TINJAUAN PUSTAKA
Kecelakaan arus listrik dapat terjadi apabila arus listrik dapat terjadi
apabila arus/ledakan dengan tegangan tinggi. Energi panas yang timbul
menyebabkan luka bakar pada jaringan tubuh. Pada luka jenis ini yang khas
adalah adanya luka tempat masuk yang menimbulkan hiperemesis dan
ditengahnya ada daerah nekrosis yang dikelilingi daerah pucat (Junaidi. P,
2017).
2.1.2 Etiologi
Luka bakar (Combustio) dapat disebabkan oleh paparan api, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Selain itu, pajanan suhu tinggi dari
matahari, listrik maupun bahan kimia juga dapat menyebabkan luka bakar.
Secara garis besar, penyebab terjadinya luka bakar dapat dibagi menjadi:
1. Paparan api
Flame: Akibat kontak langsung antara jaringan dengan api terbuka, dan
menyebabkan cedera langsung ke jaringan tersebut. Api dapat membakar
pakaian terlebih dahulu baru mengenai tubuh.
Benda panas (kontak): Terjadi akibat kontak langsung dengan benda
panas. Luka bakar yang dihasilkan terbatas pada area tubuh yang
mengalami kontak.
2. Scalds (air panas)
Terjadi akibat kontak dengan air panas. Semakin kental cairan dan
semakin lama waktu kontaknya, semakin besar kerusakan yang akan
ditimbulkan. Luka yang disengaja atau akibat kecelakaan dapat
dibedakan berdasarkan pola luka bakarnya.
3. Uap panas
Terutama ditemukan di daerah industri atau akibat kecelakaan radiator
mobil. Uap panas menimbulkan cedera luas akibat kapasitas panas yang
tinggi dari uap serta dispersi oleh uap bertekanan tinggi. Apabila terjadi
dapat menyebabkan cedera hingga ke saluran napas distal di paru.
4. Gas panas
Inhalasi menyebabkan cedera thermal pada saluran nafas bagian atas dan
oklusi jalan nafas akibat edema.
5. Aliran listrik
Cedera timbul akibat aliran listrik yang lewat menembus jaringan tubuh.
Umumnya luka bakar mencapai kulit bagian dalam.
6. Zat kimia (asam atau basa)
7. Radiasi
8. Sunburn sinar matahari, terapi radiasi.
2.1.3 Klasifikasi
Berdasarkan penyebab luka bakar, luka bakar dibedakan atas beberapa jenis
penyebab, antara lain :
1. Luka bakar karena api
2. Luka bakar karena air panas
3. Luka bakar karena bahan kimia
4. Luka bakar karena listrik, petir dan radiasi
5. Luka bakar karena sengatan sinar matahari.
6. Luka bakar karena tungku panas/udara panas
7. Luka bakar karena ledakan bom.
Wallace membagi tubuh atas bagian – nagian 9 % atau kelipatan dari 9 terkenal
dengan nama Rule of Nine atau Rule of Wallace.
Kepala dan leher 9%
Lengan 18
%
Badan Depan 18
%
Badan Belakang 18
%
Tungkai 36
%
Genitalia/perineum 1%
100
Total %
Dalam perhitungan agar lebih mempermudah dapat dipakai luas telapak tangan
penderita adalah 1 % dari luas permukaan tubuhnya. Pada anak –anak dipakai
modifikasi Rule of Nine menurut Lund and Brower, yaitu ditekankan pada umur
15 tahun, 5 tahun dan 1 tahun.
1) Luka Bakar Ringan.
(1) Luka bakar derajat II <15 %
(2) Luka bakar derajat II < 10 % pada anak – anak
(3) Luka bakar derajat III < 2 %
2) Luka bakar sedang
(1) Luka bakar derajat II 15-25 % pada orang dewasa
(2) Luka bakar II 10 – 20 5 pada anak – anak
(3) Luka bakar derajat III < 10 %
3) Luka bakar berat
(1)Luka bakar derajat II 25 % atau lebih pada orang dewasa - Luka bakar
derajat II 20 % atau lebih pada anak – anak.
(2)Luka bakar derajat III 10 % atau lebih
(3)Luka bakar mengenai tangan, wajah, telinga, mata, kaki dan
genitalia/perineum.
(4)Luka bakar dengan cedera inhalasi, listrik, disertai trauma lain.
2.1.4 Patofisiologi
Luka bakar disebabkan oleh perpindahan energi dari sumber panas ke
tubuh. Panas tersebut dapat dipindahkan melalui konduksi atau radiasi
elektromagnetik, derajat luka bakar yang berhubungan dengan beberapa
faktor penyebab, konduksi jaringan yang terkena dan lamanya kulit kontak
dengan sumber panas. Kulit dengan luka bakar mengalami kerusakan pada
epidermis, dermis maupun jaringan subkutan tergantung pada penyebabnya.
Terjadinya integritas kulit memungkinkan mikroorganisme masuk kedalam
tubuh. Kehilangan cairan akan mempengaruhi nilai normal cairan dan
elektrolit tubuh akibat dari peningkatan pada permeabilitas pembuluh darah
sehingga terjadi perpindahan cairan dari intravaskular ke ekstravaskuler
melalui kebocoran kapiler yang berakibat tubuh kehilangan natrium, air,
klorida, kalium dan protein plasma. Kemudian terjadi edema menyeluruh dan
dapat berlanjut pada syok hipovolemik apabila tidak segera ditangani (Hudak
dan Gallo, 1996).
Menurunnya volume intra vaskuler menyebabkan aliran plasma ke ginjal
dan GFR (Rate Filtrasi Glomerular) akan menurun sehingga haluaran urin
meningkat. Jika resusitasi cairan untuk kebutuhan intravaskuler tidak adekuat
bisa terjadi gagal ginjal dan apabila resusitasi cairan adekuat, maka cairan
interstitiel dapat ditarik kembali ke intravaskuler sehingga terjadi fase
diuresis.
2.1.5 Manifestasi Klinis
2.1.6 Komplikasi
Menurut (Effendi, 1999), Komplikasi yang timbul akibat luka bakar yaitu,
adalah :
1) Septikemia ( infeksi )
2) Pneumonia =tidur terus -> statis pneumoni
3) Gagal Ginjal Akut= tdk ada plasma dalam darah -> anuri
4) Deformitas ( perubahan bentuk tubuh)
5) Sindrom Kompartemen
6) Kekurangan Kalori, Protein
7) Kontraktur (lengketnya)
8) Merupakan gangguan fungsi pergerakan
9) Ileus Paralitik (distensi abdomen, mual).
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang
Menurut Doenges M.E (2000) pemeriksaan penunjang yang diperlukan
adalah :
(5)Sistem urinaria
Riwayat adanya haluaran urine dapat tidak memadai sebagai akibat
dari kehilangan cairan yang merupakan permulaan terjadinya gagal
ginjal akut.
(6)Sistem persyarafan
Biasanya ditemukan nyeri yang hebat dan perubahan status mental
yang merupakan gejala awal terjadinya syok hipovolemik.
(7)Sistem muskuloskeletal
Jarang ditemukan kelainan atau perubahan tetapi dapat juga terjadi
kontraktur akibat otot yang tidak digerakan.
(8)Sistem integumen
Kerusakan system integumen yang terjadi akibat luka bakar
digambarkan dengan adanya bulae, bahkan dapat terjadi kehilangan
lapisan kulit akibat luka bakar yang dalam.
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
1) Resiko tinggi defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan
cairan melalui rute abnormal, contoh luka, peningkatan kebutuhan:
status hipermetabolik, ketidak cukupan pemasukan, kehilangan
perdarahan.
2) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak ade
kuat: kerusakan perlindungan kulit, jaringan traumatik, pertahanan
sekunder tidak adekuat, penurunan Hb, penekanan proses inflamasi.
3) Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan kulit atau jaringan,
pembentukan edema, manipulasi jaringan kerja contohnya debridement.
4) Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan status hipermetabolik, katabolisme protein.
5) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma: kerusakan
permukaan kulit karena destruksi lapisan kulit (parsial atau luka bakar
dalam).
6) Perubahan gangguan citra tubuh: penampilan, peran berhubungan
dengan krisis situasi: kejadian traumatik, peran pasien terganggu,
kecacatan, nyeri.
4. Pertahankan pencatatan
4. Penggantian masip/cepat
kumulatif Jumlah dan tipe
dengan tipe cairan berbedadan
pemasukan cairan
fluktuasi kecepatan pemberian
memerlukan tabulasi ketat untuk
mencegah ketidak seimbangan
dan kelebihan cairan.
5. Obeservasi distensi
abdomen, hematemesis, 5. Stress (curling ulkus) terjadi
faeces hitam pada setengah dari semua pasien
luka bakar berat.
Kolaborasi
6. Memungkinkan observasi
6. Pasang/pertahankan
ketat fungsi ginjal dan mencegah
kateter urine tak menetap
urine statis.
7. Pasang/pertahankan
7. Memungkinkan infus cairan
kateter IV
cepat
8. Awasi pemeriksaan
8. Mengidentifikasi kehilangan
laboratorium
darah dan kebutuhan penggantian
cairan dan elektrolit.
9. Berikan obat sesuai
indikasi :Tambahkan 9. Larutan pembersih yang
elektrolit pada air yang kurang lebih sama dengan cairan
digunakan untuk debridemen jaringan dapat meminimalkan
luka. perpindahan cairan osmotik
3. Awasi/batasi pengunjung
3. Mencegah kontaminasi
silang dari pengunjung.
4. Periksa area yang terbakar
secara rutin 4. Infeksi oportunistik terjadi
sehubungan dengan depresi
sistem imun atau proliferasi
flora normal tubuh selama
terapi antibiotik sistemik.
5. Awasi tanda vital
5. Indikasi resiko
memerlukan evaluasi cepat
Kolaborasi
dan intervensi
6. Tempatkan infus pada area
yang tidak terbakar
6. Menurunkan resiko infeksi
pada sisi insersi dan
kemungkinan mengarah
7. Berikan agen topical
septikimia.
sesuai indikasi
7. Membantu untuk
mencegah infeksi luka dan
mencegah luka kering yang
dapat menyebabkan kerusakan
lebih lanjut.
Kolaborasi :
12. Berikan analgesik sesuai 12. Metode IV sering
indikasi digunakan pada awal
untuk memasimalkan efek
obat.
4) Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
status hipermetabolik, katabolisme protein
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil :
2. Pertahankan jumlah
kalori ketat. Timbang 2. Pedoman tepat untuk
tiap hari, kaji ulang pemasukan kalori tepat.
persen area permukaan Sesuai penyembuhan
tubuh terbuka/luka tiap luka , presentasi area luka
minggu bakar dievaluasi untuk
menghitung bentuk diet
yang diberikan dan
penilain yang teapat dibuat
3. Berikan makan dan
3. Membantu mencegah
makanan kecil sedikit
distensi
tapi sering
gaster/ketidaknyaman dan
Makan
meningkatkan pemasukan
indikasi pemasukan
nutrisi/memenuhi
kebutuhan metabolik pada
adnya komplikasi berat
atau berlanjutnya
esofagial/gastrik yang
tidak memungkinkan
11. Berikan insulin bila
makan per enteral
diperlukan
11. Peningkatan kadar glukosa
serum dapat terjadi
sehubungan dengan
respons stres terhadap
cedera , pemsukan tinggi
12. Awasi pemeriksaan
kalori/protein.
laboratorium contoh
12. Indikator kebutuhan nutrisi
albumin serum,
dan keadekuatan
kreatinin, transferin,
nitrogen urea urine diet/terapi
5) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma: kerusakan
permukaan kulit karena destruksi lapisan kulit (parsial/luka bakar
dalam).
Tujuan :
Kriteria Hasil :
1.) Menunjukan regenerasi jaringan
2.) Mencapai penyembuhan tepat waktu pada area luka bakar
Intervensi Rasional
Mandiri
Praoperasi
1. Kaji/catat ukuran, warna, 1. Memberikan informasi dasar
kedalaman luka, perhatikan tentang kebutuhan penanaman
jaringan nekrotik dan kondisi kulit dan kemungkinan
sekitar luka. petunjuk tentang sirkulasi pada
area graft.
Pascaoperasi 3.
3. Pertahankan penutupan luka
sesuai indikasi, contoh : a. Kain nilon/membran silikon
a. balutan biosintetik mengandung kolagen porcine
peptida yang melekat pada
permukaan luka sampai
lepasnya atau mengelupasnya
secara spontan kulit
repitelisasi. Berguna untuk
bebas jaringan parut luka
bakar ketebalan parsial
menunggu autograft karena
dapat menetap ditempatnya 2-
3 minggu atau lebih lama dan
permeabel sampai agen
antimikrobial topikal.
4. Menurunkan pembengkakan/
4. Tinggikan area graft bila membatasi resiko pemisahan
mungkin/tepat. Pertahankan graft. Gerakan jaringan di
posisi yang di inginkan dan bawah graft dapat mengubah
imobilisasi area bila di posisi yang mempengaruhi
indikasikan. penyembuhan optimal.
Kolaborasi 9.
9. Siapkan/bantu prosedur
bedah/balutan biologis. Contoh : a. Graft kulit diambil dari kulit
a. Homograft (alograft) orang itu sendiri atau orang
yang sudah meninggal,
digunakan untuk penutupan
sementara pada luka bakar luas
sampai kulit orang itu siap
ditanam (tes graft), untuk
menutup luka terbuka secara
cepat setelah eskarotomi untuk
melindungi jaringan granulasi.
9. meningkatkan ventilasi
perasaan dan kemungkinan
9. Berikan kelompok pendukung respons yang lebih membantu
untuk orang terdekat. Berikan pasien.
mereka informasi tentang
bagaimana mereka dapat
membantu pasien.