ASTHMA
OLEH :
YUSTINA PRIMA MATUR
21203005
1
A. PENGERTIAN
Asma adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon
trakhea dan bronkhus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi
adanya penyempitan jalan nafas yang luas dan derajatnya dapat berubah
ubah secara spontan maupun sebagai hasil pengobatan. Penderita asma
bronkial, hipersensitif dan hiperaktif terhadap rangsangan dari luar, seperti
debu rumah, bulu binatang, asap, dan bahan lain penyebab alergi. Gejala
kemunculannya sangat mendadak, sehingga gangguan asma bisa datanzg
secara tiba-tiba. Jika tidak mendapatkan pertolongan secepatnya, resiko
kematian bisa datang. Gangguan asma bronkial juga bisa muncul lantaran
adanya radang yang mengakibatkan penyempitan saluran pernafasan bagian
bawah. Penyempitan ini akibat berkerutnya otot polos saluran pernafasan,
pembengkakan selaput lendir, dan pembentukan timbunan lendir yang
berlebih. (Nurarif & Kusuma, 2015)
2
B. ANATOMI DAN FISIOLOGI
3
Rongga tekak dibagi dalam tiga bagian
a.Bagian sebelah atas sama tingginya dengan koana disebut nasofaring.
b. Bagian tengah yang sama tingginya dengan itsmus fausium disebut
dengan orofaring.
c.Bagian bawah sekali dinamakan laringofarin mengelilingi mulut, esofagus,
dan laring yang merupakan gerbang untuk sistem respiratorik selanjutnya
3. Pangkal Tenggorokan (Faring)
Merupakan saluran udara dan bertindak sebagai pembentukan
suara. Laring (kontak suara) menghubungkan faring dengan trakea. Pada
tenggorokan ini ada epiglotis yaitu katup kartilago tiroid. Saat menelanm
epiglotis secara otomatis menutupi mulut laring untuk mencegah masuknya
makanan dan cairan. Batang Tenggorokan (Trakea)
4. Trakea (pipa udara)
Adalah tuba dengan panjang 10 cm sampai 12 cm dan diameter 2,5
cm serta terletak di atas permukaan anterior esofagus yang memisahkan
trakhea menjadi bronkhus kiri dan kanan. Trakea dilapisi epitelium
fespiratorik (kolumnar bertingkat dan bersilia) yang mengandung banyak sel
goblet. Sel-sel bersilia ini berfungsi untuk mengelurkan benda-benda asing
yang masuk bersam-sama dengan udara saat bernafas.
5. Cabang Tenggorokan (Bronkhus)
Merupakan kelanjutan dari trakhea, yang terdiri dari dua bagian bronkhus
kana dan kiri. Bronkus kanan berukuran lebih pendek, lebih tebal, dan lebih
lurus dibandingkan bronkus primer sehingga memungkinkan objek asing
yang masuk ke dalam trakea akan ditempatkan dalam bronkus kanan.
Sedangkan bronkus kiri lebih panjang dan lebih ramping, bronkus bercabang
lagi menjadi bagianbagian yang lebih kecil lagi yang disebut bronkhiolus
(bronkhioli).
6. Paru-paru
Paru-paru merupan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari
gelembung-gelembung (gelembung hawa = alveoli).
4
Pembagian paru-paru
a.Paru kanan: terdiri dari 3 lobus, lobus pulmo dekstra superior, lobus media
dan lobus inferior. Masing-masing lobus ini masih terbagi lagi menjadi
belahan-belahan kecil yang disebut segtment. Paru-paru kanan memiliki 10
segment, 5 buah pada lobus superior, 2 buah pada lobus medialis, dan 3
buah pada lobus inferior.
b. Paru kiri: terdiri atas 2 lobus, lobus pulmo sinistra superior, dan lobus
inferior. Paru-paru kiri memiliki 10 segment, 5 buah pada lobus superior,
dan 5 buah pada lobus inferior.
C. KLASIFIKASI
Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap pencetus
yang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga
disebabkan oleh adanya infeksi saluran pernafasan dan emosi. Serangan
asma ini menjadilebih berat dan sering sejalan dengan berlalunya waktu
dan dapat berkembang menjadi bronkhitis kronik dan emfisema. Beberapa
pasien akan mengalami asma gabungan.
3. Asma gabungan
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari
bentuk alergik dan non-alergik.
5
D. ETIOLOGI
3) Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit ex: perhiasan, logam
dan jam tangan
b. Perubahan cuaca
Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu
juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala
asma yang timbul harus segera diobati penderita asma yang mengalami
6
stress/gangguanemosi perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah
pribadinya. Karena jika stressnya belum diatasi maka gejala asmanya
belum bisa diobati.
d. Lingkungan kerja
Secara klinis normal tanpa kelainan pemeriksaan fisik dan fungsi paru.
Timbul bila ada faktor pencetus baik di dapat alamiah maupun dengan test
provokasi bronkial di laboratorium.
2. Tingkat II :
7
3. Tingkat III
. Tingkat IV :
5. Tingkat V :
Status asmatikus yaitu suatu keadaan darurat medis berupa serangan asma
akut yang berat bersifat refrator sementara terhadap pengobatan yang lazim
dipakai.
Asma pada dasarnya merupakan penyakit obstruksi jalan nafas yang
reversibel. Pada asma yang berat dapat timbul gejala seperti : Kontraksi
otot- otot pernafasan, cyanosis, gangguan kesadaran, penderita tampak
letih, takikardi.
F. KOMPLIKASI
b. Bronchiolitis
c. Pneumonia
d. Emphysema.
e. Hipoksemia
f. Pneumothoraks
g. Emfisema
h. Deformitas thoraks
i. Gagal nafas
8
G. PATOFISIOLOGI
Pada asma, antibody ini terutama melekat pada sel mast yang terdapat pada
interstisial paru yang berhubungan erat dengan brokhiolus dan bronkhus
kecil. Bila seseorang menghirup alergen maka antibody Ig E orang tersebut
mmeningkat, alergen bereaksi dengan antibodi yang telah terlekat pada sel
mast dan menyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai macam zat,
diantaranya histamin, zat anafilaksis yang bereaksi lambat (yang
merupakan leukotrient), faktor kemotaktik eosinofilik dan bradikinin. Efek
gabungan dari semua faktor-faktor ini akan menghasilkan adema lokal
pada dinding bronkhioulus kecil maupun sekresi mucus yang kental dalam
lumen bronkhioulus dan spasme otot polos bronkhiolus sehingga
menyebabkan tahanan saluran napas menjadi sangat meningkat. Pada
asma , diameter bronkiolus lebih berkurang selama ekspirasi daripada
selama inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru selama ekspirasi
paksa 3 menekan bagian luar bronkiolus. Karena bronkiolus sudah
tersumbat sebagian, maka sumbatan selanjutnya adalah akibat dari tekanan
eksternal yang menimbulkan obstruksi berat terutama selama ekspirasi.
Pada penderita asma biasanya dapat melakukan inspirasi dengan
baik dan adekuat, tetapi sekali-kali melakukan ekspirasi. Hal ini
menyebabkan dispnea. Kapasitas residu fungsional dan volume residu paru
menjadi sangat meningkat selama serangan asma akibat kesukaran
mengeluarkan udara ekspirasi dari paru. Hal ini bisa menyebabkan barrel
chest.
9
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium.
1. Pemeriksaan sputum
Pemeriksaan sputum dilakukan untuk melihat adanya:
2. Pemeriksaan darah.
Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula terjadi
hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis.
Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH.
10
Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrate pada paru.
Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal.
Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneumotoraks, dan
pneumoperikardium, maka dapat dilihat bentuk gambaran radiolusen pada
paru-paru.
11
penting untuk menegakkan diagnosis tetapi juga penting untuk menilai
berat obstruksi dan efek pengobatan. Benyak penderita tanpa keluhan tetapi
pemeriksaan spirometrinya menunjukkan obstruksi.
I. PENATALAKSANAAN
b. Methylxanlines (enphy
bronkodilator)
d. Kortikosteroid
12
segeraatau klien sedang menggunakan steroid oral atau dalam serangan
sangat berat
3. Pengobatan non farmakologik .
a. Penyuluhan
c. Fisioterapi
13
DAFTAR PUSTAKA
http://nursecerdas.wordpress.com/.
Anonim.2011.asthma.http://nursecerdas.wordpres
.com/. 27 oktober 2021.
14
15
16
17
18
19
20
21
22