PEMBIMBING:
Oleh:
2023
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat, rahmat dan karunia-Nya penulis mampu menyelesaikan tugas Referat yang
berjudul “Kegawat Daruratan Endodontik” tepat pada waktunya. Referat ini
diajukan untuk memenuhi tugas pada kepaniteraan klinik di SMF Gigi dan Mulut
RSUD Sidoarjo. Pada kesempatan ini penulis hendak mengucapkan banyak terima
kasih kepada:
1. drg. …, Sp. KG selaku pembimbing dan dosen di SMF Gigi dan Mulut
RSUD Sidoarjo.
2. Tenaga paramedis yang membantu selama penulis menjalani kepaniteraan
klinik di bagian stase Gigi dan Mulut.
3. Teman dan saudara sejawat dokter muda yang memberi masukan dan
saling membantu dalam menyelesaikan tugas referat ini.
Penulis menyadari bahwa referat ini masih jauh dari kata sempurna, dan
karenanya penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari dokter
pembimbing dan saudara sejawat dokter muda demi kesempurnaan referat ini.
Semoga referat ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan kita semua.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................4
1.1 Latar Belakang............................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................4
1.3 Tujuan.........................................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................5
2.1 Mukosa.......................................................................................................3
2.2 Candidiasis..................................................................................................8
2.3 Khemoterapi...............................................................................................9
BAB III PENUTUP..........................................................................................10
3.1 Kesimpulan.................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................11
3
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kemoterapi merupakan salah satu cara pengobatan kanker dengan
menggunakan obat-obatan antikanker yang disebut sitostatika. Kemoterapi
merupakan terapi sistemik yang digunakan untuk menghambat pertumbuhan
atau membunuh sel-sel kanker. Kemoterapi dapat menjadi bentuk
penanganan primer atau tambahan dari terapi radiasi atau pembedahan.
(Karel, et al. 2016)
kandidiasis (kandidosis) adalah infeksi jamur yang disebabkan oleh
spesies Candida biasanya Candida albicans. Faktor predisposisi yang memicu
kandidiasis adalah terganggunya ekologi mulut karena antara lain pemakaian
antibiotika, kortikosteroid, penyakit kronis dan keganasan, beberapa
gangguan darah; terapi radiasi di leher dan kepala, khemoterapi, leukimia,
obat sitotoksik, juga kebersihan mulut yang buruk. (Karel, et al. 2016)
Pasien yang menjalani kemoterapi seringkali mengalami masalah pada
rongga mulutnya. Hal ini bisa disebabkan karena agen kemoterapi pada
umumnya menyebabkan efek destruktif langsung pada jaringan sekitar
rongga mulut dan juga secara tidak langsung dengan menginduksi
myelosupresi dan imunosupresi.
2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kandidiasis mulut?
2. Bagaimana tahapan perawatan apa yang dimaksud dengan khemoterapi?
3. Bagaimana hubungan antara kandidiasis mulut dengan khemoterapi?
3. Tujuan
1. Menjelaskan definisi kandidiasis mulut, dan khemoterapi
2. Menjelaskan tentang hubungan antara kandidiasis mulut dengan
khemoterapi
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Mukosa
Lapisan mukosa adalah lapisan basah yang berkontak dengan
lingkungan eksternal.Terdapat pada saluran pencernaan, rongga hidung, dan
rongga tubuh lainnya.Pada rongga mulut, lapisan ini dikenal dengan oral
mucous membrane atau oral mucosa. Mukosa oral mempunyai fungsi utama
yaitu sebagai pelindung jaringan yang lebih dalam pada rongga mulut. Fungsi
lainnya, antara lain sebagai organ sensoris, aktifitas kelenjar, dan sekresi
(Christopher, Mary J. 2013)
Sebagai lapisan terluar, oral mukosa akan melindungijaringan rongga
mulut dari lingkungan eksternal. Oral mukosa akan melakukan proses
adaptasi pada epitel dan jaringan ikat untuk menahan gaya mekanis dan abrasi
yang disebabkan aktifitas normal seperti mastikasi. Selain itu, lapisan epitel
mulut akan bertindak sebagai pelindung terhadap populasi mikroorganisme
yang tertinggal di rongga mulut yang dapat menyebabkan infeksi bila
masuk ke dalam jaringan (Christopher, Mary J. 2013)
Secara histologis mukosa mulut terdiri dari 2 lapisan. Yang pertama
adalah lapisan epitelium, yang melapisi di bagian permukaan luar, terdiri dari
berlapis-lapis sel mati yang berbentuk pipih dimana lapisan sel-sel yang
mati ini selalu diganti terus-menerus dari bawah, dan sel-sel ini disebut
dengan stratified squamous epithelium (Christopher, Mary J. 2013)
2.2 Candida albicans
2.2.1 Definisi Candida Albicans
Candida albicans adalah spesies jamur patogen dari golongan
deuteromycota. Spesies ini merupakan penyebab infeksi oportunistik
yang disebut kandidiasis pada kulit, mukosa, dan organ dalam manusia.
Beberapa karakteristik dari spesies ini adalah berbentuk seperti telur
(ovoid) atau sferis dengan diameter 3-5 µm dan dapat memproduksi
pseudohifa. Spesies Candida albicans memiliki dua jenis morfologi, yaitu
5
bentuk seperti khamir dan bentuk hifa. Selain itu, fenotipe atau
penampakan mikroorganisme ini juga dapat berubah dari berwarna putih
dan rata menjadi kerut tidak beraturan, berbentuk bintang, lingkaran,
bentuk seperti topi, dan tidak tembus cahaya. Jamur ini memiliki
kemampuan untuk menempel pada sel inang dan melakukan kolonisasi.
Candida albicans merupakan jamur dimorfik karena kemampuannya
untuk tumbuh dalam dua bentuk yang berbeda yaitu sebagai sel tunas
yang akan berkembang menjadi blastospora dan menghasilkan kecambah
yang akan membentuk hifa semu (Yenepoya Dental College, 2012).
6
panjang dengan antibiotik. Rasa sakit pada jenis kandidiasis ini
sedikit lebih kuat daripada kandidiasis pseudomembran akut.
Pasien sering mengeluh perasaan terbakar. Daerah yang terkena
tampak khas sebagai lesi eritematosa, simetris, tetapi berbatas
tidak teratur pada permukaan dorsal tengah lidah, sering
hilangnya papilla lidah dengan pembentukan pseudomembran,
minimal ada rasa nyeri (Komariah, Ridhawati. 2012)
3. Candidiasis Atrofi Kronis
Disebut juga denture stomatitis. Bentuk tersering pada
pemakai protese (1 diantara 4 pemakai) dan 60% di atas usia 65
tahun, wanita lebih sering terkena. Gambaran khas berupa
eritema kronis dan edema di sebagian palatum di bawah prostesis
maksilaris. Pada kandidiasis atrofi kronis sering disertai kheilitis
angularis, tidak menunjukkan gejala atau hanya gejala ringan.
Candida albicans lebih sering ditemukan pada permukaan gigi
palsu daripada di permukaan mukosa. Bila ada gejala umumnya
pada penderita dengan peradangan granular atau generalisata,
keluhan dapat berupa rasa terbakar, pruritus dan nyeri ringan
sampai berat (Komariah, Ridhawati. 2012)
7
2.3 Khemoterapi
Kemoterapi adalah proses pengobatan untuk memperlambat atau
menghancurkan pertumbuhan sel kanker dengan menggunakan obat-
obatan bersifat sitotoksik (Liu et al., 2015). Kemoterapi dilakukan
melalui injeksi intravena, per oral maupun secara topikal (American
Cancer Society, 2015). Obat kemoterapi secara spesifik tidak hanya
membunuh sel kanker tetapi juga merusak sel normal. Toksisitas obat
kemoterapi pada sel normal berhubungan dengan dosis yang digunakan
dan frekuensi penggunaan. Efek samping yang ditimbulkan akibat
kemoterapi adalah weakness (95%), kelelahan (90%), mual(77%),
kerontokan rambut (76%), muntah(75%) xerostomia (75%) dan efek
samping lain diantaranya mouth candidiasis , diarrhea, konstipasi, mood
swings dan penurunan berat badan (Aslam et al., 2014).
8
prediktif yang tinggi untuk infeksi jamur invasif pada pasien neutropenia.
Sebagai perbandingan, Candida albicans dalam kultur mukosa
merupakan prediktor yang buruk untuk penyebaran sistemik selanjutnya.
Implikasi yang berbeda dari kolonisasi oral vs infeksi menggarisbawahi
perlunya merawat dokter untuk mewaspadai tanda-tanda infeksi jamur
oral klinis pada pasien yang menerima terapi kanker.
Secara umum, agen topikal dianggap lebih baik daripada agen
sistemik karena risiko efek samping dan interaksi obat yang lebih rendah.
Pedoman Infectious Diseases Society of America (IDSA)
merekomendasikan penggunaan troches klotrimazol atau
suspensi/pastilles nistatin sebagai terapi lini pertama untuk pengelolaan
kandidiasis orofaringeal ringan. Namun, penelitian yang ditinjau untuk
konferensi tahun 1989 dan untuk ulasan ini bersama-sama menyajikan
gambaran yang tidak konsisten tentang kemanjuran agen topikal pada
pasien yang menerima terapi kanker (level of evidence II, rekomendasi
grade C). Troches/pastilles membutuhkan air liur untuk larut, dan
hiposalivasi merupakan masalah yang sering terjadi pada populasi ini,
terutama pada pasien yang menerima terapi radiasi kepala dan leher.
Selain itu, troches/pastilles dapat menimbulkan trauma pada pasien yang
mengalami mucositis oral sekunder akibat terapi kanker. Sebagian besar
formulasi troches/pastilles juga mengandung gula, yang tidak diinginkan
dari sudut pandang pencegahan karies, terutama pada pasien dengan
hiposalivasi. Keuntungan pembilasan nistatin termasuk harganya yang
terjangkau dan kemudahan penggunaan. Kerugiannya termasuk waktu
kontak yang singkat dengan jaringan mulut dan keluhan sesekali tentang
rasanya.
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kandidiasis oral adalah infeksi jamur yang disebabkan oleh
Candida albicans atau spesies Candida lainnya. Kemoterapi, terutama
kemoterapi yang agresif atau jangka panjang, dapat mengurangi sistem
kekebalan tubuh, membuat seseorang lebih rentan terhadap infeksi,
termasuk kandidiasis oral.
Kandidiasis oral dapat menjadi komplikasi umum pada pasien
yang menjalani kemoterapi. Kemoterapi dapat merusak sel-sel imun
dalam tubuh, termasuk sel-sel yang bertanggung jawab untuk melawan
infeksi jamur. Hal ini membuat pertumbuhan jamur Candida di mulut
lebih mungkin terjadi.
10
DAFTAR PUSTAKA
María et. Al. 2014. Chronic Hyperplastic Candidiasis of the Oral Mucosa: Case
Report.
Christopher, Mary J. 2013. Biology of Oral Mucosa and Esophagus
Yenepoya Dental College, 2012. Oral Candidiasis – A Review Prasanna Kumar
Rao Reader Department of Oral Medicine and Radiology. Yenepoya
University, Deralakatte, Nithyanandanagar Post, Mangalore, Karnataka,
India.
Parveen. 2013. An approach to etiology, diagnosis and management of different
types of candidiasis, Department of Microbiology, Kurukshetra
University, Kurukshetra, Haryana, India.
Komariah, Ridhawati. 2012. Kolonisasi Candida dalam Rongga Mulut,
Departemen Parasitologi FK UI, Jakarta.
American Cancer Society. 2015. Cancer Facts & Figures. Atlanta: American
Cancer Society
Aslam, et al. 2014. Side Effects of Chemotherapy in Cancer Patients and
Evaluation of Patients Opinion about Starvation Based Differential
Chemotherapy. Journal of Cancer Therapy. Vol 5 (8)
11