Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

SEPSIS NEONATORUM

OLEH

YUSTINA PRIMA MATUR

21203005

PPROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA SANTU PAULUS RUTENG

2021/2022

1
A. Definisi
Sepsis adalah bakteri umum yang masuk ke aliran dalam darah (Donna L. Wong,
2003). Sepsis neonatorum atau septikemia neonatal didefinisi sebagai infeksi bakteri pada
aliran darah bayi selama empat minggu pertama kehidupan (Bobak, 2004). Sepsis adalah
infeksi bakteri generalisata yang biasanya terjadi pada bulan pertama kehidupan. (Mary E.
Muscari, 2005).
Sepsis neonatorum adalah semua infeksi pada bayi pada 28 hari pertama
sejakdilahirkan. Infeksi dapat menyebar secara nenyeluruh atau terlokasi hanya pada satu
orgasaja (seperti paru-paru dengan pneumonia). Infeksi pada sepsis bisa didapatkan pada
saatsebelum persalinan (intrauterine sepsis) atau setelah persalinan (extrauterine sepsis)
dan dapat disebabkan karena virus (herpes, rubella), bakteri (streptococcus B), dan fungi
atau jamur (candida) meskipun jarang ditemui (John, 2009).
Berikut ini adalah beberapa definisi atau pengertian dari sepsis neonatorum atau
sepsis pada neonatus yang perlu [ CITATION Mar09 \l 1033 ] yaitu:
1. Sepsis neonatorum atau septicemia neonatorum merupakan keadaan dimana terdapat
infeksi oleh bakteri dalam darah di seluruh tubuh.
2. Sepsis merupakan respon tubuh terhadap infeksi yang menyebar melalui darah dan
jaringan lain.
3. Sepsis bakterial pada neonatus adalah sindrom klinis dengan gejala infeksi sistemik
dan diikuti dengan bakterimia pada bulan pertama kehidupan. (WHO, 2010).
4. Sepsis merupakan suatu proses berkelanjutan mulai dari infeksi, SIRS (Systeic
Inflammatory Respopnse Syndrome), sepsis, sepsis berat, syok septic, disfungsi
multiorgan dan akhirnya kematian.
B. Etiologi
Penyebab sepsis neonatorum adalah berbagai macam kuman seperti bakteri, virus,
parasit, atau jamur. Sepsis pada bayi hampir selalu disebabkan oleh bakteri seperti
Acinetobacter sp, Enterobacter sp, Pseudomonas sp, serratia sp, Escerichia Coli, Group B
streptococcus, Listeria sp, dan lain-lain. [ CITATION Mar09 \l 1033 ]
Beberapa komplikasi kehamilan yang dapat meningkatkan resiko terjadinya sepsis
pada neonatus adalah:

2
1. Perdarahan
2. Demam yang terjadi pada ibu
3. Infeksi pada uterus dan plasenta
4. Ketuban pecah dini (sebelum usia kehamilan 37 minggu)
5. Ketuban pecah terlalu cepat saat melahirkan (18 jam atau lebih sebelum melahirkan)
6. Proses kelahiran yang lama dan sulit
C. Tanda dan gejala, Klasifikasi
1. Tanda dan gejala
Tanda dan gejala sepsis neonatorum umumnya tidak jelas dan tidak spesifik
serta dapat mengenai beberapa sistem organ. Berikut ini adalah tanda dan gejala yang
dapat ditemukan dapa neonatus yang menderita sepsis.
a. Gangguan nafas seperti serangan apnea, takipnea dengan kecepatan pernafasan
>60x/menit, cuping hidung, sianosis, mendengus, tampak merintih, retraksi dada
yang dalam: terjadi karena adanya lesi ataupun inflamasi pada paru-paru bayi
akibat dari aspirasi cairan ketuban ibu. Aspirasi ini terjadi saat intrapartum dan
selain itu dapat menyebabkan infeksidengan perubahan paru, infiltrasi, dan
kerusakan jaringan bronkopulmonalis. Kerusakan ini sebagian disebabkan oleh
pelepasan granulosit dari protaglandin dan leukotrien.
b. Penurunan kesadaran, kejang, ubun-ubun besar menonjol, keluar nanah dari
telinga, ekstensor kaku: terjadi karena sepsis sudah sampai ke dalam manifestasi
umum dari infeksi sistem saraf pusat. Keadaan akut dan kronis yang berhubungan
dengan organisme tertentu. Apabila bayi sudah mengalami infeksi pada selaput
otak (meningitis) atau abses otak menyebabkan penurunan kesadaran, hal tersebut
juga menyebabkan ubun-ubun besar menonjol (berisi cairan infeksi) dan keluarnya
nanah dari telinga. Dalam hal terganggunya sistem saraf pusat ini kemungkinan
terjadi gangguan saraf yang lain seperti ekstensor kaku.
c. Hipertermia (> 37,7oC) atau hipotermi (<35,5oC) terjadi karena respon tubuh bayi
dalam menanggapi pirogen yang disekresikan oleh organisme bakteri atau dari
ketidakstabilan sistem saraf simpatik.

3
d. Tidak mau menyusu dan tidak dapat minum adalah respon keadaan psikologis bayi
yang tidak menyenangkan terhadap ketidakstabilan suhu tubuhnya, serta nanah
yang keluar dari telinga
e. Kemerahan sekitar umbilikus terjadi karena bakteri dapat bertumbuh tidak
terkendali di saluran pencernaan, apalagi jika penyebab sepsis pada bayi terjadi
dimulai dari infeksi luka umbilikus.
Menurut [ CITATION MAr08 \l 1033 ] tanda dan gejala dari sepsis neonatorum, antara lain:
a. Umum : panas (hipertermi), malas minum, letargi, sklerema
b. Saluran cerna: distensi abdomen, anoreksia, muntah, diare, hepatomegaly
c. Saluran nafas: apnoe, dispnue, takipnu, retraksi, nafas cuping hidung, merintih,
sianosis
d. Sistem kardiovaskuler: pucat, sianosis, kulit lembab, hipotensi, takikardi,
bradikardi
e. Sistem syaraf pusat: iritabilitas, tremor, kejang, hiporefleksi, malas minum,
f.  pernapasan tidak teratur, ubun-ubun membonjol
g. Hematologi: Ikterus, splenomegali, pucat, petekie, purpura, perdarahan.
Gejala sepsis yang terjadi pada neonatus antara lain bayi tampak lesu, tidak
kuat menghisap, denyut jantungnya lambat dan suhu tubuhnya turun-naik. Gejala-
gejala lainnya dapat berupa gangguan pernafasan, kejang, jaundice, muntah, diare, dan
perut kembung. Gejala dari sepsis neonatorum juga tergantung kepada sumber infeksi
dan penyebarannya:
a. Infeksi pada tali pusar (omfalitis) menyebabkan keluarnya nanah atau darah darI
pusar.
b. Infeksi pada selaput otak (meningitis) atau abses otak menyebabkan koma, kejang,
opistotonus (posisi tubuh melengkung ke depan) atau penonjolan pada ubun-ubun.
c. Infeksi pada tulang (osteomielitis) menyebabkan terbatasnya pergerakan pada
lengan atau tungkai yang terkena.
d. Infeksi pada persendian menyebabkan pembengkakan, kemerahan, nyeri tekan dan
sendi yang terkena teraba hangat

4
2. Klasifikasi
Berdasarkan waktu terjadinya, sepsis neonatus dapat dibagi menjadi dua bentuk
[ CITATION Mar09 \l 1033 ] yaitu:
a. Sepsis dini/Sepsis awitan dini
Merupakan infeksi perinatal yang terjadi segera dalam periode setelah lahir (kurang
dari 72 jam) dan biasanya diperoleh pada saat proses kelahiran atau in utero
b. Sepsis lanjutan/sepsis nasokomial atau sepsis awitan lambat (SAL).
Merupakan infeksi setelah lahir (lebih dari 72jam) yang diperoleh dari lingkungan
sekitar atau rumah sakit (infeksi nasokomial)
D. Pathofisiologi
Sepsis dimulai dengan invasi bakteri dan kontaminasi sistemik. Pelepasan
endotoksin oleh bakteri menyebabkan perubahan fungsi miokardium, perubahan ambilan
dan penggunaan oksigen, terhambatnya fungsi mitokondria, dan kekacauan metabolik yang
progresif. Pada sepsis yang tiba-tiba dan berat, menimbulkan banyak kematian dan
kerusakan sel. Akibatnya adalah penurunan perfusi jaringan, asidosis metabolik, dan syok,
yang mengakibatkan disseminated intravaskuler coagulation (DIC) dan kematian.
Mikroorganisme atau kuman penyebab infeksi dapat mencapai neonatus melalui
beberapa cara [ CITATION Sur03 \l 1033 ] yaitu :
1. Pada masa antenatal  atau sebelum lahir. Pada masa antenatal kuman dari ibu setelah
melewati plasenta dan umpilikus masuk kedalam tubuh bayi melalui sirkulasi darah
janin. Kuman penyebab infeksi adalah kuman yang dapat menembus plasenta,antara
lain virus rubella, herpes, situmegalo, koksari, hepatitis, influenza, parotitis. Bakteri
yang dapat melalui jalur ini, antara lain malaria, sifilis, dan toksoplasma.
2. Pada masa intranatal atau saat pesalinan. Infeksi saat persalinan terjadi karena kuman
yang ada pada vagina dan serviks naik mencapai korion dan amnion. Akibatnya, terjadi
amnionitis dan korionitis, selanjutnya kuman melalui umbilikus masuk ke tubuh bayi.
Cara lain, yaitu saat persalinan, cairan amnion yang sudah terinfeksi dapat terinhalasi
oleh bayi dan masuk ke tyraktus digestivus dan trakus respiratorius, kemudian
menyebabkan infeksi pada lokasi tersebut. Selain melalui cara tersebut diaras infeksi
pada janin dapat terjadi melalui kulit bayi  atau port de entre lain saat bayi melewati

5
jalan lahir yang terkontaminasi  oleh kuman (misalnya herpes genitalis, candida albika,
dan n.gonnorea).
3. Infeksi pascanatal atau sesudah persalinan. Infeksi yang terjadi sesudah kelahiran
umumnya terjadi akibat infeksi nosokomial dari lingkungan di luar rahim (misalnya
melalui alat-alat: penghisap lendir, selang endotrakea, infus, selang nasogastrik, botol
minuman atau dot). Perawat atau profesi lain yang ikut menangani bayi dapat
menyebabkan terjadinya infeksi nosokomial.Infeksi juga dapat terjadi melalui luka
umbilicus.
Pathway

6
E. Pemeriksaan penunjang
1. Radiografi pada dada seharusnya dilakukan sebagai bagian dari evaluasi diagnostik
dari bayi yang diduga sepsis dan tanda-tanda penyakit saluran pernapasan. Dalam
kasus ini, radiografi dada dapat menunjukkan difusi atau infiltrat fokus, penebalan
pleura, efusi atau mungkin menunjukkan broncograms udara dibedakan dari yang
terlihat dengan sindrom gangguan pernapasan surfaktan-kekurangan. Studi radiografi
lainnya dapat diindikasikan dengan kondisi klinis spesifik, seperti diduga osteomyelitis
atau necrotizing enterocolitis [ CITATION McM06 \l 1033 ]
2. Pemeriksaan labolatorium perlu dilakukan untuk menunjukan penetapan diagnosis.
Selain itu, hasil pemeriksaan tes resistensi dapat digunakan untuk menentukan pilihan
antibiotik yang tepat. Pada hasil pemeriksaan darah tepi, umumnya ditemuksan
anemia, laju endap darah mikro tinggi, dan trombositopenia. Hasil biakan darah tidak
selalu positif walaupun secara klinis sepsis sudah jelas. Selain itu, biakan perlu
dilakukan terhadap darah, cairan serebrospinal, usapan umbilikus, lubang hidung, lesi,
pus dari konjungtiva, cairan drainase atau hasil isapan isapan lambung. Hasil biakan
darah memberi kepastian  adanya sepsis, setelah dua atau tiga kali biakan memberikan
hasil positif dengan kuman yang sama. Bahan biakan darah sebaiknya diambil sebelum
bayi diberi  terapi antibiotika. Pemeriksaan lain yang perlu dilakukan, antara lain
pemeriksaan C-Reactive protein (CRP) yang merupakan pemeriksaan protein yang
disentetis di hepatosit dan muncul pada fase akut bila terdapat kerusakan jaringan.
[ CITATION Sur03 \l 1033 ]
F. Penatalaksanaan
1. Perawatan suportif
Perawatan suportif diberikan untuk mempertahankan suhu tubuh normal, untuk
menstabilkan status kardiopulmonary, untuk memperbaiki hipoglikemia dan untuk
mencegah kecenderungan perdarahan. Perawatan suportif neonatus septik sakit
[ CITATION Dat07 \l 1033 ] meliputi sebagai berikut:
a. Menjaga kehangatan untuk memastikan temperature. Agar bayi tetap normal
harus dirawat di lingkungan yang hangat. Suhu tubuh harus dipantau secara
teratur.

7
b. Cairan intravena harus diperhatikan. Jika neonatus mengalami perfusi yang jelek,
maka saline normal dengan 10 ml / kg selama 5 sampai 10 menit. Dengan dosis
yang sama 1 sampai 2 kali selama 30 sampai 45 menit berikutnya, jika perfusi
terus menjadi buruk. Dextrose (10%) 2 ml per kg pil besar dapat diresapi untuk
memperbaiki hipoglikemia yang adalah biasanya ada dalam sepsis neonatal dan
dilanjutkan selama 2 hari atau sampai bayi dapat memiliki feed oral.
c. Terapi oksigen harus disediakan jika neonatus mengalami distres pernapasan atau
sianosis
d. Oksigen mungkin diperlukan jika bayi tersebut apnea atau napas tidak memadai
e. Vitamin K 1 mg intramuskular harus diberikan untuk mencegah gangguan
perdarahan
f. Makanan secara enteral dihindari jika neonatus sangat sakit atau memiliki perut
kembung. Menjaga cairan harus dilakukan dengan infus IV.
g. Langkah-langkah pendukung lainnya termasuk stimulasi lembut fisik, aspirasi
nasigastric, pemantauan ketat dan konstan kondisi bayi dan perawatan ahli
2. Terapi pengobatan
Prinsip pengobatan pada sepsis neonatorum adalah mempertahankan
metabolisme tubuh dan memperbaiki keadaan umum dengan pemberian cairan
intravena termasuk kebutuhan nutrisi dan monitor pemberian antibiotik hendaknya
memenuhi kriteria efektif berdasarkan pemantauan mikrobiologi, murah dan mudah
diperoleh, dan dapat diberi secara parental. Pilihan obat yang diberikan adalah
ampisilin, gentasimin atau kloramfenikol, eritromisin atau sefalosporin atau obat lain
sesuai hasil tes resistensi. [ CITATION Uda12 \l 1033 ]
G. Proses Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian dilakukan melalui anamnesis untuk mendapatkan data, yang perlu
dikaji adalah identitas, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat perawatan
antenatal, adanya/tidaknya ketuban pecah dini,partus lama atau sangat cepat (partus
presipitatus). Riwayat persalinan di kamar bersalin, ruang operasi, atau tempat lain.
Adaa atau tidaknya riwayat penyakit menular seksual (sifilis, herpes klamidia, gonorea,
dll). Apakah selama kehamilan dan saat persalinan pernah menderita penyakit infeksi
8
(mis. Toksoplasmosis,rubeola, toksemia gravidarum, dan amnionitis). Mengkaji tatus
sosial ekonomi keluarga.
Pada pemeriksaan fisik data yang akan ditemukan meliputi letargi (khususnya
setelah 24 jam petama), tidak mau minum atau refleks mengisap lemah, regurgitasi,
peka rangsang, pucat, berat badan berkurang melebihi penurunan berat badan secara
fisiologis, hipertermi/hipotermi, tampak ikterus. Data lain yang mungkin ditemukan
adalah hipertermia,pernapasan mendengkur, takipnea, atau apnea, kulit lembab dan
dingin, pucat, pengisian kembali kapiler lambat, hipotensi, dehidrasi, sianosis. Gejala
traktus gastrointestinal meliputi muntah, distensi abdomen atau diare.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan dispneu, apneu, takipneu
b. Hipertermia berhubungan dengan kerusakan control suhu sekunder akibat infeksi
atau inflamasi
c.  Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan sekunder akibat
demam

9
3. Rencana Keperawatan
PERENCANAAN
Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
keperawatan

Pola nafas tidak efektif Setelah melakukan perawatan 1. Posisikan pasien 1. Posisi semi powler
berhubungan dengan ... x 24 jam. Dengan kriteria semipowler. dapat memaksimalkan
dispneu, apneu, hasil: ventilasi.
takipneu a. Tidak ada sianosis  dan 2. Auskultasi suara napas, 2. Suara napas tambahan
disipnea, catat adanya suara napas dapat menjadi sebagai
mendemonstrasikan batuk tambahan. tanda jalan napas yang
efaktif dan suara nafas tidak adekuat.
yang bersih. 3. Monitor respirasi dan 3. Pada sepsis terjadinya
b. Menunjukan jalan nafas
  
status O2,TTV. gangguan respirasi
yang paten(pelayan tidak dan status O2 sering
merasa tercekik,tidak ada
ditemukan yang
suara nafas abnormal)
menyebabkan TTV
c. Tanda-tanda vital dalam
tidak dalam rentan
rentang normal
normal.
4. Berikan pelembab udara 4. Mengurangi jumlah
kasa basah Nacl lembab. lokasi yang dapat
menjadi tempat masuk
organisme.

10
5. Ajarkan batuk efektif, 5. Untuk mengeluarkan
suction,pustural drainage sekret pada saluran
napas untuk
menciptakan jalan
napas yang paten
Hipertermia Setelah melakukan perawatan 1. Monitoring tanda-tanda 1. Perubahan tanda-tanda
berhubungan dengan ... x 24 jam. Dengan kriteria vital setiap dua jam dan vital yang signifikan
kerusakan control suhu hasil: pantau warna kulit. akan mempengaruhi
sekunder akibat infeksi a. Suhu tubuh berada dalam proses regulasi
atau inflamasi batas normal (Suhu normal ataupun metabolisme
36,5o-37o C) dalam tubuh.
b. Nadi dan frekwensi napas 2. Observasi adanya kejang 2. Hipertermi sangat
dalam batas normal (Nadi dan dehidrasi. potensial untuk
neonatus normal 100-180 menyebabkan kejang
x/menit, frekwensi napas yang akan semakin
neonatus normal 30- memperburuk kondisi
60x/menit) pasien serta dapat
menyebabkan pasien
kehilangan banyak
cairan secara
evaporasi yang tidak
diketahui jumlahnya

11
dan dapat
menyebabkan pasien
masuk ke dalam
kondisi dehidrasi..
3. Berikan kompres denga 3. Kompres pada aksila,
air hangat pada aksila, leher dan lipatan paha
leher dan lipatan paha, terdapat pembuluh-
hindari penggunaan pembuluh dasar besar
alcohol untuk kompres. yang akan membantu
menurunkan demam.
Penggunaan alcohol
tidak dilakukan karena
akan menyebabkan
penurunan dan
peningkatan panas
secara drastis.
4. Kolaborasi : Berikan 4. Pemberian antipiretik
antipiretik sesuai juga diperlukan untuk
kebutuhan jika panas tidak menurunkan panas
turun. dengan segera.
Kekurangan volume Setelah melakukan perawatan 1. Monitoring tanda-tanda 1. Perubahan tanda-tanda
cairan berhubungan ... x 24 jam. Dengan kriteria vital setiap dua jam dan vital yang signifikan

12
dengan kehilangan hasil: pantau warna kulit. akan mempengaruhi
sekunder akibat a. Suhu tubuh berada dalam proses regulasi
demam batas normal (Suhu normal ataupun metabolisme
36,5o-37o C) dalam tubuh.
b. Nadi dan frekwensi napas 2. Observasi adanya 2. Hipertermi sangat
dalam batas normal (Nadi hipertermi, kejang dan potensial untuk
neonatus normal 100-180 dehidrasi. menyebabkan kejang
x/menit, frekwensi napas yang akan semakin
neonatus normal 30- memperburuk kondisi
60x/menit) pasien serta dapat
c. Bayi mau menghabiskan
menyebabkan pasien
ASI/PASI 25 ml/6 jam
kehilangan banyak
cairan secara
evaporasi yang tidak
diketahui jumlahnya
dan dapat
menyebabkan pasien
masuk ke dalam
kondisi dehidrasi.
3. Berikan kompres hangat 3. Kompres air hangat
jika terjadi hipertermi, dan lebih cocok digunakan
pertimbangkan untuk pada anak dibawah

13
langkah kolaborasi dengan usia 1 tahun, untuk
memberikan antipiretik. menjaga tubuh agar
tidak terjadi hipotermi
secara tiba-tiba.
Hipertermi yang
terlalu lama tidak baik
untuk tubuh bayi oleh
karena itu pemberian
antipiretik diperlukan
untuk segera
menurunkan panas,
misal dengan
asetaminofen.
4. Berikan ASI/PASI sesuai 4. Pemberian ASI/PASI
jadwal dengan jumlah sesuai jadwal
pemberian yang telah diperlukan untuk
ditentukan mencegah bayi dari
kondisi lapar dan haus
yang berlebih.

14
DAFTAR PUSTAKA

Arief, M. (2008). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: ECG.

Datta, P. (2007). Pediatric Nursing. New Delhi: JAYPEE.

Maryunani, A. (2009). Asuhan Kegawatdaruratan dan Penyulit Pada Neonatus. Jakarta: Buku
Kesehatan.

McMillan, J. A. (2006). Oski’s Pediatrics Principles & Practice. USA: Lippincott Williams &
Wilkins.

Surasmi, A. (2003). Perawatan Bayi Resiko Tinggi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Udara, S. (2012, Mei 16). Sepsis Neonatorum. Retrieved Oktober 27, 2020, from
http://udarajunior.blogspot.com/2012/05/sepsis-neonatorum.html

15

Anda mungkin juga menyukai