Anda di halaman 1dari 23

“LIMFOMA”

Disusun oleh:

Nama :

Kelas :
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang berjudul
“LIMFOMA ”. Dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan dan saran dari
pihak-pihak lain, untuk itu secara umum saya mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah memberikan masukan dalam pengoreksian dan tuntunan pembuatan
makalah ini.
Saya menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna, karena itu saya sangat
membutuhkan kritik dan saran yang membangun demi penyempurnaan makalah ini ke
depan agar menjadi bekal pengetahuan khususnya tentang pemberian asuhan keperawatan
pada pasien/klien penderita Limfoma

Demikian sepatah kata yang dapat saya ucapkan. Terima kasih.

Ambon, November 2019


DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ................................................................................ i


KATA PENGANTAR .............................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................. iii
BAB IPENDAHULUAN .......................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan ................................................................. 2
D. Manfaat Penulisan ................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................... 3
A.Konsep Medik Dari Limfoma .................................................... 3
A.I. Pengertiandan Klasifikasi Limfoma ............................ 3
A.II. EpidemiologiLimfoma ................................................ 4
A.III. Etiologi Limfoma ......................................................... 5
A.IV. Stadium Limfoma ........................................................ 5
A.V. Tanda dan Gejala Limfoma ......................................... 6
A.VI. Patofisiologi dan Patogenesis Limfoma....................... 6
A.VII. Pemeriksaan PenunjangLimfoma ................................ 8
A.VIII. Penatalaksanaan Limfoma ........................................... 8
B. Konsep Keperawatan Dari Limfoma .......................................... 10
B.I. Pengkajian .................................................................... 10
B.II. Diagnosa Keperawatan ............................................... 14
B.III. Perencanaan, Intervensidan Evaluasi .......................... 15
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN .................................................. 19
A. Kesimpulan ............................................................................... 19
B. Saran ........................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring perkembangan era yang semakin maju dimana perkembangan tersebut
mencakup seluruh aspek manusia, secara otomatis terjadi pergeseran pola
keoendudukan terutama pola penyakit di masyarakat. Semula penyakit terbanyak
yang ditemukan adalah penyakit infeksi baik infeksi saluran nafas maupun gastro
intestinal kepada penyakit-penyakit degeneratif seperti penyakit jantung dan
pembuluh darah, penyakit kanker dan lain sebagainya.
Penyakit lymfoma non hodgkin adalah salah satu penyakit yang tergolong dalam
kasus interne/kasus penyakit dalam pada penyakit ini terjadi proliferasi abnormal
sistem lymfoid dan struktur yang membentuknya terutama menyerang kelenjar getah
bening. LNH belum diketahui secara pasti penyebabnya oleh karena itu penelitian
terus dilakukan untuk mengembangkan kasus ini.
Berbagai permasalahan dapat timbul karena kasus ini yang mana permsalahan
tersebut dapat menyangkut seluruh aspek kehidupan dari manusia baik secara fisik,
psikis, sosial maupun spiritual, secara fisik dapat menimbulkan tergangguanya pola
nafas karena ada penekanan atau kesulitan dalam menelan makana sehingga
mengakibatkan kurangbnya asupan nutrisi. Secara psikis penyakit ini dapat
menimbulkan gangguan konsep diri terutama mengenai body image, ataupun bahkan
bisa mengakibatkan perilaku menarik diri, secara sosial bi sa mengakibatkan
kerusakan interaksi sosial karena perilaku menarik diri atau kurang percaya diri dan
secara spiritual bisa menyalahkan Tuhan atas penyakit yang diberikan atau mungkin
sebaliknya justru lebih tekun beribadah karena ingin cepat sembuh.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam
makalah ini adalah :
1. Bagaimana klasifikasi dari penyakit Limfoma ?
2. Bagaimana kasus epidemiologi dari Limfoma ?
3. Apa etiologi dari penyakit Limfoma ?
4. Bagaimana stadium dari penyakit Limfoma ?
5. Bagaimana tanda dan gejala dari penyakitLimfoma?
6. Bagaimana perjalanan patofisiologi dari Limfoma?
7. Bagaimana cara-cara pemeriksaan diagnostik dan laboratorium dari penyakit
Limfoma?
8. Bagaimana tindakan penatalaksanaan pada pasien penderita Limfoma?
9. Bagaimana proses pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien pederita
Limfoma?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui klasifikasi dari penyakit Limfoma
2. Untuk mengetahui kasus epdidemiologidari limfoma ?
3. Untuk mengetahui etiologi dari penyakitLimfoma
4. Untuk mengetahui stadium dari penyakit Limfoma ?
5. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari penyakitLimfoma
6. Untuk mengetahui perjalanan patofisiologi dariLimfoma
7. Untuk mengetahui cara-cara pemeriksaan diagnostik dan laboratorium dari
penyakitLimfoma
8. Untuk mengetahui tindakan penatalaksanaan pada pasien penderita
penyakitLimfoma
9. Untuk mengetahui proses pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien
pederitaLimfoma
D. Manfaat Penulisan
- Manfaat bagi Tim Penulis
Dapat menambah pengetahuan dan pengalaman dalam membuat karya ilmiah dan
menambah wawasan khususnya tentang penyakit Limfoma dan ruang lingkupnya
- Manfaat bagi pembaca
Menjadi bahan masukan dalam menambah khazanah ilmu pengetahuan terutama
mengenai konsep tentang Limfomadan ruang lingkupnya dalam bidang kesehatan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Medik Dari Limfoma
A.I. Pengertian dan Klasifikasi Limfoma
Limfoma (kanker kelenjar getah bening) merupakan bentuk keganasan dari
sistem limfatik yaitu sel-sel limforetikular seperti sel B, sel T dan histiosit
sehingga muncul istilah limfoma malignum (maligna = ganas). Dalam kondisi
normal, sel limfosit merupakan salah satu sistem pertahanan tubuh. Sementara
sel limfosit yang tidak normal (limfoma) bisa berkumpul di kelenjar getah
bening dan menyebabkan pembengkakan. Sel limfosit ternyata tak cuma beredar
di dalam pembuluh limfe, sel ini juga beredar ke seluruh tubuh di dalam
pembuluh darah karena itulah limfoma bisa juga timbul di luar kelenjar getah
bening. Dalam hal ini, yang tersering adalah di limpa dan sumsum tulang. Selain
itu, bisa juga timbul di organ lain seperti perut, hati, dan otak.
Pengertian tentang limfoma maligna antara lain menurut Danielle, (1999)
bahwa limfoma adalah malignansi yang timbul dari sistem limfatik. Pengertian
lain tentang limfoma maligna menurut Susan Martin Tucker, (1998) adalah
suatu kelompok neoplasma yang berasal dari jaringan limfoid. Sedangkan
menurut Suzanne C. Smeltzer, ( 2001), mengemukakan bahwa limfoma maligna
adalah keganasan sel yang berasal dari sel limfoid. Pengertian lain tentang
limfoma maligna menurut Doenges, (1999) adalah kanker kelenjar limfoid.
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa limfoma maligna
adalah suatu jaringan tumor padat yang berasal dari sel limfoid dan bersifat
ganas.
Berdasarkan gambaran histopatologisnya, limfoma dibedakan menjadi dua
jenis, yaitu :
a. Limfoma Hodgkin (LH)
Limfoma jenis ini memiliki dua tipe. yaitu tipe klasik dan tipe nodular
predominan limfosit, di mana limfoma hodgkin tipe klasik memiliki empat
subtipe menurut Rye, antara lain : Nodular Sclerosis, Lymphocyte
Predominance, Lymphocyte Depletion, Mixed Cellularity
b. Limfoma Non-Hodgkin (LNH)
Formulasi Kerja (Working Formulation) membagi limfoma non-hodgkin
menjadi tiga kelompok utama, antara lain :
- Limfoma Derajat Rendah
Kelompok ini meliputi tiga tumor, yaitu limfoma limfositik kecil,
limfoma folikuler dengan sel belah kecil, dan limfoma folikuler
campuran sel belah besar dan kecil
- Limfoma Derajat Menengah
Ada empat tumor dalam kategori ini, yaitu limfoma folikuler sel besar,
limfoma difus sel belah kecil, limfoma difus campuran sel besar dan
kecil, dan limfoma difus sel besar
- Limfoma Derajat Tinggi
Terdapat tiga tumor dalam kelompok ini, yaitu limfoma imunoblastik sel
besar, limfoma limfoblastik, dan limfoma sel tidak belah kecil.
Perbedaan antara LH dengan LNH ditandai dengan adanya sel Reed-
Sternberg yang bercampur dengan infiltrat sel radang yang bervariasi. Sel Reed-
Sternberg adalah suatu sel besar berdiameter 15-45 mm, sering berinti ganda
(binucleated), berlobus dua (bilobed), atau berinti banyak (multinucleated)
dengan sitoplasma amfofilik yang sangat banyak. Tampak jelas di dalam inti sel
adanya anak inti yang besar seperti inklusi dan seperti “Mata burung hantu”
(owl-eyes), yang biasanya dikelilingi suatu halo yang bening.

Gambar 1. Gambaran histopatologis (a) Limfoma Hodgkin dengan


Sel Reed Sternberg dan (b) Limfoma Non Hodgkin
A.II. Epidemiologi Limfoma
Pada tahun 2002, tercatat 62.000 kasus LH di seluruh dunia. Di negara-
negara berkembang ada dua tipe limfoma hodgkin yang paling sering terjadi,
yaitu mixed cellularity dan limphocyte depletion, sedangkan di negara-negara
yang sudah maju lebih banyak limfoma hodgkin tipe nodular sclerosis.
Limfoma hodgkin lebih sering terjadi pada pria daripada wanita, dengan
distribusi usia antara 15-34 tahun dan di atas 55 tahun.
Berbeda dengan LH, LNH lima kali lipat lebih sering terjadi dan
menempati urutan ke-7 dari seluruh kasus penyakit kanker di seluruh dunia.
Secara keseluruhan, LNH sedikit lebih banyak terjadi pada pria daripada wanita.
Rata-rata untuk semua tipe LNH terjadi pada usia di atas 50 tahun.
Di Indonesia sendiri, LNH bersama-sama dengan LH dan leukemia
menduduki urutan ke-6 tersering. Sampai saat ini belum diketahui sepenuhnya
mengapa angka kejadian penyakit ini terus meningkat. Adanya hubungan yang
erat antara penyakit AIDS dan penyakit ini memperkuat dugaan adanya
hubungan antara kejadian limfoma dengan kejadian infeksi sebelumnya.
A.III. Etiologi Limfoma
Penyebab dari penyakit limfoma maligna masih belum diketahui dengan
pasti. Ada 4 kemungkinan penyebabnya, yaitu : faktor keturunan, kelainan
sistem kekebalan, infeksi virus (HIV) atau bakteria (Helicobacter Pilori), virus
human T-cell leukemia/lymphoma (HTLV), Epstein-Barr virus (EBV), dan
toksin lingkungan (herbisida, pengawet dan pewarna kimia).
Dari keempat faktor diatas, terdapat faktor predisposisi yang memicu
munculnya limfoma pada seseorang, yaitu sebagai berikut :
1. Usia. Penyakit limfoma maligna banyak ditemukan pada usia dewasa muda
yaitu antara 18 – 35 tahun dan pada orang diatas 50 tahun
2. Jenis kelamin. Penyakit limfoma maligna lebih banyak diderita oleh pria
dibandingkan wanita
3. Gaya hidup yang tidak sehat. Risiko Limfoma Maligna meningkat pada
orang yang mengkonsumsi makanan tinggi lemak hewani, merokok, dan
yang terkena paparan UV
4. Pekerjaan. Beberapa pekerjaan yang sering dihubugkan dengan resiko tinggi
terkena limfoma maligna adalah peternak serta pekerja hutan dan pertanian.
Hal ini disebabkan adanya paparan herbisida dan pelarut organik.
A.IV. Stadium Limfoma
Penyebaran Limfoma dapat dikelompokkan dalam 4 stadium. Stadium I dan II
sering dikelompokkan bersama sebagai stadium awal penyakit, sementara
stadium III dan IV dikelompokkan bersama sebagai stadium lanjut.
1. Stadium I : Penyebaran Limfoma hanya terdapat pada satu kelompok
yaitu kelenjar getah bening
2. Stadium II : Penyebaran Limfoma menyerang dua atau lebih kelompok
kelenjar getah bening, tetapi hanya pada satu sisi diafragma,
serta pada seluruh dada atau perut
3. Stadium III : Penyebaran Limfoma menyerang dua atau lebih kelompok
kelenjar getah bening, serta pada dada dan perut
4. Stadium IV : Penyebaran Limfoma selain pada kelenjar getah bening
setidaknya pada satu organ lain juga seperti sumsum tulang,
hati, paru-paru, atau otak
A.V. Tanda dan Gejala Limfoma
Tanda dan gejala dari limfoma dapat dibedakan berdasarkan klasifikasi
dari limfoma. Adapun tanda dan gejala dapat dilihat pada table. 1.1 berikut.
Pemeriksaan Limfoma Hodgkin Limfoma Non-Hodgkin
 Asimtomatik limfadenopati  Asimtomatik
 Gejala sistemik (demam limfadenopati
intermitten, keringat malam, BB  Gejala sistemik
turun) (demam intermitten,
 Nyeri dada, batuk, napas pendek keringat malam, berat
Anamnesis  Pruritus badan turun)
 Nyeri tulang atau nyeri  Mudah lelah
punggung  Gejala obstruksi GI
(Gatrointestinal) tract
dan Urinary tract
 Teraba pembesaran limonodi  Melibatkan banyak
pada satu kelompok kelenjar kelenjar perifer
(cervix, axilla, inguinal)  Cincin Waldeyer dan
 Cincin Waldeyer dan kelenjar kelenjar mesenteric
mesenteric jarang terkena sering terkena
 Hepatomegali dan Splenomegali  Hepatomegali dan
 Sindrom Vena Cava Superior Splenomegali
 Gejala susunan saraf pusat  Massa di abdomen
(degenerasi serebral dan dan testis
neuropati)
Tabel 1.1 Tanda dan gejala Limfoma
A.VI. Patofisiologi dan Patogenesis Limfoma
Ada empat kelompok gen yang menjadi sasaran kerusakan genetik pada sel-sel
tubuh manusia, termasuk sel-sel limfoid, yang dapat menginduksi terjadinya keganasan.
Gen-gen tersebut adalah proto-onkogen, gen supresor tumor, gen yang mengatur
apoptosis, gen yang berperan dalam perbaikan DNA.
Proto-onkogen merupakan gen seluler normal yang mempengaruhi pertumbuhan
dan diferensiasi, gen ini dapat bermutai menjadi onkogen yang produknya dapat
menyebabkan transformasi neoplastik, sedangkan gen supresor tumor adalah gen yang
dapat menekan proliferasi sel (antionkogen). Normalnya, kedua gen ini bekerja secara
sinergis sehingga proses terjadinya keganasan dapat dicegah. Namun, jika terjadi
aktivasi proto-onkogen menjadi onkogen serta terjadi inaktivasi gen supresor tumor,
maka suatu sel akan terus melakukan proliferasi tanpa henti.
Gen lain yang berperan dalam terjadinya kanker yaitu gen yang mengatur
apoptosis dan gen yang mengatur perbaikan DNA jika terjadi kerusakan. Gen yang
mengatur apoptosis membuat suatu sel mengalami kematian yang terprogram, sehingga
sel tidak dapat melakukan fungsinya lagi termasuk fungsi regenerasi. Jika gen ini
mengalami inaktivasi, maka sel-sel yang sudah tua dan seharusnya sudah mati menjadi
tetap hidup dan tetap bisa melaksanakan fungsi regenerasinya, sehingga proliferasi sel
menjadi berlebihan. Selain itu, gagalnya gen yang mengatur perbaikan DNA dalam
memperbaiki kerusakan DNA akan menginduksi terjadinya mutasi sel normal menjadi
sel kanker.

Bagan 1. Bagan patogenesisLimfoma


A.VII. Pemeriksaan Penunjang Limfoma
Untuk mendeteksi limfoma harus dilakukan biopsi dari kelenjar getah
bening yang terkena, untuk menemukan adanya sel Reed-Sternberg. Untuk
mendeteksi Limfoma memerlukan pemeriksaan seperti sinar-X, CT scan, PET
scan, biopsi sumsum tulang dan pemeriksaan darah. Biopsi atau penentuan
stadium adalah cara mendapatkan contoh jaringan untuk membantu dokter
mendiagnosis Limfoma.
Ada beberapa jenis biopsy untuk mendeteksi limfoma maligna, yaitu
sebagai beikut :
1. Biopsi kelenjar getah bening, jaringan diambil dari kelenjar getah bening
yang membesar
2. Biopsi aspirasi jarum-halus, jaringan diambil dari kelenjar getah bening
dengan jarum suntik. Ini kadang-kadang dilakukan untuk memantau respon
terhadap pengobatan
3. Biopsi sumsum tulang di mana sumsum tulang diambil dari tulang panggul
untuk melihat apakah Limfoma telah melibatkan sumsum tulang
A.VIII. Penatalaksanaan Limfoma
Untuk terapi bronchitis disesuaikan dengan penyebab, karena bronkitis
biasanya disebabkan oleh virus maka belum ada obat kausal. Obat yang sehari,
chloral hidrat 30 mg/Kg BB sebagai sedatif.
Penatalaksanaan limfoma maligna dapat dilakukan melalui berbagai cara,
yaitu sebagai berikut :
a. Pembedahan
Tata laksana dengan pembedahan atau operasi memiliki peranan yang
terbatas dalam pengobatan limfoma. Untuk beberapa jenis limfoma, seperti
limfoma gaster yang terbatas pada bagian perut saja atau jika ada resiko
perforasi, obstruksi, dan perdarahan masif, pembedahan masih menjadi
pilihan utama. Namun, sejauh ini pembedahan hanya dilakukan untuk
mendukung proses penegakan diagnosis melalui surgical biopsy
b. Radioterapi
Radioterapi memiliki peranan yang sangat penting dalam pengobatan
limfoma, terutama limfoma hodgkin di mana penyebaran penyakit ini lebih
sulit untuk diprediksi. Beberapa jenis radioterapi yang tersedia telah banyak
digunakan untuk mengobati limfoma hodgkin seperti radioimunoterapi dan
radioisotope. Radioimunoterapi menggunakan antibodi monoclonal seperti
CD20 dan CD22 untuk melawan antigen spesifik dari limfoma secara
langsung, sedangkan radioisotope menggunakan Iodine atau Ytrium untuk
iradiasi sel-sel tumor secara selektif. Teknik radiasi yang digunakan
didasarkan pada stadium limfoma itu sendiri, yaitu:Untuk stadium I dan II
secara mantel radikal, Untuk stadium III A/B secara total nodal radioterapi,
Untuk stadium III B secara subtotal body irradiation, Untuk stadium IV
secara total body irradiation

Gambar 2. Berbagai macam teknik radiasi


c. Kemoterapi
Merupakan teknik pengobatan keganasan yang telah lama digunakan dan
banyak obat-obatan kemoterapi telah menunjukkan efeknya terhadap
limfoma
d. Imunoterapi
Bahan yang digunakan dalam terapi ini adalah Interferon-α, di mana
interferon-α berperan untuk menstimulasi sistem imun yang menurun akibat
pemberian kemoterapi
e. Transplantasi sumsum tulang
Transplasntasi sumsum tulang merupakan terapi pilihan apabila limfoma
tidak membaik dengan pengobatan konvensional atau jika pasien mengalami
pajanan ulang (relaps). Ada dua cara dalam melakukan transplantasi
sumsum tulang, yaitu secara alogenik dan secara autologus. Transplantasi
secara alogenik membutuhkan donor sumsum yang sesuai dengan sumsum
penderita. Donor tersebut bisa berasal dari saudara kembar, saudara
kandung, atau siapapun asalkan sumsum tulangnya sesuai dengan sumsum
tulang penderita. Sedangkan transplantasi secara autologus, donor sumsum
tulang berasal dari sumsum tulang penderita yang masih bagus diambil
kemudian dibersihkan dan dibekukan untuk selanjutnya ditanamkan kembali
dalam tubuh penderita agar dapat menggantikan sumsum tulang yang telah
rusak.
B. Konsep Keperawatan DariLimfoma

ASUHAN KEPERAWATAN Tn. R


DENGAN DIAGNOSA LIMFOMA NON-HODGKIN
DI RUANG FLORENCE RUMAH SAKIT X

Tanggal Pengkajian : 28 Oktober 2012, Pukul : 09.00 WITA, Oleh : Mahasiswa I


B.I. Pengkajian
 Identitas
 Pasien
Nama : Tn. R
Tempat/Tanggal Lahir : Buton, 2 Agustus 1982
Status Perkawinan : Kawin
Pendidikan : S1 Managemen
Pekerjaan : Manajer
Suku/Bangsa : Buton
Tanggal Masuk RS : 25 Oktober 2012
No. RM : 002-006-0089
Ruang : Florence
Diagnosa Medis : Lymfoma Non Hodgkin (LNH)
 Keluarga/Penanggung jawab
Nama : Asrini
Hubungan : Istri
Umur : 29 Tahun
Pendidikan : S1 Hubungan Internasional
Pekerjaan : Pengacara
Alamat : Samarinda
 Riwayat kesehatan
 Kesehatan pasien
1. Keluhan Utama : Nyeri menelan
2. Alasan utama masuk RS : Pasien mengatakan nyeri saat menelan
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengatakan sejak kurang lebih 4 bulan yang lalu sebelum
masuk Rumah sakit pertama kali disadarai di leher kiri berukuran
sebesar telur ayam, padat kenyal dan makin lama makin membesar,
mula-mula benjolan tidak nyeri tekan, tetapi sejak 2 bulan yang lalu
pada benjolan timbul luka-luka kemerahan bila ditekan terasa nyeri,
nyeri dirasakan saat benjolan ditekan dan tidak menyebar, nyeri
tidak timbul bila tidak di tekan dan waktu menelan terasa nyeri
dileher. Kemudian timbul juga benjolan di leher kanan sebesar
kelereng, padat dan nyeri tekan, juga muncul benjolan yang sama di
bawah rahang kanan. Kurang lebih 2 bulan yang lalu pasien sering
merasa sesak di tenggorokan,. Banyak berkeringat di malam hari
dan sulit menelan. Satu minggu sebelum MRS pasien mengatakan
bernafas agak susah, nyeri telan tambah hevat di bawa ke dokter tapi
tidak sembuh
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan tidak pernah sakit seperti ini sebelumnya. Pasien
mengatakan tidak pernah mempunyai riwayat penyakit tekanan darah
tinggi, kencing manis, atau penyakit menular seperti TBC atau
penyakit lain yang menyebabkan harus Masuk rumah sakit. Penyakit
yang p[ernah diderita hanya batuk pilek dan panas biasa dan dengan
berobat atau membeli obat kemudian sembuh
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan dari pihak keluarga tidak ada yang menderita
penyakit yang sama dengan dirinya. Menurut klien dan keluarga dari
pihak keluarga tidak ada yang mempunyai penyakit hypertensi,
penyakit DM ataupun penyakit menular lain seperti TBC yang
menyebabkan harus MRS di Rumah Sakit. Penyakit yang pernah
diderita hanyalah batuk, pilek dan panas biasa dan berobat ke dokter
atau membeli obat kemudian sembuh
 Pemeriksaan Fisik
 Tanda-tanda vital :
TD :160/100 mmHg
ND : 125 x/menit
RR : 26 x/menit
S. Axila : 36,5OC
 Kepala
- Ekspresi wajah tampak sedikit gelisah, bentuk oval tampak bersih
tidak ditemukan adanya bekas luka ekspresi wajah tampak sedikit
gelisah/cemas, kadang menyeringai saat menelan, pasien tampak
menyeringai saat leher ditekan
- Rambut : Pendek, warna hitam, bersih, rambut tidak mudah dicabut
bentuk kepala oval dan tidak ada nyeri tekan. Rambut hitam dan
tidak rontok, agak kotor dan tidak ada ketombe, tidak ditemukan
adanya kutu
- Kulit kepala : bersih, tidak didapatkan adanya bekas luka, ataupun
benjolan abnormal
- Mata. Simetris, konjungtiva tarsal warna merah muda, sclera tidak
ikterus, pupil isokor, fungsi penglihatan baik, tidak ada bercak reflek
cahaya (+), kornea jernih
- Hidung : Mucosa hidung warna merah muda, simetris, septum nasi
tegak berada di tengah, tidak terdapat adanya polip, bersih dan fungsi
penciuman baik
- Telinga : Simetris, auricula tidak ada infeksi, liang telinga warna
merah muda, bersih tidak didapatkan adanya cerumen yang mengeras
ataua menggumpal, fungsi pendengaran baik ditandai dengan pasien
bisa menjawab pertanyaan dengan spontan
- Mulut : Mucosa merah muda, bibir merah muda, tidak kering, lidah
bersih, gigi bersih tidak ada caries, tidak ada radang pada tonsil,tidak
terdapat stomatitis, fungsi mengunyah, pengecapan baik
 Leher
- Asimetris
- Terdapat pembesaran kelenjar lymfe pada leher kiri multiple dengan
diameter kurang l;ebih 20 cm, terdapat benjolan dibawah rahang
kanan diameter 4 – 5 cm terdapat benjolan pada leher kanan dengan
diameter kurang lebih 5 cm, terdapat radang pada leher kiri,
konsistensi benjolan padat, kenyal dan nyeri tekan
- Movement tidak maksimal nyeri saat menoleh kekiri
- Trachea : mengalami deviasi
- Vena jugularis dan arteri carotis tak terevakuasi
 Pemeriksaan Thorak
a) Pulmonum
- Inspeksi : bentuk thorak simetris, bersih, tak tampak adanya
tarikan intercostae yang berlebihan, pernafasan dan iramareguler
teratur,terdapat pembesaran kelenjar lymfe axila kanan dan kiri,
nafas spontan
- Palpasi : Tidak ada benjolan abnormal, tidak ada nyeri tekan,
gerak nafasreguler, tidak ada pernafasan tertinggal, tidak ada
krepitasio
- Perkusi : sonor pada paru kanan dan kiri
- Auskiulatsi : suara nafas vesikuler, Tidak ada suara ronkhi
ataupun wheezing pada paru kanan dan kiri
b) Cor
- Inspeksi : Tidak terlihat adanya ictus cordis, pulsasi jantung tidak
tampak
- Palpasi : Teraba Ictus Cordis pada ICS IV – V sinestra MCL,
pulsasi jantung teraba pada apek, Thrill tidak ada
- Perkusi : suara redup (pekak/dullness) pada daerah jantung
- Auskultasi : S1 dan S2 tunggal, tidak ada suara tambahan dari
jantung
 Abdomen
- Inspeksi : Simetris, bersih, tidak didapatkan adanya benjolan atau
bekas luka, supel, perut datar dan tidak membuncit
- Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan, tidak teraba masssa abnormal
- Perkusi : Suara tympani perut
- Auscultasi : Peristaltik usus 14 – 16 x/menit
 Inguinal-genetalia dan anus
- Pembesaran kelenjar limfe inguinalis kanan dan kiri kurang lebih 2
cm padat dan kenyal
- Jenis kelamin laki – lak, bersih, tidak didapatkan adanya jamur dan
infeksi
- Fungsi eliminasi lancer
 Integumen
- Turgor baik, warna kulit sawo matang, tidak ada alergi
- Tidak ada alergi atau iritasi kulit, tidak ada kelainan postur tubuh,
pergerakan maksimal
- Terdapat benjolan pada leher kiri dengan diameter ± 20 cm
- Kuku warna merah muda
B.II. Diagnosa Keperawatan
Setelah data dikumpulkan dilanjutkan dengan analisa data untuk
menentukan diagnosa keperawatan. Menurut Doenges (1999), diagnosa
keperawatan pada klien post operasi laparatomy dan biopsy dengan indikasi
limfoma maligna sebagai berikut :
1. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur invasif, insisi
bedah
2. Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan
kehilangan berlebihan, misalnya : muntah, perdarahan, diare
3. Nyeri (akut) berhubungan dengan adanya insisi bedah
4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum, penurunan
cadangan energi, peningkatan laju metabolik dari produksi leukosit masif
5. Konstipasi atau diare berhubungan dengan penurunan masukan diet,
perubahan proses pencernaan
6. Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
penurunan darah dan nutrisi kejaringan sekunder pembedahan
7. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi yang akurat
mengenai perawatan di rumah
B.III. PerencanaanInervensi, dan Evaluasi
Setelah dignosa keperawatan ditemukan, maka dilanjutkan dengan menyusun
perencanaan untuk masing-masing diagnosa yang meliputi prioritas dignosa
keperawatan, penetapan tujuan dan kriteria evaluasi sebagai berikut :
1. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur invasif, insisi
bedah
Tujuan : tidak terjadi infeksi atau penyebaran infeksi
Kriteria Evaluasi :
- Meningkatkan penyembuhan luka dengan benar, bebas tanda
infeksi/inflamasi, drainase purulen, eritema, dan demam
- Tidak menunjukkan merah, bengkak, pada daerah luka
- Luka kering bebas dari drainase purulen, eritema, demam, bengkak, dan
nyeri
- Leukosit dalam batas normal 4800-10800 /ul
Intervensi :
- Monitor tanda-tanda vital tiap 8 jam, perhatikan demam, menggigil,
meningkatnyanyeri
- Lakukan pencucian tangan yang baik dan perawatan luka aseptik
- Observasi tanda-tanda infeksi seperti nyeri, panas, merah dan bengkak
pada lukaoperasi, catat karakteristik luka, adanya eritema, dan daerah
pemasanngan infus
- Lakukan perawatan luka secara aseptik dan antiseptik sesuai program
- Berikan informasi yang tepat, jujur pada pasien
- Berikan antibiotik sesuai indikasi
2. Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan
kehilanganberlebihan, misalnya : muntah, perdarahan, diare
Tujuan : volume cairan adekuat atua dapat dipertahankan
Kriteria Evaluasi :
- Mempertahankan keseimbangan cairan dibuktikan oleh kelembaban
membran mukosa, turgor kulit baik, tanda vital stabil, dan secara
individual haluaran urine adekuat
- Masukan dan keluaran seimbang (balance)
Intervensi :
- Monitor TTV tiap 8 jam
- Monitor intake dan output (hitung balance cairan dalam 24 jam)
- Observasi adamya perdarahan yang berlabihan
- Observasi karakteristik luka terhadap adanya peradangan, juga balutan
agar tetapkering
- Lihat membran mukosa, kaji turgor kulit dan pengisian kapiler
- Auskultasi bising usus, catat kelancaran flatus, gerakan usus
- Berikan sejumlah kecil minuman jernih bila pemasukan per oral dimulai,
danlanjutkan dengan diet sesuai toleransi
- Berikan cairan IV dan elektrolit
3. Nyeri (akut) berhubungan dengan adanya insisi bedah
Tujuan : nyeri hilang, minimal berkurang atau dapat dikontrol
Kriteria Evaluasi :
- Melaporkan nyeri hilang/terkontrol
- Tampak rileks, mampu tidur/istirahat dengan tepat
Intervensi :
- Ukur TTV tiap 8 jam
- Kaji nyeri, catat lokasi, karakteristik, beratnya (skala 0-10). Selidiki dan
laporkanperubahan nyeri dengan tepat
- Pertahankan istirahat dengan posisi semi-Fowler
- Dorong ambulasi diri
- Berikan aktivitas hiburan
- Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam bila nyeri nyeri timbul atau teknik
mengalihkanperhatian
- Berikan analgesik sesuai indikasi
- Berikan kantong es pada abdomen
4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum, penurunan
cadangan energi, peningkatan laju metabolik dari produksi leukosit masif
Tujuan : klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari
Kriteria Evaluasi :
- Laporan peningkatan toleransi aktivitas yang dapat diukur
- Berpartisipasi dalam aktivitas sehari-hari sesuai tingkat kemampuan
- Menunjukkan penurunan tanda fisiologis tidak toleran, misal ; nadi,
pernafasan, dan tekanan darah masih dalam batas normal
Intervensi :
- Evaluasi laporan kelemahanm, perhatikan ketidakmampuan untuk
beraprtisipasidalam aktifitas sehari-hari
- Berikan lingkungan tenang dan periode istirahat tanpa gangguan. Dorong
istirahat sebelum makan
- Implementasikan teknik penghematan energi. Bantu ambulasi/aktifitas
lain sesuaiindikasi
- Berikan kebersihan mulut sebelum makan dan berikan antiemetik sesuai
indikasi
5. Konstipasi atau diare berhubungan dengan penurunan masukan diet,
perubahanproses pencernaan.
Tujuan : klien dapat BAB sesuai dengan polanya setiap hari
Kriteria Evaluasi :
- Membuat/kembali pola normal dari fungsi usus
- Menunjukkan perubahan prilaku/pola hidup, yang diperlukan sebagai
penyebab,faktor pemberat
- Frekuensi bising usus 3-15 x/menit
- BAB lembek dan lancar serta tidak nyeri pada saat BAB
Intervensi :
- Observasi warna feses, konsistensi, frekuensi, dan jumlah
- Auskultasi bunyi usus
- Awasi masukan dan haluaran dengan perhatian khusus pada
makanan/cairan
- Dorong masukkan cairan 2500-3000 ml/hari dalam toleransi jantung
- Hindari makan yang mengandung gas
- Kaji kondisi kulit perianal dengan sering, catat perubahan dalam kondisi
kulit atau mulai kerusakan. Lakukan perawatan perianal setiap defekasi
bila terjadi diare
- Konsul dengan ahli gizi untuk memberikan diet seimbang dengan tinggi
serat dan bulk
- Berikan pelembek feses, stimulasi ringan, laksatif pembentuk bulk, atau
enema sesuai indikasi, pantau keefektifan
- Berikan obat antidiare, misal ;difenoksilat hidroklorida dengan atropin
(Lomotil) danobat pengabsorbsi air, misal Metamucil.
6. Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
penurunan darah dan nutrisi kejaringan sekunder pembedahan
Tujuan : tidak terjadi kerusakan integritas kulit atau integritas kulit dapat
dipertahankan
Kriteria Evaluasi :
- Mempertahankan integritas kulit
- Mengidentifikasi faktor risiko/prilaku individu untuk mencegah cedera
dermal
- Tidak ada iritasi pada daerah luka operasi
- Tidak ada lesi
Intervensi :
- Kaji integritas kulit, cata perubahan pada turgor kulit, gangguan warna
hangat lokal, eritema, ekskoriasi
- Ubah posisi secara periodik dan pijat permukaan tulang bila pasien tidak
bergerak atau ditempat tidur
- Ajarkan permukaan kulit kering dan bersih, batasi penggunaan sabun
- Bantu untuk latihan rentang gerak pasif atau aktif
7. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi yang akurat
mengenai perawatan di rumah.
Tujuan : mengatakan pengertiannya tentang prosedur pembedahan dan
penanganannya.
Kriteria Evaluasi :
- Klien atau orang terdekat mengungkapkan pengertian tentang perawatan
di rumah dan perawatan tindak lanjut
- Menyatakan pemahaman proses penyakit, pengobatan dan potensial
komplikasi
- Berpartisipasi dalam program pengobatan
Intervensi :
- Kaji ulang pembatasan aktifitas pascaoperasi
- Diskusikan perawatan insisi, termasuk mengganti balutan, pembatasan
mandi, dan kembali kedokter untuk mengangkat jahitan/pengikat
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas, Tim Penulis dapat menarik beberapa
kesimpulan bahwa :
1. Limfoma (kanker kelenjar getah bening) merupakan bentuk keganasan dari sistem
limfatik yaitu sel-sel limforetikular seperti sel B, sel T dan histiosit
2. Berdasarkan gambaran histopatologisnya, limfoma dibedakan menjadi dua jenis,
yaitu : Limfoma Hodgkin (LH) dan Limfoma Non-Hodgkin (LNH). Formulasi
Kerja (Working Formulation) membagi limfoma non-hodgkin menjadi tiga
kelompok utama, antara lain :Limfoma Derajat Rendah, Limfoma Derajat
Menengah, dan Limfoma Derajat Tinggi
3. Di Indonesia sendiri, LNH bersama-sama dengan LH dan leukemia menduduki
urutan ke-6 tersering
4. Ada 4 kemungkinan penyebabnya, yaitu : faktor keturunan, kelainan sistem
kekebalan, infeksi virus seperti (HIV) atau bakteria (Helicobacter Pilori), virus
human T-cell leukemia/lymphoma (HTLV), Epstein-Barr virus (EBV), dan toksin
lingkungan (herbisida, pengawet dan pewarna kimia)
5. Penyebaran Limfoma dapat dikelompokkan dalam 4 stadium
6. Tanda dan gejala dari limfoma dapat dibedakan berdasarkan klasifikasi dari
limfoma
7. Untuk mendeteksi Limfoma memerlukan pemeriksaan seperti sinar-X, CT scan,
PET scan, biopsi sumsum tulang dan pemeriksaan darah
8. Penatalaksanaan limfoma maligna dapat dilakukan melalui berbagai cara, yaitu
sebagai berikut : Pembedahan, Radioterapi, Kemoterapi, Transplantasi sumsum
tulang, dan Imunoterapi
9. Adapun asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien penderita limfoma
adalah Pengkajian,Diagnosa Keperawatan, Perencanaan, Intervensi dan Evaluasi
B. Saran
Melalui kesimpulan diatas, adapun saran yang diajukkan oleh Tim Penulis
adalah :
1. Siswa dapat menginterpretasikan dengan baik dalam melakukan tindakan
keperawatan dalam praktik, khususnya padapasien yang mengalami penyakit
Limfoma Maligna
DAFTAR PUSTAKA
Brunner and Suddarth. 2002. Text Book of Medical – Surgical Nursing (Agung,
Penerjemah). Philadelphia

Carpenito, Lynda Juall. 2000. Hand Book Of Nursing Diagnosis. (Monica Ester,
Penerjemah). Philadelphia.

Doenges, M. 2000. Nursing Care Planns (I Made Kariasa, Penerjemah). Philadelphia.


F.A Davis Company

Niakurniasih, Sudiariandini S. (1997). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : FKUI

Henderson, M.A. 1992. Ilmu Bedah Perawat. Jakarta : Yayasan Mesentha Medica

Schwartz, Seymour. 2000. Intisari Prinsip Ilmu Bedah. Jakarta : Buku Kedokteran EGC

Smeltzer, Suzzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC

Price Anderson Sylvia, Milson McCarty Covraine. Patofisiologi Edisi 4. Jakarta : Buku
Kedokteran EGC

Www. Google. Com/Asuhan Keperawatan Pada Pasien Penderita Limfoma.2013

Www. Infokes. Com/Program Studi Keperawatan. 2013

https://www.academia.edu/9356073/ASUHAN_KEPERAWATAN_LIMFOMA_MALIGNA

Anda mungkin juga menyukai