A. Latar Belakang
Seiring dengan keberhasilan Pemerintah dalam Pembangunan Nasional, telah
mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya kemajuan ekonomi,
perbaikan lingkungan hidup, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama di bidang
medis atau ilmu kedikteran sehingga dapat meningkatkan kualitas kesehatan penduduk serta
meningkatkan umur harapan hidup manusia. Akibatnya jumlah penduduk yang berusia lanjut
meningkat dan bertambah cenderung lebih cepat.
Saat ini, di seluruh dunia jumlah orang lanjut usia diperkirakan ada 500 juta dengan
usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar. Di
Negara maju seperti Amerika Serikat pertambahan orang lanjut usia bertambah 1000 orang
per hari pada tahun 1985 dan diperkirakan 50% dari penduduk berusia 50 tahun sehingga
istilah Baby Boom pada masa lalu berganti menjadi ledakan penduduk lanjut usia.
Secara demografi, menurut sensus penduduk pada tahun 1980 di Indonesia jumlah
penduduk 147,3 juta. Dari angka tersebut terdapat 16,3 juta orang (11%) orang yang berusia
50 tahun ke atas, dan 5,3 juta orang (4,3%) berusia 60 tahun ke atas. Dari 6,3 juta orang
terdapat 822,831 (23,06%) orang yang tergolong jompo, yaitu para lanjut usia yang
memerlukan bantuan khusus sesuai undang-undang bahkan mereka harus dipelihara oleh
Negara.
Secara individu, pada usia diatas 55 tahun terjadi penuaan secara alamiah. Hal ini akan
menimbulkan masalah fisik, mental, sosial, ekonomi, dan psikologis. Survei rumah tangga
tahun 1980 angka kesakitan penduduk usia lebih dari 55 tahun, sebesar 25,70% diharapkan
pada tahun 2000 nanti angka tersebut akan menurun menjadi 12,30% (Depkes RI, Pedoman
Pembinaan Kesehatan Lanjut usia bagi Petugas Kesehatan I, 1992)
Pada sistem muskuloskeletal termasuk di dalamnya adalah tulang, persendian, dan otot-
otot akan mengalami perubahan pada lansia yang dapat mempengaruhi penampilan fisik dan
fisiologisnya. Semua perubahan ini sangat mempengaruhi rentang gerak, gerak secara
keseluruhan, dan cara berjalan.
Kekuatan muskular mulai merosot pada usia sekitar 40 tahun, dengan suatu
kemunduran yang dipercepat setelah usia 60 tahun. perubahan gaya hidup dan penggunakan
sistem neuromuscular adal penyebab utama kehilangan kekuatan otot. Secara umum, terdapat
kemunduran kartilago sendi, sebagian besar terjadi pada sendi-sendi yang menahan berat dan
pemebentukan tulang di permukaan sendi. Komponen-komponen kapsul sendi pecah dan
kolagen yang terdapat pada jaringan penyambung meningkat progresif yang jika tidak
dipakai lagi, mungkin menyebabkan inflamasi, nyeri, penurunan mobilitas sendi, dan
deformitas. Penyakit inflamasi artikular yang paling sering terjadi pada lansia adalah Atritis
Reumatoid.
Berbagai penyakit sendi, termasuk Atritis Reumatoid dapat terjadi resiko jatuh pada
lansia. Jatuh merupakan kejadian terbesar pada lansia. Jatuh adalah suatu kejadian yang
dilaporkan penderita atau saksi mata yang melihat kejadian, sehingga mengakibatkan
seseorang mendadak terbaring/terduduk di lantai atau tempat yang lebih rendak dengan atau
tanpa kehilangan kesadaran atau luka (Reuben, 1996 dalam Buku Ajar Geriatri, Darmojo,
1999).
Penyakit kronis, pengobatan, dan faktor lingkungan seperti penerangan yang kurang,
lantai yang licin, tersandung, alas kaki kurang pas, kursi roda yang tidak terkunci, serta jalan
menurun/ adanya tangga juga dapat memperbesar risiko jatuh pada lansia. Karena hal-hal
tersebut maka perhatian dan dukungan keluarga terhadap lansia menjadi sangat penting.
Keluarga mempunyai peran yang penting dalam perawatan pasien lansia. Peran penting
tersebut dimiliki keluarga dikarenakan keluarga paling banyak berhubungan dengan pasien
(lansia), keluarga adalah orang yang paling dekat dan paling mengetahui keadaan pasien,
Pasien (lansia) yang dirawat di rumah sakit nantinya akan kembali ke lingkungan keluarga.
Salah satu aspek penting dalam keperawatan adalah keluarga. Keluarga adalah unit
terkecil dalam masyarakat merupakan klien keperawatan atau si penerima asuhan
keperawatan. Keluarga berperan dalam menentukan cara asuhan yang diperlukan anggota
keluarga yang sakit. Secara empiris dapat dikatakan bahwa kesehatan anggota keluarga
menjadi sangat berhubungan atau signifikan.
Prioritas tertinggi dari keluarga adalah kesejahteraan anggota keluarganya. Hal ini
tercapai apabila fungsi-fungsi dari keluarga untuk memenuhi kebutuhan tiap individu yang
ada dalam keluarga dapat tercapai dan terpenuhi.
Keluarga Bapak Abd. Hamid yang beralamatkan di RT 13 RW 09 Desa Kasih Sayang
Kembar Purwokerto menjadi studi kasus dalam asuhan keperawatan keluarga saat ini
dikarenakan terdapat alasan yang mendukung dijadikannya Bapak Abd. Hamid sebagai
sasaran Asuhan Keperawatan Keluarga yaitu keluarga Bapak Abd. Hamid merupakan
keluarga resiko tinggi kesehatan karena didalamnya terdapat usia lanjut.
B. Pembahasan masalah
Asuhan keperawatan keluarga pada Bapak Abd. Hamid diprioritaskan pada diagnosa
keperawatan pertama yaitu nyeri berhubungan dengan agen cedera fisik (rematik).
C. Tujuan
a. Tujuan Umum
Keluarga Bapak Abd. Hamid bisa dan mampu meningkatkan derajat kesehatannya
melalui pemberian asuahan keperawatan keluarga.
b. Tujuan khusus
1. Mengidentifikasi masalah kesehatan yang terjadi di dalam keluarga Bapak Abd.
Hamid
2. Menganalisa dan merumuskan masalah keperawatan yang terjadi pada keluarga
Bapak Abd. Hamid kemudian menentukan prioritas masalah melalui skoring keluarga
3. Menyusun rencana tidakan keperawatan keluarga
4. Memberikan implementasi pendidikan kesehatan dan memberikan fasilitas perawatan
kesehatan
5. Mengevaluasi terhadap asuhan keperawatan yang diberikan kepada keluarga Bapak
Abd. Hamid
D. Manfaat
a. Mahasiswa
b. Keluarga
Meningkatkan kemampuan keluarga dalam menyelesaikan masalah kesehatan sendiri,
sehingga tercipta peningkatan stastus dan derajat kesehatan keluarga yang optimal.
KONSEP DASAR
1. Pengertian Lansia
Mengenai kapankah orang disebut lanjut usia, sulit dijawab secara memuaskan . Menurut
Organisasi Kesehatan Dunia lanjut usia meliputi :
o Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun
o Lanjut usia (elderly) ialah kelompok usia antara 60 sampai 74
o Lanjut usia tua (old) ialah kelompok usia antara 75 sampai 90
o Usia sangat tua (very old) ialah kelompok usia diatas 90
b. Manifestasi Klinis
Pada lansia, AR dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok :
1) Kelompok 1 adalah AR klasik. Sendi-sendi kecil pada kaki dan tangan sebagian besar
terlibat. Terdapat faktor raumatoid, dan nodula-nodula rheumatoid yang sering terjadi.
Penyakit dalam kelompok ini dapat mendorong kea rah kerusakan sendi yang progresif.
2) Kelompok 2 termasuk klien yang memenuhi criteria dari American Rheumatologic
Association untuk AR karena mereka mempunyai radang sinovitis yang terus-menerus
dan simetris, sering melibatkan pergelangan tangan dan sendi-sendi jari.
3) Kelompok 3, sinovitis terutama mempengaruhi bagian proksimal sendi, bahu, dan
panggul. Awitannya mendadak, sering ditandai dengan kekakuan pada pagi hari.
Pergelangan tangan pasien sering mengalami hal ini, dengan adanya bengkak, nyeri
tekan, penurunan kekuatan genggaman, dan sindrom carpal tunnel. Kelompok ini
mewakili suatu penyakit yang dapat smbuh sendiri yang dapat dikendalikan secara baik
dengan menggunakan prednisone dosis rendah atau agens antiinflamasi dan memiliki
prognosis yang baik.
Jika tidak diistirahatkan, AR akan berkembang menjadi empat tahap :
Terdapat radang sendi dengan pembengkakan membran sinovial dan kelebihan produksi
cairan sinovial. Tidak ada perubahan yang bersifat merusak terlihat pada radiografi.
Bukti osteoporosis mungkin ada.
1) Secara radiologis, kerusakan tulang pipih atau tulang rawan dapat dilihat. Klien
mungkin mengalami keterbatasan gerak tetapi tidak ada deformitas sendi.
2) Jaringan ikat fibrosa yang keras menggantikan pannus, sehingga mengurangi ruang
gerak sendi. Ankilosis fibrosa mengakibatkan penurunan gerakan sendi, perubahan
kesejajaran tubuh, dan deformitas. Secara radiologis terlihat adanya kerusakan
kartilago dan tulang.
3) Ketika jaringan fibrosa mengalami klasifikasi, ankilosis tulang dapat menyebabkan
terjadinya imobilisasi sendi secara total. Atrofi otot yang meluas dan luka pada
jaringan lunak seperti nodula-nodula mungkin terjadi.
c. Penalaksanaan
Penanganan medis bergantung pada tahap penyakit ketika diagnosis dibuat dan
termasuk dalam kelompok mana yang sesuai dengan kondisi tersebut. Untuk
menghilangkan nyeri dengan menggunakan aggens inflamasi, obat yang dapat dipilih
dalah aspirin. Namun, efek antiinflamasi dari aspirin tidak terlihat pada dosis kurang dari
12 tablet perhari, yang dapat menyebabkan gejala gastrointestinal dan sistem saraf pusat.
Obat antiinflamasi non steroid sangat bermanfaat, tetapi dianjurkan menggunakan dosis
yang direkomendasikan oleh pabrik dan pemantauan efek samping secara hati-hati sangat
perlu dilakukan. Terapi kotikosteroid yang diinjeksikan melalui sendi mungkin
digunakan untuk infeksi di dalam satu atau dua sendi. Injeksi secara cepat dihubungkan
dengan nekrosis dan penurunan kekuatan tulang. Biasanya, injeksi yang diberikan ke
dalam sendi apapun tidak boleh diberikan lebih dari tiga kali. Rasa nyeri dan
pembengkakan umumnya hilang untuk waktu 1 sampai 6 minggu.
Penalaksanaan keperawatn menekankan pemahaman klien tentang sifat alami AR
kronis dan kelompok serta tahap-tahap yang berbeda untuk memantau perkembangan
penyakit. Klien harus ingat bahwa walaupun pengobatan mungkin mengurangi radang
dan nyeri sendi, mereka harus pula mempertahankan pergerakan dan kekuatan untuk
mencegah deformitas sendi. Suatu program aktivitas dan istirahat yang seimbang sangat
penting untuk mencegah peningkatan tekanan pada sendi.
Ada sejumlah cara penatalaksanaan yang sengaja dirancang untuk mencapai tujuan-
tujuan tersebut di atas, yaitu :
a. Pendidikan
Langkah pertama dari program penatalaksanaan ini adalah memberikan pendidikan
yang cukup tentang penyakit kepada penderita, keluarganya dan siapa saja yang
berhubungan dengan penderita. Pendidikan yang diberikan meliputi pengertian,
patofisiologi (perjalanan penyakit), penyebab dan perkiraan perjalanan (prognosis)
penyakit ini, semua komponen program penatalaksanaan termasuk regimen obat yang
kompleks, sumber-sumber bantuan untuk mengatasi penyakit ini dan metode efektif
tentang penatalaksanaan yang diberikan oleh tim kesehatan. Proses pendidikan ini harus
dilakukan secara terus-menerus.
b. Istirahat
Merupakan hal penting karena reumatik biasanya disertai rasa lelah yang hebat.
Walaupun rasa lelah tersebut dapat saja timbul setiap hari, tetapi ada masa dimana
penderita merasa lebih baik atau lebih berat. Penderita harus membagi waktu seharinya
menjadi beberapa kali waktu beraktivitas yang diikuti oleh masa istirahat.
c. Latihan Fisik dan Termoterapi
Latihan spesifik dapat bermanfaat dalam mempertahankan fungsi sendi. Latihan ini
mencakup gerakan aktif dan pasif pada semua sendi yang sakit, sedikitnya dua kali
sehari. Obat untuk menghilangkan nyeri perlu diberikan sebelum memulai latihan.
Kompres panas pada sendi yang sakit dan bengkak mungkin dapat mengurangi nyeri.
Mandi parafin dengan suhu yang bisa diatur serta mandi dengan suhu panas dan dingin
dapat dilakukan di rumah. Latihan dan termoterapi ini paling baik diatur oleh pekerja
kesehatan yang sudah mendapatkan latihan khusus, seperti ahli terapi fisik atau terapi
kerja. Latihan yang berlebihan dapat merusak struktur penunjang sendi yang memang
sudah lemah oleh adanya penyakit.
d. Diet/ Gizi
Penderita Reumatik tidak memerlukan diet khusus. Ada sejumlah cara pemberian diet
dengan variasi yang bermacam-macam, tetapi kesemuanya belum terbukti kebenarannya.
Prinsip umum untuk memperoleh diet seimbang adalah penting.
e. Obat-obatan
Pemberian obat adalah bagian yang penting dari seluruh program penatalaksanaan
penyakit reumatik. Obat-obatan yang dipakai untuk mengurangi nyeri, meredakan
peradangan dan untuk mencoba mengubah perjalanan penyakit.
Penanganan medis dimulai dengan pemberian salisilat NSAID dalam dosis terapeutik.
Kelompok obat ini mengurangi peradangan dengan menghalangi proses produksi
mediator peradangan. Tepatnya, obat-obat ini menghambat sintetase prostaglandin atau
siklooksigenase. Enzim-enzim ini mengubah asam lemak sistemik endogen, yaitu asam
arakidonatmenjadi prostaglandin, prostasiklin, tromboksan dan radikal-radikal oksigen.
Obat standar yang sudah dipakai sejak lama dalam kelompok ini adalah aspirin dan
piroksikam.
Aspirin (analgetik antipiretik) PO (Dewasa) : 325 – 1000 mg tiap 4 – 6 jam sesuai
kebutuhan (tidak lebih dari 4 g/hari).
Aspirin (antiinflamasi) PO (Dewasa) : 2,6 – 6,2 g/hari dalam dosis terbagi.
Piroksikam PO (Dewasa) : 20 mg/hari dapat diberikan sebagai dosis tunggal atau
dalam 2 dosis terbagi dengan sediaan kapsul : 10 mg, 20 mg supositoria : 10 mg, 20
mg.
Bagi arthritis reumathoid erosif moderat suatu program formal dengan terapi okupasi
dan fisioterapi. Bagi arthritis reumathoid erosive persisten bedah rekonstruksi dan
terapi kortikosteroid seringkali diresepkan. Bagi arthritis rheumatoid yang lanjut dan
tidak pernah sembuh, obat-obat imunosupresi diresepkan mengingat kemampuannya
untuk mempengaruhi produksi antibody pada tingkat seluler. Obat-obat ini
mencakup preparat metotreksat dosis tinggi, siklofosfamid dan azatioprin.
ASUHAN KEPERWATAN KELUARGA
A. Pengkajian
1. Data Umum
a. Identitas Keluarga
Identitas Kepala Keluarga
Nama : Abd. Hamid DG. Nyarrang
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Suku : Makassar
Umur : 61 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Seniman
Telp : -
Alamat : Jl. Sultan Alauddin Lr.1b
b. Komposisi Keluarga
c. Genogram
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Sakit
: Menikah
: Tinggal serumah
: Anak
d. Tipe Keluarga
Keluarga bapak Abd. Hamid merupakan keluarga sederhana diamana dalam satu rumah
hanya ada bapak Abd. Hamid, Istrinya, dan anaknya Asril
e. Suku Bangsa
Bapak Abd.Hamid menyatakan bahwa ia dari suku Makassar dan mereka sekeluarga
menggunakan bahasa indonesia sehari-hari dalam berkomunikasi.
f. Agama
Semua anggota keluarga Tn. Abdul Rahman menganut agama Islam. Mereka sangat taat
dalam menjalani ritual agamanya.
g. Status Sosial Ekonomi Keluarga
Penghasilan perbulan keluarga Bapak Abd. Hamid ± Rp. 500.000. Uang tersebut sudah
termasuk dana untuk belanja keperluan sehari-hari keluarganya.
h. Aktivitas Rekreasi Keluarga
Kegiatan yang dilakukan keluarga setiap hari mereka menonton TV bersama-sama, dan
semua berkumpul menonton TV ketika malam hari. Kadang mereka berkumpul bersama
tetangga atau saudara dekat untuk berbincang-bincang bersama.
3. Data Lingkungan
a. Karakteristik Rumah
Rumah bapak Abd. Hamid berukuran ± panjang 10 meter, lebar 7 meter. Dirumah
tersebut terdapat :
Kamar Tidur 3, yaitu 1 kamar tidur berada didepan samping ruang tamu, 2 kamar
berikutnya berada disamping kamar pertama namun mengarah ke ruang makan.
Ruang tamu berukuran 3 x 3 meter, terdapat banyak perabotan diruang tamu tersebut
Ruang makan sangat sederhana hanya ada meja makan, kursi dan lemari piring
disekitarnya
Kamar mandi berada satu tempat dengan WC
Dapur berada disamping meja makan
Lantai rumah belum memakai tegel, Seluruh ruang didalam rumah Bapak Abd.
Hamid beralas Semen.
Gambar Denah Rumah :
yutufhKama
Kamar 1 Kamar 2 Kamar 3
Dapur
Kamar Mandi WC
4. Struktur Keluarga
a. Pola Komunikasi Keluarga
Keluarga Bapak Abd. Hamid sehari-hari menggunakan bahasa Indonesia dan
Makassar dalam berkomunikasi kepada anggota keluarganya. Komunikasi antar anggota
lancar dan tidak ada konflik dalam keluarga. Dalam keluarga mempunyai kebiasaan
berkomunikasi setiap malam ketika menonton TV, keluarga bertukar pendapat dan
menceritakan hal-hal yang terjadi dalam keluarga.
b. Struktur Kekuatan Keluarga
Dalam keluarga, Bapak Abd. Hamid adalah penentu keputusan terhadap suatu
masalah karena Bapak Abd. Hamid dianggap sebagai orang yang paling tua dan sebagai
kepala keluarga. Untuk anak-anak yang telah berkeluarga keputusan diserahkan kepada
keluarga masing-masing, tetapi anak-anaknya juga sering meminta pendapat Bapak Abd.
Hamid. keluarga Bapak Abd. Hamid sangat menyayangi dan menghargai Bapak Abd.
Hamdi, apabila Bapak Abd. Hamid sakit keluarga langsung mengantarkannya berobat,
anak-anaknya juga mengingatkannya untuk minum obat jika Pabak Abd. Hamid lupa.
c. Struktur Peran ( Formal Dan Informal )
Bapak Abd. Hamid berperan sebagai kepala keluarga, seorang ayah ayah dan kakek.
Bapak Abd. Hamid juga sering mengasuh cucunya jika kedua anaknya sibuk atau
ada keperluan.
Ibu Komora berperan sebagai Istri, Ibu bagi anak-anaknya dan Nenek untuk
cucunya.
Asril berperan sebagai anak.
d. Nilai Dan Norma Keluarga
Bapak Abd. Hamid mengatakan ia terbiasa menanamkan pada anak-anaknya sikap
hormat-menghormati dan menyayangi antar keluarga dan dengan tetangga. Keluarga
Bapak Abd. Hamid menganut agama Islam, dalam kehidupan keseharian menggunakan
keyakinan sesuai syariat islam. Keluarga Bapak Abd. Hamid menganut norma atau adat
yang ada di lingkungan sekitar misalnya takziah atau menjenguk tetangga yang sakit.
Disamping itu keluarga menganut kebudayaan Makassar, norma yang dianut juga
kebudayaan Makassar. Dalam kebiasaan keluarga Bapak Abd. Hamid tidak ada yang
bertentangan dengan kesehatan.
5. Fungsi Keluarga
a. Fungsi Afektif
Keluarga Bapak Abd. Hamid mengatakan berusaha memelihara keharmonisan antar
anggota keluarga, saling menyayangi, dan menghormati. Keluarga Bapak Abd. Hamid
sangat harmonis, rukun dan tentram. Apabila ada anggota yang membutuhkan atau sakit
maka keluarga yang lain berusaha membantu.
b. Fungsi Sosialisasi
Bapak Abd. Hamid mengatakan interaksi antar anggota keluarga dapat berjalan dengan
baik. keluarga Bapak Abd. Hamid menganut kebudayaan Makassar. Keluarga Bapak
Abd. Hamid berusaha untuk tetap memenuhi aturan yang ada keluarga, misalnya saling
menghormati dan menghargai. Keluarga juga mengatakan mengikuti norma yang ada di
masyarakat sekitar, sehingga dapat menyesuiakan dan berhubungan baik dengan para
tetangga atau masyarakat sekitar.
c. Fungsi Perawatan Kesehatan
Kemampuan mengenal masalah kesehatan
Keluarga mengatakan mengetahui penyakit di keluarganya tetapi tidak mengetahui sama
sekali apa penyebabnya. Keluarga Bapak Abd. Hamid mengatakan hanya sedikit
mengetahui tentang tanda dan gejala, serta tidak mengetahui apa-apa saja yang harus
dihindari untuk mencegah terjadinya penyakit pada Bapak Abd. Hamid
Kemampuan mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan
Keluarga mengatakan linu pada sendi kaki yang diderita oleh Tn. T merupakan sakit
yang biasa diderita oleh orang tua. Keluarga terus mengingatkan kepada Bapak Abd.
Hamid untuk tidak banyak melakukan aktivitas dan beristirahat saja.
Kemampuan merawat anggota keluarga yang sakit
Jika ada keluarga yang sakit, hal pertama yang dilakukan adalah mengerokinnya dan jika
sakitnya berlarut segera dibawa ke Puskesmas terdekat.
Kemampuan keluarga memelihara/ memodifikasi lingkungan rumah yang sehat
Keluarga mengatakan tiap hari selalu membersihkan lingkungan rumahnya (menyapu,
mengepel), sistem pembuangan limbah keluarga langsung ke saluran kolam di belakang
rumah, pembuangan sampah ditampung sementara di ember sampah kemudian di bakar
di lubang pembakaran setiap dua hari sekali.
Kemampuan menggunakan fasilitas kesehatan yang terdapat di lingkungan setempat
Keluarga Bapak Abd. Hamid mengatakan jika ada keluarga yang sakit segera dibawa ke
dibawa ke Puskesmas terdekat. Bapak Abd. Hamid seringkali tidak mau dibawa ke
pelayanan kesehatan kecuali benar-benar dirasa parah.
d. Fungsi Reproduksi
Bapak Abd. Hamid memiliki tiga orang anak yang sudah menikah 2 oarang dan anak
ketiga Bapak Abd. Hamid masih duduk di SMP. Istri Bapak Abd. Hamid tidak
menggunakan KB sebab Ibu Kobora sudah memasuki masa Menopous.
e. Fungsi Ekonomi
Keluarga Bapak Abd. Hamid merupakan keluarga kurang mampu, hal ini dapat dilihat
dari penghasilan keluarga tiap bulannya sekitar Rp.500.000/perbulan. Keluarga Tn. T
dapat memenuhi setiap kebutuhan sandang, pangan dan papan walaupun dengan
kapasitas seadanya.
7. Pemeriksaan Fisik
a. Bapak Abd. Hamid
Tekanan Darah : 110/80 mmHg
Berat Badan : 65 kg
Tinggi Badan : 160 cm
Nadi : 80 x/mnt
RR : 20x/mnt
Termometer : 36,5° C
Kekuatan otot : 5 5
4 3
Skala nyeri : 6
b. Ibu Kobora
Tekanan Darah : 160/110mmHg
Berat Badan : 59 kg
Tinggi Badan : 163 cm
Nadi : 80 x/mnt
RR : 20x/mnt
Termometer : 36,3° C
Keadaan fisik tidak menunjukan adanya kelainan
c. Asril
Tekanan Darah : 110/80 mmHg
Berat Badan : 30 kg
Tinggi Badan : 65 cm
Nadi : 80 x/mnt
RR : 20x/mnt
Termometer : 36,5° C
Keadaan fisik tidak menunjukan adanya kelainan
8. Harapan Keluarga
Keluarga sangat berharap agar masalah kesehatan yang terjadi di dalam keluarga dapat
teratasi atas bantuan dari pertugas kesehatan.
DO :
Bapak Abd. Hamid berumur
61 tahun
TD 130/100 mmHg
Kekuatan otot 5 5
4 3
Skala nyeri 6
Lantai tanah yang berada di
dapur tampak licin dan lembab
DS :
Keluarga mengatakan Kurang Kurang
mengetahui penyakit di pengetahuan, informasi dan
keluarganya tetapi tidak ketidak tahuan keterbatasan
tentang penyakit kemampuan
mengetahui sama sekali apa
penyebabnya. Keluarga Bapak mencapai
Abd. Hamid mengatakan informasi,
hanya sedikit mengetahui ketidakmampuan
keluarga
tentang tanda dan gejala, serta
mengenal
tidak mengetahui apa-apa saja masalah
yang harus dihindari untuk kesehatan
mencegah terjadinya penyakit
pada Bapak Abd. Hamid
Jika ada keluarga yang sakit,
hal pertama yang dilakukan
adalah mengerokinnya dan jika
sakitnya berlarut segera
dibawa ke Bidan atau ke
Puskesmas terdekat
Bapak Abd. Hamid
mengatakan tidak ada
pantangan makanan
DO :
Keluarga tidak bisa menjawab
pertanyaan tentang pengertian
penyakit, pencegahan,
perawatan dan pengobatannya
Bapak Abd. Hamid bertanya
apa saja makanan yang harus
dihindari agar tidak sakit,
Bapak Abd. Hamid tampak
bingung
DS : Nyeri, gangguan
- Bapak Abd. Hamid mengatakan Hambatan muskulus
sering merasa linu di persendian mobilitas fisik skeletal, kaku
kakinya sehingga kaku untuk sendi (AR).
berjalan
- Bapak Abd. Hamid mengatakan
ketika bangun pagi kakinya
merasa senut-senut (nyeri) dan
berat untuk berjalan.
- Bapak Abd. Hamid mengatakan
pernah hampir jatuh karena
kakinya merasa tidak kuat
menopang badannya
DO:
- Skala nyeri sedang (6)
- Klien tampak perlahan-lahan saat
berjalan karena menahan nyeri.
- Klien tampak lambat dalam
berjalan.
- Tingkat funsional klien 0, namun
kadang-kadang 1
3. Prioritas Masalah
a. Resiko jatuh b.d Reumathoid, lantai yang licin, ketidakmampuan keluarga
merawat anggota yang sakit.
KRITERIA SKORE PEMBENARAN
Sifat masalah 2/3 x 1 = 2/3 Bapak Abd. Hamid dan
(bobot 1) keluarga mengetahui
Skala : bahwa Bapak Abd.
3 : Aktual Hamid memiliki penyakit
2 : Resiko linu pada kakinya dan
1 : Sejahtera pernah hampir jatuh.
Total 2 2/3
Total 3 4/3
c. Hambatan mobilitas fisik b.d Nyeri, gangguan muskulus skeletal, kaku sendi,
gangguan sensori perseptual.
KRITERIA SKORE PEMBENARAN
Sifat masalah 3/3 x 1 = 1 Bapak Abd. Hamid
(bobot 1) mengatakan Bapak Abd.
Skala : Hamid mengatakan
3 : Aktual penyakitnya mengganggu
2 : Resiko aktivitas geraknya
1 : Sejahtera sehingga menyusahkan
keluarga yang lain.
Total 3 2/3
DAFTAR PUSTAKA
Bandiah, S. (2009) Lanjut Usia dan Keperawatan gerontik. Yogyakarta : Nuha Medika.
Jhonson R. dan Leny R (2010) keperawatan keluarga plus contoh askep keluarga. Yogyakarta
: Nuha Medika.
OLEH :
KELOMPOK 4
KULIAHNA. K 13 1101 049
ASRIANTI 13 1101 066
VINESIA TAMAELA 13 1101 020
SAHRILA APE 13 1101 052
NURLINA NASIR 13 1101 032
WAHYU NINGSIH 13 1101 009
MOH. DAHLI YUSUF 13 1101 052