Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

LIMFOMA(KELENJAR GETAH BENING)

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah konsep dasar keperawtan


Dosen Pengampu:

Bpk.Nanang bagus sasmino,S.Kep.,Ns.,M.Kep.

Disusun Oleh Kelompok 1:

1. Faidz A.B Nugraha (2023032068)


2. M. Agung Prasetyo (2023032511)
3. Mefta Huljannah (2023032034)
4. Wirda Maulidia (2023032055)
5. Bimar Yeblo (2023032468)
6. Melda Dwi Fitri (2023032035)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HUSADA JOMBANG

TAHUN AJARAN 2023/2024


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke khadirat Tuhan Yang Maha Esa. atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Saya menyadari masih
banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini yang tentunya jauh dari kesempurnaan.
Karena itu saya selalu membuka diri untuk setiap saran dan kritik yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan karya saya selanjutnya.

Terselesaikannya makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagi pihak. Untuk itu
saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu,baik secara langsung
ataupun tidak langsung.

Akhirnya semoga sumbangan amal bakti semua pihak tersebut mendapat balasan yang
setimpal dari- Nya. Dan semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan saya
khususnya dan pecinta masyarakat ilmu pengetahuan pada umumnya.

Jombang, 29 Januari ,2024

Kelompok 1
DAFTAR ISI

SAMPUL.........................................................................................................

KATA PENGANTAR....................................................................................

DAFTAR ISI...................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................

1.1 Latar Belakang ............................................................................


1.2 Tujuan penulisan..........................................................................

1.3 Manfaat penulisan........................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................

2.1 Definisi...........................................................................................

2.2 Etiologi...........................................................................................

2.3 Manifestasi.....................................................................................
2.4 Klasifikasi .....................................................................................
2.5 Gejala,area,,pemeriksaan dan pengobatan.....................................
2.6 Asuhan keperawatan......................................................................

BAB III METODE KEGIATAN...................................................................

3.1 Metode ..........................................................................................

3.2 Media ............................................................................................


3.3 Susunan kegiatan ...........................................................................

BAB IV PENUTUP.........................................................................................

4.1 Kesimpulan ...................................................................................

4.2 Saran .............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Kanker merupakan salah satu penyakit pembunuh terbesar di dunia. Kanker
tidak hanya menyerang orang dewasa, tetapi anak-anak juga dapat beresiko
terkena kanker. Kanker adalah penyakit proliferasi sel-sel tumor yang
mempengaruhi pertumbuhan sel normal, dimana terdapat gen pengativasi tumor
yang menyebabkan proliferasi sel tidak terkendali jika ditransmisikan ke sel
normal dan dapat mempengaruhi fungsi fisik dan sosial dalam waktu yang lama
(Muscari, 2005).
Limfoma merupakan istilah umum untuk berbagai tipe kanker darah yang
muncul dalam sistem limfatik yang menyebabkan pembesaran kelenjar getah
bening. Jumlah kasus limfoma sebenarnya masih rendah jika dibandingkan
dengan penyakit kanker lainnya, namun demikian pada perkembangannya jumlah
kasus limfoma terus meningkat dengan cepat setiap tahunnya. Sekitar satu juta
orang didunia menderita limfoma, dan terdapat sekitar seribu orang didiagnosis
menderita limfoma setiap harinya (Kemenkes RI, 2015).
Limfoma Non-Hodgkin (juga dikenal sebagai kanker kelenjar getah
bening, LNH, atau kadang-kadang ganya limfoma) adalah kanker yang dimulai di
sel yang disebut limfosit, yang merupakan bagian dari sistem kekebalan tubuh.
Faktor risiko kanker kelenjar getah bening belum diketahui secara pasti, namun
peningkatan angka kejadiannya berhubungan dengan usia, jenis kelamin, genetik,
riwayat penyakit terdahulu, transplantasi organ , dan paparan bahan kimia
(American Cancer Society, 2013).
Limfoma merupakan salah satu jenis kanker terbanyak pada anak. Menurut
data register kanker anak RSK Dharmais tahun 2008-2013, jumlah kasus limfoma
pada anak cukup tinggi. Jumlah kasus limfoma tertinggi pada tahun 2011, yaitu
sebanyak 16 kasus, sedangkan jumlah kasus terendah pada 2009, yaitu sebanyak
4 kasus. Gejala penyakit kanker pada anak, khususnya limfoma, perlu diwaspadai
oleh orang tua sehingga anak yang menderita limfoma dapat ditangani lebih
cepat. Sampai saat ini penyebab pasti dari Limfoma belum diketahui, maka yang
dapat dilakukan adalah mencegah agar terhindar dari faktor resiko dengan
menjaga kebersihan diri dan lingkungan dari infeksi virus, bakteri, jamur, parasit,
toksin lingkungan, kebiasaan merokok (aktif/pasif) dan zat kasinogenik.

1.2. Tujuan penulisan


1. Tujuan umum
Teridentifikasinya asuhan keperawatan pada seseorang dengan penyakit
Limfoma Non-Hodgkin juga dikenal sebagai kanker kelenjar getah bening, LNH,
atau kadang-kadang ganya limfoma.
2. Tujuan khusus
a) Teridentifikasinya klasifikasi penyakit Limfoma Non-Hodgkin.
b) Teridentifikasinya pencetus penyakit Limfoma Non-Hodgkin.
c) Teridentifikasinya penatalaksanaan medis penyakit Limfoma
NonHodgkin.
d) Teridentifikasinya pengkajian fokus penyakit Limfoma Non-Hodgkin.
e) Teridentifikasinya diagnosa keperawatan penyakit Limfoma NonHodgkin.
f) Teridentifikasinya intervensi keperawatan penyakit Limfoma
NonHodgkin.
g) Teridentifikasinya implementasi keperawatan penyakit Limfoma
NonHodgkin.
h) Teridentifikasinya evaluasi keperawatan penyakit Limfoma NonHodgkin.

1.3. Manfaat penulisan


1. Bagi Institusi Pendidikan
Studi penulisan ini diharapkan dapat bermanfaat untuk pengembangan ilmu
pengetahuan, terapan, khususnya berkaitan dengan asuhan keperawatan pada
klien dengan penderita penyakit Limfoma Non-Hodgkin juga dikenal sebagai
kanker kelenjar getah bening, LNH, atau kadang-kadang ganya limfoma.
2. Bagi Rumah Sakit
Studi penulisan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak pelayanan
rumah sakit agar dapat menerapkan dan melanjutkan inovasi yang telah dilakukan
oleh penulis khususnya dalam melakukan asuhan keperawatan pada penderita
penyakit Limfoma.
3. Bagi Penulis
Studi penulisan ini dapat dipakai sebagai pengalaman belajar dalam
menerapkan ilmu terutama ilmu studi kasus dengan cara melakukan asuhan
keperawatan pada klien penderita penyakit Limfoma.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi
Tubuh manusia penuh dengan jaringan limfatik yang terdiri dari saluran
getah bening dan kelenjar getah bening, di mana limfosit diedarkan ke seluruh
organ dan jaringan dalam tubuh untuk melawan infeksi. Namun, ketika tumor
ganas berkembang pada limfosit, sel-sel getah bening ini akan bermultiplikasi
secara terus menerus dan berkumpul di kelenjar getah bening, membentuk tumor,
dan menyebar ke sumsum tulang, hati, dan organ tubuh lainnya. Bentuk kanker
yang berasal dari sistem limfatik ini disebut sebagai “limfoma”. Limfoma
merupakan kanker pada sistem limfatik. Penyakit ini merupakan kelompok
penyakit heterogen dan bisa diklasifikasikan menjadi dua jenis utama: Limfoma
Hodgkin dan limfoma Non-Hodgkin.
Sebagian besar LH ditemukan pada stadium lanjut yang merupakan salah
satu penyulit dalam terapi kuratif. Penemuan penyakit pada stadium awal
merupakan faktor penting dalam terapi kuratif walaupun tersedia berbagai jenis
terapi, baik kemoterapi ataupun radioterapi. Akhir-akhir ini, angka harapan hidup
penderita LH semakin meningkat bahkan sembuh berkat manajemen penyakit
yang tepat. Tanda dan gejala umum dari LH dapat berupa pembengkakan
limfonodi yang sering kali dirasakan tidak nyeri, demam, berkeringat di malam
hari, penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan dan merasa kekurangan
energi. Tanda dan gejala tersebut bisa dikatakan tidak khas oleha karena sering
kali juga ditemukan pada penyakit lain yang bukan LH.
Limfoma Non-Hodgkin lebih umum terjadi di Hong Kong dan daerah-
daerah tetangganya di Asia. Penyakit ini juga merupakan salah satu dari “10
kanker pembunuh utama” di Hong Kong. Limfoma adalah istilah umum untuk
berbagai tipe kanker darah yang muncul dalam sistem limfatik, sehingga dapat
menyebabkan pembesaran kelenjar getah bening. Karena sistem kekebalan
ditemukan di seluruh tubuh, limfoma dapat dimulai hampir di mana saja.
Limfoma terjadi ketika limfosit berkembang biak secara tidak normal dan
berkumpul di bagian tertentu dari sistem limfatik, seperti kelenjar getah bening,
sumsum tulang dan limpa.
2.2. Etiologi
A. Limfoma Hodgkin
Penyebab pasti dari limfoma Hodgkin (LH) hingga saat ini masih belum
jelas diketahui namun beberapa faktor, seperti paparan infeksi virus, faktor
keluarga dan keadaan imunosupresi diduga memiliki keterkaitan dengan
terjadinya LH.8 Pada 70% atau sepertiga dari kasus LH yang pernah dilaporkan
di seluruh dunia menunjukkan adanya keterlibatan infeksi virus Epstein Barr
(EBV) pada sel Reed-Sternberg. Ekspresi gen dari EBV diduga memicu
terjadinya transformasi dan pemrograman ulang dari sel-B limfosit menuju
salah satu fenotif LH. Pada saat terjadinya infeksi primer, EBV akan masuk
dalam fase laten di dalam memori sel-B limfosit sehingga EBV mampu
bertahan sepanjang masa hidup sel-B limfosit. EBV kemudian mengkode
produk gen EBNA-1 dan LMP-1 yang diduga berperan dalam proses
transformasi memori sel-B lim-fosit. Produk-produk gen ini bekerja pada jalur
sinyal intraseluler di mana EBNA-1 bekerja secara langsung dengan
memberikan umpan negatif pada ek-spresi gen penekan tumor dan
meningkatkan perkembangan tumor melalui umpan positif pada CCL22 yang
kemudian memromosikan aktivasi sel-B limfosit. Pada saat yang bersamaan,
produk gen LMP-1 meniru sinyal yang dihasilkan oleh CD40 yang bekerja
untuk mengaktifkan jalur sinyal NF-kB, p38, PI3K, AP1 dan JAK-STAT dalam
memromosikan kelangsungan hidup sel-B limfosit.
Infeksi EBV juga diduga menjadi penyebab dari terjadinya mutasi genetik
pada gen Ig yang mengkode reseptor sel-B limfosit di mana EBV kemudian
mengkode gen LMP-2 yang mampu memrogram ulang sel-B limfosit matur
menuju salah satu fenotif LH dan mencegah terjadinya proses apoptosis melalui
aktivasi sinyal penyelamatan pada pusat germinal sel-B limfosit. Akibat dari
adanya serangkaian proses tersebut di atas menyebabkan terjadinya ekspansi
klonal yang tidak terkontrol dari sel-B limfosit yang kemudian akan
mensekresikan berbagai sitokin, seperti IL-5 yang akan menarik dan mengakti-
vasi eosinofil dan IL-13 yang dapat menstimulasi sel Reed-Sternberg lebih
lanjut untuk mengekspresikan CD30 (Ki-1) dan CD15 (Leu-M1). CD30
merupakan penanda aktivasi limfosit yang diekspresikan oleh sel-sel jaringan
limfoid yang reaktif dan ganas, sedangkan CD15 merupakan penanda dari
granulosit, monosit dan sel-T limfosit yang teraktivasi yang dalam keadaan
normal tidak diekspresikan oleh sel-B limfosit.Orang dengan riwayat keluarga
pernah menderita LH, terutama saudara kembar dan orang dengan gangguan
sistem imun, seperti penderita HIV/AIDS juga memiliki resiko yang tinggi
untuk menderita LH.
B. Limfoma Non Hodgkin
Etiologi terjadinya sebagian besar LNH sampai saat ini belum diketahui.
Ada beberapa faktor risiko terjadinya LNH yaitu ;
1. Imunodefisiensi, dimana diketahui sekitar 25% kelainan herediter langka
yang berhubungan dengan terjadinya LNH antara lain adalah severe
combined immunodeficiency, hypogamma globulinemia, common
variable immunodeficiency, Wiskott-Aldrich syndrome, dan ataxia-
telangiectasia. Limfoma yang berhubungan dengan kelainan-kelainan
tersebut seringkali dihubungkan pula dengan Epstein-Barr virus (EBV)
dan jenisnya beragam, mulai dari hiperplasia poliklonal sel B hingga
limfoma monoklonal.
2. Agen Infeksius; EBV DNA ditemukan pada 95% limfoma Burkit
endemik, dan lebih jarang ditemukan pada limfoma Burkit sporadik.
Karena tidak pada semua kasus limfoma Burkit ditemukan EBV,
hubungan dan mekanisme EBV terhadap terjadinya limfoma Burkit belum
diketahui. Sebuah hipotesis menyatakan bahwa infeksi awal EBV dan
faktor lingkungan dapat meningkatkan jumlah prekursor yang terinfeksi
EBV dan meningkatkan risiko terjadinya kerusakan genetik. EBV juga
dihubungkan dengan PosttranspIant Lymphoproliferative Disorders
(PTLDs) dan Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) associated
lymphomas. Selain EBV DNA, HTLV-1 juga merupakan agen penyebab
leukimia/limfoma sel T dewasa/ imunodefisiensi (herediter atau didapat)
yang merupakan faktor pencetus untuk terjadinya limfoma sel B. Pada
sindrom defisiensi imun didapat (AIDS) terdapat peningkatan insidensi
limfoma di tempat-tempat yang tidak umum, misalnya di sistem saraf
pusat. Limfoma tersebut biasanya berasal dari sel B dan secara histologi
berderajat tinggi atau sedang. Enteropati yang diinduksi gluten serta
limfadenopati angioimunoblastik merupakan faktor pencetus terjadinya
limfoma sel T, dan beberapa limfoma jaringan limfoid yang terkait
dengan mukosa (mucosa-assosiated lymphoid tissue, MALT) di lambung,
faktor pencetusnya dikaitkan dengan infeksi Helicobacter. Infeksi
hepatitis C juga telah diajukan sebagai faktor risiko terjadinya LNH.
3. Paparan Lingkungan dan Pekerjaan; beberapa pekerjaan yang sering
dihubungkan dengan risiko tinggi adalah peternak serta pekerja hutan dan
pertanian. Hal ini disebabkan adanya paparan herbisida dan pelarut
organik seperti benzen.
4. Diet dan Paparan Lainnya; risiko LNH meningkat pada orang yang
mengkonsumsi makanan tinggi lemak hewani, merokok dan yang terkena
paparan ultraviolet.
5. Transplantasi organ; pada tahun 1980 lesi limfoproliferatif dilaporkan
muncul pada pasien yang menerima terapi immunosupresif kronik setelah
menjalani transplantasi organ padat. Laporan terbaru dari Standford
University mengindikasikan 40% dari seluruh pasien yang bertahan dari
transplantasi jantung berkembang menjadi limfoma maligna.

2.3. Manifestasi
Manifestasi penyakit limfoma dapat bervariasi tergantung pada tipe
limfoma dan seberapa luas penyebarannya. Berikut adalah beberapa gejala umum
yang dapat terjadi pada penderita limfoma:
1. Pembengkakan Kelenjar Getah Bening:Pembengkakan kelenjar getah bening
yang tidak menyakitkan atau nyeri adalah salah satu tanda utama limfoma.
Kelenjar getah bening yang sering membengkak terletak di leher, ketiak, atau
pangkal paha.
2. Demam:Penderita limfoma dapat mengalami demam yang tidak terkait dengan
infeksi lain.
3. Penurunan Berat Badan:Penurunan berat badan yang tidak disengaja dan tanpa
sebab yang jelas dapat terjadi pada beberapa kasus limfoma.
4. Kelelahan:Kelelahan yang berlebihan dan berlangsung lama tanpa alasan yang
jelas dapat menjadi gejala limfoma.
5. Keringat Berlebihan:Keringat berlebihan, terutama pada malam hari, dapat
menjadi tanda limfoma.
6. Gangguan Sistem Limfatik:Limfoma dapat mempengaruhi organ limfatik,
seperti timbulnya gejala terkait organ tertentu, misalnya batuk atau sesak napas
jika melibatkan kelenjar getah bening di mediastinum (ruang di antara paru-
paru).
7. Gejala Kulit:Pada beberapa kasus, limfoma dapat menimbulkan lesi atau
perubahan pada kulit.
Penting untuk diingat bahwa gejala ini dapat bervariasi antara individu dan
bergantung pada jenis limfoma serta sejauh mana penyakit telah menyebar. Jika
Anda atau seseorang yang Anda kenal mengalami gejala tersebut, sebaiknya
segera berkonsultasi dengan profesional medis untuk evaluasi dan
diagnosis yang tepat. Limfoma adalah jenis kanker yang berkembang dalam
sistem limfatik, yang melibatkan kelenjar getah bening, sumsum tulang, dan
limpa. Manifestasi penyakit ini dapat mencakup pembengkakan kelenjar getah
bening, demam, penurunan berat badan, kelelahan, keringat berlebihan, gangguan
sistem limfatik, dan gejala kulit. Pembengkakan kelenjar getah bening yang tidak
menyakitkan, terutama di leher, ketiak, atau pangkal paha, merupakan tanda
utama limfoma. Demam yang tidak terkait dengan infeksi, penurunan berat badan
tanpa sebab yang jelas, serta kelelahan yang berlebihan juga sering muncul
sebagai gejala umum.
Limfoma dapat mempengaruhi organ limfatik dan menyebabkan gejala
terkait organ tertentu, seperti batuk atau sesak napas jika melibatkan kelenjar
getah bening di mediastinum (ruang di antara paru-paru). Gejala kulit, seperti lesi
atau perubahan, juga dapat muncul pada beberapa kasus limfoma. Penting untuk
diingat bahwa gejala limfoma dapat bervariasi tergantung pada tipe limfoma dan
seberapa luas penyebarannya. Jika ada kecurigaan terhadap limfoma berdasarkan
gejala yang dialami, penting untuk segera berkonsultasi dengan profesional medis
untuk evaluasi, diagnosis, dan penanganan yang tepat.

2.4. Klasifikasi
A. limfoma Hodgkin (LH)
Klasifikasi limfoma Hodgkin (LH) yang umum digunakan hingga saat ini
yaitu klasifikasi histologik menurut REAL (Revised American European
Lymphoma) dan WHO (World Health Organization) yang menglasifikasikan LH
ke dalam 5 tipe, yaitu (1) nodular sclerosing, (2) mixed cellularty, (3) lymphocyte
depleted, (4) lymphocyte rich dan (5) nodular lymphocyte predominant. LH tipe
nodular sclerosing, mixed cellularity, lymphocyte depleted dan lymphocyte rich
seringkali dikelompokkan sebagai LH klasik.
1. LH tipe nodular sclerosing
LH tipe nodular sclerosing adalah tipe LH yang paling sering
dijumpai, baik pada penderita pria ataupun wanita, terutama pada para
remaja dan dewasa muda. LH tipe ini memiliki kecenderungan predileksi
pada kelenjar getah bening yang terletak di supraklavikula, servikal dan
mediastinum. Karakteristik histologik dari LH tipe nodular sclerosing
adalah:
a) adanya variasi dari sel Reed Stenberg yaitu sel lakuna yang
merupakan sebuah sel besar yang memiliki sebuah inti multilobus,
anak inti yang kecil dan multipel serta sitoplasma yang melimpah
dan pucat.
b) adanya fibrosis dan sklerosis yang luas dengan pita kolagen yang
membagi jaringan limfoid ke dalam nodul-nodul berbatas dengan
infiltrat seluler yang mengandung limfosit, eosinofil, histiosit dan
sel lacuna.
2. LH tipe mixed cellularity.
LH tipe mixed cellularity adalah tipe LH yang paling sering terjadi
pada anak-anak dan penderita yang berusia lebih dari atau sama dengan
50 tahun serta mencangkup 25% dari keseluruhan kasus LH yang
dilaporkan. Pria lebih dominan untuk menjadi penderita dibandingkan
dengan wanita dan LH tipe ini memiliki kecenderungan predileksi pada
kelenjar getah bening yang terletak di abdomen dan limpa. Karakteristik
histologik dari LH tipe mixed cellularity adalah sel Reed Sternberg yang
berlimpah di dalam infiltrat inflamasi heterogen yang mengandung
limfosit berukuran kecil, eosinofil, sel plasma dan makrofag. LH tipe ini
juga yang paling sering menunjukkan manifestasi sistemik dibandingkan
dengan tipe-tipe lainnya.
3. LH tipe lymphocyte depleted.
LH tipe lymphocyte depleted merupakan tipe LH yang paling jarang
dijumpai dan hanya mencangkup kurang dari 1% dari keseluruhan kasus
LH namun merupakan tipe LH yang paling agresif dibandingkan dengan
tipe LH lainnya. LH tipe ini paling sering terjadi pada penderita dengan
usia yang sudah lanjut dan seringkali dihubungkan dengan infeksi virus
HIV/AIDS. Infiltrat pada LH tipe ini lebih sering tampak difus dan
hiposeluler sedangkan sel Reed Sternberg hadir dalam jumlah yang besar
dan bentuk yang bervariasi. LH tipe lymphocyte depleted dapat dibagi
menjadi subtipe retikuler dengan sel Reed Sternberg yang dominan dan
sedikit limfosit serta subtipe fibrosis difus di mana kelenjar getah bening
digantikan oleh jaringan ikat yang tidak teratur dan dijumpai sedikit sel
limfosit dan sel Reed Sternberg.
4. LH tipe lymphocyte rich
LH tipe lymphocyte rich mencangkup kurang dari 5% dari
keseluruhan kasus LH. Karakteristik histologic dari LH tipe ini adalah
adanya sel Reed Sternberg dengan latar belakang infiltrat sel limfosit serta
sedikit eosinofil dan sel plasma yang dapat berpola difus atau noduler.
5. LH tipe nodular lymphocyte predominant.
LH tipe nodular lymphocyte predominant mencangkup sekitar 5%
dari keseluruhan kasus LH. Karakteristik histologik dari LH tipe ini yaitu
adanya variasi sel Reed Sternberg limfohistiositik (L & H) yang memiliki
inti besar multilobus yang halus dan menyerupai gambaran berondong
jagung (pop-corn). Sel Reed Sternberg L & H biasanya ditemukan di
dalam nodul besar yang sebagian besar dipenuhi oleh sel-B limfosit kecil
yang bercampur dengan makrofag sedangkan sel-sel reaktif lainnya
seperti eosinofil, neutrophil dan sel plasma jarang ditemukan. Varian sel
ini juga biasanya tidak menghasilkan CD30 dan CD15 seperti sel Reed
Sternberg pada umumnya melainkan menghasilkan CD20.

B. limfoma non Hodgkin (LNH)


Secara umum, terdapat 2 klasifikasi NHL, yaitu limfoma sel B dan limfoma
sel T. Diketahui, 80% kasus limfoma adalah limfoma sel B.
Terdapat 4 sub-tipe limfoma sel B, yaitu:
 Follicular Lymphoma, sub-tipe yang berkembang dengan lambat
 Diffuse large B-cell lymphoma, sub-tipe yang berkembang dengan
cepat dan paling umum terjadi pada orang dewasa
 Small lymphocytic lymphoma, sub-tipe yang berkembang dengan
lambat
 Mantle cell lymphoma, tidak umum dan sangat langka dan hingga
sekarang sub-tipe ini belum dapat disembuhkan

Terdapat 3 sub-tipe limfoma sel T, yaitu:

 Peripheral T-cell Lymphoma


 Precursor T-lymphoblastic lymphoma
 Cutaneous T lymphoma
2.5. Gejala,area, pemeriksaan dan pengobatan
Limfoma mungkin tidak selalu menimbulkan gejala pada tahap awal. Namun,
dokter mungkin menemukan gejala limfoma seperti pembesaran kelenjar getah
bening selama pemeriksaan fisik. Kondisi ini mungkin terasa seperti benjolan
kecil dan lunak di bawah kulit.Seseorang mungkin merasakan pembesaran
kelenjar getah bening pada beberapa area tubuh, seperti:
 Leher.
 Dada atas.
 Ketiak.
 Perut.
 Pangkal paha.
Selain itu, pada tahap awal gejala penyakit ini seringkali tidak tersadari oleh
pengidapnya. Hal ini membuat gejala tersebut mudah terabaikan.Gejala awal
yang umum tersebut meliputi:
 Panas dingin.
 Batuk.
 Kelelahan.
 Pembesaran limpa.
 Demam.
 Keringat malam.
 Gatal-gatal.
 Sesak napas.
 Kulit gatal.
 Sakit perut.
 Kehilangan selera makan.
 Penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.
Setelah melakukan pemeriksaan fisik, dokter juga akan melakukan beberapa
pemeriksaan penunjang, seperti:

1. Biopsi
Prosedur pemeriksaan ini adalah mengambil sampel jaringan kelenjar
getah bening yang membengkak, untuk diperiksa di laboratorium.Hasil
pemeriksaan ini bisa menunjukkan keberadaan kanker ini dan jenisnya.
2. Tes darah
Pemeriksaan darah untuk menegakkan diagnosis limfoma adalah:Tes
darah lengkap, untuk mendeteksi penurunan sel darah.Tes kimia darah,
untuk memeriksa fungsi ginjal dan hati.Lactate dehydrogenese (LDH),
untuk memeriksa kadar LDH yang biasanya meningkat pada pengidap
kanker ini
3. Aspirasi sumsum tulang
Prosedur pemeriksaan ini adalah dengan menggunakan jarum untuk
mengambil darah dan sampel jaringan sumsum tulang.Kemudian, petugas
akan mengecek sampel untuk memastikan keberadaan sel kanker.
4. Pemindaian
Prosedur pemeriksaan ini adalah dengan melakukan foto Rontgen, CT
scan, MRI, USG, dan PET scan. Ini bertujuan untuk melihat posisi, ukuran,
dan penyebaran kanker.
Beberapa jenis pengobatan yang dapat dokter lakukan adalah:
1. Obat-obatan
Pengobatan dengan obat-obatan dapat berupa obat kemoterapi, seperti
vincristine atau epirubicin, dan obat imunoterapi, seperti rituximab. Tujuan
obat-obatan ini adalah untuk membunuh sel limfoma.
2. Radioterapi
Prosedur radioterapi biasanya adalah dengan menggunakan radiasi sinar
khusus untuk membunuh sel kanker.
3. Transplantasi sumsum tulang belakang
Prosedur ini dokter lakukan jika kanker ini sudah menyebar di sumsum
tulang. Dokter akan mengganti jaringan sumsum tulang yang rusak, dengan
jaringan sumsum tulang yang sehat.

2.6. Asuhan keperawatan


1. Pengkajian keperawatan
pengkajian adalah langkah pertama yang paling dalam proses
keperawatan. Jika langkah ini tidak di tangani dengan baik, perawat akan
kehilangan kontrol atas langkah-langkah selanjutnya dari proses
keperawatan. Tanpa pengkajian keperawatan yang tepat, tidak ada diagnosa
keperawatan, dan tanpa diagnosa keperawatan, tidak ada tindakan
keperawatan mandiri. Untuk itu, diperlukan kecermatan dan ketelitian
dalam menangani masalah-masalah pasien sehingga dapat menentukan
tindakan keperawatan yang tepat. Keberhasilan proses keperawatan sangat
tergantung pada tahap ini. Pengkajian meliputi :
1. Identitas pasien Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama,
suku, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, nomor register, tanggal
masuk rumah sakit, dan diagnosa medis.
2. Keluhan utama Menurut M. Asikin (2018) pada umunya keluhan utama
pada pasien dengan fraktur biasanya adalah nyeri. Nyeri tersebut bisa
nyeri akut atau kronik tergantung lamanya serangan. Untuk memperoleh
pengkajian yang lengkap tentang rasa nyeri dapat digunakan :
a. Provoking incident : apakah ada peristiwa yang menjadi factor
pencetus nyeri. Faktor yang memperberat dan mengurangi nyeri.
b. Quality of pain : seperti apa nyeri yang dirasakan atau digambarkan
pasien. Apakah seperti terbakar, berdenyut, tajam,atau menusuk.
c. Region, radiation, relief : dimana lokasi nyeri harus ditunjukan dengan
tepat oleh pasien. Apakah rasa sakit bisa reda, menjalar,dan dimana
rasa sakit terjadi.
d. Severity (scale) of pain : seberapa hebat rasa nyeri yang dirasakan
pasien. Dapat berdasarkan skala nyeri dan pasien menerangkan
seberapa hebat rasa nyeri yang dirasakan.
e. Time : berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah sakit
pada siang hari atau malam hari.
3. Riwayat penyakit sekarang Pengumpulan data yang dilakukan untuk
menentukan penyebab kanker LNH yang nantinya dapat membantu
dalam membuat rencana tindakan terhadap pasien. Data ini dapat berupa
kronologi terjadinya penyakit tersebut, sehingga dapat ditentukan
seberapa besar atau parah penyebaran LNH diseluruh tubuh.
4. Riwayat penyakit dahulu Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan
penyebab kanker dan memberikan petunjuk untuk selalu memeriksakan
kelanjutan pada kanker. Karena jika tidak segera diperiksakan akan
membuat penyebaran kanker semakin luas dan parah.
5. Riwayat Kesehatan
a. Mengumpulkan data mengenai pasien dan menelaah masalah
kesehatan dimasa lampaudan sekarang misalnya data biografi,
keluhan utama (meliputi informasi khusus mengenai gejala),
pengobatan saat ini, riwayat medis, pribadi dan keluarga, riwayat
psikologis dan status fungsional.
b. Data subjektif : informasi yang hanya dapat dipastikan oleh
pasien sendiri, seperti keluhan pasien.
c. Membentuk dasar perencanaan perawatan dan pendekatan terapi
holistik.

6. Riwayat penyakit keluarga Penyakit keluarga yang berhubungan dengan


penyakit kanker merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya
kanker, misalnya kanker tiroid, amandel dan kanker getah bening.

7. Pemeriksaan fisik

1) Keadaan umum : dikaji GCS pasien


2) Sistem integumen : kaji ada tidaknya eritema, bengkak, edema,
dan nyeri tekan
3) Kepala : kaji bentuk kepala, apakah terdapat benjolan, apakah
ada nyeri kepala
4) Leher : kaji ada tidaknya pembesaran kelenjar teroid dan reflek
menelan
5) Muka : kaji ekspresi wajah pasien, ada tidaknya perubahan fungsi
maupun bentuk. Ada tidak lesi dan edema
6) Mata : kaji konjungtiva anemis atau tidak (karena tidak terjadi
perdarahan)
7) Telinga : kaji ada tidaknya lesi, nyeri tekan, dan penggunaan alat
bantu pendengaran.
8) Hidung : kajiada tidaknya deformitas dan pernapasan cuping
hidung
9) Mulut dan faring : kaji ada tidaknya pembesaran tonsil,
perdarahan gusi, kaji mukosa bibir pucat atau tidak

8. IPPA Pada Paru-paru, Jantung, dan Abdomen

Inspeksi

a) Inspeksi setiap sistem tubuh dengan menggunakan penglihatan,


penciuman dan pendengaran untuk mengobsevasi kondisi normal
dan penyimpangan.
b) Perhatikan warna, ukuran, lokasi, pergerakan, tekstur, kesimetrisan,
bau, dan bunyi ketika anda memeriksa setiap bagian tubuh.
c) Gunakan inspeksi untuk membantu menentukan status mental, sifat
kepribadian dan sikap dengan memperhatikan penampilan dan
respon perilaku terhadap pertanyaan dan pemeriksaan fisik.

9. Palpasi

a) Palpasi memerlukan sentuhan perawat terhadap pasien dengan


bagian-bagian yang berbeda dari tangan perawat menggunakan
berbagai derajat penekanan.
b) Kuku perawat harus pendek dan tangan perawat harus hangat.
c) Pakai sarung tangan ketika melakukan palpasi membaran mukosa
atau area yang terkontaminasi dengan cairan tubuh.
d) Palpasi daerah yang nyeri dilakukan trakhir.
Palpasi ringan
a). Tekan kulit 1,5 - 20 cm dengan bantalan jari tangan andan,
sentuhan seringan mungkin.
b). Periksalah tekstur, nyeri tekan, suhu, kelembaban, elastisitas,
pulsasi, organ superfisial dan masa.

Palpasi dalam
a) Palpasi kulit 3,5 - 5,0 cm dengan penekanan dalam yang kuat.
Gunakan satu tangan diatas tangan lainnya untuk menghasilkan
tekanan yang lebih kuat, bila diperlukan.
b) Gunakan teknik ini untuk meraba organ dalam dan masa untuk
menentukan ukuran, bentuk, nyeri tekan, kesimetrisan, dan
mobilitas.

10. Perkusi

a) Perkusi adalah mengetukkan jari atau tangan anda secara cepat dan
tegas terhadap bagian-bagian tubuh pasien untuk membantu anda
menentukan batas organ : mengidentifikasi bentuk, ukuran, dan
posisi organ ; serta menentukan apakah suatu organ bersifat padat
atau terisi oleh cairan atau gas.
b) Perkusi juga melibatkan penggunaan telinga yang terlatih untuh
mendeteksi variasi ringan dari bunyi. Organ dan jaringan
menghasilkan bunyi dengan kekerasan, ketinggian nada, dan
durasinya berbeda-beda.

Perkusi langsung

a) Ketuk secara langsung bagian tubuh dengan menggunakan satu


atau dua jari.
b) Mintalah pasien untuk mengatakan pada anda bagian mana yang
sakit, dan perhatikan tanda dari pasien yang menunjukkan
ketidaknyamanan.
Perkusi tidak langsung

a) Tekan bagian tubuh dengan bagian distal jari tengah anda yang
tidak dominal.
b) Jauhkan bagian tangan lainnya dari permukaan tubuh.
c) Fleksikan pergelangan tangan anda yang dominan dan
pergunakan jari tengah untuk mengetuk secara cepat dan
langsung pada titik dimana jari tengah anda yang lainnya
menyentuh kulit pasien.

11. Auskultasi

Untuk mengetahui apakah ada kelainan pada paru-paru, jantung, dan


abdomen akibat dari penyebaran penyakit limfoma.

 Pada Paru-paru
 Pada Jantung
 Pada Abdomen
 Ekstremitas
Atas : kaji kekuatan otot, rom kanan dan kiri, capillary refile,
dan perubahan bentuk tulang
Bawah : kaji kekuatan otot, rom kanan dan kiri, capillary refile,
dan perubahan bentuk tulang.

12. Pengukuran nadi

a. Nadi mencerminkan jumlah darah yang dipompa keluar pada setiap


denyut jantung.

b. Jumlah denyut nadi orang dewasa normal adalah antara 60-100


denyut/menit.

c. Palpasi salah satu dari titik pulsasi arteri pasien (biasanya arteri
radialis) dengan menggunakan bantalan jari telunjuk dan jari
tengah tangan anda.

d. Hitung jumlah denyut nadi selama 1 menit (normal atau abnormal).


e. Periksalah iramanya (teratur atau tidak teratur).

f. Periksalah amplitudo nadi dengan menggunakan skala numerik :

0 = Tidak ada denyut

+1 = Denyut lemah atau halus

+2 = Denyut normal

+3 = Denyut melompat

13. Pengukuran tekanan darah

14. Intensitas Nyeri

Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri


dirasakan oleh individu, pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan
individual dan kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan
sangat berbeda oleh dua orang yang berbeda. Pengukuran nyeri dengan
pendekatan objektif yang paling mungkin adalah menggunakan respon
fisiologik tubuh terhadap nyeri itu sendiri. Namun, pengukuran dengan
tehnik ini juga tidak dapat memberikan gambaran pasti tentang nyeri itu
sendiri.

2. Diagnosis Keperawatan
Sebagai masalah keperawatan yang muncul pada pasien yang
mengalami pembengkakan pada kelenjar getah bening antara lain:
(Sumber : Buku SDKI, SIKI, dan SLKI 2017).
3. Rencana Keperawatan
4. Implementasi
Menurut Wartono, (2015). Implementasi merupakan tanda yang
sudah direncanakan dalam rencana perawat. Tindakan keperawatan
mencapai tindakan mandiri (independen) dan tindakan kolaborasi hal-hal
yang harus dilakukan sebelum melakukan implementasi
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir proses perawatan yang digunakan
sebagai alat ukur keberhasilan suatu asuhan perawatan yang telah dibuat.
Evaluasi ini berguna untuk menilai setiap langkah dalam perencanaan,
mengukur kemajuan klien dalam mencapai tujuan akhir.

Evaluasi terdiri dari : evaluasi proses dilakukan pada seiap akhir


melakukan tindakan perawatan, evaluasi hasil memberikan arah apakah
rencana tindakan dihentikan atau dimodifikasi atau dilanjutkan.

Evaluasi hasil dicatat dan dapat dilihat pada catatan perkembangan


yang meliputi subjektif, objektif, analisa dan plening. Evaluasi akhir
menggambarkan apakah tujuan tercapai, tercapai sebagian atau tidak sesuai
dengan rencana atau timbul masalah baru

BAB III

METODE KEGIATAN

3.1. Metode
Di dalam penulisan karya ilmiah menggunakan dua metode penelitian,
yaitu metode penelitian kualitatif dan metode penelitian kuantitatif. Data
pengembangan media ini berupa data kualitatif yang digunakan untuk mengetahui
kualitas media pembelajaran Agar langkah-langkah yang diambil penulis dalam
penelitian ini tidak melenceng dari pokok pembahasan dan lebih mudah
dipahami, maka urutan Langkah langkah akan dibuat secara sistematis sehingga
dapat dijadikan pedoman yang jelas dan mudah untuk menyelesaikan
permasalahan yang ada. Urutan Langkah langkah yang akan dibuat pada
penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.1. berikut:

Gambar 3.1. Metode Penelitian


Pada Gambar 3.1 terdapat tahapan dalam melakukan penelitian ini, yaitu :
penelitian pendahuluan, pengumpulan data, analisis, perancangan, implementasi
dan pengujian.

3.2. Media

Teknik pengambilan data diperoleh dari ahli media dan ahli materi yang
dilakukan melalui observasi dan wawancara sehingga mendapatkan masukan dan
saran yang dapat digunakan sebagai landasan dalam melakukan perbaikan
terhadap media pembelajaran yang telah dibuat. Data berupa data kualitatif dan
kuantitatif untuk mengatahui data kualitas media pembelajaran dengan kategori
sangat baik, baik, cukup, kurang dan sangat kurang ,Data pengembangan media
pembelajaran dari ahli materi, ahli media, dan guru akan dikumpulkan dan
diambil kesimpulan untuk digunakan sebagai landasan perbaikan terhadap setiap
komponen media pembelajaran yang telah dibuat..

3.3. Susunan kegiatan

Tahap penyusunan kegiatan merupakan tahap-tahap yang paling penting


dalam pengembangan sebuah system atau dalam sebuah penelitian, karena pada
tahap inilah nantinya dilakukan evaluasi, identifikasi terhadap masalah yang ada,
rancangan sistem dan langkah-langkah yang dibutuhkan untuk perancangan yang
diinginkan sampai pada analisis yang diharapkan. Masalah yang dibahas dalam
penelitian ini adalah mengenai penyakit limfoma. Beberapa jenis penyakit
limfoma yaitu terdapat dua jenis penyakit limfoma yaitu penyakit Limfoma
Hodkin (LH), Limfoma non Hodkin (LHN).
BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Dapat diambil kesimpulan bahwa Pembengkakan kelenjar getah bening
merupakan gejala umum limfoma. Walaupun demikian, infeksi daerah kepala dan
leher (misalnya tonsilitis), TBC paru-paru atau tumor ganas yang menyebar dari
tempat lainnya juga bisa menyebabkan pembengkakan kelenjar getah bening di
daerah leher dan menyulitkan proses diagnosis yang dilakukan Selain
pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan secara menyeluruh, pemeriksaan yang
dilakukan dengan biopsi kelenjar getah bening merupakan satu-satunya cara
untuk menentukan apakah pembengkakan tersebut bersifat jinak atau ganas
Pengobatan untuk limfoma mencakup kemoterapi, imunoterapi,
radioimunoterapi, atau radioterapi. Dokter akan menentukan rencana pengobatan
yang tepat untuk pasien, sesuai dengan kondisi kesehatan umum mereka, subtipe
limfoma, dan stadium limfoma.
4.2. Saran
Penting untuk melakukan penelitian analitik lebih lanjut guna mengetahui
keterkaitan antara variabel-variabel secara lebih spesifik. Penambahan variabel
pada penelitian selanjutnya terkait pekerjaan pasien, etnis, alamat, serta gaya
hidup juga penting untuk dilakukan. Kemoterapi merupakan tindakan pengobatan
yang banyak digunakan untuk mengobati limfoma. Obat anti-kanker diberikan
baik secara oral maupun secara intravena untuk membunuh sel-sel kanker Selain
radioterapi tradisional dan kemoterapi, "imunoterapi" telah menjadi salah satu
alternatif pengobatan penting untuk mengatasi limfoma.

DAFTAR PUSTAKA

https://digilib.esaunggul.ac.id/public/UEU-Master-12210-BAB%20I.Image.Marked.pdf

https://www21.ha.org.hk/smartpatient/EM/MediaLibraries/EM/EMMedia/Lymphoma-
Indonesian-201801.pdf?ext=.pdf

http://scholar.unand.ac.id/41572/5/TESIS%20FULL-converted.pdf

https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/
c52b9761d6e8ade70f0502c2708381b5.pdf

https://iccc.id/limfoma-non-hodgkin

https://www.halodoc.com/kesehatan/limfoma

https://eprints.ukh.ac.id/id/eprint/987/1/ASUHAN%20KEPERAWATAN%20PADA
%20PASIEN%20LIMFOMA%20NON%20HODGKIN%20POST%20OPERASI
%20DENGAN%20PEMENUHAN%20KEBUTUHAN%20RASA%20AMAN%20DAN
%20NYAMAN

https://media.neliti.com/media/publications/317062-sistem-pakar-diagnosa-penyakit-
limfoma-d-241c201d.pdf

https://eprints.uny.ac.id/49145/3/BAB%20III.pdf

Anda mungkin juga menyukai