Anda di halaman 1dari 21

SISTEM LIMFATIK DAN IMUNITAS

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah “Ilmu Biomedik Dasar”


Dosen Pembimbing: Sajodin, S.Kep., Ners., M.Kes., AIFO

Disusun oleh
Kelompok 4:
Ai Dais (102022033)

Dita Listiawardani (102022034)

M. Ash Shiddiq (102022038)

M. Nur Ardi Rabbani (102022032)

Nazwa Nurrahma (102022036)

Salma Najwa Fadilla (102022037)

Zakiyah Nurul Insan (102022035)

PROGRAM STUDI VOKASI DIPLOMA III KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ‘AISYIYAH BANDUNG

Tahun Ajaran 2022/2023


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Swt. yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Sistem Limfatik
dan Imun” ini tepat pada waktunya.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada Bapak Sajodin, S.Kep., Ners.,
M.Kes., AIFO selaku dosen mata kuliah Ilmu Biomedik Dasar yang telah
memberikan tugas ini sehingga penyusun dapat menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan bidang studi yang penyusun tekuni. Penyusun juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Ilmu Biomedik Dasar. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang sistem Limfatik dan Imun pada manusia bagi para pembaca dan
juga bagi penulis.
Penyusun menyadari, makalah yang penyusun tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penyusun
nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Bandung, 12 Oktober 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I.............................................................................................................................1
PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................2
C. Tujuan.................................................................................................................2
BAB II...........................................................................................................................3
PEMBAHASAN............................................................................................................3
A. Sistem Limfatik..................................................................................................3
1. Anatomi Fisiologi Sistem Limfatik................................................................3
2. Pengertian Sisten Limfatik..............................................................................8
3. Fungsi Sistem Limfatik...................................................................................9
B. Sistem Imunitas..................................................................................................9
1. Pengertian Sistem Imun..................................................................................9
2. Fungsi Sistem Imun......................................................................................10
3. Jenis-jenis Sistem Imun................................................................................10
BAB III........................................................................................................................17
PENUTUP...................................................................................................................17
A. Kesimpulan.......................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................18

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Limpa merupakan organ limfoid sekunder yang berperan penting
untuk merespon sistem imun utama terhadap antigen asal darah.1 Bagian
limpa yakni pulpa putih terdapat limfosit T dan B matur yang akan mengalami
proliferasi dan diferensiasi setelah terpajan oleh antigen. Limpa adalah tempat
utama fagosit memakan mikroba yang dilapisi antibodi, oleh karena itu
individu tanpa limpa akan menjadi rentan terhadap infeksi bakteri berkapsul.

Sistem imun berfungsi dalam mempertahankan kondisi tubuh terhadap


benda asing dan patogen di lingkungan hidup sekitar seperti bakteri, virus,
fungus dan parasit. Sistem ini merupakan gabungan sel, molekul dan jaringan
yang berperan dalam resistensi terhadap infeksi.
Pertahanan imun terdiri atas sistem imun alamiah atau non spesifik
(natural/innate/native) dan didapat atau spesifik (adaptive/acquried).
Sistem imun alamiah merespon lebih cepat dan bertindak sebagai pertahanan
awal, seperti mekanisme batuk dan bersin, asam lambung, sistem komplemen,
dan pertahanan selular berupa proses fagositosis.
Kemampuan pertahanan yang lebih spesifik dimiliki oleh sistem imun
adaptif berupa sistem imun humoral oleh limfosit B dan sistem imun seluler
oleh limfosit T. Sistem imun spesifik memberikan perlindungan lebih baik
terhadap antigen yang sudah pernah terpajan sebelumnya.
Limfosit merupakan sel imun spesifik yang dapat mengenali dan
membedakan berbagai macam antigen serta berperan dalam dua respon
adaptif imun, yaitu spesifitas dan memori. Limfosit T dan B yang matur
disebut sebagai naive limfosit dan teraktivasi oleh adanya antigen melalui

1
antigen presenting cell (APC). Antigen tersebut akan menstimulasi naive
limfosit untuk berploriferasi melalui mekanisme autokrin oleh IL-2 yang
kemudian disebut limfoblas. IL-2 merupakan faktor pertumbuhan untuk sel T
yang dirangsang oleh antigen. IL-2 juga meningkatkan proliferasi dan
diferensiasi sel NK dan sel B. Setelah terstimulasi dan berproliferasi, naive
limfosit akan berdiferensiasi menjadi limfosit efektor seperti antibody-
secreting B cells atau Th1 dan Th2.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah merupakan pokok-pokok yang akan diuraikan.
Oleh sebab itu, rumusan masalah dalam makalah ini sebagai berikut.

1. Bagaimana anatomi dan fisiologi Sistem Limpatik dan Imunitas?


2. Apa pengertian dari Sistem Limpatik dan Imunitas?
3. Apa fungsi dari Sistem Limpatik dan Imunitas?

C. Tujuan
Adapun tujuan penulisan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi dari Sistem Limpatik dan
Imunitas.
2. Untuk mengetahui pengertian dari Sistem Limpatik dan Imunitas.
3. Untuk mengetahui fungsi dari Sistem Limpatik dan Imunitas.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sistem Limfatik

1. Anatomi Fisiologi Sistem Limfatik

Sistem Limfatik tersusun dari:

1) Limfe
Limfe adalah cairan bening menyerupai plasma yang tidak
mengandung protein plasma dan memiliki kompetensi yang serupa
dengan cairan interstisial. Limfe mengangkut protein plasma yang

3
meresap ke dasar kapiler kembali ke dalam aliran darah. Limfe juga
membawa partikel yang lebih besar, misal bakteri dan sisa sel dari
jaringan yang rusak, yang kemudian difiltrasi dan dihancurkan oleh
nodus limfe. Limfe mengandung limfosit, yang bersirkulasi di dalam
sistem limfatik dan memungkinkannya menjaga area tubuh yang
berbeda. Di lakteal usus halus, lemak diabsorpsi ke dalam limfatik
yang membuat limfe (sekarang disebut kili), tampak seperti susu
(Waugh & Grant, 2016).
a. Pembuluh Limfe
 Kapiler Limfe
Limfe kapiler berasal dari saluran buntu di ruang
interstisial. Kapiler ini memiliki struktur yang sama
dengan kapiler darah, tetapi dindingnya lebih
permeabel terhadap semua konstituen cairan interstisial,
termasuk protein dan sisa sel. Kapiler kecil bergabung
membentuk pembuluh limfe yang lebih besar. Hampir
semua jaringan tubuh memiliki pembuluh limfatik,
kecuali sistem saraf pusat, tulang, dan sebagian besar
lapisan superfisial kulit.
 Pembuluh Limfe Besar
Dinding pembuluh limfe memiliki ketebalan yang sama
dengan vena kecil dan memiliki lapisan jaringan yang
sama yaitu serat yang membungkus, lapisan tengah
yang mengandung jaringan otot polos dan elastis, dan
lapisan dalam yang dilapisi oleh endotelium. Pembuluh
limfe memiliki banyak katup berbentuk cangkir yang
memastikan aliran pembuluh limfatik hanya dalam satu
arah, yaitu menuju toraks. Selain itu, adanya struktur
yang secara berkala mengompresi pembuluh limfatik

4
dapat membantu dalam pergerakan limfe bersama
pembuluh, yang biasanya meliputi kontraksi otot yang
berdekatan dan pulsasi arteri besar. Jika pembuluh
limfe semakin membesar makan akan terbentuk 2
duktus besar, yaitu duktus torasik dan duktus limfatik
kanan.
 Duktus Torasik mengaliri limfe dari kedua kaki,
rongga pelvis dan abdomen, sebelah kiri toraks,
kepala dan leher, serta lengan kiri.
 Duktus Limfatik Kanan mengaliri limfe dari
sebelah kanan toraks, kepala dan leher, serta
lengan kanan.
2) Nodus Limfe
Nodus limfe merupakan organ yang berbentuk kacang atau
oval yang terletak seringkali berkelompok, disepanjang pembuluh
limfe. Limfe mengalir melalui sejumlah nodus (kelenjar), biasanya 8-
10 nodus, sebelum kembali ke sirkulasi vena. Nodus ini memiliki
berbagai ukuran, sebagian berukuran kecil seperti kepala peniti dan
yang paling besar berukuran sebesar almond. Bagian luar nodus limfe
terbungkus kapsul jaringan fibrosa yang terendam di dalam substansi
yang membentuk partisi atau trabekula. Substansi nodus utama terdiri
atas jaringan retikular dan limfatik yang mengandung banyak limfosit
dan makrofag. Empat atau lima pembuluh limfe aferen masuk ke
nodus limfe, sementara satu pembuluh eferen membawa limfe ke luar
nodus. Tiap nodus memiliki permukaan cekung (konkaf) yang disebut
hilum dimana satu arteri masuk serta satu vena dan pembuluh limfe
eferen keluar. Sejumlah besar nodus limfe yang terletak di posisi
strategis pada tubuh tersusun menurut kelompok superfisial dan
profunda. Fungsi nodus limfe adalah sebagai berikut:

5
a. Filtrasi dan Fagositosis
Cairan limfe difiltrasi oleh jaringan retikular dan limfoid saat
melalui nodus limfe. Materi yang mengendap adalah mikroba,
fagosit yang hidup dan mati yang berisi mikroba yang
dimakan, sel dari tumor ganas, sel jaringan usang dan rusak,
serta partikel yang dihirup. Materi organik dihancurkan di
nodus limfe oleh makrofag dan antibodi. Sebagian partikel
anorganik yang diinhalasi tidak dapat dihancurkan di nodus
limfe oleh fagositosis. Sebagian pertikel ini tetap di dalam
makrofag dan tidak menyebabkan sel terbunuh atau rusak.
b. Proliferasi limfosit
Limfosit T dan B teraktivasi memperbanyak diri di nodus
limfe. Antibodi yang dihasilkan oleh limfosit B tersensitisasi
masuk ke limfe dan darah lalu mengaliri nodus.
3) Limpa
Limpa mengandung jaringan retikular dan limfatik serta
merupakan organ limfe terbesar. Limpa terletak di regio hipokondria
kiri rongga abdomen di antara fundus lambung dan diafragma. Limpa
berwarna keunguan dan memiliki berbagai ukuran pada setiap
individu, tetapi biasanya memiliki panjang sekitar 12 cm, lebar 7 cm,
dan tebal 2,5 cm, serta berat sekitar 200 gram. Struktur yang masuk
dan keluar limpa di hilum adalah sebagai berikut:
 Arteri splenik, suatu cabang arteri koliak.
 Vena splenik, cabang vena porta.
 Pembuluh limfe (hanya eferen).
 Saraf.
Fungsi limpa adalah sebagai berikut:
a) Fagositosis

6
Eritrosit lama dan abnormal dihancurkan di hati, kemudian
bilirubin serta zat besi, diangkut ke hati via vena splenik dan
porta. Materi selular, misal leukosit, trombosit, dan mikroba
difagositosis di limpa. Tidak seperti nodus limfe, limpa tidak
memiliki limfatik aferen yang masuk sehingga limpa tidak
terpapar penyakit yang disebarkan oleh limfe.
b) Cadangan darah
Limpa mengandung 350 ml darah dan dalam berespons
terhadap stimulasi simpatis dapat dengan cepat mengembalikan
volume ini ke sirkulasi, misal pada perdarahan.
c) Respon imun
Limpa mengandung limfosit T dan B, yang diaktivasi oleh
keberadaan antigen, misal pada infeksi. Proliferasi limfosit saat
infeksi yang serius dapat menyebabkan pembesaran limpa
(splenomegali).
d) Eritropoiesis
Limpa dan hati merupakan tempat produksi sel darah janin
yang penting. Selain itu, limpa juga dapat memenuhi fungsi ini
pada orang dewasa pada saat dibutuhkan.
4) Kelenjar Timus
Berada di bagian atas mediastinum di belakang sternum dan
memanjang ke atas hingga dasar leher. Berat kelenjar ini sekitar 10-15
gram pada saat lahir dan tumbuh hingga pubertas, selanjutnya mulai
mengalami atrofi. Berat maksimum timus, saat pubertas, yaitu antara
30 dan 40 gram, sedangkan pada usia paruh baya, berat kelenjar timus
kembali kepada berat kelenjar semula saat lahir. Fungsi kelenjar timus:
limfosit berasal dari sel benih pluripoten di sumsum tulang merah.
Limfosit ini berkembang menjadi limfosit T teraktivasi. Proses
perkembangan timus ini menghasilkan limfosit T matur yang dapat

7
membedakan jaringan sendiri dari jaringan asing dan juga memberikan
limfosit T kemampuan untuk bereaksi hanya terhadap satu antigen
spesifik dari jutaan sel. Limfosit T kemudian meninggalkan timus dan
masuk ke darah. Sebagian limfosit T masuk ke jaringan limfoid dan
sebagian lainnya bersirkulasi di aliran darah. Walaupun paling sering
membelah pada usia bayi, produksi limfosit T mungkin terus terjadi
seumur hidup pada populasi sel benih timus. Maturasi timus dan
jaringan limfoid lain distimulasi oleh timosin, suatu hormon yang
disekresi oleh sel epitelial yang membentuk kerangka kelenjar timus.
Involusi kelenjar dimulai saat remaja dimana dengan bertambah usia,
keefektifan limfosit T berespons terhadap antigen mejadi berkurang.
5) Jaringan Limfoid Mukosa
Jaringan ini mengandung limfosit T dan B yang bermigrasi
dari sumsum tulang dan timus. MALT ditemukan di sepanjang saluran
pencernaan, pernapasan dan genitourinari. Kelompok utama MALT
adalah tonsil dan bercak Peyer.
a. Tonsil
Berfungsi pertahanan infeksi dengan menghancurkan benda
asing yang masuk saluran nafas bagian atas dan sistem
pencernaan.
b. Bercak Peyer
Kumpulan jaringan limfoid dalam jumlah besar ditemukan di
usus halus dan menangkap antigen yang ditelan.

2. Pengertian Sisten Limfatik


Sistem limfatik adalah sebuah sistem sirkulasi sekunder yang
berfungsi mengalirkan limfe atau getah bening dalam tubuh yang berasal dari
cairan atau protein yang hilang, sistem ini dianggap juga sebagai sistem
pelengkap dari sistem imunitas tubuh.

8
Sistem limfatik tersusun atas cairan (limfe), pembuluh limfatik yang
mentransport cairan limfe, sejumlah struktur dan organ yang mengandung
jaringan limfatik, dan sumsum tulang merah.
Sistem limfatik bekerja dalam cairan tubuh yang bersirkulasi untuk
membantu pertahanan tubuh melawan agen penyebab penyakit. Kebanyakan
komponen plasma darah tersaring pada dinding kapiler darah menuju cairan
interstisial masuk ke pembuluh limfe. Perbedaan utama cairan interstisial
dengan limfe adalah lokasinya, cairan interstisial berada di antara sel, dan
limfe berlokasi dalam pembuluh limfatik dan jaringan limfatik.

3. Fungsi Sistem Limfatik


1) Mengosongkan kelebihan cairan interstisial
Pembuluh limfatik mengosongkan kelebihan cairan (termasuk protein)
interstisial dari jaringan dan mengembalikannya ke darah. Fungsi ini
berhubungan erat dengan sistem kardiovaskuler. Tanpa fungsi ini,
volume darah dalam sirkulasi tidak mungkin bisa dipertahankan.
2) Absorpsi di usus halus
Lemak dan materi larut lemak, misal vitamin larut lemak, diabsorpsi
ke dalam lakteal sentral (pembuluh limfatik) vili.
3) Imunitas
Organ limfatik berfungsi dalam produksi dan maturasi limfosit, yaitu
sel darah putih yang bertanggung jawab atas imunitas. Karena itu,
sumsum tulang dianggap jaringan limfatik, karena limfosit dihasilkan
di sini.

B. Sistem Imunitas

1. Pengertian Sistem Imun


Imunitas adalah kemampuan tubuh untuk menahan atau
menghilangkan benda asing yang merugikan sistem tubuh.

9
Imunitas adalah sistem pertahanan alamiah tubuh untuk melawan
(organisme) pathogen. Organisme pathogen yaitu organisme yang dapat
menimbulkan penyakit pada manusia seperti, cacing, parasite, protozoa, fungi,
bakteria dan virus.

2. Fungsi Sistem Imun


1) Mempertahankan tubuh dari pathogen invasive (mikroorganisme
penyebab penyakit misalnya bakteri dan virus).
2) Menyingkirkan jaringan yang rusak.
3) Mengenali dan menghancurkan sel abnormal dari tubuh.
4) Melakukan respons imun yang menyebabkan alergi.

3. Jenis-jenis Sistem Imun


a. Sistem Imun Tubuh Non-Spesifik
Menurut (Waugh & Grant, 2016) terdapat lima mekanisme pertahanan
tubuh non-spesifik yang utama:
a) Pertahanan pada permukaan tubuh
Kulit dan membran mukosa yang utuh dan sehat, dapat
memberikan barier fisik yang efisien untuk menahan mikroba.
Lapisan luar dari kulit dapat ditembus oleh hanya sedikit
bakteri. Selain itu, mukus yang disekresi oleh membran
mukosa akan menangkap mikroba dan materi asing lainnya
yang terdapat pada permukaannya yang lengket. Rambut di
dalam hidung bekerja sebagai filter kasar dan bekerja sebagai
silia. Aliran urine satu arah dari kandung kemih meminimalkan
resiko mikroba turun melalui uretra ke kandung kemih.
b) Fagositosis
Sel pertahanan fagosit, seperti makrofag dan neutrofil,
bergerak ke sisi inflamasi dan infeksi (kemotaksis) karena
neutrofil sendiri dan mikroba yang menyerang melepaskan zat

10
kimia yang menariknya (kemoatraktans). Fagosit menangkap
partikel dengan menelannya melalui massa tubuh atau
mengekstensikan pseudopodia yang panjang ke partikel
tersebut, menangkap dan membelit tubuh partikel tersebut.
Setelah menelan dan mencerna antigen, makrofag bekerja
sebagai sel penampil antigen (antigen-presenting cell),
menunjukkan antigennya pada permukaan selnya untuk
menstimulasi limfosit T dan mengaktifkan respons imun.
c) Zat Antimikroba Alami
 Asam hidroklorida (HCL): zat ini berada dalam
konsentrasi tinggi di dalam getah lambung.
 Lisozim: protein berukuran kecil yang mengandung
antibakteri dan berada di granulosit, air mata, dan
sekresi tubuh lainnya kecuali keringat, urine, atau
cairan serebrospinal.
 Saliva (air ludah): membersihkan sisa makanan yang
jika tidak dibersihkan dapat mendorong pertumbuhan
bakteri.
 Interfero:, zat yang diproduksi oleh limfosit T dan oleh
sel yang telah diserang oleh virus. Zat ini mencegah
replikasi virus di dalam sel yang terinfeksi dan
penyebaran virus ke sel yang sehat.
 Komplemen: suatu sistem yang terdiri atas sekitar 20
protein yang ditemukan di dalam darah dan jaringan.
Komplemen diaktifkan oleh keberadaan kompleks
imun (suatu antigen dan antibodi yang berikatan
bersama) dan oleh gula asing pada dinding sel bakteri.
d) Rerpons Inflamasi

11
Respons ini adalah respons fisiologis terhadap
kerusakan jaringan dan disertai oleh serangkaian karakteristik
perubahan lokal. Respons ini biasanya berlangsung saat
mikroba telah mengatasi mekanisme pertahanan non-spesifik
lainnya. Penyebab inflamasi adalah mikroba (virus, bakteri,
protozoa, jamur), agen fisik (panas, dingin, cedera mekanik,
radiasi, dan paparan sinar ultraviolet), agen kimia organik
(pembasmi hama), dan non-organik (asam, basa).
Inflamasi Akut: biasanya berlangsung singkat, misal beberapa
hari sampai beberapa minggu, dan dapat berkisar dari ringan
sampai berat. Tanda utama inflamasi adalah kemerahan, panas,
nyeri, bengkak, dan gangguan fungsi. Respons inflamasi akut
adalah sebagai berikut:
 Peningkatan aliran darah
 Peningkatan pembentukan cairan jaringan
 Perpindahan leukosit
 Peningkatan suhu inti
 Nyeri
 Supurasi (pembentukan pus)

Inflamasi kronik: proses ini sangat mirip dengan inflamasi


akut, tetapi karena proses berlangsung lebih lama, lebih banyak
jaringan yang mungkin rusak. Sel yang terlibat dalam
inflamasi, terutama limfosit bukan neutrofil dan fibroblas yang
diaktivasi sehingga menyebabkan terbentuknya kolagen dan
fibrosis. Jika tubuh tidak mampu membersihkan infeksi, maka
terbentuk granuloma yang mengandung kumpulan sel
pertahanan tubuh. Inflamasi kronik dapat disebabkan

12
komplikasi inflamasi akut atau pemaparan kronik terhadap
suatu iritan.

e) Surveilans Imunologis
Suatu populasi limfosit, yang disebut sel pembunuh
alami (natural killer, NK), secara konstan mengawasi tubuh
mencari sel yang abnormal. Setelah sel abnormal terdeteksi, sel
NK dengan segera membunuh sel abnormal tersebut.
Walaupun sel NK merupakan salah satu jenis limfosit, sel ini
jauh kurang selektif terhadap sel targetnya dibandingkan sel T
dan sel B.
b. Sistem Imun Tubuh Spesifik
Sistem imun didapat bisa disebut juga sistem imun spesifik
mengandalkan respon imun spesifik yang secara selektif menyerang
benda dan mempersiapkan serangan yang secara khusus ditujukan
kepada musuh tertentu. Karena itu, sistem imun didapat memerlukan
waktu cukup lama untuk menyerang dan mengalahkan musuh secara
spesifik. Respons sistem imun didapat atau adaptif diperantarai oleh
limfosit B dan T. Setiap sel T dan B dapat mengenal dan
mempertahankan diri terhadap benda asing.
1) Limfosit
Limfosit menyusun 20-30% sel-sel darah putih yang beredar
tetapi pada suatu saat banyak dari mereka ditemukan di dalam
jaringan limfatik dan jaringan lain daripada di dalam alirah
darah. Mereka meliputi sel-sel pembunuh alami terlibat dalam
pengamatan imunologis, sel-T (yang paling banyak) dan sel B.
Sel-T dan sel-B bertanggung jawab terhadap kekebalan
(pertahanan khusus). Untuk setiap jutaan antigen, terdapat sel-
T dan sel-B yang sesuai diprogramkan untuk merespon

13
terhadap antigen itu. Oleh karena itu, terdapat sangat banyak
jumlah sel-T dan sel-B yang berbeda di dalam tubuh, masing-
masing mampu merespon hanya satu antigen saja.
 Limfosit T
Limfosit T diaktifkan oleh kelenjar timus yang berada
di antara jantung dan sternum. Hormon timosin
dihasilkan oleh timus, bertanggung jawab untuk
meningkatkan proses yang menyebabkan pembentukan
limfosit T yang benar-benar terdiferensiasi, matur, dan
fungsional. Limfosit T telah diprogram hanya untuk
mengenali satu jenis antigen, jadi saat terpapar oleh
antigen selanjutnya tubuh tidak akan bereaksi dengan
antigen lain betapapun bahayanya antingen tersebut.
 Limfosit B
Limfosit B diproduksi dan diproses di dalam sumsum
tulang. Perannya dalam produksi antibodi
(imunoglobulin) adalah protein yang dirancang untuk
berikatan dengan antigen dan menghancurkannya.
c. Imunitas Diperantarai Sel
Limfosit T yang telah diaktifkan di dalam kelenjar timus dilepaskan ke
sirkulasi. Saat limfosit T terpapar antigennya untuk pertama kali
limfosit T menjadi tersensitisasi. Jika antigen berasal dari luar tubuh,
antigen perlu ditampilkan pada permukaan sel penampil antigen. Jika
antigen merupakan sel tubuh yang abnormal, seperti sel kanker, sel ini
juga akan tampil sebagai materi asing pada membran selnya yang akan
menstimulasi pembelahan dan proliferasi limfosit T.
Empat jenis limfosit T khusus adalah sebagai berikut:
1) Sel T sitotoksik

14
Sel ini secara langsung menon-aktifkan sel yang membawa
antigen. Sel ini melekatkan diri pada sel target dan melepaskan
toksin yang sangat kuat dan efektif karena kedua sel ini sangat
berdekatan. Peran utama limfosit T sitotoksik adalah
menghancurkan sel tubuh yang abnormal.
2) Sel T helper
Sel ini penting untuk memperbaiki fungsi bukan hanya
imunitas di perantarai sel (cell–mediated immunity), tetapi juga
imunitas yang diperantarai antibodi (antibody-mediated
immunity). Peran utama sel ini dalam imunitas ditekankan
pada situasi ketika sel ini dihancurkan, seperti pada penyakit
AIDS oleh HIV.
3) Sel T supresor
Sel ini bekerja sebagai rem, menghentikan limfosit T dan B
yang aktif. Sel ini membatasi efek yang kuat dan berpotensi
membahayakan respon imun.
4) Sel T memori
Sel yang hidup lama ini bertahan hidup setelah ancaman
dinetralkan dan memberikan imunitas diperantarai sel dengan
berespons secara cepat terhadap paparan antigen yang sama
lainnya.

d. Imunitas Diperantarai Antibodi (Humoral)


Setelah antigen dideteksi dan berikatan dengan limfosit B, dengan
bantuan limfosit T helper, limfosit B membesar dan mulai membelah.
Limfosit B memproduksi dua jenis sel fungsional yang berbeda yaitu
sel plasma dan sel memori B.
1) Sel plasma

15
Sel ini menyekresikan antibodi ke darah. Antibodi dibawa oleh
jaringan, sementara limfosit B sendiri tetap berada di dalam
jaringan limfoid. Antibodi bekerja dan berikatan dengan
antigen, menamakan antigen tersebut sebagai target untuk sel
pertahanan (seperti limfosit T sitotoksik dan makrofag),
berikatan dengan toksin bakteri, menetralkannya, dan
mengaktifkan komplemen.

2) Sel B memori
Sel ini berada dalam tubuh untuk waktu lama setelah episode
awal saat pertama kali terpapar antigen, dan dengan cepat
merespon terhadap pemaparan antigen yang sama berikutnya
dengan menstimulasi produksi sel plasma penyekresi antibodi.

16
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Sistem limfatik tersusun atas limpe, pembuluh limfe, organ dan
jaringan limfatik, limpa, kelenjar timus, dan jaringan limfoid mukosa. Limfe
adalah cairan bening menyerupai plasma yang tidak mengandung protein
plasma dan memiliki kompetensi yang serupa dengan cairan interstisial.
Pembuluh limfe ada kapiler limfe dan pembuluh limfe besar. Limfe kapiler
berasal dari saluran buntu di ruang interstisial. Kapiler ini memiliki struktur
yang sama dengan kapiler darah, tetapi dindingnya lebih permeabel terhadap
semua konstituen cairan interstisial, termasuk protein dan sisa sel. Jika
pembuluh limfe semakin membesar makan akan terbentuk 2 duktus besar,
yaitu duktus torasik dan duktus limfatik kanan.
Sistem Imunitas adalah kemampuan tubuh untuk menahan atau
menghilangkan benda asing yang merugikan sistem tubuh. Sistem imun
terbagi menjadi 2 Sistem Imun Tubuh Non-Spesifik dan Sistem Imun Tubuh
Spesifik. Sistem Imun Tubuh Non-Spesifik terbagi menjadi lima mekanisme
pertahanan tubuh non-spesifik yang utama Pertahanan pada permukaan tubuh,
Fagositosis, Zat Antimikroba Alami, Rerpons Inflamasi, dan Surveilans
Imunologis.

17
DAFTAR PUSTAKA
Waugh, A., & Grant, A. (2016). Dasar-dasar Anatomi dan Fisiologi (E. Nurachman
(ed.); 12th ed.). Elsevier.

18

Anda mungkin juga menyukai