatan tertentu, apakah tindakan perawatan tersebut

benar-benar membantu.

2.5. Hipertensi.

2.5.1. Pengertian

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik

dengan konsistensi 140/90mmHg, diagnosa hipertensi tidak berdasarkan pada

peningkatan tekanan darah yang hanya sekali. Tekanan darah harus diukur dalam

posisi duduk dan berbaring (Wijaya, 2013).

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah yang melebihi tekanan

darah normal seperti apa yang telah disepakati oleh para ahli yaitu lebih dari atau

sama dengan 140/90 mmHg (JNC-7). Hipertensi dapat diklasifikasikan sebagai

hipertensi primer atau hipertensi esensial, yang merupakan 95% dari seluruh

pasien hipertensi, dan hipertensi sekunder (Sudoyo, 2009).

Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana

sistoliknya diatas 10 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg. Pada

lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan

diastolik diatas 90 mmHg (Hasdianah, 2014).

2.5.2. Klasifikasi Hipertensi

WHO, (2012) menggolongkan hipertensi berdasarkan usia,

penggolongannya adalah :

a. Kelompok usia 20 - 29 tahun, tekanan darah >150/90 mm Hg,

b. Kleompok usia 30 – 64 tahun, tekanan darah 160/95 mm Hg,

c. Kelompok usia > 65 tahun, tekanan darah > 170/95 mm Hg.


Data Joint National Committee on Prevention detection, Evaluation, and

Treatment on High Blood Pressure 7 mengungkap, penderita hipertensi di seluruh

dunia mendekati angka 1 miliar. Artinya, 1 dari 4 orang dewasa menderita

tekanan darah tinggi. Lebih dari separuh atau sekitar 600 juta penderita, tersebar

di Negara berkembang, termasuk Negara Indonesia. Angka ini menunjukkan,

hipertensi bukan hanya masalah Negara-negara maju.

Data WHO menyebutkan, dari setengah penderita hipertensi yang

diketahui hanya seperempatnya (25%) yang mendapat pengobatan. Sementara

hipertensi yang diobati dengan baik dengan hanya 12,5 persen. Padahal, hipertensi

menyebabkan rusaknya organ-organ tubuh seperti ginjal, jantung, hati, mata

kelumpuhan organ-organ gerak.

Hipertensi baru bisa diketahui dari hasil pengukuran tekanan darah.

Tekanan darah dinyatakandalam dua angka, yaitu sistolik dan diastolic. Angka

sistolik (atas) menggambarkan tekanan dalam pembuluh darah arteri saat jantung

berkontraksi dan memompa darah ke dalam aorta, sedangkan angka diastolic

(bawah) menunjukkan tekanan dalam pembuluh darah saat jantung istirahat di

antara dua denyutan dan terisi darah. Pencatatan hasil pengukuran tekanan darah

angka sistolik di atas angka diastolic. Tekanan darah normal bila angka sistolik

kurang dari 120 mmHg dan angka diastolic di bawah 80 mmHg (Sutanto, 2010).

Hipertensi diklasifikasikan dalam beberapa kategori. World Health

Organization (WHO) mengklasifikasikan hipertensi menjadi 3 kelompok, yakni

hipertensi ringan, hipertensi sedang, dan hipertensi berat. Karena ketiga kelompok
tersebut memiliki risiko komplikasi sama besar, maka kategori WHO tidak lagi

digunakan. panduan tentang hipertensi didasarkan pada criteria Joint National

Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment 7 (JNC 7)

Table 2.1. Klasifikasi JNC 7

Kategori Tekanan Darah (mmHg)

Optimal <120/80

Normal 120-129/80-84

Borderline 130-139/85-89

Hipertensi ≥140/90

Stadium 1 140-159/90-99

Stadium 2 160-179/100-109

Stadium 3 ≥180/110

Pudiastuti, 2013

2.5.3. Penyebab Hipertensi

Hipertensi merupakan suatu penyakit dengan kondisi medis yang beragam.

Peda kebanyakan pasien etiologi patofisiologinya tidak diketahui (essensial aatu

hipertensi primer). Hipertensi primer ini tidak dapat dikontrol. Kelompok lain dari

populasi dengan persentase rendah mempunyai penyebab yang khusus, dikenal

sebagai hipertensi sekunder. Banyak penyebab hipertensi sekunder; endogen

maupun eksogen. Bila penyebab hipertensi sekunder dapat diidentifikasi,

hipertensi pada pasien-pasien ini dapat disembuhkan secara potensial (Depkes RI,

2011).
Pudiastuti (2013) mengatakan bahwa 95% penderita hipertensi tergolong

yang primer, yang tidak jelas penyebabnya, penyebab hipertensi primer (esensial)

sampai saat ini masih spekulatif, termasuk di dalamnya adalah : aktifitas saraf

simpatis yang berlebihan, obesitas (kegemukan), makan tinggi garam (termasuk

mono-sodium glumate), makanan yang diawetkan, stress, rokok, kopi, dan

minuman berakohol, makanan yang bersifat panas, seperti daging kambing dan

durian,akanan yang banyak mengandung lemak jenuh, kolesterol tinggi,

kehidupan sedentary (kurang bergerak).

Faktor genetis (riwayat keluarga) dan usia : Faktor genetik dan usia tidak

bisa diubah, sedangkan faktor lainnya dapat diubah. Penyakit ini menyebabkan

jantung koroner dan stroke. Yang diketahui penyebabnya, atau yang disebut

hipertensi primer. Penyebeb hipertensi sekunder, antara lain penyakit ginjal,

tumor kelenjar suprarenalis, kelainan hormonal, atau pembuluh darah. Karena

golongan terbesar dari penderita hipertensi adalah hipertensia esensial,

penyelidikan dan pengobatan lebih banyak ditujukan kependerita hipertensi

esensial (Pudiastuti, 2013).

Menurut Susilo dan Wulandari (2011) yang menyebakan terjadinya

hipertensi secara umum. Salah satu saja mengenai tubuh kita maka dengan mudah

kita akan menderita hipertensi, yaitu :

a. Toksin

Toksin adalah zat-zat sisa pembuangan yang seharusnya

dibuang karena bersifat racun. Dalam keadaan biasa, hati kita akan

mengeluarkan sisa-sisa pembuangan melalui saluran usus dan kulit.


Sementara ginjal mengeluarkan sisa-sisa pembuangan melalui saluran

kencing atau kantong kencing. Penyakit yang paling biasa diderita

akibat penumpukan toksin dalam tubuh adalh filek, flu, dan

bronchitis. Penumpukan toksin pada bagian yang berlainan pada

tubuh akan menyebabkan penyakit-penyakit yang berbeda-beda,

termasuk hipertensi. Hal tesebut menyebabkan pembesaran jantung

dan selanjutnya mengakibatkan penyakit jantung. Sementara itu,

tekanan yang dilakukan terhadap saluran darah akan mengakibatkan

tekanan darah tinggi.

b. Faktor genetik

Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan

menyebabkan keluarga tersebut mempunyai risiko menderita

hipertensi. Individu dengan orang tua hipertensi mempunyai risiko

dua kalilebih besar untuk menderita hipertensi dari pada individu yang

tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi. Ada baiknya

kita mulai sekarang kita memeriksa riwayat kesehatan keluarga

sehingga kita dapat melakukan

c. Umur

Kepekaan terhadap hipertensi akan meningkat seiring dengan

betambahnya umur seseorang. Individu yang berumur di atas 60 athu,

50-60% mempunyai tekanan darah lebih besar atau sama dengan

140/90 mmHg. Hal itu merupakan pengaruh degenerasi yang terjadi

pada orang yang bertambah usianya.


d. Jenis kelamin

Setiap jenis kelamin memiliki struktur organ dan hormon yang

berbeda. Demikian juga pada perempuan dan laki-laki. Berkaitan

dengan hipertensi, laki-laki mempunyai risiko lebih tinggi untuk

menderita hipertensi lebih awal. Laki-laki juga mempunyai risiko

yang lebih besar terhadap morbiditas dan mortalitas kardiovaskiluer.

Sedangkan pada perempuan, biasanya lebih rentan terhadap hipertensi

ketika mereka sudah berumur di atas 50 tahun. Sangatlah penting bagi

kita untuk menjaga kesehatan sejak dini. Terutama mereka yang

memiliki sejarah keluarga terkena penyakit.

e. Etnis

Hipertensi lebih banyak terjadi pada orang kulit hitam dari

pada yang berkulit putih. Belum diketahui secara pasti penyebabnya,

tetapi pada orang kuli hitam ditemukan kadar rennin yang lbih rendah

dan sensitivitas terhadap vasopressin yang lebih besar.

f. Stress

Stres akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer

dan curah jantung sehingga akan menstimulasi aktivitas saraf

simpatetik. Stres merupakan respon tubuh yang sifatnya non- spesifik

terhadap setiap tuntunan beban atasnya. Terdapat beberapa jenis

penyakit yang berhubungan dengan stres yang dialami seseorang,

diantaranya hipertensi atau peningkatan tekanan darah sistolik lebih

dari 120 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 80 mmHg. Stres yang
dialami seseorang akan membangkitkan saraf simpatetis yang akan

memicu kerja jantung dan menyebabkan peningkatan tekanan darah.

Oleh karena itu, bagi mereka yang sudah memiliki riwayat sejarah

kesehatan penderita hipertensi, disarankan untuk berlatih

mengendalikan stres dalam hidupnya.

g. Kegemukan (obesitas)

Kegemukan (obesitas) juga merupakan salah satu faktor yang

menyebabkan timbulnya berbagai macam penyakit berat, salah

satunya hipertensi. Penelitian epidemiologi menyebutkan adanya

hubungan antara berat badan dengan tekanan darah baik pada pasien

hipertensi maupun normotensi. Yang sangat mempengaruhi tekanan

darah adalah kegemukkan pada tubuh bagian atas dengan peningkatan

jumlah lemak pada bagian perut atau kegemukan terpusat (obesitas

sentral).

h. Nutrisi

Sodium adalah penyebab penting terjadinya hipertensi

primer. Asupan garam tinggi akan menyebabkan pengeluaran

berlebihan dari hormon natriouretik yang secara tidak langsung akan

menigkatkan tekanan darah. Asupan garam tinggi dapat menimbulkan

perubahan tekanan darah yang dapat terdeteksi yaitu lebih dari 14

gram per hari atau jika dikonversi ke dalam takaran sendok makan

adalah lebih dari 2 sendok makan. Bukan berarti kita makan garam 2
sendok makan setiap hari tetapi garam tersebut terdapat dalm

makanan-makanan asin atau gurih yang kita makan setiap hari.

i. Merokok

Merokok merupakan faktor risiko yang potensial untuk

ditiadakan dalam upaya melawan arus peningkatan hipertensi

khususnya dan penyakit kardiovaskuler secara umum di Indonesia.

j. Narkoba

Mengkonsumsi narkoba jelas tidak sehat. Karena narkoba tidak

ada sedikitpun kebaikannya. Penyakit kecanduan narkoba

kelihatannya sepele tetapi sangat mematikan. Efek buruk yang

ditimbulkannya sangatlah besar. Itulah sebabnya mendeteksi

keberadaan hipertensi sejak dini sangat diperlukan. Tentu saja juga

harus diimbangi dengan pola hidup sehat.

k. Alkohol

Penggunaan alkohol secara berlebihan juga akan memicu

tekanan darah seseorang. Menghentikan kebiasaan mengkonsumsi

alkohol sangatlah baik, tidak hanya bagi hipertensi kita tetapi juga

untuk kesehatan kita secara keseluruhan.

l. Kafein

Kandungan kafein selain tidak baik pada tekanan darah dalam

jangka panjang, pada orang-orang tertentu juga menimbulkan juga


menimbulkan efek yang tidak seperti tidak bisa tidur, jantung

berdebar-debar, sesak nafas, dan lain-lain.

m. Kurang Olahraga

Dengana adanya kesibukan yang luar biasa, manusia pun

merasa tidak punya waktu lagi untuk berolahraga. Akibatnya, kita

menjadi kurang gerak dan kurang olahraga. Kondisi inilah yang

memicu kolesterol tinggi dan juga adanya tekanan darah yang terus

menguat sehingga memunculkan hipertensi.

n. Kolesterol Tinggi

Kandungan lemak yang berlebihan dalam darah dapat

menyebabkan timbunan kolesterol pada dinding pembuluh darah. Hal

ini dapat membuat pembuluh darah menyempit dan akibatnya tekanan

darah akan meningkat.

2.5.4. Patofisiologi

Dimulai dengan atheroklerosis, gangguan struktur anatomi pembuluh

darah peripher yang berlanjut dengan kekakuan pembuluh darah. Kekakuan

pembuluh darah disertai dengan penyempitan dan kemungkinan pembesaran

plaque yang menghambat gangguan peredaran darah peripher. Kekakuan dan

kelambanan aliran darah menyebabkan beban jantung bertambah berat yang

akhirnya dikompensasi dengan peningkatan upaya pemompaan jantung yang

memberikan gambaran peningkatan tekanan darah dalm sistem sirkulasi

(Pudiastuti, 2013).
Angiotensin Converting Enzyme (ACE), memegang peran fisiologi penting

dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung angiotensinogen yang

diproduksi di hati selanjutnya oleh hormone, rennin akan diubah menjadi

angiotensin 1, oleh ACE yang terdapat di paru-paru angiotensin 1 diubah menjadi

angiotensin II, peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi

utama, yaitu Meningkatkan sekresi hormone antidiuretik (ADH) dan rasa haus.

ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitasi) dan bekerja pada ginjal

untuk mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya ADH sangat

sedikit urin yang dieksresikan keluar tubuh sehingga menjadi pekat dan tinggi

osmolalitasnya untuk mengencerkanya volume cairan ekstraseluler akan

ditingkatkan dengan cara menarik cairan di bagian intra seluler akibatnya volume

darah meningkat yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah.

Menstimulasi sekrsi aldosteron dari korteks adrenal, aldosteron merupakan

hormone steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal untuk mengatur

volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi eksresi NaCl dengan

cara mengabsorbsinya dari tubulus ginjal. Naiknya kosentrasi NaCl akan

diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan ekstra seluler yang

pada giliranya akan meningkatkan volume dan tekanan darah (Astawan, 2011).

2.5.5. Manifestasi Klinis

Pada pemeriksaan fisik, kemungkinan tidak akan dijumpai adanya suatu

kelainan yang nyata selain tekanan darah yang tinggi. Akan tetapi dapat pula

ditemukan perubahan pada retina seperti perdarahan, eksudat (gumpalan cairan),


penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat edema pupil (edema pada

diskus optikus). Seseorang yang mengalami hipertensi dengan manifestasi yang

khas sesuai sistem organ yang divaskularisasi oleh pembuluh darah bersangkutan.

Tetapi penyakit arteri koroner dengan angina pectoris adalah gejala yang paling

sering menyertai hipertensi (Hasdianah, 2014).

2.5.6. Komplikasi Hipertensi

Tekanan darah tinggi dalam jangka waktu lama akan merusak endothel arteri dan

mempecepat atherosclerosis. Komplikasi dari hipertensi termasuk rusaknya organ tubuh

seperti jantung, mata, ginjal, otak, dan pembuluh darah besar. Hipertensi adalah faktor

risiko utama untuk penyakit serebrovaskuler (stroke, transient ischemic attack), penyakit

arteri koroner (infark miokard, angina), gagal ginjal, dementia, dan atrial fibrilasi. Bila

penderita hipertensi memiliki faktor-faktor risiko kardiovaskularlain, maka akan

meningkatkan mortalitas dan morbiditas akibat gangguan kardiovaskulernya tersebut.

Menurut studi Framingham, pasien dengan hipertensi mempunyai peningkatan risiko

yang bermakna untuk penyakit koroner, stroke, penyakit arteri perifer, dan gagal jantung

(Depkes RI, 2011).

2.5.7. Penatalaksanaan

Telah dibuktikan bahwa dengan mengendalikan tekanan darah angka

morbiditas dan mortalitas penyakit karena hipertensi dapat diturunkan. Menurut

Pudiastuti (2013), penanggulangan hipertensi secara garis besar di bagi dalam 2

jenis penatalaksanaan yaitu :

a. Penatalaksanaan Non Farmakologis atau Perubahan Gaya Hidup, Dahulu

penyelidikan tentang penalaksanaan non farmakologis kurang mendapat

perhatian karena cara tersebut di anggap kurang efektif dan sukar untuk
dilaksanakan. Akan tetapi mengingat bahwa hipertensi derajat 1 mencakup

sebagian kasus hipertensi dan adanya efek samping akibat pengobatan yang

dilakukan jangka panjang, mendorong para ahli untuk menyelidiki kelebihan

pengobatan non farmakologis.

b. Penatalaksanaan Farmakologis yaitu pengobatan hipertensi biasanya

dikombinasikan dengan beberapa obat lainnya. Pertama deuretik merupakan

golongan obat hipertensi dengan proses pengeluaran cairan tubuh melalui urin.

Tetapi penggunaan obat tersebut mengakibatkan potassium kemungkinan

terbuang kedalam cairan urine. Karena itu, pengontrolan konsumsi potassium

harus dilakukan. Jenis obat diuretic ini meliputi tablet hidrokloratiajide (HTC)

dan lasik (furosemide) dan obat non diuretik seperti jenis beta-blocker adalah

etanol (tenorin), capoten (captropil). Ketiga, kalsium canel blocker meliputi

norvasc (amplopidine) dan angiotensinconverting enzyme (ACE) (Adib M,

2011).

2.5.8. Diagnosa Keperawatan

Riasmini dkk (2017), mengemukakan bahwa Diagnosa keperawatan

adalah keputusan mengenai keluarga yang diperoleh melalui suatu proses

pengumpulan data dan analisis cermat dan sistematis, memberikan dasar untuk

menetapkan tindakan tindakan dimana perawat bertanggung jawab

melaksanakannya. Diagnosa keperawatan keluarga dianalisis dari hasil pengkajian

terhadap adanya masalah dalam tahap perkembangan keluarga, lingkungan

keluarga, struktur keluarga, fungsi fungsi keluarga dan koping keluarga, baik yang

bersifat aktual, resiko maupun sejahtera dimana perawat memiliki kewenangan


dan tanggung jawab untuk melakukan tindakan keperawatan bersama

keluarga dan berdasarkan kemampuan dan sumber daya keluarga.

2.5.9. Intervensi Keperawatan

Menurut Riasmini, (2017), intervensi pada keluarga dengan Hipertensi

adalah sebagai berikut :

Diagnosis Keperawatan NOC NIC


Kode Diagnosis Kode Hasil Kode Intervensi
00080 Ketidakefekti Keluarga Keluarga
fan mampu mampu
pemeliharaan mengenal mengenal
kesehatan masalah. masalah
keluarga kesehatan
1849 Pengetahuan : 5602
Pengajaran :
majanemen proses penyakit
penyakit 5606
Pengajaran :
1602
Pengetahuan individu
5604
tentang proses Pengajaran :
penyakit kelompok
Kemampuan Kemampuan
memutuskan memutusan
tindakan tindakan an
keyakinan keyakina
keluarga untuk keluargauntuk
meningkatkan meingkatkan
atau atau
memperbaiki memperbaiki
kesehatan kesehtan
1701 7040
Kepercayaan Dukungan
mengenai 5250 pengasuhan
kesehatan : Dukungan
merasakan pengambilan
2202 keputusan
Kemampuan
melakukan
berpartisipasi
dalam
memutuskan
perawatan
kesehatan
2609
Partisipasi
keluarga dalam
perawatan
professional
Keluarga Keluarga
mampu mampu merawat
merawat keluarga
keluarga
5246 Konseling
1617 Manajemen nutrisi
diri : penyakit 1160 Monitoring
1622
Perilaku nutrisi
1280
kepatuhan diet Bantuan
yang penurunan BB
1400
1705 dianjurkan Manajemen nyei
5390
Orientasi Peningkatan
2006 kesehatan kesadaran diri
Status
kesehatan
personal
Keluarga Keluarga
mampu mampu
memodifikasi memodifikasi
lingkungan lingkungan

1908 Deteksi risiko 6610 Identifikasi


1914 Kontrol risiko : risiko
4360
penyakit Modifikasi
perilaku
Keluarga Keluarga
memiliki memiliki
kemampuan kemampuan
untuk untuk
memanfaatkan memanfaatkan
pelayanan pelayanan
kesehatan kesehatan
1806 7910
Pengetahuan 8100 Konsultasi
tentang 7400 Rujukan
sumber- Bantuan sistem
sumber kekebalan
1603 kesehatan
Perilaku
mencari
pelayanan
2605
kesehatan
Partisipasi
keluarga dalam
perawatan
keluarga
00188 Perilaku Keluarga Keluarga
kesehatan mampu mampu
cenderung mengenal mengenal
berisiko masalah masalah :
kesehatan.
5606 Pengajaran :
1803
Pengetahuan individu
5604
kesehatan Pengajaran :
1602
Pengetahuan kelompok
5602
tentang proses Pengajaran :
1603 penyakit proses penyakit
1100
Perilaku Manajemen
peningkatan 1120 nutrisi
1827 kesehatan 5246 Terapi nutrisi
Mencari Konseling
informasi 1160 nutrisi
masalah Monitoring
kesehatannya nutrisi
Staus nutrisi
1411
Keluarga
mampu
memutuskan
tindakan dan
Keluarga
keyakinan
mampu
keluarga untuk memutuskan :
meningkatkan memperkuat
atau atau
memperbaiki meningkatkan
1606 kesehatan : kognitif yang
diinginka atau
Berpartisipasi mengubah
dalam kognitif yang
memutuskan tidak diinginkan.
1700
perawatan 5250
2202 kesehatan
Keyakinan Dukungan
kesehatan membuat
Berpartisipasi keputusan
dalam 5310 Membangun
2605 merumuskan harapan
perawatan 5270 Dukunga emosi
kesehatan
Kesiapan
caregiver
2609 dalam
perawatan
dirumah
Partisiasi
keluarga dalam
perawatan
profesional

Keluaga
mampu Keluarga
merawat/ mampu merawat
0005 membantu keluarga dalam
melaksanakan membantu
0002 ADL melaksanakan
ADL
0003 Intoleransi
2006 aktivitas 0180
Pemeliharaan Manajemen
energi 0200 energi
Istirahat Peningkatan
2004 kegiatan
1627 Status olahraga
kesehatan 7690 Intervensi data
personal : lab
1617 kesehatan fisik 7710 Dukungan
Kualitas hidup dokter / tenaga
Perilaku kesehatan
1622 menurunkan linnya, mis, ahli
berat badan gizi
4360
Manajemen Modifikasi
diri : penyakit perilaku
1400
ateri koroner Manajemen
Prilaku nyeri
kepatuhan :
diet yang
dianjurkan
Keluarga
mampu
memodifikasi
lingkungan
untuk
1929
mencegah, Keluarga
mengurangi, mampu
1906
atau memodifikasi
mengontrol lingkungan
1931 ancaman untuk
kesehatan mengembalikan
1928 Kontrol resiko fungsi
gangguan lipid psikososial dan
Kontrol resiko 4350
memfasilitasi
penggunaan perubhan gaya
tembakau 4490
hidup
Kontrol resiko Manajemen
stroke perilaku
4360
Kontrol resiko Bantuan untuk
hipertensi berhenti
1806 4360 merokok
Keluarga Modifikasi
1603 mampu perilaku
memanfaatkan 6485
fasilitas Modifikasi
pelayana perilaku
kesehatan lingkungan
Manajemen
Pengetahuan lingkungan
2605 tentang
sumber- Keluarga
sumber mampu
kesehatan memanfaatkan
7910
Perilaku fasilitas
8100
mencari pelayanan
7400
pelayanan kesehatan
kesehatan
Partisipasi Konsultasi
keluarga dalam Rujukan
perawatan Bantuan sistem
keluarga kesehatan
Kurang Keluarga Keluarga
pengetahuan mampu mampu mampu
mengenai mengenal mengenal
proses masalah. masalah
penyakit 1803 Pengetahuan : 5510 Pendidikan
Proses Kesehatan
5602
penyakit Pengajaran
0855
Gaya hidup proses penyakit
5520
sehat Faslitas proses
1862
Managemen pembelajaran
stress

Keluarga Keluarga
mampu mampu
mengambil mengambil
1606 keputusan : 5250 keputusan
Berpartisipasi Dukungan
dalam dalam membuat
membuat 7040 keputusan
keputusan Dukungan
tentang 7140 caregiver
pemeliharaan Dukungan
2609
kesehatan keluarga
Dukungan
keluarga
selama
pengobatan

Keluarga Keluarga
2204 mampu 5230 mampu
merawat: merawat:
5240 Peningkatan
Membina
5270 koping
hubungan
2205 Konseling
dalam merawat
5430 Dukung
pasien
Penampilan emosional
2206 7040
caregiver Dukungan
Perawatan kelompok
7110
langsung Dukungan
Penampilan caregiver
caregiver : Peningkatan
7120
Perawatan keterlibatan
tidak langsung keluarga
Koping Mobilitas
keluarga keluarga

Keluarga Keluarga
1501 7040 mampu
mampu
modifikasi modifikasi
1502
lingkungan: lingkungan:
Menunjukkan Dukungan
6482 7130
perananya terhadap
Keterampilan pemberi
7140 perawatan
interaksi social
Manajemen Pemeliharaan
710
lingkungan proses keluarga
5370
kenyamanan Dukungan
keluarga
Terapi keluarga
Role and
enhancement

2.5.10. Pelaksanaan Tindakan Keperawatan


Pada tahap ini, perawat yang mengasuh keluarga sebaiknya tidak bekerja

sendiri, tetapi perlu melibatkan secara integrasi semua profesi kesehatan yang

menjadi tim perawatan kesehatan dirumah. Peran perawat yang dilaksanakan

adalah sebagai koordinator. Namun, perawat juga dapat mengambil peran sebagai

pelaksana asuhan keperawatan.

Pada kegiatan implementasi, perawat perlu melakukan kontrak

sebelumnya (saat mensosialisasikan diagnosis keperawatan) untuk pelaksanaan

yang meliputi kapan dilaksanakan, berapa lama waktu yang dibutuhkan,

materi/topik yang didiskusikan, siapa yang melaksanakan, anggota keluarga yang

perlu mendapat informasi (sasaran langsung implementasi), dan (mungkin)

peralatan yang perlu disiapkan keluarga. Kegiatan ini bertujuan agar keluarga dan

perawat mempunyai kesiapan secara fisik dan psikis pada saat implementasi.

2.5.11. Evaluasi Keperawatan

Menurut Harmoko (2012) evaluasi merupakan tahapan penilaian untuk

membandingkan kesehatan keluarga dengan tujuan yang telah ditetapkan oleh

perawat, evaluasi merupakan proses berkesinambungan yang terjadi setiap kali

seorang perawat memperbarui rencana asuhan keperawatan. Sebelum perencanaan

dikembangkan dan dimodifikasi, perawat bersama keluarga perlu melihat

tindakan-tindakan keperawatan tertentu, apakah tindakan perawatan tersebut

benar-benar membantu.

2.6. Konsep Covid-19

2.6.1. Defenisi
Coronavirus Disease 19 (COVID-19) merupakan penyakit yang

disebabkan oleh Novel Coronavirus (2019-nCoV) atau yang kini dinamakan

SARS-CoV-2 yang merupakan virus jenis baru yang belum pernah diidentifikasi

sebelumnya pada manusia. Tanda dan gejala umum infeksi COVID-19 antara lain

gejala gangguan pernapasan akut seperti demam, batuk dan sesak napas hingga

pada kasus yang berat menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal

ginjal dan bahkan kematian. Manifestasi klinisnya muncul dalam 2 hari hingga 14

hari setelah terjadi pajanan. Hingga saat ini masih diyakini bahwa transmisi

penularan COVID-19 adalah melalui droplet dan kontak langsung, kecuali bila

ada tindakan medis yang memicu terjadinya aerosol (misalnya resusitasi jantung

paru, pemeriksaan gigi seperti penggunaan scaler ultrasonik dan high speed air

driven, pemeriksaan hidung dan tenggorokan, pemakaian nebulizer dan

pengambilan swab) dimana dapat memicu terjadinya resiko penularan melalui

airborne (Wibowo, 2020).

Coronavirus merupakan virus yang dapat menyebabkan gejala ringan

sampai berat. Setidaknya ada 2 jenis corona virus yang diketahui dapat

menyebabkan penyakit dengan gejala berat seperti Middle East Respiratory

Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). COVID 19

adalah penyakit jenis baru yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya, virus

penyebab COVID 19 ini disebut dengan Sars-Cov-2. Seperti yang sudah diketahui

pada penelitian bahwa SARS dibawa atau ditransmisikan oleh luwak ke manusia

dan MERS dari unta ke manusia. Namun, sumber penularan COVID 19 sendiri

masih belum diketahui sampai saat ini (Mutia, 2021).


WHO (2020), Covid-19 merupakan penyakit menular yang disebabkan

oleh jenis virus corona virus yag baru diketahui. Adapun gejala umum dari covid-

19 adalah deman, batuk, lemah dan berakibat adanya sesak nafas. Penyakit ini

dapat menular secara langsung melalui kontak langsung dari manusia satu ke

manusia lainnya melalui percikan cairan tubuh (Prasetya, 2021).

2.6.2. Penyebaran Virus Covid-19

Awal mula penyebaran virus berawal dari kasus lokal, Covid-19 menyebar

ke seluruh dunia silih berganti dengan cara penularan yang disebut kasus impor

dari luar wilayah asal atau transmisi lokal antar penduduk. Sejauh ini, berbagai

peristiwa yang pertama kali terjadi berkaitan dengan Covid-19, setidaknya belum

memberikan gambaran utuh tentang virus ini. Kesimpulan sejauh ini, analisis para

ahli menduga bahwa Covid-19 lebih kuat bertahan hidup di daerah bersuhu

rendah dan kering walaupun virus ini juga mewabah di negara-negara dengan

kondisi suhu dan kelembaban udara yang sebaliknya. Virus ini juga lebih rentan

menyebabkan kematian pada penduduk usia lanjut. Namun, ada juga penduduk di

kelompok usia ini yang berhasil sembuh dan seorang bayi juga meninggal karena

Covid-19. Rangkaian peristiwa pertama juga menunjukkan upaya para ahli untuk

menemukan antivirus ini secepat mungkin. Sejauh ini, upaya tersebut belum

memberikan hasil sesuai harapan. Melihat ke belakang, rentetan awal munculnya

Covid-19 sudah tidak asing di telinga masyarakat dunia. China tercatat sebagai

negara yang pertama kali melaporkan kasus Covid-19 di dunia (Prasetya, 2021).

2.6.3. Klasifikasi Virus Covid-19


Menurut Kemenkes RI, (2020) virus Covid-19 memiliki beberpa jenis

yang sering menginfeksi manusia antara lain :

1. 229E (alpha Coronavirus)

Klasifikasi virus Corona yang paling sering menginfeksi manusia

yang pertama adalah HCoV-229E (alpha Coronavirus). Virus ini pertama

kali ditemukan pada sekitar tahun 1960an. Gejala virus ini hampir sama

seperti virus Corona yang telah menginfeksi banyak orang saat ini, yaitu

menyerupai flu biasa. Virus HCoV-229E lebih banyak menyerang anak-

anak dan orang berusia lanjut.

2. NL63 (alpha Coronavirus)

Virus ini kemudian menyebar dan diidentifikasi di berbagai negara.

HCoV-NL63 telah terbukti lebih banyak menyerang anak-anak dan orang

dengan kelainan imun. Gejalanya bisa berupa masalah pernapasan ringan

seperti batuk, demam dan rhinorrhoea, atau yang lebih serius seperti

bronchiolitis dan croup, yang diamati terutama pada anak-anak yang lebih

muda.

3. OC43 (beta Coronavirus)

Kalsifikasi virus Corona yang paling sering menginfeksi manusia yang

selanjutnya adalah HCoV-OC43 (betacoronavirus). HCoV-OC43 adalah

salah satu virus Corona yang paling umum menyebabkan infeksi pada

manusia. Virus ini dapat menyebabkan pneumonia pada manusia.

4. HKU1 (beta Coronavirus)


Klasifikasi virus Corona yang paling sering menginfeksi manusia

yang keempat adalah HCoV-HKU1. Gejalanya hampir sama seperti jenis

virus Corona lainnya, yaitu infeksi saluran pernapasan atas. Walaupun

terkadang pneumonia, bronchiolitis akut, dan asthmatic axacerbation juga

bisa timbul sebagai akibat dari virus ini. Durasi demam yang ditimbulkan

dari virus ini cenderung lebih singkat, yaitu hanya sekitar 1,7 hari.

2.6.4. Manifestasi Klinis Covid-19

Gejala COVID-19 yang paling umum terjadi adalah demam, batuk kering,

dan kelelahan. Gejala lain, termasuk hilangnya kemampuan indra perasa atau bau,

hidung tersumbat, konjungtivitis, sakit tenggorokan, sakit kepala, nyeri otot atau

sendi, ruam kulit, mual atau muntah, diare, menggigil atau pusing. Beberapa

orang mungkin hanya mengalami gejala yang sangat ringan atau tidak spesifik,

sementara beberapa mungkin mengalami perkembangan gejala yang parah seperti

sesak napas, nyeri dada, atau kebingungan. Komplikasi yang mungkin terjadi

yaitu gagal napas, gangguan pernapasan akut (ARDS), sepsis dan syok septik,

tromboemboli, dan/atau kegagalan multi-organ termasuk cedera jantung, hati atau

ginjal. Orang yang berumur lebih tua dan mereka yang memiliki masalah medis

utama (misalnya hipertensi, masalah jantung dan paru-paru, diabetes, obesitas

atau kanker) berisiko lebih tinggi terkena penyakit serius. Beberapa orang yang

pernah menderita COVID-19 mungkin terus mengalami gejala, termasuk

kelelahan, gejala pernapasan, dan gejala neurologis. Saat ini, masih belum jelas

berapa lama gejala tersebut bisa berlangsung (Safitri, 2021).

2.6.5. Patofisiologi COVID 19


Patofisiologis dari COVID 19 sampai saat ini masih belum diketahui

seutuhnya. Pada awalnya diketahui virus ini sama dengan SARS dan MERS,

Namun dari hasil evaluasi dari 10 pasien hanya didapatkan 99% kesamaan, hal ini

menunjukkan bahwa virus ini tergolong baru. Dari hasil analisis filogenetik

menunjukkan bahwa COVID 19 merupakan bagian dari subgenus sabercorovirus

dan genus beta coronavirus.

Berdasarkan penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa protein (S)

memfasilitasi masuknya coronavirus ke dalam tubuh. Proses ini bergantung

dengan peningkatan protein (S) ke protease selular. Sampai sekarang penelitian

yang sudah dilakukan menunjukkan kemungkinan proses masuknya COVID 19

ke dalam tubuh mirip dengan proses masuknya SARS ke dalam sel. Hal ini

berdasar pada kesamaan struktur sebesar 76 % antara SARS dengan COVID 19.

(PDPI, 2020) Diperkirakan virus ini juga menargetkan Angiotensin Converting

Enzyme 2 (ACE 2), yang terikat pada aminopeptidase memiliki peran utama

dalam kardiovaskular dan sistem kekebalan. Selain itu ACE 2 juga dicurigai

sebagai reseptor fungsional dari COVID 19, termasuk Sar-Cov dan Sars-Cov2.

Terutama Sar–Cov-2 yang menyerang alveolar, sel epitel yang mengakibatkan

gangguan pernafasan (Prasetya, 2021).

2.6.6. Penularan Covid-19

Sumber virus corona masih belum terkonfirmasi jelas hingga saat ini.

Namun, berdasarkan analisis urutan diduga kelelawar menjadi reservoir utama

virus ini. Beberapa laporan mengkonfirmasi penularan terjadi dari manusia ke

manusia, hal tersebut terjadi melalui percikan droplet yang dihasilkan saat orang
yang terinfeksi sedang batuk, bersin dan berbicara. Mirip dengan penyebaran

influenza dan patogen pernapasan. Beberapa data juga menyebutkan bahwa virus

ini dapat menular dengan jarak kurang dari 2 meter. Selain itu keputusan

memulangkan warga dari daerah terinfeksi dan buruknya skrining di penumpang

dinilai dapat menjadi penyebab penularan virus ke negara lain (Safitri, 2021).

2.6.7. Pencengahan dan pengendalian Covid-19

Menurut Kemenkes RI, (2020) berdasarkan bukti yang tersedia, COVID-

19 ditularkan melalui kontak dekat dan droplet, bukan melalui transmisi udara.

Orang-orang yang paling berisiko terinfeksi adalah mereka yang berhubungan

dekat dengan pasien COVID-19 atau yang merawat pasien COVID-19. Tindakan

pencegahan dan mitigasi merupakan kunci penerapan di pelayanan kesehatan dan

masyarakat. Langkah-langkah pencegahan yang paling efektif di masyarakat

meliputi:

1. Melakukan kebersihan tangan menggunakan hand sanitizer jika tangan

tidak terlihat kotor atau cuci tangan dengan sabun jika tangan terlihat kotor

2. Menghindari menyentuh mata, hidung dan mulut.

3. Menerapkan etika batuk atau bersin dengan menutup hidung dan mulut

dengan lengan atas bagian dalam atau tisu, lalu buanglah tisu ke tempat

sampah.

4. Pakailah masker medis jika memiliki gejala pernapasan dan melakukan

kebersihan tangan setelah membuang masker.

5. Menjaga jarak (minimal 1 meter) dari orang yang mengalami gejala

gangguan pernapasan.
6. Vaksinasi, dengan vaksinasi Covid-19 bisa melindungi tubuh dengan

menciptakan respons antibodi di tubuh tanpa harus sakit karena virus

corona. Vaksin COVID-19 mampu mencegah seseorang terkena virus

corona. Atau, apabila sudah tertular COVID19, vaksin dapat mencegah

tubuh dari sakit parah atau potensi hadirnya komplikasi serius. Dengan

mendapatkan vaksin, maka dapat membantu melindungi orang-orang di

sekitar dari virus corona. Terutama orangorang yang berisiko tinggi

terkena penyakit parah akibat COVID-19 (Affandi dkk, 2020).

Selama pengendalian dan pencengahan di rumah, masyarakat harus selalu

proaktif berkomunikasi dengan petugas kesehatan dalam pengendalian covid-19.

Berikut rekomendasi prosedur pencegahan dan pengendalian infeksi:

a. Tempatkan pasien/orang dalam ruangan tersendiri yang memiliki ventilasi

yang baik (memiliki jendela terbuka, atau pintu terbuka).

b. Batasi pergerakan dan minimalkan berbagi ruangan yang sama. Pastikan

ruangan bersama (seperti dapur, kamar mandi) memiliki ventilasi yang

baik.

c. Anggota keluarga yang lain sebaiknya tidur di kamar yang berbeda, dan

jika tidak memungkinkan maka jaga jarak minimal 1 meter dari pasien

(tidur di tempat tidur berbeda)

d. Batasi jumlah orang yang merawat pasien. Idelanya satu orang yang benar-

benar sehat tanpa memiliki gangguan kesehatan lain atau gangguan

kekebalan. Pengunjung/penjenguk tidak diizinkan sampai pasien benar-

benar sehat dan tidak bergejala.


e. Lakukan hand hygiene (cuci tangan) segera setiap ada kontak dengan

pasien atau lingkungan pasien.

f. Lakukan cuci tangan sebelum dan setelah menyiapkan makanan, sebelum

makan, setelah dari kamar mandi, dan kapanpun tangan kelihatan kotor.

Jika tangan tidak tampak kotor dapat menggunakan hand sanitizer, dan

untuk tangan yang kelihatan kotor menggunakan air dan sabun.

g. Jika mencuci tangan menggunakan air dan sabun, handuk kertas sekali

pakai direkomendasikan. Jika tidak tersedia bisa menggunakan handuk

bersih dan segera ganti jika sudah basah.

h. Untuk mencegah penularan melalui droplet, masker bedah (masker datar)

diberikan kepada pasien untuk dipakai sesering mungkin.

i. Orang yang memberikan perawatan sebaiknya menggunakan masker

bedah terutama jika berada dalam satu ruangan dengan pasien. Masker

tidak boleh dipegang selama digunakan. Jika masker kotor atau basah

segera ganti dengan yang baru. Buang masker dengan cara yang benar

(jangan disentuh bagian depan, tapi mulai dari bagian belakang). Buang

segera dan segera cuci tangan.

j. Hindari kontak langsung dengan cairan tubuh terutama cairan mulut atau

pernapasan (dahak, ingus dll) dan tinja. Gunakan sarung tangan dan

masker jika harus memberikan perawatan mulut atau saluran nafas dan

ketika memegang tinja, air kencing dan kotoran lain. Cuci tangan sebelum

dan sesudah membuang sarung tangan dan masker.

k. Jangan gunakan masker atau sarung tangan yang telah terpakai.


l. Sediakan sprei dan alat makan khusus untuk pasien (cuci dengan sabun

dan air setelah dipakai dan dapat digunakan kembali)

m. Bersihkan permukaan di sekitar pasien termasuk toilet dan kamar mandi

secara teratur. Sabun atau detergen rumah tangga dapat digunakan,

kemudian larutan NaOCl 0.5% (setara dengan 1 bagian larutan pemutih

dan 9 bagian air). 13. Bersihkan pakaian pasien, sprei, handuk dll

menggunakan sabun cuci rumah tangga dan air atau menggunakan mesin

cuci dengan suhu air 60-900C dengan detergen dan keringkan. Tempatkan

pada kantong khusus dan jangan digoyang-goyang, dan hindari kontak

langsung kulit dan pakaian dengan bahan-bahan yang terkontaminasi.

n. Sarung tangan dan apron plastic sebaiknya digunakan saat membersihkan

permukaan pasien, baju, atau bahan-bahan lain yang terkena cairan tubuh

pasien. Sarung tangan (yang bukan sekali pakai) dapat digunakan kembali

setelah dicuci.

2.6.7. Intervensi Keperawatan

Menurut PPNI (2018), bahwa intervensi keperawatan berhubungan dengan

prilaku masyarakat dalam menerpakan protokol kesehatan adalah :

Tabel 2.3. Intervensi Berhubungan Dengan Prilaku Masyarakat


Dalam Menerapakan Protokol Kesehatan
Diagnosis Keperawatan NOC NIC
Kode Diagnosis Kode Hasil Kode Intervensi
00080 Ketidakefekti Keluarga Keluarga
fan mampu mampu
pemeliharaa mengenal mengenal
n kesehatan masalah. masalah
keluarga kesehatan
1849 Pengetahuan : 5602 Pengajaran :
majanemen
proses penyakit
penyakit 5606 Pengajaran :
1602
Pengetahuan individu
5604
tentang proses Pengajaran :
penyakit kelompok
Kemampuan Kemampuan
memutuskan memutusan
tindakan tindakan an
keyakinan keyakina
keluarga untuk keluargauntuk
meningkatkan meingkatkan
atau atau
memperbaiki memperbaiki
kesehatan kesehtan
1701 7040
Kepercayaan Dukungan
mengenai 5250 pengasuhan
kesehatan : Dukungan
merasakan pengambilan
2202 keputusan
Kemampuan
melakukan
berpartisipasi
dalam
memutuskan
perawatan
kesehatan
2609

Partisipasi
keluarga
dalam
perawatan
professional
Keluarga Keluarga
mampu mampu
merawat merawat
keluarga keluarga
5246
1617 Manajemen Konseling nutrisi
diri : penyakit 1160 Monitoring
1622 Perilaku nutrisi
kepatuhan diet 1280 Bantuan
yang penurunan BB
1400
dianjurkan Manajemen
1705 5390
Orientasi nyei
kesehatan Peningkatan
2006
Status kesadaran diri
kesehatan
personal
Keluarga Keluarga
mampu mampu
memodifikasi memodifikasi
lingkungan lingkungan

1908 Deteksi risiko 6610 Identifikasi


1914 Kontrol risiko : risiko
4360
penyakit Modifikasi
perilaku
Keluarga Keluarga
memiliki memiliki
kemampuan kemampuan
untuk untuk
memanfaatkan memanfaatkan
pelayanan pelayanan
kesehatan kesehatan
1806 7910
Pengetahuan Konsultasi
8100
tentang Rujukan
7400
sumber- Bantuan sistem
sumber kekebalan
1603 kesehatan
Perilaku
mencari
pelayanan
2605 kesehatan
Partisipasi
keluarga
dalam
perawatan
keluarga
00188 Perilaku Keluarga Keluarga
kesehatan mampu mampu
cenderung mengenal mengenal
berisiko masalah masalah :
kesehatan.
5606 Pengajaran :
1803
Pengetahuan individu
5604
kesehatan Pengajaran :
1602
Pengetahuan kelompok
5602
tentang proses Pengajaran :
penyakit proses penyakit
1603 1100
Perilaku Manajemen
peningkatan nutrisi
1120
1827 kesehatan Terapi nutrisi
5246
Mencari Konseling nutrisi
informasi 1160 Monitoring
masalah nutrisi
kesehatannya
Staus nutrisi
1411
Keluarga
mampu
memutuskan
Keluarga
tindakan dan
mampu
keyakinan
memutuskan :
keluarga untuk
memperkuat
meningkatkan
atau
atau
meningkatkan
memperbaiki
kognitif yang
1606 kesehatan :
diinginka atau
Berpartisipasi mengubah
dalam kognitif yang
memutuskan tidak diinginkan.
1700 perawatan
kesehatan 5250
2202 Keyakinan Dukungan
kesehatan membuat
Berpartisipasi keputusan
dalam Membangun
5310
merumuskan harapan
2605
perawatan Dukunga emosi
5270
kesehatan
Kesiapan
caregiver
2609 dalam
perawatan
dirumah
Partisiasi
keluarga
dalam
perawatan
profesional

Keluaga Keluarga
mampu mampu
0005 merawat/ merawat
membantu keluarga dalam
0002 melaksanakan membantu
ADL melaksanakan
0003 ADL
2006 Intoleransi
aktivitas 0180
Pemeliharaan Manajemen
energi 0200 energi
2004 Istirahat Peningkatan
1627 Status kegiatan
7690
kesehatan olahraga
personal : 7710 Intervensi data
1617 kesehatan fisik lab
Kualitas hidup Dukungan
Perilaku dokter / tenaga
1622 menurunkan kesehatan
berat badan 4360 linnya, mis, ahli
Manajemen gizi
1400
diri : penyakit Modifikasi
ateri koroner perilaku
Prilaku Manajemen
kepatuhan : nyeri
diet yang
dianjurkan
Keluarga
mampu
memodifikasi
lingkungan
untuk
1929
mencegah,
mengurangi, Keluarga
1906
atau mampu
mengontrol memodifikasi
ancaman lingkungan
1931
kesehatan untuk
1928 Kontrol resiko mengembalikan
gangguan lipid 4350 fungsi
Kontrol resiko psikososial dan
penggunaan 4490 memfasilitasi
tembakau perubhan gaya
Kontrol resiko hidup
stroke 4360
Manajemen
Kontrol resiko perilaku
hipertensi Bantuan untuk
4360
1806 berhenti
Keluarga merokok
mampu
1603 6485 Modifikasi
memanfaatkan perilaku
fasilitas
pelayana Modifikasi
kesehatan perilaku
lingkungan
Pengetahuan Manajemen
tentang lingkungan
2605 sumber-
sumber Keluarga
kesehatan mampu
7910
Perilaku memanfaatkan
8100
mencari fasilitas
7400
pelayanan pelayanan
kesehatan kesehatan
Partisipasi
keluarga Konsultasi
dalam Rujukan
perawatan Bantuan sistem
keluarga kesehatan
Kurang Keluarga Keluarga
pengetahuan mampu mampu mampu
mengenai mengenal mengenal
proses masalah. masalah
penyakit 1803 Pengetahuan : 5510 Pendidikan
Proses Kesehatan
5602
penyakit Pengajaran
0855
Gaya hidup proses penyakit
5520
sehat Faslitas proses
1862
Managemen pembelajaran
stress

Keluarga Keluarga
mampu mampu
mengambil mengambil
1606 keputusan : 5250 keputusan
Berpartisipasi Dukungan
dalam dalam membuat
membuat 7040 keputusan
keputusan Dukungan
tentang 7140 caregiver
pemeliharaan Dukungan
2609 kesehatan keluarga
Dukungan
keluarga
selama
pengobatan

Keluarga Keluarga
mampu mampu
2204 5230 merawat:
merawat:
Membina Peningkatan
5240
hubungan koping
5270
dalam Konseling
2205
merawat Dukung
5430
pasien emosional
Penampilan Dukungan
2206 7040
caregiver kelompok
Perawatan Dukungan
7110
langsung caregiver
Penampilan Peningkatan
caregiver : 7120 keterlibatan
Perawatan keluarga
tidak langsung Mobilitas
Koping keluarga
keluarga
Keluarga
Keluarga mampu
1501 7040
mampu modifikasi
modifikasi lingkungan:
1502
lingkungan: Dukungan
Menunjukkan terhadap
6482 7130
perananya pemberi
Keterampilan perawatan
7140
interaksi social Pemeliharaan
Manajemen proses keluarga
710
lingkungan Dukungan
5370
kenyamanan keluarga
Terapi keluarga
Role and
enhancement

2.6.8. Implementasi

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan

oleh perawat untuk  membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi

kestatus kesehatan yang  baik yang menggambarkan kriteria hasil yang

diharapkan. Ukuran intervensi keperawatan yang diberikan kepada klien terkait

dengan dukungan, pengobatan, tindakan untuk memperbaiki kondisi, pendidikan

untuk klien-keluarga, atau tindakan untuk mencegah masalah kesehatan yang

muncul dikemudian hari.

Untuk kesuksesan pelaksanaan implementasi keperawatan agar sesuai

dengan rencana keperawatan, perawat harus mempunyai kemampuan kognitif

(intelektual), kemampuan dalam hubungan interpersonal, dan keterampilan dalam

melakukan tindakan. Proses pelaksanaan implementasi harus berpusat kepada

kebutuhan klien, faktor-faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan,

strategi implementasi keperawatan, dan kegiatan komunikasi (Perry & Potter,

2013).

2.6.9. Evaluasi

Menurut Harmoko (2012) evaluasi disusun dengan menggunakan SOAP

yang operasional dengan pengertian S adalah ungkapan perasaan dan keluhan

yang dirasakan secara subjektif oleh keluarga setelah diberikan implementasi

keperawatan. O adalah keadaan objektif yang dapat di identifikasi oleh perawat


menggunakan pengamatan. A merupakan analisis perawat setelah mengetahui

respons subjektif dan objektif keluarga yang dibandingkan dengan kriteria dan

standar yang telah ditentukan mengacu pada tujuan pada rencana keperawatan

keluarga. P adalah perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis.

BAB III

TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian

Kondisi umum Gampong Timbang Langsa :

1. Kondisi fisik dasar Gampong Timbang Langsa  dapat kita lihat dari segi

pemanfaatan lahan , Gampong Timbang Langsa dengan luasnya 1.397 Ha,


dalam pemanfaatan lahan dikelompokkan ke dalam 4 (empat) bagian

yaitu:

Perumahan / pemukiman                 : 17      Ha

Tanah Perkebunan                           : 1.321 Ha

Tanah Kas Gampong                      : 2,2     Ha

 Kawasan Industri                            :57,5    Ha

2. Jumlah Dusun yang ada di Gampong Timbang Langsa terdiri atas 5 (lima)

Dusun yaitu: Dusun Nelayan, Dusun Pendidikan, Dusun Emplasmen,

Dusun Sejahtera dan Dusun Industri

3. Lokasi : Gampong Timbang Langsa Kecamatan Langsa Baro

4. Geografis

a. Luas : ± 1.397 Ha

b. Kondisi Gampong : Perbukitan dengan tanah rata

c. Batas Gampong

Utara : Dengan Gampong Keude Birem Kabupaten Aceh

Timur

Selatan : Dengan Gampong Pondok Kelapa Kota Langsa

Timur : Dengan Jalan Negara / Gampong Keude Birem

Kabupaten aceh Timur

Barat : Dengan Gampong Paya Rambong Kabupaten Aceh

Timur
d. Pembagian wilayah : Jumlah dusun terdiri dari V dusun, yaitu Dusun

Nelayan, Dusun Pendidikan, Dusun Emplasmen, Dusun Sejahtera dan

Dusun Industri.

e. Jenis tanah : Tanah Kering

f. Kondisi tanah : Subur

g. Luas wilayah

Perumahan / pemukiman                 : 17      Ha

Tanah Perkebunan                           : 1.321 Ha

Tanah Kas Gampong                      : 2,2     Ha

 Kawasan Industri                            :57,5    Ha

5. Transportasi dan Komunikasi

a. Jaringan transportasi adalah darat.

b. Sarana transportasi : jalan kaki, roda dua, roda tiga/becak dan roda

empat.

c. Jarak dari pusat pemerintahan Kecamatan : 8,9 Km

d. Lama tempuh ke Kecamatan : 16 Menit

e. Jarak dari Ibu Kota Langsa : 8 Km

f. Lama tempuh ke Ibu Kota Kabupaten : 15 Menit

g. Kelompok penduduk kebanyakan berkumpul pada saat sore dan

malam hari.

h. Media informasi/komunikasi : menggunakan mikrofon/pengeras suara,

TV, Koran, Telephon/HP.


Gampong Timbang Langsa, merupakan Gampong yang di pimpin seorang

kepala Gampong yang mengelola lima dusun, yaitu Dusun Nelayan, Dusun

Pendidikan, Dusun Emplasmen, Dusun Sejahtera dan Dusun Industri, dengan

jumlah penduduk 2.306 jiwa dengan komposisi penduduk laki-laki sejumlah 1.142

jiwa dari perempuan sejumlah 1.164 jiwa, yang secara keseluruhan mencakup

dalam 665 Kepala Keluarga (KK) yang tersebar dalam 5 (Lima) dusun. Namun

dalam laporan keperawatan komunitas ini hanya 3 dusun yang dilakukan

observasi karena dua dusun lainya berjarak lumayan jauh sehingga tidak

memungkinkan dilakukan asuhan keperawatan komunitas.

Langkah awal dimulai dengan pertemuan dengan perantara bersama

Camat, Kepala Gampong, Kepala Dusun, masing-masing Dusun dalam rangka

mengenal/membina hubungan saling percaya antara mahasiswa/i Ners dengan

warga Gampong Timbang Langsa Kecamatan Langsa Baro. Berdasarkan

karakteristik sosial masyarakat Gampong Timbang Langsa Kecamatan Langsa

Baro berkembang dan berlangsung dengan baik kegitan sosial masyarakat seperti

wirid yasin, posyandu, pengajian, dan lain sebagainya.

Pada tahap pengkajian untuk pengumpulan data angket terlebih dahulu di

uji, kemudian disebarkan kemasyarakat. Hasil wawancara dan observasi terhadap

lingkungan yang dilakukan secara keseluruhan adalah masayrakat keluarga inti

yang menggunakan perumahan milik pribadi dengan jenis rumah semi permanen

yang memilki ventilasi, jenis atap yang digunakan seng, masyarakat pada

umumnya membuka jendela pada pagi hari dengan pencahayaan matahari yang

masuk kedalam rumah, penerangan rumah adalah menggunakan listirk, sumber air
masak dan minum dari air sumur dengan jenis air bersih untuk memasak, sumber

air untuk mandi dan mencuci menggunakan sumber air sumur, tempat

pembuangan limbah adalah got dengan kondisi yang kurang ter[elihara karna ada

limbah dari tahu, jamban yang terpelihara, rata-rata menggunakan WC jongkok

sebagai tempat BAB, sarana informasi yaitu televisi, penyuluhan, koran, atau

majalah, sikap petugas baik, saranna transportasi di Gampong mayoritas

menggunakan sepeda motor, pelayanan kesehatan yang ada di Gampong polindes.

Secara keseluruhan bayi atau balita memiliki KMS, keluarga menyiapkan sarapan

di pagi hari, bayi atau balita di beri imuninasi secara lengkap, memiliki tingkat

tumbuh kembang yang normal.

Tahap pertama dilakukan pengkajian dengan menggunakan kuesioner

yang akan diisi oleh mahasiswa dengan melakukan wawancara struktur, dimana

melalui angket tersebut akan diperoleh informasi tentang masalah-masalah

kesehatan yang terjadi di masyarakat melalui supervisi dan koordinasi dengan

pembimbing pratik klinik/lapangan. Pada keperawatan komunitas, kuesioner di

revisi dan kemudian dilakukan pendataan/pengkajian secara langsung kepada

masyarakat dan pengumpulan kuesioner lalu langsung diperiksa untuk melihat

kelengkapan dari kuesioner yang telah diisi dan dilakukan pendataan. Setelah

terkumpul data disajikan dalam bentuk Bar dan Pie untuk selanjutnya dianalisa.

Berdasarkan hasil angket/kuesioner yang telah dilakukan pendataan

masyarakat di Gampong Timbang Langsa Kecamatan Langsa Baro Kabupaten

Kota Langsa pada tahap pengkajian di dapatkan data sebagai berikut:

Diagram 3.1
Distribusi Frekuensi Jumlah Penduduk Gampong Timbang Langsa
Kecamatan Langsa Baro Timur Kota Langsa
Tahun 2021
Jumlah Jiwa ; Series1;
2306

Laki-Laki ; Series1; Perempuan ; Series1;


1142 1164

Jumlah KK; Series1;


665

Dari grafik diatas dapat diketahui bahawa jumlah kepala keluarga di

Gampong Timbang Langsa berjumlah 665 KK, dengan jumlah jiwa mencapai

2.306 jiwa. Kemudian jumlah masyarakat yang berjenis kelamin laki-laki

berjumlah 1.142 jiwa dan 1.164 jiwa lainya berjenis kelamin perempuan

Diagram 3.2
Distribusi Frekuensi Jumlah Penduduk pada 3 Dusun di Gampong Timbang
Langsa Kecamatan Langsa Baro Timur Kota Langsa
Tahun 2021
Dusun Emplasmen;
Series1; 895

Dusun Nelayan;
Series1; 687

Dusun Pendidikan;
Series1; 415

Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa jumlah warga pada 3 dusun yang

diberikan asuhan keperawatan komunitas adalah 687 untuk Dusun Nelayan, 415

untuk Dusun Pendidikan dan 895 warga untuk Dusun Emplasme.

Diagram 3.3
Distribusi Frekuensi Jumlah Balita pada 3 Dusun di Gampong Timbang
Langsa Kecamatan Langsa Baro Timur Kota Langsa
Tahun 2021
29 balita atau 49%
30 Balita atau 51%
Laki-Laki
Perempuan

Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa jumlah balita yang ada pada 3

dusun adalah 59 balita dengan prefelensi balita berjenis kelamin perempuan

sebanyak 30 (51%) dan laki-laki sebanyak 29 (49%).

Diagram 3.4
Distribusi Frekuensi Jumlah Lansia pada 3 Dusun di Gampong Timbang
Langsa Kecamatan Langsa Baro Timur Kota Langsa
Tahun 2021
Laki-Laki Perempuan

260 Lansia atau 46%

301 Lansia atau


54%

Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa jumlah lanisa yang ada pada 3

dusun adalah 561 lansia dengan prefelensi lansia berjenis kelamin perempuan

sebanyak 260 (46%) dan laki-laki sebanyak 301 (54%).

Diagram 3.5
Distribusi Frekuensi Penduduk Tingkat Pendidikan Warga pada 3 Dusun
di Gampong Timbang Langsa Kecamatan Langsa Baro
Kota Langsa
2021
SMU/MAN ; Series1;
1296

SLTP/MTSN; Series1;
526

Tidak Sekolah/Belum
SD/Min71
Sekolah ; Series1; ; Series1; 92
2 Series1;D3;
D1; Series1;D2; 0 Series1;S1;
5 Series1;S2;
4 Series1;S3;
1 Series1; 0

Dilihat dari tingkat pendidikan di Gampong Timbang Langsa masih cukup

baik dikarenakan dari data tersebut sangat sedikit masyarakat yang tidak sekolah

atau yang belum sekolah yaitu sebanyak 71 orang, 92 masyarakat berpendidikan

SD/MIN, 526 masyarakat berpendidikan SLTP/MTSN, 1.296 masyarakat

berpendidikan SMU/Man, 2 masyarakat berpendidikan D1, 5 masyarakat

berpendidikan D3, 4 masyarakat berpendidikan S1 dan 1 Masyarakat

berpendidikan S1. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pemahaman masyarakat

terhadap masalah kesehatan di Gampong Timbang Langsa sudah cukup baik, dan

dapat menerima masukan dari mahasiswa untu kesehatan masyarakat.

Diagram 3.6
Distribusi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan Warga di Gampong Timbang
Langsa Kecamatan Langsa Baro Kota Langsa
2021
Tidak Mempunyai
Pekerjaan Tetap;
Series1; 652

Karyawan PTPN ; IRT; Series1; 461


Series1; 443

Petani ; Series1; 56
Industri Rumah TNI dan Polisi;
PNS2; Series1; 15
Tangga; Series1; Pedagang ; Series1;
Dosen6; Series1; Series1;
2 4

Dilihat dari diagram diatas menunjukkan bahwa mayoritas penduduk tidak

memiliki pekerjaan tetap sebanyak 652, kemudian di domisili dengan IRT yaitu

sebanyak 461 orang, selanjutnya petani dengan karyawan PTPN sebanyak 443

orang, petani sebanyak 56 orang, PNS sebanyak 15 orang, pedagang sebanyak 6

orang, TNI dan polisi sebanyak 4 orang, Industri rumah tangga sebanyak 2 orang

dan dosen 2 orang.

Diagram 3.7
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Rumah Warga di Gampong
Gampong Timbang Langsa Kecamatan Langsa Baro Kota Langsa
2021
Semi Permanen ;
Jumlah ; 271

Permanen ; Jumlah ;
193

Dilihat dari diagram diatas menunjukkan bahwa bangunan perumahan

warga Gampong Timbang Langsa mayoritas semi permanen sebanyak 193

bangunan sedangkan 271 lainya bangunan rumah permanen

Diagram 3.8
Distribusi Penduduk Berdasarkan Rumah Yang Memiliki Ventilasi dan
Jendela di Gampong Timbang Langsa Kecamatan Langsa Baro
Kota Langsa 2021
Dilihat dari diagram diatas menunjukkan bahwa seluruh masyarakat

Gampong Timbang Langsa seluruhnya memiliki ventilasi dan jendela di

rumahnya, han ini cukup baik karna ventilasi dan jendela diperlukan sebagai

pertukaran udara yang baik didalam rumah, dan dapat meningkatkan kesehatan

setiap anggota keluarga.

Diagram 3.9
Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Pembuangan Limbah dan
Sampah Rumah Tangga di Gampong Timbang Langsa Kecamatan
Langsa Baro Kota Langsa
2021
Got ; Series1; 243

Tong Sampah ;
Series1; 174

Sungai ; Series1; 39
TPS; Series1; 28

Dari diagram diatas menunjukkan mayoritas masyarakat Gampong

Timbang Langsa masyarakat membuang sampah dan limbah hasil industry rumah

tangga pada got atau selokan. Perilaku masyarakat Gampong Timbang Langsa

dalam pengelolaan limbah dengan cara dibuang ke got, perilaku tersebut dapat

menyebabkan terjadinya gangguan intergritas pada kulit masyarakat karea saluran

limbah dapat menyebabkan got menjadi tersumbat.

Diagram 3.10
Distribusi Penduduk Berdasarkan Kondisi Saluran Pembuangan Limbah
Masyarakat di Gampong Timbang Langsa Kecamatan Langsa Baro
Kota Langsa
2021

Dilihat dari diagram diatas menunjukkan bahwa saluran pembuangan

masyarakat 100 persen kotor, karena masyarakat sekuruhnya membuang sampah

di got dan menyebabkan got menjadi tersumbat.

Diagram 3.11
Distribusi Penduduk Berdasarkan Cara Pengelolaan sampah Masyarakat di
Gampong Timbang Langsa Kecamatan Langsa Baro Kota Langsa
2021
Axis Title

Axis Title

Dilihat dari diagram diatas menunjukkan bahwa seluruh masyarakat

Gampong Timbang Langsa seluruhnya mengelola sampah dengan cara dibakar,

tidak ada masyarakat yang mengelola sampah dengan cara mengubur.

Diagram 3.12
Distribusi Penduduk Berdasarkan Sumber Air yang Digunakan di Gampong
Gampong Timbang Langsa Kecamatan Langsa Baro Kota Langsa
2021

Dilihat dari diagram diatas menunjukkan bahwa seluruh masyarakat

Gampong Timbang Langsa seluruhnya menggunakan Sumur Bor sebagai sumber

air, tidak ada warga yang menggunakan air sungai, air sumur atau air PDAM

sebagai sumber air masyarakat.

Diagram 3.13
Distribusi Penduduk Berdasarkan Kualitas Sumber AIR yang Digunakan di
Gampong Timbang Langsa Kecamatan Langsa Baro Kota Langsa
2021
Dilihat dari diagram diatas menunjukkan bahwa mayoritas kualitas Air

yang yang bersumber dari sumur bor jernih sebanyak 76%, sedangkan 24%

kualitas air sumur bor masyarakat airnya keruh.

Diagram 3.14
Distribusi Penduduk Berdasarkan Jarak Air dengan Limbah yang
Digunakan di Gampong Timbang Langsa Kecamatan Langsa Baro
Kota Langsa 2021

Dilihat dari diagram diatas menunjukkan bahwa mayoritas jarak sumber

Air dengan limbah yang ≤ 10 meter sebanyak 71% atau 90 rumah, sedangkan

29% atau sekitar 39 rumah lainya jarak air dengan limbah > 10 meter. Dapat

disipulkan bahwa jarak sumber air masyarakat dengan limbah mayoritas cukup

baik.

Diagram 3.15
Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Penampungan Air yang Digunakan
di Gampong Timbang Langsa Kecamatan Langsa Baro
Kota Langsa 2021

Dilihat dari diagram diatas menunjukkan bahwa mayoritas jenis

penampungan Air yang digunakan oleh masyarakat adalah tangki sebanyak 63%

menggunakan tangki, selebihnya sebanyak 37% masyarakat menggunakan bak.

Diagram 3.16
Distribusi Penduduk Berdasarkan Pembuangan Air Besar Masyarakat di
Gampong Timbang Langsa Kecamatan Langsa Baro Kota Langsa
2021

Dilihat dari diagram diatas menunjukkan bahwa seluruh masyarakat

seluruhnya melakukan pembuanga Air Besar di WC/Jamban, tidak ada

masyarakat yang melakukan buang air besar di sungai. Hal ini menunjukkan

bahwa masyarakat Gampong Timbang Langsa cukup sadar akan kebersihan

lingkungan
Diagram 3.17
Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis WC yang digunakan Masyarakat di
Gampong Timbang Langsa Kecamatan Langsa Baro Kota Langsa
2021

Dilihat dari diagram diatas menunjukkan bahwa seluruh masyarakat

seluruhnya menggunakan Leher Angsa sebagai jenis WC yang digunkan, tidak

ada masyarakat yang menggunakan toilet duduk sebagai jenis WC yang

digunakan untuk buang air besar


Diagram 3.18
Distribusi Penduduk Berdasarkan Pelayanan Kesehatan Masyarakat di
Gampong Timbang Langsa Kecamatan Langsa Baro Kota Langsa
2021

Dilihat dari diagram diatas menunjukkan terdapat pelayanan kesehatan di

Gampong Timbang Langsa Kecamatan Langsa Baro, Pelayanan kesehatan di

Gampong Timbang Langsa Cukup Baik. Seluruh Masyarakat dapat merasakan

pelayanan kesehatan yang ada di Gampong Timbang Langsa.


Diagram 3.19
Distribusi Penduduk Berdasarkan Tempat Pendidikan di Gampong
Timbang Langsa Kecamatan Langsa Baro Kota Langsa
2021

Dilihat dari diagram diatas menunjukkan terdapat tempat pendidikan

PAUD/TK sebanyak 1 unit, SD 1 unit, SMP tidak ada, SMA tidak ada, dan

Madrasah/TPA Sebanyak 2 unit. Tempat pendidikan cukup baik, keadaan tempat

pendidikan cukup bersih dan lokasinya tidak jauh dari pemukiman warga.
Diagram 3.20
Distribusi Penduduk Berdasarkan penghasilan Gampong Timbang Langsa
Kecamatan Langsa Baro Kota Langsa
2021

Dilihat dari diagram diatas menunjukkan mayoritas penghasilan ≤ Rp.

2.970.000 sebanyak 68%, dan sebanyak 32% berpenghasilan > 2.970.000. dapat

diketahuai bahwa perekonomian masyarakat Gampong Timbang Langsa cukup

baik.
Diagram 3.21
Distribusi Penduduk Dalam Memenuhi Kebutuhan Pokok Gampong
Timbang Langsa Kecamatan Langsa Baro Kota Langsa
2021

Dilihat dari diagram diatas menunjukkan mayoritas masyarakat berbelanja

dalam memenuhi kebutuhan pokok di warung sebanyak 95%, dan sebanyak 5%

lebih memilih di Pasar


Diagram 3.22
Distribusi Penduduk Dalam Mendapatkan Informasi Kesehatan Gampong
Timbang Langsa Kecamatan Langsa Baro Kota Langsa
2021

Dilihat dari diagram diatas menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat

Gampong Timbang Langsa dalam mendapatkan informasi kesehatan melalui

Posyandu sebanyak 46% kemudian sebanyak 34% masyarakat mengatakan

mendapat informasi kesehatan melalui poskesdes dan 20% masyarakat lainya

menjawab melalui puskesmas. Dapat disimpulkan bahwa informasi mengenai

kesehatan di Gampong Timbang Langsa cukup baik, tidak ada masyarakat yang

tidak mendapatkan informasi tentang kesehatan


Diagram 3.23
Distribusi Penduduk Transportasi yang Digunakan Masyarakat di
Gampong Timbang Langsa Kecamatan Langsa Baro Kota Langsa
2021

Dilihat dari diagram diatas menunjukkan bahwa seluruh masyarakat

Gampong Timbang Langsa menggunakan sepeda motor sebagai alat transportasi

yang digunakan sehari-hari.


Diagram 3.24
Distribusi Penduduk berdasarkan Kegiatan Ronda yang Dilakukan
Masyarakat di Gampong Timbang Langsa Kecamatan Langsa Baro
Kota Langsa
2021

Dilihat dari diagram diatas menunjukkan bahwa seluruh masyarakat

Gampong Timbang Langsa mengatakan bahwa terdapat ronda atau jaga secara

bergantian di Gampong Timbang Langsa, hal ini menunjukkan bahwa masyarakat

Gampong Timbang Langsa cukup kompak dalam menjaga keamanan Gampong.


Diagram 3.25
Distribusi Penduduk berdasarkan Kegiatan Tempat Rekreasi di Gampong
Timbang Langsa Kecamatan Langsa Baro Kota Langsa
2021

Dilihat dari diagram diatas menunjukkan bahwa seluruh masyarakat

Gampong Timbang Langsa mengatakan bahwa tidak terdapat tempat rekreasi di

Gampong Timbang Langsa .


Diagram 3.26
Distribusi Penduduk berdasarkan Cara Mengatasi Waktu Luang
Masyarakat di Gampong Timbang Langsa Kecamatan Langsa Baro
Kota Langsa 2021

Dilihat dari diagram diatas menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat

Gampong Timbang Langsa dalam mengatasi waktu luang lebih memilih

berkumpul dengan keluarga sebanyak 71%, selanjutnya sebanyak 24%

mengatakan mengikuti kegiatan keagamaan dalam mengatasi waktu luang dan

sisanya sebanyak 5% yang mengatasi waktu luang dengan cara olahraga. Hal ini

menunjukkan bahwa seluruh masyarakat dalam mengisi waktu luang dengan

kegiatan positif.
Diagram 3.27
Distribusi Penduduk berdasarkan Penyakit Masyarakat 6 bulan terakhir di
Gampong Timbang Langsa Kecamatan Langsa Baro
Kota Langsa 2021
Hipertensi ; Series1;
111

Diare ; Series1; 79

Gastritis ; Series1; 61

ISPA; Series1; 5

Dilihat dari diagram diatas menunjukkan bahwa penyakit masyarakat

Gampong Timbang Langsa selama 6 bulan terakhir tertinggi adalah Hipertensi

kemudian Diare, Gastritis dan ISPA.


Diagram 3.28
Distribusi Penduduk berdasarkan Sarana Kesehatan di Gampong
Timbang Langsa Kecamatan Langsa Baro Kota Langsa
2021

Dilihat dari diagram diatas menunjukkan jawaban masyarakat tentang

sarana kesehatan masyarakat di dominasi oleh poskesdes.


Diagram 3.31
Distribusi Penduduk Berdasarkan Keberadaan Orang Sakit jiwa di
Gampong Timbang Langsa Kecamatan Langsa Baro Kota Langsa
2021

Dilihat dari diagram diatas menunjukkan bahwa seluruh masyarakat

Gampong Timbang Langsa mengatakan tidak ada warga Gampong Timbang

Langsa yang mengalami gangguan jiwa


Diagram 3.32
Distribusi Penduduk Berdasarkan Anggota Keluarga yang Mempunyai
Kebiasaan Merokok di Gampong Timbang Langsa Kecamatan Langsa Baro
Kota Langsa
2021

Ada; Series1; 297

Tidak Ada ; Series1;


284

Dilihat dari diagram diatas menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat

terdapat keluarga yang merokok sebanyak 297 orang dan 284 orang mengatakan

tidak ada angota keluarga yang merokok.


Diagram 3.33
Distribusi Penduduk Berdasarkan Kebiasaan keluarga mandi di Gampong
Timbang Langsa Kecamatan Langsa Baro Kota Langsa
2021

Dilihat dari diagram diatas menunjukkan bahwa seluruh masyarakat

Gampong Timbang Langsa menjawab mandi 2 kali, hal ini menujukkan bahwa

kebersihan diri cukup baik pada masyarakat Gampong Timbang Langsa.


Diagram 3.34
Distribusi Penduduk Berdasarkan Kondisi Lantai WC Gampong Timbang
Langsa Kecamatan Langsa Baro Kota Langsa
2021

Dilihat dari diagram diatas menunjukkan bahwa kondisi lantai WC

mayoritas bersih sebanyak 60%, dan 40% lainya masih kotor.


Diagram 3.35
Distribusi Penduduk Berdasarkan Pencahayaan Rumah di Gampong
Timbang Langsa Kecamatan Langsa Baro Kota Langsa
2021

jumlah

Baik; jumlah ; 133

Kurang baik; jumlah ;


0

Dilihat dari diagram diatas menunjukkan bahwa seluruh masyarakat

mengatakan baik pencahayaan rumah mereka, tidak ada masyarakat yang

menjawab kurang baik.


Diagram 3.36
Distribusi Penduduk Berdasarkan terdapat Bayi di Rumah di Gampong
Timbang Langsa Kecamatan Langsa Baro Kota Langsa
2021

Tidak Ada ; Series1;


522

Ada; Series1; 59

Dilihat dari diagram diatas menunjukkan mayoritas masyarakat tidak

memiliki bayi sebayak 59 orang dan sebanyak 522 orang menjawab tidak

memiliki bayi.
Diagram 3.37
Distribusi Penduduk Berdasarkan Penolong Persalinan di Gampong
Timbang Langsa Kecamatan Langsa Baro Kota Langsa
2021

Series1

Dilihat dari diagram diatas menunjukkan mayoritas jawaban masyarakat

tentang penolong persalinan adalah Bidan sebanyak 400 orang dan selebihnya

dokter sebanyak 64 orang


Diagram 3.38
Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Persalinan Masyarakat di Gampong
Timbang Langsa Kecamatan Langsa Baro Kota Langsa
2021

Caesar ; Se-
ries1; 64; 14%

Normal ; Series1; 400; 86%

Dilihat dari diagram diatas menunjukkan mayoritas jawaban masyarakat

tentang jenis persalinan adalah normal sebanyak 86% dan selebihnya seksio

saesarea sebanyak 14%.


Diagram 3.39
Distribusi Penduduk Berdasarkan Imunisasi anak di Gampong Timbang
Langsa Kecamatan Langsa Baro Kota Langsa
2021

Dilihat dari diagram diatas menunjukkan seluruhnya anak anak di

Gampong Timbang Langsa sudah di mendapatkan Imunisasi.


Diagram 3.40
Distribusi Penduduk Berdasarkan Kondisi Lansia Gampong Timbang
Langsa Kecamatan Langsa Baro Kota Langsa
2021

Sehat Kurang Sehat

Kurang Sehat ; Series1; 200;


36%
Sehat ; Series1; 361; 64%

Dilihat dari diagram diatas bahwa sebanyak 200 lansia mengalami

ganguan kesehatan dan 361 lansia lainya sehat. Hal ini menunjukkan bahwa

kondisi lansia di Gampong Timbang Langsa didominasi oleh lansia yang sehat.
Diagram 3.41
Distribusi Penduduk Berdasarkan penyakit lansia Gampong Timbang
Langsa Kecamatan Langsa Baro Kota Langsa
2021

Dll ; Series1; 14; 7%


Stroke ; Se-
ries1; 21; 11%

Katarak; Series1; 32; 16% Hipertensi ; Series1; 113; 57%

Diabetes ; Se-
ries1; 20; 10%

Dilihat dari diagram diatas bahwa sebanyak mayoritas lansia mengalami

hipertensi sebanyak 56%, kemudian disusul dengan diabetes sebanyak 10%,

selanjutnya katarak sebanyak 16%, Stroke 11% dan penyakit lainya 7%.
Diagram 3.42
Distribusi Penduduk Berdasarkan Penerapan Protokol Kesehatan dengan
Mencuci Tangan Sebelum dan Sesudah Beraktivitas Gampong Timbang
Langsa Kecamatan Langsa Baro Kota Langsa
2021
Ada Tidak Ada Ada; Se-
ries1;
100; 22%

Tidak Ada ; Series1; 364; 78%

Dilihat dari diagram diatas bahwa mayoritas masyarakat Gampong

Timbang Langsa tidak menerapkan protokol kesehatan seperti mencuci tangan

sebelum dan sesudah beraktivitas dan menggunakan handsanitaizer sebanyak

78%, sedangkan 22% masyarakat menerapkan protokol kesehatan


Diagram 3.43
Distribusi Penduduk Berdasarkan Penerapan Protokol Kesehatan dengan
Memakai Masker di Gampong Timbang Langsa Kecamatan Langsa Baro
Kota Langsa
2021
Ada Tidak Ada

Ada; Series1; 160; 34%

Tidak Ada ; Series1; 304; 66%

Dilihat dari diagram diatas bahwa mayoritas masyarakat Gampong

Timbang Langsa tidak menerapkan protokol kesehatan seperti memakai masker

saat beraktivitas diluar rumah sebanyak 66%, sedangkan 34% masyarakat

menerapkan protokol kesehatan.

.
Diagram 3.44
Distribusi Penduduk Berdasarkan Penerapan Protokol Kesehatan dengan
Menjaga Jarak di Gampong Timbang Langsa Kecamatan Langsa Baro Kota
Langsa
2021
Ada;
Ada Tidak Ada Se-
ries1;
60;
13%

Tidak Ada ; Series1; 404; 87%

Dilihat dari diagram diatas bahwa mayoritas masyarakat Gampong

Timbang Langsa tidak menerapkan protokol kesehatan seperti menjaga jarak

sebanyak 87%, sedangkan 13% masyarakat menerapkan protokol kesehatan.

.
Diagram 3.45
Distribusi Penduduk Berdasarkan Penerapan Protokol Kesehatan dengan
Melakukan Vaksinasi di Gampong Timbang Langsa Kecamatan Langsa
Baro Kota Langsa
2021
Ada Tidak Ada

Tidak Ada ; Series1; 204; 44%

Ada; Series1; 260; 56%

Dilihat dari diagram diatas bahwa mayoritas masyarakat Gampong

Timbang Langsa sudah melakukan vaksinasi sebanya 56% sedangkan 44% lainya

belum melakukan vaksinasi dosis pertama dan kedua.

.
B. Analisis data Komunitas Dan Perioritas Masalah

Tabel 3.1. Analisis Data

No DATA ETIOLOGI PROBLEM

1 Ds: Tindakan Perilaku


masyarakat dan kesehatan
- Masyarakat mengatakan pengusaha UMKM cenderung
Limbah dari UMKM tahu tahu dalam menjaga beresiko
dibuang di selokan lingkungan masih
- Masyarakat mengatakan perlu peratian
bahwa limbah tahu yang khusus terutama
ada mencemari dalam pengelolaan
lingkungan. sampah dan limbah
- Masyarakat juga tidak
mengelola sampah rumah
tangga dengan baik
sehingga mencemari
lingkungan
- Membuang sampah rumah
tangga sembarangan
Do:
Sebanyak 243 KK
membuang sampah dan
limbah hasil industry rumah
tangga pada got atau selokan.
Perilaku masyarakat
Gampong Timbang Langsa
dalam pengelolaan limbah
dengan cara dibuang ke got,
perilaku tersebut dapat
menyebabkan terjadinya
gangguan intergritas pada
kulit masyarakat karea saluran
limbah dapat menyebabkan
got menjadi tersumbat.

2 Ds: Kurangnya Ketidakefektifan


- Masyarakat mengatakan masyarakat dalam pemeliharaan
bahwa tidak menerapkan kesehatan
menggunakan masker protokol kesehatan .
saat beraktifitisan
- Masyarakat juga tidak
menjaga jarak saat
mengahadiri
perkumpulan tertentu
seperti wirid yasin atau
kegiatan lainya
- Masyarakat tidak
mencuci tangan sebelum
dan sesudah aktifitas dan
tidak menggunakan
handsanitaizer

Do:
- Terdapat 56% masyarakat
yang melakukan vaksinasi
dosis pertama dan kedua.
- Terdapat 87% masyarakat
Timbang Langsa tidak
menerapkan protokol
kesehatan seperti menjaga
jarak sebanyak
- Terdapat 66% masyarakat
Timbang Langsa tidak
menerapkan protokol
kesehatan seperti
memakai masker
- Terdapat 78% masyarakat
Timbang Langsa tidak
menerapkan protokol
kesehatan seperti mencuci
tangan sebelum dan
sesudah beraktivitas
3 Ds: Kurang Informasi Ganguan rasa
- Sebagian lansia masyarakat terhadap nyaman nyeri b/d
menderita penyakit penyebab terjadinya kurang
hipertensi Hipertensi pengetahuan
- Masayarakat mengatakan mengenai
tidak tahu penyebab, hipertensi.
tanda dan gejala
hipertensi
- Masyarakat juga
mengatakan tidak tahu
tentang cara diet
hipertensi
Do:
- Mayoritas lansia
mengalami hipertensi
sebanyak 56%
- Tekanan darah rata rata
lebih dari 140/90 mmHg

Tabel 3.2. Perioritas Masalah

No Masalah Akibat Tk. Pengeta- Sumber Kesiapan Total


Kprh huan
1 Prilaku 5 5 5 3 5 23

kesehatan

cenderung

beresiko

2 Ketidakefektifan 5 5 5 5 4 24

pemeliharaan

kesehatan

3 Ganguan rasa 5 5 3 4 5 22
nyaman nyeri
b/d kurang
pengetahuan
mengenai
hipertensi.
Tabel 3.3. Format Penyusunan POA (Plain Of Aaction)

N Masalah Tujuan Rencana Sasaran Waktu Tempat Dana PJ


o Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 Ketidakefektifan Setelah Penyuluhan Seluruh Gampong Pj Mahasiswa :
pemeliharaan dilakukan dan posyandu warga Timbang
kesehatan penyuluhan anak Langsa
dan kecamatan
demonstrasi Langsa Baro
diharapkan
tidak
masyarakat
dapat
menerapkan
protokol
kesehatan
2 Prilaku Setelah Gotong Seluruh Gampong Pj Mahasiswa :
kesehatan dilakukan royong warga Timbang
cenderung penyuluhan Langsa
beresiko dan kecamatan
demonstrasi Langsa Baro
diharapkan
masyarkat
tidak
membuang
limbah dan
sampah
rumah tangga
sembarangan
3 Ganguan rasa Setelah Penyuluhan Seluruh Gampong Pj Mahasiswa :
nyaman nyeri dilakukan dan warga Timbang
b/d kurang penyuluhan demonstrasi Langsa
pengetahuan dan kecamatan
mengenai demonstrassi Langsa Baro
hipertensi. diharapkan
penderita
penyakit
hipertensi
tidak terus
bertambah
C. Diagnosa Keperawatan Komunitas

1. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada warga Gampong

Timbang Langsa Kecamatan Langsa Baro dapat diketahui dari hasil

pembagian kuesioner dimana mayoritas masyarakat tidak menerapkan

protokol kesehatan seperti mencuci tangan pakai sabun dan

handsanitaizer, memakai masker, menjaga jarak dan melakukan

vaksinasi

2. Prilaku kesehatan cenderung beresiko masayarakat kurang menjaga

kebersihan lingkungan dapat diketahui dari hasil pembagian kuesioner

diamana mayoritas masyarakat tidak mengelola sampah rumah tangga

secara benar, sampah di buang di selokan kemudian ditambah lagi

dengan adanya limbah tahu membuat lingkungan semakin tercemar

dan beresiko munculnya berbagai macam penyakit berbahaya.

3. Ganguan rasa nyaman nyeri b/d kurang pengetahuan mengenai

hipertensi pada lansia di Gampong Timbang Langsa Kecamatan

Langsa Baro.
63

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pengkajian

Pengkajian komunitas seharusnya meliputi delapan subsistem dari Betty

Neuman seperti perumahan yang meliputi rumah yang dihuni, penerangan,

sirkulasi, dan pepadatan rumah. Pendidikan apakah sarana pendidikan yang dapat

meningkatkan pengetahuan masyarakat. Keselamatan dan keamanan dilingkungan

tempat tinggal. Pelayanan kesehatan yang tersedia untuk memantau apabila

ganguan masalah kesehatan didapatkan. Politik dan kebijakan pemerintah

menentukan tingkat pelayanan kesehatan yang diberikan kepada masyarakat yang

ada. Sistem komunikasi sarana komunikasi apa saja yang dapat dipergunakan oleh

masyarakat untuk mendapatkan informasi kesehatan. Ekonomi, perekonomian

yang seperti apa yang digunakan oleh masyarakat untuk mensejahterakan

anggotanya. Sarana rekreasi merupakan salah satu media untuk mengurangu stress

yang ada pada masyarakat.

Pada tahap pengkajian Mahasiswa menggunakan sembilan subsistem yang

mempengaruhi komunitas beuty neuman. Pengkaian Mahasiswa melakukan

pendataan melalui windshield survey kemudian Mahasiswa Fokus Discussing

Group (FGD) untuk membahas masalah-masalah yang sering terjadi pada

masyarakat. Kemudian mahasiswa melakukan teknik pemerikasaan fisik

kepewaratan komunias melalui inspeksi seperti melihat masalah yang pernah

terjadi pada masyarakat serta resiko penyakit yang akan terjadi pada masyarakat,

sering terjadi masyarakat, sedang terjadi masyarakat serta resiko penyakit yang
64

akan terjadi pada masyarakat. Inspeksi juga meliputi lingkungan rumah, keadaan

rumah. Teknik auskultasi, mahasiswa mendengarkan masalah apa yang sering

dibahas didalam masyarakat setempat untuk mendapatkan data dalam pembuatan

angket.

Pada tahap pengkajian ini terdapat beberapa kegiatan melalui dari

pengumulan data, pengolahan data, dan menentukan perioritas masalah bersama

masyarakat. Aspek yang harus dikaji pada kelompok masyarakat Gampong

Timbang Langsa Kecamatan Langsa Timur meliputi:

1. Data demografi meliputi umur, pendidikan, jenis kelamin, pekerjaan dan

agama, nilai, nilai keyakinan pada masyarakat Gampong Timbang

Langsa Kecamatan Langsa Baro Kota Langsa

2. Perumahan : sebagian besar rumah yang dihuni oleh penduduk Gampong

Timbang Langsa Kecamatan Langsa Baro Kota Langsa adalah tipe

rumah semi permanen, cukup penerangan, ventilasi baik untuk

pertukaran udara.

3. Pembuangan limbah : Seluruh masyarakat Gampong Timbang Langsa

Kecamatan Langsa Baro Kota Langsa masyarakat membuang sampah

pada Selokan. Perilaku masyarakat Gampong Timbang Langsa dalam

pengelolaan limbah dengan cara dibuang ke got, perilaku tersebut dapat

menyebabkan terjadinya gangguan intergritas pada kulit masyarakat

karea saluran limbah dapat menyebabkan got menjadi tersumbat. Kondisi

sakuran pembuangan kimbah kotor, masyarakat mengelola sampah

dengan cara dibakar


65

4. Sumber air : seluruh masyarakat Gampong Timbang Langsa Kecamatan

Langsa Baro Kota Langsa seluruhnya menggunakan Sumur Bor sebagai

sumber air, tidak ada warga yang menggunakan air sungai, air sumur atau

air PDAM sebagai sumber air masyarakat, keadaan air mayoritas jernih,

jarak air dengan limbah kurang dari 10 meter.

5. Keselamatan dan keamanan di lingkungan tempat tinggal: lingkungan

Gampong Timbang Langsa Kecamatan Langsa Baro Kota Langsa dilalui

oleh kendaraan pribadi yang lewat seperti Motor dan sepeda.

6. Pelayanan kesehatan untuk fasilitas yang digunakan di masyarakat

Gampong Timbang Langsa Kecamatan Langsa Baro Kota Langsa adalah

puskesmas, polindes dan puskestdes

7. Sistem komunikasi yang ada didalam masyarakat yaitu TV dan koran

sebagai media komunikasi untuk mendapatkan informasi.

8. Mayoritas masyarakat kurang menerapkan protokol kesehatan seperti

memakai masker, menjaga jarah, mencuci tangan dan vaksinasi

9. Ekonomi : tingkat pendapatan di Gampong Timbang Langsa masi tahap

menengah karena pekerjaan masyoritas masyarakat tidak memiliki

pekerjaan tetap.

Setelah pengumpulan data dilakukan, selanjutnya data-data tersebut

dioalah dengaqn cara diklarifikasi data, selanjutnya melakukan tabulasi data,

interprestasi data dan selanjutnya dianalisa. Hasil pengolahan data di analisa yaitu

didapatkan dari hasil pengumpulan data pada anggota keluarga.


66

Hambatan yang sering ditemui oleh mahasiswa/i saat melakukan

pengkajian seperti tidak ada waktu yang tepat pada masyarakat dikarnakan

masyarakat sibuk dengan pekerjaannya, ada juga masyarakat yang mengatakan

tidak perlu dilakukan pengkajian dengan tekhnik door to door karena masyarakat

beranggapan bahwa seluruh data tentang keluarga mereka ada dikantor kecamatan

dan kantor geuchik sehingga hal ini membuat masyaraka malas untuk melakukan

intervensi. Solusi yang Mahasiswa/i lakukan adalah dengan membuat kontrak

yang tepat pada keluarga yang memiliki kesibukan tersendiri dan berusaha agar

masyarakat senyaman mugkin saat dilakukan intervensi dan wawancara pada

mahasiswa. Hambatan lainya saat masyarakat yang dikumpulkan untuk dilakukan

pengkajian melalui FGD sebagian masyarakat beranggapan bahwa kehadiran

masyarakat tidak begitu menuntaskan masalah kesehatan yang mereka alami

padalan masyarakat belum mengetahui tujuan mahasiswa datang sehingga terhadi

kesalahan komunikasi.
126

ANALISA SWOT

Strength Weakness Opportunity Threath

1. Mendapatkan dukungan dari 1. Kesibukan masyarakat 1. Adanya izin dari 1. Masih kurangnya
masyarakat 2. Masih adanya masyarakat kampus masyarakat dalam
2. Sikap masyarakat mulai terbuka yang belum terdata dan 2. Adanya izin dari memanfaatkan
3. Antusias masyarakat yang cukup baik memiliki KK perangkat dusun sarana kesehatan
untuk mendapatkan pengetahuan 3. Terdapatnya sarana 2. Masih ada
tentang kesehatan kesehatan seperti masyarakat yang
polindes di sekitar kurang
tempat tinggal warga motivasinya
dalam mencari
informasi
kesehatan
3. Masyarakat
masih takut
dalam melakukan
vaksinasi.
4. Masyarakat
kurang
menerapkan
protokol
kesehatan
127

B. Diagnosa

Menurut Ekasari (2008), menggunakan teori Neuman dari komunitas dan

mengembangkan diagnosis keperawatan berdasarkan sistem penggabungan

penarikan kesimpulan ssistem ini menggunakan logika berfikir atau penarikan

kesimbpulan untuk menggambarkan masalah, menjelaskan faktor etiologi serta

identifikasi tanda gejala yang menjadi karakteristik masalah. Diagnosa ditegakkan

berdasarkan tingkat reaksi komunitas terhadap stressor yang ada, selanjutnya

dirumuskan dalam tiga komponen, yaitu problem etiologi, manifestasi atau

penunjang.

Tekhnik untuk menentukan perioritas masalah keperawatan pada asuhan

keperawatan komunitas menggunakan penskoringan dengan skala Hanlon yaitu

masyarakat diberikan pilihan nilai dari 1-5 dimana setiap angka memiliki arti

makna seperti 1 sangat tidak penting, 2 tidak penting, 3 biasa saja, 4 penting, 5

sangat penting. Setelah dijumlahkan masalah yang memiliki skor tertinggi

merupakan masalah perioritas dalam keperawatan, setelah ditentukan perioritas

masalah, maka masalah dilemparkan kembali kepada masyarakat untuk

melakukan tindakan apa yang seharusnya diambil oleh masyarakat. Selanjutnya

mahasiswa menanyakan kepada masyarakat untuk menentukan penanggung jawab

kegiatan, waktu kegiatan serta yang ingin dicapai oleh masyarakat.

Setelah dilakukan loknim di kantor geuchik Gampong Timbang Langsa

Kecamatan Langsa Baro Kota Langsa seluruhnya menggunakan yang dihadiri

oleh kepala desa, tuha peut, kadus, kades, bides, warga serta dosen pembimbing
128

STIKes CND Langsa. Pada pelaksanaan lokmin ini mahasiswa/i sebagai

motivator dan fasilitator bagi masyarakat agar dapat menentukan kegiatan untuk

mengatasi masalah yang terjadi di Gampong Timbang Langsa Kecamatan Langsa

Baro Kota Langsa dan menentukan perioritas masalah dengan tekhnik Harlon.

Setelah dilakukan pengkajian dan lokmin yang dilakukan bersama

perangkat desa Gampong Timbang Langsa Kecamatan Langsa Baro Kota Langsa

maka mahasiswa/i mendapatkan masalah keperawatan yaitu ketidakefektifan

pemeliharaan kesehatan, prilaku kesehatan cenderung beresiko dan hipertensi

1. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan Kurang

displinnya masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan seperti

memakai masker, menjaga jarak, melakukan vaksinasi dan mencuci tangan

sebelum dan sesudah beraktifitas.

2. Prilaku kesehatan cenderung beresiko berhubungan dengan Kurangnya

penyuluhan dalam pengelolaan sampah agar tidak menimbulkan bahaya

penyakit di Gampong Timbang Langsa berhubungan dengan Kurang

menjaga kebersihan lingkungan. Sebanyak 243 KK membuang sampah

dan limbah hasil industry rumah tangga pada got atau selokan. Perilaku

masyarakat Gampong Timbang Langsa dalam pengelolaan limbah dengan

cara dibuang ke got, perilaku tersebut dapat menyebabkan terjadinya

gangguan intergritas pada kulit masyarakat karea saluran limbah dapat

menyebabkan got menjadi tersumbat


129

3. Kurang Informasi masyarakat terhadap penyebab terjadinya Hipertensi di

gampong Timbang Langsa berhubungan dengan Meningkatnya penyakit

hipertensi terutama pada lansia.

Adapaun hambatan yang didapatkan saat menentukan masalah kesehatan

antara lain masi kurang mengetahui tentang cara skoring dengan teknik skala

Harlon. Sehingga mahasiswa harus beberapa kali mengarahkan warga untuk

menilai prioritas masalah dengan menggambarkan masalah yang didapatkan serta

akibat yang ditimbulkan jika tidak ditangani secara serius, dan terkadang

mahasiswa sebagai fasilitator harus menggunakan poling untuk menghitung

jumlah suara yang akan dijadikan prioritas masalah.

C. Intervensi Keperawatan

Perencanaan yang diawali dengan merumuskan tujuan yang ingin dicapai

serta tindakan untuk mengatasi masalah yang ada. Tujuan dirumuskan adalah

untuk mengatasi dan meminimalkan stressor dan itervensi dirancang berdasarkan

tiga tinkat pencegahan. Pencegaha primer untuk memperkuat garis pertahanan

fleksibel, pencegahan skunder untuk memperkuat garis pertahanan normal dan

pencegahan tersier untuk memperkua garis pertahanan resistan. Rencana kegiatan

yang akan dilakukan oleh masyarakat dijabarkan secara operasional dalam

Planing Of Action (POA) yang disusun dan disepakati bersama masyarakat saat

loka karya mini.

Berdasarkan masalah kesehatan yang ditemukan, mahasiswa/i akan

melakukan perencanaan keperawatan dengan menentukan perioritas masalah

dengan menggunakan skala Harlon, menentukan kriteria hasil yang ingin dicapai
130

oleh Mahasiswa/i dan menentikan rencana tindakan berdasarkan masalah

keperwatan yang telah didapat oleh mahasiswa/i di Gampong Timbang Langsa

Kecamatan Langsa Baro Kota Langsa. Kegiatan perencanaan dilakukan setelah

mehasiswa/i menjelaskan keadaan proporsi serta masalah-masalah yang telah

didapatkan kemudian masalah-masalah tersebut diskoringkan dan ditentukan

perioritas masalahnyas, selanjutnya mahasiswa mengarahkan masyarakat agar

memasukkan kegiatan-kegiatan terseut dalam tindakan POA untuk lebih

memudahkan mahasiswa dalam menjalankan kegiatan maka setiap masalah

keperawatan diberikan tanggung jawab.

Dalam menyelesaikan masalah yang terjadi di Gampong Timbang Langsa

dilakukan penyusunan rencana kegiatan yang akan dilakukan oleh mahasiswa/i

dengan keikutsertaan masyarakat dalam bentuk POA. Meskipun hanya sebagian

kecil warga yang datang, mungkin karena lelah dan adanya halangan atau

pekerjaan, namun dalam penyusuna POA tidak adanya kendala karena adanya

partisipasi warga dan aktif dalam mengeluarkan pendapat untuk merencanakan

kegiatan yang akan dilakukan, tujuan kegiatan yang akan dilakukan , sasaran,

waktu, tempat serta penanggung jawab kegiatan warga. Bentuk kegiatan yang

direncanakan meliputi penyuluhan dan demontrasi kepada masyarakat


131

ANALISA SWOT

Strength Weakness Opportunity Threath

1. Peran aktif kader 1. Keterbatasan waktu dari 1. Dukungan dari puskesmas, 1. Kurangnya sumber daya
2. Adanya dukungan dari perangkat desa dalam puskesdes dan bidan desa manusia
perangkat desa menentukan pelaksanaan 2. Pengetahuan masyarakat 2. Kurang fasilitasnya
3. Antusias masyarakat yang jadwal kegiatan sudah mulai meningkat 3. Kesadaran masyarakat
cukup baik 2. Kurangnya pemahaman dalam menentukan masalah masih kurang
masyarakat dalam
menggunakan skala Harlon
3. Kesibukan masyarakat.
132

Dalam menentukan prencanaan kegiatan mahasiswa masih memiliki

hambatan seperti kurangnya sumber daya manusia dalam menentukan tindakan

yang akan dilakukan oleh masyarakat sehingga tidak tercapai secara langsung

tujuan dari kegiatan dan terkesan bertele tele.

D. Implementasi Keperawatan

Implementasi merupakan langkah yang dilakukan setelah perencanaan

program. Program dibuat untuk menciptakan keinginan berubah untuk

masyarakat. Implementasi dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatan

komunitas dengan menggunakan strategi proses kelompok, pendidikan kesehatan,

kemitraan dan pemberdayaan masyarakat. Pada tingkat masyarakat lebih

difokuskan pada kelompok dan organisasi, termasuk adanya perubahan kebijakan

yag berhubungan dengan masalah yang terjadi dimsyarakat, adanya dukungan dan

partisipasi dalam kegiatan masyarakat serta aktifitas lain yang berhubungan

dengan penyelesaian masalah .

Pelaksanaan komunitas dilakuakn sesuai dengan perencanaan yang telah

disepakati bersama warga dengan tujuan yang akan dicapai dalam permasalahan

yang telah dihadapi oleh warga tanpa megabaikan kerja sama semua pihak baik

dari lintas program maupun lintas sektora.

Penyuluhan yang diberikan direncanakan dilakukan di balai desa

Gampong Timbang Langsa Kecamatan Langsa Baro Kota Langsa pada hari

Jum’at dan Sabtu pada pukul 15.00 WIB. Dan perencanaan demonstrasi dilakukan

door to door sesuai masalah kesehatan di setiap rumahnya.


133

Pada taggal 4 November mahasiswa/i melakukan gotong royong, pada

tanggal 8 November 2021 mahasiswa malakukan penyuluhan pada balita sesuai

dengan yang sudah direncanakan sebelumnya dan pada tanggal 9 November

mahasiswa/i melakukan loka karya mini (lokmin), dan penyuluhan usia .

Semua kegiatan dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana kegiatan

dengan attitude (perilaku), knowlegde (pengetahuan), psikomotor atau skill

(keterampilan). Kegiatan dilakukan secara bertahap dengan melibatkan kelompok-

kelompok tertentu di warga Gampong Timbang Langsa, kegiatan yang telah

dilaksanakan yaitu pengkajian kerumah masyarakat, kegiatan loknim,

implementasi lokmin dan penyuluhan terhadap masing-masing penyakit.


134

Analisa SWOT
- Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan Kurang displinnya masyarakat dalam menerapkan protokol
kesehatan seperti memakai masker, menjaga jarak, melakukan vaksinasi dan mencuci tangan sebelum dan sesudah beraktifitas.

Streght Weakness Opportunity Threat

1. Adanya dukungan dari 1. Masih banyak masyarakat 1. Masyarakat mengetahui 1. Adanya masyarakat yang
perangkat desa yang belum mengerti cara penerapan protokol tidak perduli dengan
2. Adanya sarana dan tentang manfaat dari kesehatan pentingnya penerapan
prasarana dalam menerapkan protokol 2. Masyarakat menerima protokol kesehatan pada
penerapan protokol kesehatan pada masa kehadiran mahasiswa masa Covid-19
kesehatan Covid-19 untuk melakukan kegiatan
3. Warga kooperatif 2. Masyarakat masih kurang penyuluhan mengenai
disiplin dalam menerapkan pentingnya penerapan
protokol kesehatan. protokol kesehatan
3. Masyarakat banyak
berpartisipasi dalam
kegiatan penyuluhan
135

Analisa SWOT

2. Prilaku kesehatan cenderung beresiko berhubungan dengan Kurangnya penyuluhan dalam pengelolaan sampah agar tidak
menimbulkan bahaya penyakit di Gampong Timbang Langsa berhubungan dengan Kurang menjaga kebersihan lingkungan.

Streght Weakness Opportunity Threat

1. Adanya dukungan dari 1. Masih banyak masyarakat 1. Masyarakat menerima 1. Adanya masyarakat yang
perangkat desa yang bekum mengerti kehadiran mahasiswa tidak perduli dengan
2. Adanya sarana dan tentang dampak dari untuk melakukan kegiatan lingkungan
prasarana kegiatan alat membakar sampah gotong royong 2. Masih ada masyarakat
gotong royong. 2. Kurangnya motivasi dari 2. Masyarakat banyak yang membakar sampah
3. Warga kooperatif masyarakat untuk gotong berpartisipasi dalam sembarangan.
royong. kegiatan gotong royong
3. Pemilik UMKM tidak
menyadari mengenai
dampak buruk dari
pembuangan limbah tahu
bagi lingkungan
136

Analisa SWOT

3. Kurang Informasi masyarakat terhadap penyebab terjadinya Hipertensi berhubungan dengan Meningkatnya penyakit
hipertensi khususnya pada lansi di Gampong Timbang Langsa.

Streght Weakness Opportunity Threat

1. Adanya dukungan dari - Sebagian besar masyarakat 3. Tersedianya leaflet untuk 1. Adanya masyarakat yang
perangkat desa menderita penyakit menambah pengetahuan tidak perduli dengan
2. Warga kooperatif. hipertensi masyarakat tentang kesehatannya.
4. Motivasi masyarakat yang - Masayarakat mengatakan penyebab terjadinya
tinggi untuk menjaga tidak tahu penyebab, tanda hipertensi
kesehatan. dan gejala hipertensi 4. Masyarakat menerima
3. Antusiasme masyarakat - Masyarakat juga kehadiran mahasiswa
dalam mengikuti mengatakan tidak tahu
penyuluhan tentang tentang cara diet hipertensi
kesehatan dengan resiko
hipertensi.
137

E. Evaluasi Keperawatan.

Evaluasi merupakan tahap aktif proses keperawatan. Evaluasi juga

merupakan sekumpulan informasi yang sistemik berkenaan dengan program kerja,

evektifitas dan serangkaian program yang digunakan masyarakat terkaitprogram

kegiatan. Karakteristik dan hasil yang telah dicapai, progam evaluasi dilakukan

utuk memberikan informasi kepada perencanaan dan pengambilan kebijakan

tentang evektifitas dan evisien program. Evaluasi digunakan untuk mengetahui

seberapa jauh tujuan yang ditetapkan telah tercapaidan apakah intevensi yang

dilakukan evektif untuk masyarakat setempat sesuai dengan kondisi dan situasi

masyarakat, apakah sesuai dengan rencana atau apakah dapat mengatasi masalah

di masyarakat.

Pada tahap evaluasi adalah tahapan yang terakhir pada proses keperawatan

komunitas yang mengacu pada tujuan tahap evaluasi ini untuk menilai

keberhasilan tindakan yang telah dilakukan selama praktek lapangan.

Setelah dilakukan kegiatan oleh mahasiswa/i masyarakat dapat

mengaplikasinnya. Masyarakat dapat mencegah penyakit degeneratif dengan

menjaga pola hidup dan makanan, masyarakat dapat mengajarkan keluarganya

cara mencegah, dan merawat penyakit atau masalah keluarga yang dialaminya

khusunya lansia di Gampong Timbang Langsa Kecamatan Langsa Baro Kota

Langsa. Adapun analisisnya:


Streght Weakness Opportunity Threat

1. Kegiatan 1. Masih ada 1. Masyarakat 1. Adanya


penyuluhan, masyarakat mengetahui masyarakat
demonstrasi yang tidak mau cara penularan yang tidak
dan gotong untuk dari virus perduli
royong menggunakan Covid-19 dengan
dengan hasil masker saat dengan cara lingkungan
85% warga kegiatan menerapkan
hadir disetiap berlangsaung protokol
kegiatan yang 2. Masih banyak kesehatan
dibuat okeh masyarakat 2. Masyarakat
mahasiswa/i yang belum menerima
2. Adanya mengerti kehadiran
partisipasi tentang mahasiswa
yang baik dampak dari untuk
dari membuang melakukan
perangkat sampah kegiatan
desa. sembarangan gotong royong
3. Adanya 3. Kurangnya 3. Masyarakat
partisipasi motivasi dari banyak
yang baik masyarakat berpartisipasi
dari untuk gotong dalam
masyarakat royong kegiatan
untuk gotong royong
menghadiri
seluruh
kegiatan yang
dilakukan
oleh
mahasiswa/i
di gampong
Timbang
Langsa.
4. Mahasiswa/i
melakukan
kembali
evaluasi
terhadap
tindakan yang
telah
diberikan
masyarakat.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Keperawatan kesehatan komunitas merupakan suatu upaya pelayanan

keperawata yang mengintegralkan pelayanan kesehatan dimana dalam proses ini

perawat komunitas mengikut sertakan peran dari tim kesehatan lain dan

masyarakat untuk mendukung terlaksananya kegiatan ini dengan baik serta

meningkatkan derajat dan optimal dan menyeluruh

Setelah menyelesaikan praktik program pendidikan NERS tahap profesi

state keperawatan komunitas mahasiswa mampu melaksanakan asuhan

keperawatan komunitas melalui tahapan pengkajian, penerusan diagnosa,

perencanaan keperawatan, implementasi keperawatan, dan evaluasi keperawatan

dan fokus utama (core) klien individu keluarga dan masyarakat yang ada di

Gampong Buket Kecamatan Langsa Timur sebagaimana yang akan diuraikan

sebagai berikut:

1. Pengkajian

Berdasarkan dari serangkaian hasil pengkajian observas, focus grup

discotion (FGD), dan wawancara maka ditemukan hasil bahwa

masyarakat maka ditemukan bahwa masyarakat Gampong Timbang

Langsa mayoritas berumur produktif, sebagian besar yang mengalami

gangguan kesehatan adalah lansia.


2. Diagnosa keperawatan

Berdasarkan hasil pengumpulan data maka dapat di simpulan bahwa

terdapat 3 diagnosa yang muncul yang pertama ketidakefektifan

pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan Kurang displinnya

masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan seperti memakai

masker, menjaga jarak, melakukan vaksinasi dan mencuci tangan

sebelum dan sesudah beraktifitas. Yang kedua prilaku kesehatan

cenderung beresiko berhubungan dengan Kurangnya penyuluhan dalam

pengelolaan sampah agar tidak menimbulkan bahaya penyakit di

Gampong Timbang Langsa berhubungan dengan Kurang menjaga

kebersihan lingkungan dan yang ketiga terjadi resiko peningkatan angka

kesehatan pada lansia disebabkan kurangnya pengetahuan terhadap

keperawatan kesehatan, dan kurangnya informasi dari petugas kesehatan.

3. Intervensi Keperawatan

Berdasarkan diagnosa yang telah dirumuskan maka disusun perencanaan

kegiatan untuk mengatasi masalah di Gampong Timbang Langsa

diantaranya : penyuluhan kesehatan (hipertensi), gotong royong, dan

diskusi bersama warga saat acara lokmin.

4. Implementasi Keperawatan

Berdasarkan perencanaan yang disusun bersama pada saat lokmin maka

semua kegiatan dapat dilaksanakan sesuai dengan masalah yang ada di


gampong Timbang Langsa. Namun selama kegiatan berlangsung ada

juga kendala yang dialami oleh mahasiswa diantaranya kurang aktif

masyarakat untuk mengikuti kegiatan yang dilaksanakan oleh mahasiswa

5. Evaluasi

Evaluasi merupakan suatu proses dalam tahap penilaian terhadap

keberhasilan tindakan yang dilakukan. Kegiatan yang dilakukan oleh

mahasiswa ners di Gampong Timbang Langsa berhasil dilaksanakan

dengan baik dan sukses, hal ini dapat dilihat dari dari daftar kehadiran

warga saat kegiatan.

B. Saran

Dari hasil pengkajian selama praktik komunitas berlangsung di Gampong

Timbang Langsa Kecamatan Langsa Baro pada tahun 2021, maka saran yang

dapat disampaikan kelompok adalah:

1. Bagi Puskesmas

Diharapkan kepada petugas kesehatan agar lebih meningkatkan kerjasama

dengan perangkat desa dalam penanganan masalah kesehatan warga,

mengenai masalah kesehatan ataupun dalam memberikan penyuluhan

terkait program pemerintah mengenai kesehatan nasional pada warga.

2. Bagi Masyarakat

Diharapkan masyarakat lebih antusias ketika ada kegiatan yang dilakukan

oleh mahasiswa dikarnakan kegiatan yang dilakukan memberikan manfaat

yang sangat besar bagi masyarakat, dan memberikan pengetahuan kepada

masyarakat tentang penyakit yang ada di masyarakat dan tetap mematuhi


protokol kesehatan yang telah dianjurkan agar Virus Corona tidak

menyebar ke Gampong Timbang Langsa.

3. Bagi Mahasiswa

Diharapkan dengan adanya kegiatan praktik komunitas seluruh mahasiawa

mampu membentuk karakteristik serta kepribadian yang baik, kompak dan

mampu mengalah demi keutuhan kelompok sehingga semua kegiatan yang

direncanakan dapat terlaksana dengan baik.


DAFTAR PUSTAKA
Adi Sudomo, Isbandi. (2018). Psikologi, Pekerjaan dan Ilmu Kesehatan Sosial.
Yogyakarta : Gadjah Mada University.
Harnilawati. (2013). Konsep dan Proses Keperawatan keluarga. Makassar :
Pustaka As Salam.
Harmoko. (2012). Asuhan Keperawatan Keluarga. Yogyakarta : Pustaka Belajar.
Hasdianah, S. (2014). Patologi dan Patofisiologi Penyakit. Jakarta : Medical
Book.

Muhammad Hatta, A Marahena. (2018). Gambaran Hygiene Sanitasi


Pengelolaan Makanan.
Potter, P.A dan Perry, A.G. (2013). Buku Ajar Fundamental Keperawatan :
Konsep, Proses, dan Praktik. Jakarta : EGC.

PPNI. (2016). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta : DPP PPNI.


PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Defenisi Dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.
Prasetya, Fika Indah. (2021). Motivasi Keluarga Dalam Pencegahan COVID -19
(Survey Pembeli Di Pasar Pelita Kabupaten Jember). Medical Jurnal Of Al
Qodiri. 6 (22), Hal 89-97.
Pudiastuti. (2017). Penyakit-Penyakit Mematikan. Jakarta : Medical Book.

Wibowo. (2020). COVID-19 Diagnosa dan Penatalaksanaan di Indonesia.


Jakarta : Perhimpunan Dokter Paru Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai