Anda di halaman 1dari 25

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

SISTEMIK LUPUS ERITEMATASUS (SLE)

Disusun Oleh :

KELOMPOK 13

1. REFFY ANYATI (1711311021)


2. MAWADDAH TURRAHMAH (1711313019)
3. UTHARI CINTYA DEWI (1711311007)
4. YURNIATI (1711312045 )

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS

2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami kirimkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa , karena
atas rahmat dan karunia-Nya kami dapat membuat dan menyelesaikan makalah kami
yang berjudul “Sistemik Lupus Eritematasus (SLE)”. Pada makalah ini kami
tampilkan hasil diskusi kami, kami juga mengambil beberapa kesimpulan dari hasil
diskusi yang kami lakukan.

Kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu
kami dalam menyelesaikan laporan Keperawatan Medikal Bedah II dan Pihak-pihak
lain yang ikut membantu dalam pelaksanaan maupun proses penyelesaian makalah
ini.
Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan bagi
para pembaca dan dapat digunakan sebagai salah satu pedoman dalam proses
pembelajaran. Namun, kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam
penulisan maupun pembahasan dalam makalah ini, sehingga belum begitu sempurna.
Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki kekurangan- kekurangan tersebut sehingga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.

Padang, 24 Januari 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PEGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1


1.2 Tujuan penulisan ............................................................................... 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi sistem Imunologi ........................................... 2


2.2 Landasan teoritis penyakit Sistemik Lupus Eritematasus (SLE) ....... 6
2.2.1 Definisi .............................................................................. 6
2.2.2 Etiologi .............................................................................. 6
2.2.3 Menifestasi klinis atau tanda dan gejala ............................ 9
2.2.4 Pemeriksaan penunjang dan diagnostic ........................... 11
2.2.5 Penatalaksanaan medis dan keperawatan ........................ 12
2.2.6 Komplikasi ....................................................................... 15
2.2.7 WOC ................................................................................ 15
2.3 Landasan Teoritis asuhan keperawatan ............................................ 16
2.3.1 Pengkajian ........................................................................ 16
2.3.2 Perumusan Diagnosa (Nanda) ......................................... 17
2.3.3 Perumusan kriteria hasil (NIC) ........................................ 17
2.3.4 Perumusan Intervensi Keperawatan (NOC) .................... 18

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ..................................................................................... 21


3.2 Saran ................................................................................................ 21

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit Sistemik Lupus Eritematasus (SLE) tampaknya terjadi akibat


terganggunya regulasi kekebalan yang menyebabkan peningkatan auto antibodi yang
berlebihan, limfadenopati terjadi pada 50% dari seluruh pasien SLE pada waktu
tertentu selama perjalanan penyakit tersebut. Sistemik lupus eritematosus (SLE)
merupakan salah satu penyakit autoimun yang disebabkan oleh disregulasi sistim
imunitas dan secara garis besar dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu endokrin-metabolik,
lingkungan dan genetik.

Dalam istilah kedokteran secara lengkap nama dari penyakit “Lupus” ini
adalah “Systemic Lupus Erythematosus (SLE)”. Istilah Lupus berasal dari bahasa
latin yang berarti anjing hutan atau serigala. Sedangkan kata Erythematosus dalam
bahasa unani berarti kemerah!merahan. "ada saat itu diperkirakan# penyakit
kelainan kulit kemerahan di sekitar hidung dan pipi ini disebabkan oleh gigitan anjing
hutan. $arena itulah penyakit ini diberi nama “Lupus”.

Penyakit lupus masih sangat awam bagi masyarakat..masih banyak masyarakat belum
mengetahui mengenai penyakit lupus tersebut. sedangkan diindonesia sudah banyak
yang menderita penyakit lupus. Sehingga dengan adanya makalah ini dapat
memberikan edukasi atau pengetahuan kepada masyarakat mengenai penyakit SLE
atau dikenal penyakiu Lupus.

1.2 Tujuan Penulisan


a. Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi system imunologi
b. untuk mengetahui konsep penyakit Systemic Lupus Erythematosus (SLE)
c. untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan panyakit Systemic
Lupus Erythematosus (SLE)
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi Sistem Imun

Imunitas adalah mengacu pada respons protektif tubuh yang spesifik terhadap
benda lasing atau mikroorganisme yang menginvasinya. Imunopatologi adalah ilmu
tentang penyakit yang terjadi akibat disfungsi dalam system imun, struktur system
imun. Pada hakikatnya system imun terbentuk dari (Desmawati,dkk. 2013) :

1. Sel – sel darah putih


2. Sum – sum tulang
3. Jaringan limfoid yang mencakup
4. Kelenjar timus
5. Kelenjar limfe
6. Lien
7. Tonsil serta
8. Adenoid

Anatomi dari system imun sebagai berikut (Desmawati,dkk.2013) :

1. Organ – organ dalam system imun (organ limfoid)


Organ limfoid terdiri dari kelenjar limfe, tonsil, spleen ( limpa), kelenjar
tymus, dan sumsum tulang.
a. Kelenjar limfe berukuran 1-25 mm, ditemukan sepanjang pembuluh
limfatik dan dinamakan sesuai dengan tempatnya. Kapsul mengelilingi
2 region yang disebut kortex dan medulla yang terdiri dari limfosit.
b. Tonsil yaitu jaringan limfatik yang tidak berkapsul berlokasi disekitar
faring. Dikenal tonsil faringeal atau adenoid, berfungsi seperti kelenjar
limfe. Tonsil menghadapi ank oy pertama karena dekat hidung dam
mulut.
c. Spleen yaitu berada di region kiri atas abdomen. Limfe dibersihkan
kelenjar limfe, darah dibersihkan spleen, limfosit T matur di thymus,
dan leukosit dibuat bone marrow.

2. Berdasarkan fungsinya sebagai berikut :

1. Organ limfoid primer yaitu organ yang terlibat dalam sintesis atau
produksi sel imun, yaitu kelenjar tymus dan sumsum tulang, dan
kemungkinan hati.
a. Kelenjar timus yaitu terletak dibagian posterior toraks terhadap
sternum dan melapisi bagian atas jantung. Warnanya kemerahan
dan terdiri dari 2 lobus.
Fungsi timosin adalah :

 Menegendalikan perkembangan system imun dependen


timus dengan mestimulasi diferensiasi dan proliferasi sel
limfosit T.
 Timosin mungkin berperan dalam penyakit
immunodefisiansi kongenital, seperti agammaglobulinemia
yaitu ketidakmampuan total memproduksi antibody
 Memproses limfosit muda menjadi T – limfosit.

Fungsi kelenjar timus yaitu :

 Mengaktifkan pertumbuhan badan


 Mengurangi aktifitas kelenjar kelamin

b. Sum sum tulang


Sumsum tulang adalah jaringan lunak yang ditemukan pada
rongga interior tulang yang merupakan tempat produksi sebagian
besar sel darah baru. Sumsum tulang merupakan tempat utama
atau central pembuat sel – sel darah termasuk juga sel imun
sebagai berikut :

 Bone marrow merupakan tempat pembuatan leukosit dan


pembentukannya tidak sampai pematangan.
 Di bone marrow, sel yang terbentuk masih belum bisa
menghadapi atau memproses benda asing yang masuk
kedalam tubuh kita.
 Jika leukosit terbentuk belum matang maka belum siap
melawan benda asing
 Tubuh kita memproteksi dirinya sendiri dari berbagai benda
asing
 System imun akan rusak total jika bone marrow dirusak
dengan radiasi.

c. Limpa
Limpa adalah kelenjar berwarna ungu tua yang terletak
disebelah kiri abdomen didaerah hypogastrium kiri iga ke –
9,10,11. Fungsi limpa adalah membentuk sel darah merah,
menghasilkan limfosit, pembongkaran sel darah merah, sel darah
putih, dan trombosit, Bagian dari RES.

d. Tonsil
Tonsil merupakan dua kumpulan jaringan limfosit yang
terletak dikanan dan kiri faring diantara tiang – tiang lengkung
fauses. Tonsil dijelajahi pembuluh darah dan pembuluh limfe dan
mengandung banyak limfosit. Fungsinya memproduksi limfosit
dan antibody yang kemudian akan masuk kedalam cairan lemfe.
e. Kelenjar limfe atau nodus limfe
Kelenjar life berbentuk kecil, lonjong atau seperti kacang
dengan suatu lekukan yang disebut hilus, terletak disepanjang
pembuluh limfe. Diameter 0,1 -2,4 cm. kerjanya sebagai
penyaring dan dijumpai ditempat – tempat terbentuknya limfosit.

f. Cairan limfe
Suatu cairan yang transparan, berwarna kekuningan, memiliki
berat jenis 1,015 – 1,023 dan terdapat didalam pembuluh life.
Cairan ini terdiri air, glukosa, dan garam kira – kira sama dengan
plasma draeah. Dimana funsi nya sebagai berikut :

 Mengembalikam cairan dan protein dari jaringan ke sirkulasi


darah
 Mengangkut limfosit
 Membawa lemak emulsi dari usus
 Menyaring dan menghancurkan mikroorganisme untuk
menghindarkan penyebaran
 Menghasilkan zat antibody

Fisiolgi system imunologi (Mary Digiulio,dkk.) yaitu fungsi norma system


kekebalan tubuh adalah melindungi tubuh melawan serangan organisme dari luar.
Berbagai organisme dapat meyerang, akan tetapi tidak semua berbahaya. Sel – sel
system kekebalan mengenali organisme yang menyerang tubuh, kemudian
mengisolasikan dan menghancurkan mereka. Gangguan imunologi defisiensi,
kelainan autoimun, alergi dan reaksi hipersensitivas. Limfosit menjadi elemen primer
dari system kekebalan. Limfosit dibagi menjadi B-cell dan T-cellmenyediakan
respon kekebalan/imun humoral, karena mereka menghasilkan antibody terhadap
antigen tertentu. T – cell menyediakan respon imun seluler. T- cell dewasa terdiri atas
sel DD4 dan Cd8. Sel CD8 bertanggung jawab untuk membinasakan se lasing dan sel
yang mengandung virus, dan menekan fungsi imonologi. Sel CD4 juga dikenal
sevagai penolong T-cell, merangsang fungsi imun, seperti B-cell dan magrofag.
Magrofag adalah suatu sel yang fungsinya mencakup mencernakan se lasing atau sel
yang menyerang.

2.2 Landasan Teoritis Penyakit Sistemik Lupus Eritematasus (SLE)


2.2.1 Definisi

Sistemik Lupus Eritematasus (SLE)/(Lupus Eritematosus Disseminata) atau


lebih dikenal dengan penyakit lupus merupakan penyakit autoimun yang ditandai
adanya inflamasi tersebar luas, yang mempengaruhi setiap organ atau system dalam
tubuh. Penyakit ini berhubungan dengan deposisi autoantibody dan kompleks imun,
sehingga mengakibatkan kerusakan jaringan (Nurarif, dkk 2016).

Sistemik Lupus Eritematasus (SLE) atau dikenal dengan penyakit lupus


merupakan penyakit autoimun menahun yang menimbulkan peradangan dan bisa
menyerang berbagai organ tubuh, termasuk kulit, persendian dan organ dalam tubuh
manusia (Desmawati,dkk. 2013).

Berat atau ringannya penyakit bervariasi mulai dari ppenyakit yang tanda
gejalanya sedikit sampai penyakit yang menimbulkan kecacatan. Derajat ini
tergantung dari jumlah dan jenis antibody yang muncul dan organ yang terkena
(Desmawati, dkk. 2013).

2.2.2 Etiologi

Penyebab dari SLE belum diketahui dengan pasti. Diduga melibatkan


interaksi yang kompleks dan multifaktorial antara bervariasi genetic dan factor
lingkungan. (Morton,2012)

Sistem kekebalan tubuh berfungsi mengendalikan pertahanan dalam melawan


infeksi. Pada lupus dan penyakit autoimun lainnya, system pertahanan tubuh ini
berbalik melawan tubuh, dimana antibody yang dihasilkan menyerang sel tubuhnya
sendiri. Antibody ini menyerang sel darah, organ dan jaringan tubuh, sehingga terjadi
penyakit menahun (Desmawati, dkk. 2013).

Beberapa faktor resiko yang dapat menyebabkan penyakit SLE sebagai


berikut (Arif Mansjoer, dkk. 2001) :

1) Factor risiko genetic


Meliputi jenis kelamin, (frekuensi pada wanita dewasa 8 kali lebih
sering dari pada pria dewasa), umur (lebih sering pada usia 20-40 tahun),
etnik, dan factor keturunan (frekuensinya 20 kali lebih sering dalam keluarga
dimana terdapat anggota dengan penyakit tersebut).
2) Sinar Ultra Violet
Sinar ultra violet mengurangi supresi imun sehingga terapi menjadi
kurang efektif, sehingga SLE kambuh atau bertambah berat. Ini disebabkan
sel kulit mengeluarkan sitokin dan prostaglandin sehingga terjadi inflamasi di
tempat tersebut maupun secara sistemik melalui peredaran di pembuluh darah.
3) Obat
Obat tertentu dalam perentase kecil sekali pada pasien tertentu dan
diminum dalam jangka waktu tertentu dapat mencetuskan lupus obat (Drug
Induced Lupus Erythematosus atau DILE). Jenis obat yang dapat
menyebabkan lupus obat adalah:

 Obat yang pasti menyebabkan lupus obat:


- Klorpromazin
- Metildopa
- Hidralasin
- Prokainamid
- Isoniazid
 Obat yang mungkin dapat menyebabkan lupus obat:
- Dilantin
- Penisilamin
- Dan kuinidin
 Hubungannya belum jelas:
- Garam emas
- Beberapa jenis antibiotic
- Dan griseofulvin

4) Infeksi, Pasien dengan SLE cenderung mudah terkena infeksi dan terkadang
penyakit ini kambuh setelah infeksi.
5) Stres, Stress berat dapat mencetuskan SLE pada pasien yang sudah memiliki
kecenderungan akan penyakit ini.

Beberapa penyebab penyakit lupus menurut (Morton. 2012) yaitu sebagai


berikut :

a) Autoantibody
Autoantibody ini ditunjukkan kepada self molekul yang terdapat pada
nucleus, sitoplasma, permukaan sel, dan juga terdapat molekul terlarut seperti
IgG dan factor koagulasi.
b) Factor lingkungan

a) Factor fisik/kimia
 Amin aromatic
 Hydrazine
 Obat-obatan
b) Factor makanan
 Konsumsi lemak jenuh yang berlebihan
c) Agen infeksi
 Retrovirus
 DNA bakteri
d) Hormone dan estrogen lingkungan
 Terapi sulih (HRT),pil kontrasepsi oral
 Paparan estrogen prenatal
2.2.3 Menifestasi Klinis atau Tanda dan Gejala

Gejala ditandai oleh masa bebas gejala (remisi) dan masa kekambuhan
(eksaserbasi). Pada mulanya lupus hanya menyerang satu organ, namun lama
kelamaan akan melibatkan organ lainnya (Desmawati,dkk. 2013).

a) Gejala dan tanda pada otot dan kerangka tubuh


Hampir semua penderita lupus mengalami nyeri persendian dan kebanyakn
menderita arthritis. Pensendian yang sering terkena adalah persendian pada jari
tangan, tangan, pergelangan tangan dan lutut. Kematian jaringan pada tulang
panggul dan bahu sering merupakan penyebab dari nyeri di daerah tersebut.

b) Gejala tanda pada kulit


Hampir 50% penderita ditenukan ruam kupu-kupu pada tulang pipi
danpangkan hidung. Ruam ini biasanya akan semakin buruk jika terkena sinar
matahari. Ruam yang lebih tersebar bisa timbul dibagian tubuh lain yang terpapar
oleh sinar matahari.

c) Gejala tanda pada ginjal


Sebagian besar penderita menunjukkan adanya penimbunan protein di dalam
sel-sel ginja. Tetapi hanya 50% yang menderita nefritis lupus (peradangan ginjal
yang menetap), bisa terjadi gagal ginjal sehingga penderita perlu menjalani
dialysis atau pencengkokkan ginjal.

d) Gejala tanda pada system syaraf


Kalainan syaraf ditemukan pada 25% penderita lupus. Yang paling sering
ditemukan adalah disfungsi mental yang sifatnya ringan, tetapi kelainan bisa
terjadi pada bagian manapun dari otak, korda spinalis maupun system syaraf.
Kejang, psikosa, sindroma otak organic dan sakit kepala merupakan beberapa
kelainan system syaraf yang bisa terjadi.
e) Gejala tanda pada darah
Kelainan darah bisa ditemukan pada 85% penderita lupus. Bisa berbentuk
bekuan darah di dalam vena maupun arteri, yang bisa menyebabkan stroke dan
emboli paru. Jumlah trombosit berkurang dan tubuh membentuk antibodi yang
melawan factor prmbrkuan darah yang bisa menyebabkan pendarahan yang
berarti. Kebanyakan anemia akibat penyakit menahun.

f) Gejala tanda pada jantung


Peradangan berbagai bagian jantung bisa terjadi, seperti perikarditis,
endokarditis maupun miokarditis. Dari keadaan tersebut menimbulkn nyeri dada
dan aritmia.

g) Gejala dan tanda pada paru-paru


Pada lupus bisa terjadi pleuritis (peradangan selaput paru) dan efusi pleura
(penimbunan cairan antara paru dan pembungkusnya). Akibatnya sering timbul
nyeri dada dan sesak napas.

h) Gejala dari penyakit lupus


 Demam
 Lelah
 Merasa tidak enak badan
 Penurunan berat badan
 Ruam kulit
 Ruam kupu-kupu
 Ruam kulit yang diperburuk oleh sinar matahari
 Sensitive terhadap sinar matahari
 Pembengkakan dan nyeri persendian
 Pembengkakan kelenjer
 Nyeri otot
 Mual dan muntah
 Nyeri dada pleurik
 Kejang
 Psikosa.

a.ruam kulit; b.ruam kupu-kupu

i) Gejala lainnya yang mungkin ditemukan


 Hematuria (air kemih mengandung darah)
 Batuk darah
 Mimisan
 Gangguan menelan
 Bercak kulit
 Bintik merah dikulit
 Perubahan warna jari tangan bila ditekan
 Mati rasa dsn kesemutan
 Luka dimulut
 Kerontokan rambut
 Nyeri perut
 Gangguan penglihatan.

2.2.4 Pemeriksaan Penunjang dan Diagnostik

Pemeriksaan penunjang menurut Arif Mansjoer sebagai berikut :


 ANA (anti nuclear antibody), Tes ANA memiliki sensitivitas yang
tinggi namun spesifisitas yang rendah.
 Anti ds DNA (double stranded), Tes ini sangat spesifik untuk SLE,
biasanya titernya akan meningkat sebelum SLE kambuh.
 Antibody anti-S (Smith), Antibody spesifik terdapat pada 20-30 %
pasien.
 Anti-RNP (ribonukleoprotein), Anti-ro/anti-SS-A, anti-La (anti
koagulan lupus)/anti-SSB, dan antibody antikardiolipin. Titernya tidak
terkait dengan kambuhnya SLE.
 Komplemen C3, C4, dan CH50 (Komplemen Hemolitik)
 Tes sel LE, Kurang spesifik dan juga positif pada artritis rheumatoid,
sindrom sjogren
 Anti ssDNA positif cenderung menderita nefritis.

Pemeriksaan diagnostic menurut Desmawati sebagai berikut :


 Rontgen dada menunjukkan pleuritic atau pericarditis
 Biopsy ginjal
 Biobsy kulit

2.2.5 Penatalaksaan Medis Dan Keperawatan

Tujuan dilakukan pengobatan pada penyakit SLE adalah untuk mengurangu


gejala penyakit, mencegah inflamasi dan kerusakan jaringan, memperbaiki kualitas
hidup pasien dan memperpanjang ketahanan pasien.

Penatalaksaan medis pada penyakit SLE sebagai berikut (arif mansjoer,dkk.


2001):

 Terapi Farmakologi
Menurut mary Digiulio, dkk pengobatan penyakit SLE bisa dilakukan dengan
cara sebagai berikut :
 Memberikan NSAID untuk mengurangi inflamasi dan memberikan efek
analgesic :
 Ibufropen
 Naproxen
 Flubifropen, dll
 Antimalarial digunakan untuk mengatasi menifestasi sendi dan ruam kulit
 Memberikan imunosupresan pada pasien yang tidak responsive dengan
kortikoosteroid contoh azathioprine dll.
 Memberikan analgesic

Menurut arif mansjoer pengobatan bisa dikakukan dengan cara sebagai


berikut :

 Anemia hemolitik autoimun. Prednisone 60-80 mg/hari (1- 1.5 mg/kg


BB/hari), dapat ditingkatkan sampai 100-120 mg/hari bila dalam beberapa
hari sampai satu minggu belum ada perbaikan.
 Trombositopenia autoimun. Prednisone 60-80 mg/hari (1 – 1.5 mg/kg
BB/hari). Bila tidak ada respons dalam 4 minggu, ditambahkan
imunoglobin intravena (IV1g) dengan dosis 0.4 mg/kg BB/hari selama 5
hari berturut-turut.
 Vaskulis sistemik akut. Prednisone 60-100 mg/hari, pada keadaan akut
diberiikan parenteral
 Pericarditis ringan. Obat antiinflamasi nonsteroid atau antimalarial. Bila
tidak efektif dapat diberikan prednisone 20-40 mg/hari.
 Pericarditis berat. Diberikan prednisone 1 mg/kg BB/hari
 Miokarditis. Prednisone 1mg/kg BB/hari dan bila tidak efektif dapat
dikombinasikan dengan siklofosfamid
 Efusi pleura. Prednisone 15-40 mg/hari, bila efusi massif dilakukan pungsi
pleura/drainase
 Lupus pneumonitis. Prednisone 1-1.5 mg/kg BB/hari selama 4-6 minggu
 Lupus serebral. Metilprednisolon 2 mg/kg BB/hari untuk 3-5 hari. Bila
berhasil, dilanjutkan pemberian oral 5-7 hari lalu diturunkan perlahan.
Dapat diberikan metilprednisolon pulse dosis selama 3 hari berturut-turut.

 Terapi Non farmakologi


 Kelelahan bisa karena sakitnya atau karena penyakit lain seperti anemia,
demam, infeksi, gangguan hormonal, komplikasi pengobatan, atau stress
emosional. Upaya mengurangi kelelahan disamping pemberian obat ialah
cukup istirahat, pembatasan aktivitas yang berlebih, dan mampu mengubah
gaya hidup.
 Hindari merokok
 Hindari perubahan cuaca karena akan mempengaruhi proses inflamasi
 Hindari stress dan trauma fisik
 Diet sesuai kelainan misalnya hiperkolesterolemia
 Hindari pajanan sinar matahari, khususnya ultraviolet pada pukul 10.00
sampai 15.00
 Hindari pemakaian kontrasepsi atau obat lain yang mengandung hormone
estrogen

Penatalaksanaan keperawatan pada penyakit SLE sebagai berikut (Arif


Mansjoer, dkk. 2013) :
 Memenuhi kebutuhan pasien
 Memberikan edukasi kepada penderita penyakit SLE seperti bagaimana
diet nya, dan mengenai penyakit yang dideritanya.
 Mengatur atau memonitor dengan teratur, baik itu efek samping dari obat,
efek samping pemerikaan yang dilakukan, tanda – tanda vital dan juga lain
– lainnya.
 Menyarankan untuk rencana kehamilan, karena kehamilan harus dihindari
bagi penderita penyakit SLE
2.2.6 Komplikasi

Komplikasi pada penyakit SLE sebagai berikut (Desmawati, dkk. 2013) :

 Gagal ginjal
 Kerusakan jaringan otak
 Infeksi sekunder
 Penyakit Jantung, Terjadinya infeksi pada selapuy pembungkus jantung,
penebalan pembuluh darah, dan melemahnya otot-otot jantung
 Penyakit Paru-paru, Terjadi infeksi pada selaput pembungkus paru-paru.
Pasien akan merasakan sakit saat bernafas hingga batuk berdarah

2.2.7 WOC

Genetic, kuman, virus, lingkungan , obat obatan tertentu

Gangguan Imunoregulasi

Antibody yang berlebihan

Sel T sepresor abnormal

Antibody yang menyerang organ – organ

Penumpukan kompleks imun dan kerusakan jaringan

Penyakit SLE

Mencetus penyakit inflamasi pada organ


Kulit Sendi Darah Paru2 Ginjal Hati Otak

Kerusakan Hb
artritis Efusi pleura Protein Kerusakan Suplai o2
integritas
urin sintesa zat
kulit
– zat
tubuh Nekrosis

Intoleransi O2 dan Ketidakefek Protein


aktivitas nutrient tifan pola tubuh Nutrisi Resti
napas kurang kematian
dari
Atp Pertumbuh kebutuha
an dan n
perkemban
Keletihan angan
terhambat

2.3 Landasan Teoritis Asuhan Keperawatan


2.3.1 Pengkajian
Pengakjian keperawatan menurut Desmawati, 2013 sebagai berikut :
1. Anamnesis riwayat kesehatan sekarang dan pemeriksaan fisik difokuskan
pada gejala sekarang dan gejala yang pernah dialami seperti keluhan mudah
lelah, lemah, nyeri, kaku, demam/panas, anoreksia dan efek gejala tersebut
terhadap gaya hidup serta citra diri pasien
2. Kulit, adanya ruam eritematous, plak eritematous padda kulit kepala, muka
atau leher
3. Kardiovaskuler, Friction rub pericardium yang menyertai miokarditis dan
efusi pleura. Lesi eritematous papuler dan purpura yang menjadi nekrosis
menunjukkan gangguan vaskuler terjadi di ujung jari tangan, siku, jari kaki
dan permukaan ekstensor lengan bawah atau sisi lateral tangan
4. System musculoskeletal, Pembengkakan sendi, nyeri tekan dan rasa nyeri
ketika bergerak, rasa kaku pada pagi hari
5. System integument, Lesi akut pada kulit yang terdiri atas ruam berbentuk
kupu-kupu yang melintang pangkal hidung serta pipi. Ulkus oral dapat
mengenai mukosa pipi atau palatum durum.
6. System pernafasan, akan dapat terjadi Pleuritis atau efusi pleura
7. System vaskuler, Inflamasi pada arteriole terminalis yang menimbulkan lesi
papula, eritomatosus dan purpura di ujung jari kaki, tangan, siku serta
permukaan ekstensor lengan bawah atau sisi lateral tangan dan berlanjut
nekrosis
8. System renal, memungkin adanya Edema dan hematuria
9. System saraf, Sering terjadi depresi dan psikosis, juga serangan kejang-kejang

2.3.2 Perumusan diagnosa ( NANDA)


Diagnosa menurut keperawatan Desmawat, 2013 sebagai berikut :
1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan kerusakan jaringan
2. Keletihan berhubungan dengan peningkatan aktivitas penyakit, rasa nyeri,
depresi
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan penurunan rentang gerak,
kelemahan otot, rasa nyeri saat bergerak, keterbatasan daya tahan fisik
4. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan perubahan dan ketergantungan
fisik serta psikologis yang diakibatakan penyakitt kronik
5. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan fungsi barier kulit,
penumpukan kompleks imun

2.3.3 Perumusan Kriteria Hasil (NOC)

Kriteria hasil dari intervensi yang dilakukan sebagai berikut


(Desmawati,dkk. 2013) :
1. Skala nyeri normal dan Nyeri yang dirasakan pasien menurun atau berkurang
2. Aktivitas sehari – hari teratur sesuai kebutuhan dan disesuaikan dengan
kondisi klien
3. Klien dapat melakukan imobilisasi dalam memenuhi kebutuhan sehari – hari
4. Integritas kulit kembali normal ( bersih, halus)
5. Pasien mengerti dan menerima terhadap penyakit.
2.3.4 Perumusan intervensi Keperawatan (NIC)
Intervensi keperawatan menurut Desmawati, 2013 sebagai berikut :
1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan kerusakan jaringan
Tujuan : perbaikan dalam tingkat kenyamanan
Intervensi :
a. Laksanakan sejumlah tindakan yang memberikan kenyamanan
(Kompres panas/dingin, masase, perubahan posisi, istirahat: kasur
busa, bantal penyangga, bidal, teknik relaksasi, aktivitas yang
mengakihkan perhatian)
b. Berikan preparat antiinflamasi, analgesic seperti yang dianjurkan
c. Sesuaikan jadwal pengobatan untuk memenuhi kebutuhan pasien
terhadap penatalaksanaan nyeri
d. Dorong pasien untuk mengutarakan perasaannya tentang rasa nyeri
serta sifat kronik penyakitnya
e. Jelaskan patofisiologi nyeri dan membantu pasien untuk menyadari
bahwa rasa nyeri sering membawanya kepada metode terapi yang
belum terbukti manfaatnya
f. Bantu dalam mngenali nyeri yang membawa pasien untuk memakai
metode terapi
g. Lakukan penilaian terhadap perubahan subjektif rasa nyeri
2. Keletihan berhubungan dengan peningkatan aktivitas penyakit, rasa nyeri,
depresi
Tujuan : mengikutsertakan tindakan sebagai bagian dari aktivitas sehari-hari
yang diperlukan
Intervensi:
a. Jelaskan hubungan antara aktivitas penyakit dengan keletihan
b. Jelaskan tindakan untuk memberikan kenyamanan sementara
melaksanakannya
c. Kembangkan dan mempertahankan tindakan rutin untuk tidur (mandi
air hangat dan tekik relaksasi yang memudahkan tidur)
d. Jelaskan pentingnya istirahat untuk mengurangi stress istemik,
artikuler dan emosional
e. Jelaskan cara menggunakan teknik-teknik untuk menghemat tenaga
f. Kenali faktor fisik dan emosional yang menyebabkan kelelahan
g. Asitlisasi pengembangan jadwal aktivitas/istirahat yang tepat
h. Dorong kepatuhan pasien terhadap program terapinya
i. Rujuk dan dorong program kondisioning
j. Dorong nutrisi adekuat termasuk sumber zat besi dari makanan dan
suplemen
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan penurunan rentang gerak,
kelemahan otot, rasa nyeri saat bergerak, keterbatasan daya tahan fisik
Tujuan : mendapatkan dan mempertahankan mobilitas fungsional yang
optimal
Intervensi :
a. Dorong verbalisasi yang berkenaan dengan keterbatasan dalam
mobilitas
b. Kaji kebutuhan akan konsultasi terapi okupasi/fisioterapi
c. Tekankan kisaran gerak pada sendi yang sakit
d. Tingkatkan pemakaian alat bantu
e. Jelaskan pemakaian alas kaki yang aman
f. Gunakan pengaturan posisi tubuh yang tepat
g. Bantu pasien mengenali rintangan dalam lingkungannya
h. Dorong kemandirian pasien dalam mobilitas
i. Berikan waktu yang cukup untuk melakukan aktivitas
j. Berikan kesempatan istirahat setelah melakukan aktivitas
k. Menguatkan kembali prinsip perlindungan sendi
4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dan ketergantungan
fisik serta psikologis yang diakibatkan penyakit kronik
Tujuan : mencapai rekonsiliasi antara konsep diri dan perubahan fisik serta
psikologis
Intervensi :
a. Bantu pasien untuk mengenali unsure – unsure pengendalian gejala
penyakit dan penanganannya
b. Dorong verbalisasi perasaan, presepsi dan rasa takut
c. Bantu menilai situai sekarang dan mengenali masahnya
d. Bantu mengenali mekanisme koping pada masa lalu
e. Bantu mengenali mekanisme koping yang efektif
5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan fungsi barier kulit,
penumpukan kompleks imun
Tujuan : pemeliharaan integritas kulit
Intervensi :
a. Lindungi kulit yang sehat terhadap kemungkinan maserasi
b. Hilangkan kelembapan dari kulit
c. Jaga dengan cermat terhadap resiko terjadinya sedera termal akibat
penggunaan kompres hangat yang terlalu panas
d. Nasehati pasien untuk menggunakan kosmetik dan preparat tabir surya
e. Kolaborasi pemberian NSAID dan kortikosteroid
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Imunitas adalah mengacu pada respons protektif tubuh yang spesifik
terhadap benda asing atau mikroorganisme yang menginvasinya. Salah satu
contoh penyakit yang menyerang imun adalah penyakit Sistemik Lupus
Eritematasus (SLE)/(Lupus Eritematosus Disseminata) atau lebih dikenal dengan
penyakit lupus. Penyakit ini merupakan penyakit autoimun yang ditandai adanya
inflamasi tersebar luas, yang mempengaruhi setiap organ atau system dalam
tubuh. Penyakit ini berhubungan dengan deposisi autoantibody dan kompleks
imun, sehingga mengakibatkan kerusakan jaringan. Tanda dan gejala nya seperti
ada ruam kupu – kupu pada kulit, kelelahan, dan juga lain – lainnya.

3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini, semoga penulis dan para pembaca mendapatkan
ilmu yang bermanfaat. Dan penulis menyadari masih banyak dari kata
kesempurnaan penulis menerima kritik dan saran terhadap makalah yang
disusun.
DAFTAR PUSTAKA

Desawati, dkk. 2013. Sistem Hematologi dan Imunologi asuhan Keperawatan Umum
dan Maternitas. Jakarta : In Media
Mansjoer, Arif.dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius
Nurarif, Amin Huda & Hardi Kusuma. 2016. Asuhan Keperawatan Praktis
Berdasarkan Penerapan Diagnosa Nanda, NIC, NOC dalam Berbagai
Kasus. Edisi Revisi Jilid 2. Jogjakarta : Mediactian Jogja.
TR, Sekar. 2011. Wanita dan Penyakit Autoimmune Selama Hidupnya. Yogyakarta :
Hanggar Kreator .
Digiulio,Marry, dkk. 2014. Keperawatan Medikal Bedah . Jogyakarta : Andi

Anda mungkin juga menyukai