Anda di halaman 1dari 28

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seiring dengan keberhasilan Pemerintah dalam Pembangunan Nasional, telah
mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya kemajuan ekonomi,
perbaikan lingkungan hidup, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama di bidang
medis atau ilmu kedikteran sehingga dapat meningkatkan kualitas kesehatan penduduk serta
meningkatkan umur harapan hidup manusia. Akibatnya jumlah penduduk yang berusia lanjut
meningkat dan bertambah cenderung lebih cepat.
Saat ini, di seluruh dunia jumlah orang lanjut usia diperkirakan ada 500 juta dengan
usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar. Di
Negara maju seperti Amerika Serikat pertambahan orang lanjut usia bertambah 1000 orang
per hari pada tahun 1985 dan diperkirakan 50% dari penduduk berusia 50 tahun sehingga
istilah Baby Boom pada masa lalu berganti menjadi ledakan penduduk lanjut usia.
Secara demografi, menurut sensus penduduk pada tahun 1980 di Indonesia jumlah
penduduk 147,3 juta. Dari angka tersebut terdapat 16,3 juta orang (11%) orang yang berusia
50 tahun ke atas, dan 5,3 juta orang (4,3%) berusia 60 tahun ke atas. Dari 6,3 juta orang
terdapat 822,831 (23,06%) orang yang tergolong jompo, yaitu para lanjut usia yang
memerlukan bantuan khusus sesuai undang-undang bahkan mereka harus dipelihara oleh
Negara.
Secara individu, pada usia diatas 55 tahun terjadi penuaan secara alamiah. Hal ini akan
menimbulkan masalah fisik, mental, sosial, ekonomi, dan psikologis. Survei rumah tangga
tahun 1980 angka kesakitan penduduk usia lebih dari 55 tahun, sebesar 25,70% diharapkan
pada tahun 2000 nanti angka tersebut akan menurun menjadi 12,30% (Depkes RI, Pedoman
Pembinaan Kesehatan Lanjut usia bagi Petugas Kesehatan I, 1992)
Pada sistem muskuloskeletal termasuk di dalamnya adalah tulang, persendian, dan otot-
otot akan mengalami perubahan pada lansia yang dapat mempengaruhi penampilan fisik dan
fisiologisnya. Semua perubahan ini sangat mempengaruhi rentang gerak, gerak secara
keseluruhan, dan cara berjalan.
Kekuatan muskular mulai merosot pada usia sekitar 40 tahun, dengan suatu
kemunduran yang dipercepat setelah usia 60 tahun. perubahan gaya hidup dan penggunakan
sistem neuromuscular adal penyebab utama kehilangan kekuatan otot. Secara umum, terdapat
kemunduran kartilago sendi, sebagian besar terjadi pada sendi-sendi yang menahan berat dan
pemebentukan tulang di permukaan sendi. Komponen-komponen kapsul sendi pecah dan
kolagen yang terdapat pada jaringan penyambung meningkat progresif yang jika tidak
dipakai lagi, mungkin menyebabkan inflamasi, nyeri, penurunan mobilitas sendi, dan
deformitas. Penyakit inflamasi artikular yang paling sering terjadi pada lansia adalah Atritis
Reumatoid.
Berbagai penyakit sendi, termasuk Atritis Reumatoid dapat terjadi resiko jatuh pada
lansia. Jatuh merupakan kejadian terbesar pada lansia. Jatuh adalah suatu kejadian yang
dilaporkan penderita atau saksi mata yang melihat kejadian, sehingga mengakibatkan
seseorang mendadak terbaring/terduduk di lantai atau tempat yang lebih rendak dengan atau
tanpa kehilangan kesadaran atau luka (Reuben, 1996 dalam Buku Ajar Geriatri, Darmojo,
1999).
Penyakit kronis, pengobatan, dan faktor lingkungan seperti penerangan yang kurang,
lantai yang licin, tersandung, alas kaki kurang pas, kursi roda yang tidak terkunci, serta jalan
menurun/ adanya tangga juga dapat memperbesar risiko jatuh pada lansia. Karena hal-hal
tersebut maka perhatian dan dukungan keluarga terhadap lansia menjadi sangat penting.
Keluarga mempunyai peran yang penting dalam perawatan pasien lansia. Peran penting
tersebut dimiliki keluarga dikarenakan keluarga paling banyak berhubungan dengan pasien
(lansia), keluarga adalah orang yang paling dekat dan paling mengetahui keadaan pasien,
Pasien (lansia) yang dirawat di rumah sakit nantinya akan kembali ke lingkungan keluarga.
Salah satu aspek penting dalam keperawatan adalah keluarga. Keluarga adalah unit
terkecil dalam masyarakat merupakan klien keperawatan atau si penerima asuhan
keperawatan. Keluarga berperan dalam menentukan cara asuhan yang diperlukan anggota
keluarga yang sakit. Secara empiris dapat dikatakan bahwa kesehatan anggota keluarga
menjadi sangat berhubungan atau signifikan.
Prioritas tertinggi dari keluarga adalah kesejahteraan anggota keluarganya. Hal ini
tercapai apabila fungsi-fungsi dari keluarga untuk memenuhi kebutuhan tiap individu yang
ada dalam keluarga dapat tercapai dan terpenuhi.
Keluarga Bapak Abd. Hamid yang beralamatkan di RT 13 RW 09 Desa Kasih Sayang
Kembar Purwokerto menjadi studi kasus dalam asuhan keperawatan keluarga saat ini
dikarenakan terdapat alasan yang mendukung dijadikannya Bapak Abd. Hamid sebagai
sasaran Asuhan Keperawatan Keluarga yaitu keluarga Bapak Abd. Hamid merupakan
keluarga resiko tinggi kesehatan karena didalamnya terdapat usia lanjut.
B. Pembahasan masalah
Asuhan keperawatan keluarga pada Bapak Abd. Hamid diprioritaskan pada diagnosa
keperawatan pertama yaitu nyeri berhubungan dengan agen cedera fisik (rematik).

C. Tujuan
a. Tujuan Umum
Keluarga Bapak Abd. Hamid bisa dan mampu meningkatkan derajat kesehatannya
melalui pemberian asuahan keperawatan keluarga.
b. Tujuan khusus
1. Mengidentifikasi masalah kesehatan yang terjadi di dalam keluarga Bapak Abd.
Hamid
2. Menganalisa dan merumuskan masalah keperawatan yang terjadi pada keluarga
Bapak Abd. Hamid kemudian menentukan prioritas masalah melalui skoring keluarga
3. Menyusun rencana tidakan keperawatan keluarga
4. Memberikan implementasi pendidikan kesehatan dan memberikan fasilitas perawatan
kesehatan
5. Mengevaluasi terhadap asuhan keperawatan yang diberikan kepada keluarga Bapak
Abd. Hamid

D. Manfaat

a. Mahasiswa

1. Untuk melatih dan membiasakan mahasiswa dalam menyelesaikan masalah kesehatan

keluarga melalui Asuhan Keperawatan keluarga.

2. Untuk meningkatkan ketrampilan berfikir kritis dalam menyesuiakan masalah

kesehatan keluarga melalui Asuhan Keperawatan keluarga.

b. Keluarga
Meningkatkan kemampuan keluarga dalam menyelesaikan masalah kesehatan sendiri,
sehingga tercipta peningkatan stastus dan derajat kesehatan keluarga yang optimal.
KONSEP DASAR

1. Pengertian Lansia
Mengenai kapankah orang disebut lanjut usia, sulit dijawab secara memuaskan . Menurut
Organisasi Kesehatan Dunia lanjut usia meliputi :
o Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun
o Lanjut usia (elderly) ialah kelompok usia antara 60 sampai 74
o Lanjut usia tua (old) ialah kelompok usia antara 75 sampai 90
o Usia sangat tua (very old) ialah kelompok usia diatas 90

2. Perubahan-perubahan yang terjadi pada lanjut usia


o Perubahan sel
o Sistem pernafasan
o Sistem pendengaran
o Sistem penglihatan
o Sistem kardiovaskuler
o Sistem pengaturan temperature tubuh
o Sistem respirasi
o Sistem gastrointestinal
o Sistem genitourinaria
o Sistem endokrin
o Sistem kulit
o Sistem musculoskeletal
o Perubahan-perubahan mental
o Perubahan-perubahan psokososial
o Peningkatan spiritual

3. Penyakit Radang Sendi : Atritis Reumatoid


a. Patofisiologi
Atritis Reumatoid adalah suatu penyakit kronis, sistemik, yang secara khas
berkembang perlahan-lahan dan ditandai oleh adanya radang yang sering kambuh pada
sendi-sendi diartrodial dan struktur yang berhubungan. AR sering disertai dengan nodul-
nodul rheumatoid, arthritis, neuropati, skleritis, perikarditis, limfadenopati, dan
splenomegali. AR ditandai oleh periode-periode remisi dan bertambah parahnya penyakit
(Stanley dan Beare, 2007).

b. Manifestasi Klinis
Pada lansia, AR dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok :
1)   Kelompok 1 adalah AR klasik. Sendi-sendi kecil pada kaki dan tangan sebagian besar
terlibat. Terdapat faktor raumatoid, dan nodula-nodula rheumatoid yang sering terjadi.
Penyakit dalam kelompok ini dapat mendorong kea rah kerusakan sendi yang progresif.
2)   Kelompok 2 termasuk klien yang memenuhi criteria dari American Rheumatologic
Association untuk AR karena mereka mempunyai radang sinovitis yang terus-menerus
dan simetris, sering melibatkan pergelangan tangan dan sendi-sendi jari.
3)   Kelompok 3, sinovitis terutama mempengaruhi bagian proksimal sendi, bahu, dan
panggul. Awitannya mendadak, sering ditandai dengan kekakuan pada pagi hari.
Pergelangan tangan pasien sering mengalami hal ini, dengan adanya bengkak, nyeri
tekan, penurunan kekuatan genggaman, dan sindrom carpal tunnel. Kelompok ini
mewakili suatu penyakit yang dapat smbuh sendiri yang dapat dikendalikan secara baik
dengan menggunakan prednisone dosis rendah atau agens antiinflamasi dan memiliki
prognosis yang baik.
Jika tidak diistirahatkan, AR akan berkembang menjadi empat tahap :
Terdapat radang sendi dengan pembengkakan membran sinovial dan kelebihan produksi
cairan sinovial. Tidak ada perubahan yang bersifat merusak terlihat pada radiografi.
Bukti osteoporosis mungkin ada.
1) Secara radiologis, kerusakan tulang pipih atau tulang rawan dapat dilihat. Klien
mungkin mengalami keterbatasan gerak tetapi tidak ada deformitas sendi.
2) Jaringan ikat fibrosa yang keras menggantikan pannus, sehingga mengurangi ruang
gerak sendi. Ankilosis fibrosa mengakibatkan penurunan gerakan sendi, perubahan
kesejajaran tubuh, dan deformitas. Secara radiologis terlihat adanya kerusakan
kartilago dan tulang.
3) Ketika jaringan fibrosa mengalami klasifikasi, ankilosis tulang dapat menyebabkan
terjadinya imobilisasi sendi secara total. Atrofi otot yang meluas dan luka pada
jaringan lunak seperti nodula-nodula mungkin terjadi.
c. Penalaksanaan
Penanganan medis bergantung pada tahap penyakit ketika diagnosis dibuat dan
termasuk dalam kelompok mana yang sesuai dengan kondisi tersebut. Untuk
menghilangkan nyeri dengan menggunakan aggens inflamasi, obat yang dapat dipilih
dalah aspirin. Namun, efek antiinflamasi dari aspirin tidak terlihat pada dosis kurang dari
12 tablet perhari, yang dapat menyebabkan gejala gastrointestinal dan sistem saraf pusat.
Obat antiinflamasi non steroid sangat bermanfaat, tetapi dianjurkan menggunakan dosis
yang direkomendasikan oleh pabrik dan pemantauan efek samping secara hati-hati sangat
perlu dilakukan. Terapi kotikosteroid yang diinjeksikan melalui sendi mungkin
digunakan untuk infeksi di dalam satu atau dua sendi. Injeksi secara cepat dihubungkan
dengan nekrosis dan penurunan kekuatan tulang. Biasanya, injeksi yang diberikan ke
dalam sendi apapun tidak boleh diberikan lebih dari tiga kali. Rasa nyeri dan
pembengkakan umumnya hilang untuk waktu 1 sampai 6 minggu.
Penalaksanaan keperawatn menekankan pemahaman klien tentang sifat alami AR
kronis dan kelompok serta tahap-tahap yang berbeda untuk memantau perkembangan
penyakit. Klien harus ingat bahwa walaupun pengobatan mungkin mengurangi radang
dan nyeri sendi, mereka harus pula mempertahankan pergerakan dan kekuatan untuk
mencegah deformitas sendi. Suatu program aktivitas dan istirahat yang seimbang sangat
penting untuk mencegah peningkatan tekanan pada sendi.
Ada sejumlah cara penatalaksanaan yang sengaja dirancang untuk mencapai tujuan-
tujuan tersebut di atas, yaitu :
a. Pendidikan
Langkah pertama dari program penatalaksanaan ini adalah memberikan pendidikan
yang cukup tentang penyakit kepada penderita, keluarganya dan siapa saja yang
berhubungan dengan penderita. Pendidikan yang diberikan meliputi pengertian,
patofisiologi (perjalanan penyakit), penyebab dan perkiraan perjalanan (prognosis)
penyakit ini, semua komponen program penatalaksanaan termasuk regimen obat yang
kompleks, sumber-sumber bantuan untuk mengatasi penyakit ini dan metode efektif
tentang penatalaksanaan yang diberikan oleh tim kesehatan. Proses pendidikan ini harus
dilakukan secara terus-menerus.
b. Istirahat
Merupakan hal penting karena reumatik biasanya disertai rasa lelah yang hebat.
Walaupun rasa lelah tersebut dapat saja timbul setiap hari, tetapi ada masa dimana
penderita merasa lebih baik atau lebih berat. Penderita harus membagi waktu seharinya
menjadi beberapa kali waktu beraktivitas yang diikuti oleh masa istirahat.
c. Latihan Fisik dan Termoterapi
Latihan spesifik dapat bermanfaat dalam mempertahankan fungsi sendi. Latihan ini
mencakup gerakan aktif dan pasif pada semua sendi yang sakit, sedikitnya dua kali
sehari. Obat untuk menghilangkan nyeri perlu diberikan sebelum memulai latihan.
Kompres panas pada sendi yang sakit dan bengkak mungkin dapat mengurangi nyeri.
Mandi parafin dengan suhu yang bisa diatur serta mandi dengan suhu panas dan dingin
dapat dilakukan di rumah. Latihan dan termoterapi ini paling baik diatur oleh pekerja
kesehatan yang sudah mendapatkan latihan khusus, seperti ahli terapi fisik atau terapi
kerja. Latihan yang berlebihan dapat merusak struktur penunjang sendi yang memang
sudah lemah oleh adanya penyakit.
d. Diet/ Gizi
Penderita Reumatik tidak memerlukan diet khusus. Ada sejumlah cara pemberian diet
dengan variasi yang bermacam-macam, tetapi kesemuanya belum terbukti kebenarannya.
Prinsip umum untuk memperoleh diet seimbang adalah penting.
e. Obat-obatan
Pemberian obat adalah bagian yang penting dari seluruh program penatalaksanaan
penyakit reumatik. Obat-obatan yang dipakai untuk mengurangi nyeri, meredakan
peradangan dan untuk mencoba mengubah perjalanan penyakit.
Penanganan medis dimulai dengan pemberian salisilat NSAID dalam dosis terapeutik.
Kelompok obat ini mengurangi peradangan dengan menghalangi proses produksi
mediator peradangan. Tepatnya, obat-obat ini menghambat sintetase prostaglandin atau
siklooksigenase. Enzim-enzim ini mengubah asam lemak sistemik endogen, yaitu asam
arakidonatmenjadi prostaglandin, prostasiklin, tromboksan dan radikal-radikal oksigen.
Obat standar yang sudah dipakai sejak lama dalam kelompok ini adalah aspirin dan
piroksikam.
 Aspirin (analgetik antipiretik) PO (Dewasa) : 325 – 1000 mg tiap 4 – 6 jam sesuai
kebutuhan (tidak lebih dari 4 g/hari).
 Aspirin (antiinflamasi) PO (Dewasa) : 2,6 – 6,2 g/hari dalam dosis terbagi.
 Piroksikam PO (Dewasa) : 20 mg/hari dapat diberikan sebagai dosis tunggal atau
dalam 2 dosis terbagi dengan sediaan kapsul : 10 mg, 20 mg supositoria : 10 mg, 20
mg.
 Bagi arthritis reumathoid erosif moderat suatu program formal dengan terapi okupasi
dan fisioterapi. Bagi arthritis reumathoid erosive persisten bedah rekonstruksi dan
terapi kortikosteroid seringkali diresepkan. Bagi arthritis rheumatoid yang lanjut dan
tidak pernah sembuh, obat-obat imunosupresi diresepkan mengingat kemampuannya
untuk mempengaruhi produksi antibody pada tingkat seluler. Obat-obat ini
mencakup preparat metotreksat dosis tinggi, siklofosfamid dan azatioprin.
ASUHAN KEPERWATAN KELUARGA

A. Pengkajian
1. Data Umum
a. Identitas Keluarga
Identitas Kepala Keluarga
Nama : Abd. Hamid DG. Nyarrang
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Suku : Makassar
Umur : 61 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Seniman
Telp : -
Alamat : Jl. Sultan Alauddin Lr.1b

b. Komposisi Keluarga

No Nama Jenis Hub. Dg Umu Pendidika Pekerjaan


kelamin keluarga r n
1 Abd. L Ayah 61 th SMA Seniman
Hamid
2 Kobora P Ibu 60 th SMA Wirasuwasta
3 Asril L Anak 13 th SMP Pelajar

c. Genogram
Keterangan :

: Laki-laki
: Perempuan

: Sakit
: Menikah
: Tinggal serumah
: Anak

d. Tipe Keluarga
Keluarga bapak Abd. Hamid merupakan keluarga sederhana diamana dalam satu rumah
hanya ada bapak Abd. Hamid, Istrinya, dan anaknya Asril
e. Suku Bangsa
Bapak Abd.Hamid menyatakan bahwa ia dari suku Makassar dan mereka sekeluarga
menggunakan bahasa indonesia sehari-hari dalam berkomunikasi.
f. Agama
Semua anggota keluarga Tn. Abdul Rahman menganut agama Islam. Mereka sangat taat
dalam menjalani ritual agamanya.
g. Status Sosial Ekonomi Keluarga
Penghasilan perbulan keluarga Bapak Abd. Hamid ± Rp. 500.000. Uang tersebut sudah
termasuk dana untuk belanja keperluan sehari-hari keluarganya.
h. Aktivitas Rekreasi Keluarga
Kegiatan yang dilakukan keluarga setiap hari mereka menonton TV bersama-sama, dan
semua berkumpul menonton TV ketika malam hari. Kadang mereka berkumpul bersama
tetangga atau saudara dekat untuk berbincang-bincang bersama.

2. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga


a. Tahap perkembangan keluarga saat ini dengan lansia
Tahap perkembangan keluarga Bapak Abd. Hamid saat ini adalah keluarga usia lanjut.
Bapak Abd. Hamid sekarang tinggal bersama Istri dan anak bungsunya, sedangkan anak
pertamanya telah menikah dan hidup mandiri, begitupun dengan anak kedua bapak Abd.
Hamid.

b. Tahap perkembangan yang belum terpenuhi


Tidak ada tahap perkembangan keluarga sampai saat ini yang belum terpenuhi.
c. Riwayat kesehatan keluarga inti
 Bapak Abd. Hamid menyatakan tidak mempunyai penyakit keturunan. Bapak Abd.
Hamid mengatakan sudah lama ia merasakan sering linu dipersendian kakinya dan
juga tangannya, Bapak Abd. Hamid juga mengatakan jika muncul nyeri dikakinya
ataupun ditangannya muncul ia tidak bisa tidur, ia merasa gelisah.
 Istri bapak Abd. Hamid kesehatannya baik.
 Anak bapak Abd.Hamid kesehatannya baik
d. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya
Bapak Abd. Hamid sebelumnya sering terkena Gastritis dan pernah juga menjalani
operasi katarak, sedangkan Istrinya sering mengalami hipertensi.

3. Data Lingkungan
a. Karakteristik Rumah
Rumah bapak Abd. Hamid berukuran ± panjang 10 meter, lebar 7 meter. Dirumah
tersebut terdapat :
 Kamar Tidur 3, yaitu 1 kamar tidur berada didepan samping ruang tamu, 2 kamar
berikutnya berada disamping kamar pertama namun mengarah ke ruang makan.
 Ruang tamu berukuran 3 x 3 meter, terdapat banyak perabotan diruang tamu tersebut
 Ruang makan sangat sederhana hanya ada meja makan, kursi dan lemari piring
disekitarnya
 Kamar mandi berada satu tempat dengan WC
 Dapur berada disamping meja makan
 Lantai rumah belum memakai tegel, Seluruh ruang didalam rumah Bapak Abd.
Hamid beralas Semen.
Gambar Denah Rumah :

yutufhKama
Kamar 1 Kamar 2 Kamar 3

Dapur

Ruang Tamu Ruang Makan

Kamar Mandi WC

b. Karakteristik Tetangga dan Komunitas


Rumah Bapak Abd. Hamid berada diwilayah kelurahan yang mayoritas penduduknya
memiliki kesibukan diluar rumah, ada yang kantoran dan Wirasuwasta. Sarana kesehatan
di lingkungan tersebut yaitu puskesmas terdekat. Di dekat rumah bapak Abd. Hamid
sekitar 7 meter terdapat masjid. Tetangganya mayoritas beragama islam serya memiliki
sifat kebersamaan serta menganut adat Makassar, misalnya Syukuran, pengajian, dll. Jika
ada kegiatan sosial kemasyarakatan biasanya diumumkan melalui pengeras suara yang
ada di mesjid.
c. Mobilitas Geografis Keluarga
Keluarga Bapak Abd. Hamid jarang bepergian ke tempat-tempat yang jauh. Aktivitas
lainnya menonton TV dan mengikuti kegiatan keagamaan. Tempat tinggal keluarga juga
tidak berpindah – pindah. Keluarga Bapak Abd. Hamid yang lain berada di sekitar
tempat tinggalnya
d. Perkumpulan Keluarga Dan Interaksi Keluarga Dengan Masyarakat.
Keluarga Bapak Abd. Hamid mengatakan setiap hari raya semua anak-anak dan
keluarga Bapak Abd. Hamid berkumpul di rumah. Saudara-saudara Bapak Abd. Hamid
yang berada di sekitar rumah sering datang berkunjung.

e. Sistem Pendukung Keluarga


Bapak Abd. Hamid memiliki keluarga yang berada di sekitar rumahnya sehingga
sewaktu-waktu dapat dimintai bantuan. Bapak Abd. Hamid memiliki Jamkesda. Jika
sakit biasa keluarga Bapak Abd. Hamid dibawah ke Puskesmas terdekat yang berada
sekita 3 Km dari rumah.

4. Struktur Keluarga
a. Pola Komunikasi Keluarga
Keluarga Bapak Abd. Hamid sehari-hari menggunakan bahasa Indonesia dan
Makassar dalam berkomunikasi kepada anggota keluarganya. Komunikasi antar anggota
lancar dan tidak ada konflik dalam keluarga. Dalam keluarga mempunyai kebiasaan
berkomunikasi setiap malam ketika menonton TV, keluarga bertukar pendapat dan
menceritakan hal-hal yang terjadi dalam keluarga.
b. Struktur Kekuatan Keluarga
Dalam keluarga, Bapak Abd. Hamid adalah penentu keputusan terhadap suatu
masalah karena Bapak Abd. Hamid dianggap sebagai orang yang paling tua dan sebagai
kepala keluarga. Untuk anak-anak yang telah berkeluarga keputusan diserahkan kepada
keluarga masing-masing, tetapi anak-anaknya juga sering meminta pendapat Bapak Abd.
Hamid. keluarga Bapak Abd. Hamid sangat menyayangi dan menghargai Bapak Abd.
Hamdi, apabila Bapak Abd. Hamid sakit keluarga langsung mengantarkannya berobat,
anak-anaknya juga mengingatkannya untuk minum obat jika Pabak Abd. Hamid lupa.
c. Struktur Peran ( Formal Dan Informal )
 Bapak Abd. Hamid berperan sebagai kepala keluarga, seorang ayah ayah dan kakek.
Bapak Abd. Hamid juga sering mengasuh cucunya jika kedua anaknya sibuk atau
ada keperluan.
 Ibu Komora berperan sebagai Istri, Ibu bagi anak-anaknya dan Nenek untuk
cucunya.
 Asril berperan sebagai anak.
d. Nilai Dan Norma Keluarga
Bapak Abd. Hamid mengatakan ia terbiasa menanamkan pada anak-anaknya sikap
hormat-menghormati dan menyayangi antar keluarga dan dengan tetangga. Keluarga
Bapak Abd. Hamid menganut agama Islam, dalam kehidupan keseharian menggunakan
keyakinan sesuai syariat islam. Keluarga Bapak Abd. Hamid menganut norma atau adat
yang ada di lingkungan sekitar misalnya takziah atau menjenguk tetangga yang sakit.
Disamping itu keluarga menganut kebudayaan Makassar, norma yang dianut juga
kebudayaan Makassar. Dalam kebiasaan keluarga Bapak Abd. Hamid tidak ada yang
bertentangan dengan kesehatan.

5. Fungsi Keluarga
a. Fungsi Afektif
Keluarga Bapak Abd. Hamid mengatakan berusaha memelihara keharmonisan antar
anggota keluarga, saling menyayangi, dan menghormati. Keluarga Bapak Abd. Hamid
sangat harmonis, rukun dan tentram. Apabila ada anggota yang membutuhkan atau sakit
maka keluarga yang lain berusaha membantu.
b. Fungsi Sosialisasi
Bapak Abd. Hamid mengatakan interaksi antar anggota keluarga dapat berjalan dengan
baik. keluarga Bapak Abd. Hamid menganut kebudayaan Makassar. Keluarga Bapak
Abd. Hamid berusaha untuk tetap memenuhi aturan yang ada keluarga, misalnya saling
menghormati dan menghargai. Keluarga juga mengatakan mengikuti norma yang ada di
masyarakat sekitar, sehingga dapat menyesuiakan dan berhubungan baik dengan para
tetangga atau masyarakat sekitar.
c. Fungsi Perawatan Kesehatan
 Kemampuan mengenal masalah kesehatan
Keluarga mengatakan mengetahui penyakit di keluarganya tetapi tidak mengetahui sama
sekali apa penyebabnya. Keluarga Bapak Abd. Hamid mengatakan hanya sedikit
mengetahui tentang tanda dan gejala, serta tidak mengetahui apa-apa saja yang harus
dihindari untuk mencegah terjadinya penyakit pada Bapak Abd. Hamid
 Kemampuan mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan
Keluarga mengatakan linu pada sendi kaki yang diderita oleh Tn. T merupakan sakit
yang biasa diderita oleh orang tua. Keluarga terus mengingatkan kepada Bapak Abd.
Hamid untuk tidak banyak melakukan aktivitas dan beristirahat saja.
 Kemampuan merawat anggota keluarga yang sakit
Jika ada keluarga yang sakit, hal pertama yang dilakukan adalah mengerokinnya dan jika
sakitnya berlarut segera dibawa ke Puskesmas terdekat.
 Kemampuan keluarga memelihara/ memodifikasi lingkungan rumah yang sehat
Keluarga mengatakan tiap hari selalu membersihkan lingkungan rumahnya (menyapu,
mengepel), sistem pembuangan limbah keluarga langsung ke saluran kolam di belakang
rumah, pembuangan sampah ditampung sementara di ember sampah kemudian di bakar
di lubang pembakaran setiap dua hari sekali.
 Kemampuan menggunakan fasilitas kesehatan yang terdapat di lingkungan setempat
Keluarga Bapak Abd. Hamid mengatakan jika ada keluarga yang sakit segera dibawa ke
dibawa ke Puskesmas terdekat. Bapak Abd. Hamid seringkali tidak mau dibawa ke
pelayanan kesehatan kecuali benar-benar dirasa parah.
d. Fungsi Reproduksi
Bapak Abd. Hamid memiliki tiga orang anak yang sudah menikah 2 oarang dan anak
ketiga Bapak Abd. Hamid masih duduk di SMP. Istri Bapak Abd. Hamid tidak
menggunakan KB sebab Ibu Kobora sudah memasuki masa Menopous.
e. Fungsi Ekonomi
Keluarga Bapak Abd. Hamid merupakan keluarga kurang mampu, hal ini dapat dilihat
dari penghasilan keluarga tiap bulannya sekitar Rp.500.000/perbulan. Keluarga Tn. T
dapat memenuhi setiap kebutuhan sandang, pangan dan papan walaupun dengan
kapasitas seadanya.

6. Stres Dan koping Keluarga


a. Stressor Jangka Pendek Dan Panjang
 Stresor jangka pendek
Keluarga Bapak Abd. Hamid mengatakan ia terkadang merasa stres muncul jika
kebutuhannya terkadang ketika penghasilannya tidak mencukupi kebutuhannya namun
hal ini mampu tertutupi dengan adanya kiriman dari anaknya yang telah menikah dan
memiliki pekerjaan.
 Stresor jangka panjang
Keluarga Bapak Abd. Hamid mengatakan hampir tidak pernah mengalami stres baik itu
stres jangka panjang ( > 6 bulan ).
b. Kemampuan Keluarga Berespon Terhadap Situasi/Stressor
Pemecahan masalah dalam keluarga Bapak Abd. Hamid biasanya dengan cara
musyawarah antar anggota keluarga, kadang juga melibatkan anaknya.
c. Strategi Adaptasi Disfungsional
Dalam menghadapi suatu permasalahan keluarga Bapak Abd. Hamid biasanya
mengkonsentrasikan pada bagaimana cara pemecahan masalah tersebut. Sehingga
keluarga tidak terganggu dalam melakukan pekerjaan keseharian.

7. Pemeriksaan Fisik
a. Bapak Abd. Hamid
 Tekanan Darah : 110/80 mmHg
 Berat Badan : 65 kg
 Tinggi Badan : 160 cm
 Nadi : 80 x/mnt
 RR : 20x/mnt
 Termometer : 36,5° C
 Kekuatan otot : 5 5
4 3
 Skala nyeri : 6

b. Ibu Kobora
 Tekanan Darah : 160/110mmHg
 Berat Badan : 59 kg
 Tinggi Badan : 163 cm
 Nadi : 80 x/mnt
 RR : 20x/mnt
 Termometer : 36,3° C
 Keadaan fisik tidak menunjukan adanya kelainan

c. Asril
 Tekanan Darah : 110/80 mmHg
 Berat Badan : 30 kg
 Tinggi Badan : 65 cm
 Nadi : 80 x/mnt
 RR : 20x/mnt
 Termometer : 36,5° C
 Keadaan fisik tidak menunjukan adanya kelainan

8. Harapan Keluarga
Keluarga sangat berharap agar masalah kesehatan yang terjadi di dalam keluarga dapat
teratasi atas bantuan dari pertugas kesehatan.

B. Diagnosa Keperawatan Keluarga


1. Analisa Dan Sintesa Data
No Data Penunjang Masalah Etiologi
1. DS :
 Bapak Abd. Hamid mengatakan Resiko Jatuh Reumathoid,
sering merasa linu di persendian lantai yang licin,
kakinya sehingga kaku untuk ketidakmampuan
berjalan keluarga
 Bapak Abd. Hamid mengatakan
merawat anggota
ketika bangun pagi kakinya
merasa senut-senut (nyeri) dan yang sakit.
berat untuk berjalan.
 Bapak Abd. Hamid mengatakan
pernah hampir jatuh karena
kakinya merasa tidak kuat
menopang badannya

DO :
 Bapak Abd. Hamid berumur
61 tahun
 TD 130/100 mmHg
 Kekuatan otot 5 5
4 3
 Skala nyeri 6
 Lantai tanah yang berada di
dapur tampak licin dan lembab

DS :
 Keluarga mengatakan Kurang Kurang
mengetahui penyakit di pengetahuan, informasi dan
keluarganya tetapi tidak ketidak tahuan keterbatasan
tentang penyakit kemampuan
mengetahui sama sekali apa
penyebabnya. Keluarga Bapak mencapai
Abd. Hamid mengatakan informasi,
hanya sedikit mengetahui ketidakmampuan
keluarga
tentang tanda dan gejala, serta
mengenal
tidak mengetahui apa-apa saja masalah
yang harus dihindari untuk kesehatan
mencegah terjadinya penyakit
pada Bapak Abd. Hamid
 Jika ada keluarga yang sakit,
hal pertama yang dilakukan
adalah mengerokinnya dan jika
sakitnya berlarut segera
dibawa ke Bidan atau ke
Puskesmas terdekat
 Bapak Abd. Hamid
mengatakan tidak ada
pantangan makanan

DO :
 Keluarga tidak bisa menjawab
pertanyaan tentang pengertian
penyakit, pencegahan,
perawatan dan pengobatannya
 Bapak Abd. Hamid bertanya
apa saja makanan yang harus
dihindari agar tidak sakit,
Bapak Abd. Hamid tampak
bingung

DS : Nyeri, gangguan
-    Bapak Abd. Hamid mengatakan Hambatan muskulus
sering merasa linu di persendian mobilitas fisik skeletal, kaku
kakinya sehingga kaku untuk sendi (AR).
berjalan
-    Bapak Abd. Hamid mengatakan
ketika bangun pagi kakinya
merasa senut-senut (nyeri) dan
berat untuk berjalan.
-   Bapak Abd. Hamid mengatakan
pernah hampir jatuh karena
kakinya merasa tidak kuat
menopang badannya

DO:
-    Skala nyeri sedang (6)
-    Klien tampak perlahan-lahan saat
berjalan karena menahan nyeri.
-   Klien tampak lambat dalam
berjalan.
-    Tingkat funsional klien 0, namun
kadang-kadang 1

DS : Nyeri Agen cedera


 Bapak Abd. Hamid fisik ( rematik)
mengatakan sering merasa
linu di persendian kakinya
sehingga kaku untuk berjalan
 Bapak Abd. Hamid
mengatakan ketika bangun
pagi kakinya merasa senut-
senut (nyeri) dan berat untuk
berjalan.
 Bapak Abd. Hamid
mengatakan pernah hampir
jatuh karena kakinya merasa
tidak kuat menopang
badannya
DO:
 skala nyeri sedang (6)
 Klien tampak perlahan-lahan
saat berjalan karena menahan
nyeri

2. Perumusan Diagnosa Keperawatan Keluarga


No Diagnosa Keperawatan
1 Resiko jatuh b.d Reumathoid, lantai yang licin, ketidakmampuan keluarga
merawat anggota yang sakit.
2 Kurang pengetahuan, ketidak tahuan tentang penyakit b.d Kurang informasi dan
keterbatasan kemampuan mencerapai informasi, ketidakmampuan keluarga
mengenal masalah kesehatan.
3 Hambatan mobilitas fisik b.d Nyeri, gangguan muskulus skeletal, kaku sendi,
gangguan sensori perseptual.
4 Nyeri b.d agen cedera fisik (rematik).

3. Prioritas Masalah
a. Resiko jatuh b.d Reumathoid, lantai yang licin, ketidakmampuan keluarga
merawat anggota yang sakit.
KRITERIA SKORE PEMBENARAN
Sifat masalah 2/3 x 1 = 2/3 Bapak Abd. Hamid dan
(bobot 1) keluarga mengetahui
Skala : bahwa Bapak Abd.
3 : Aktual Hamid memiliki penyakit
2 : Resiko linu pada kakinya dan
1 : Sejahtera pernah hampir jatuh.

Kemungkinan masalah 1/2 x 2 = 1 Keluarga mengatakan


dapat diubah (bobot 2) Bapak Abd. Hamid
Skala : sering tidak mau diajak
2 : Mudah ke tempat pelayanan
1 : Sebagian kesehatan, kecuali benar-
0 : Tidak dapat benar parah. Bapak Abd.
Hamid merasa masih
dapat beraktivitas
sehingga sering tidak
mau dibantu dalam
beraktivitas.

Potensial masalah untuk 3/3 x 1 = 1 Keluarga mengatakan


dicegah (bobot 1) jika Bapak Abd. Hamid
3 : Tinggi tidak banyak melakukan
2 : Cukup aktivitas dan banyak
1 : Rendah beristirahat maka
penyakit Bapak Abd.
Hamid dapat
terminimalisir.

Menonjolnya masalah 0/2 x 1 = 0 Keluarga mengatakan


(bobot 1) hanya satu kali Bapak
2 : Berat, segera ditangani Abd. Hamid pernah
1 : Tidak perlu segera hampir jatuh dan Bapak
ditangani Abd. Hamid sudah bisa
0 : tidak dirasakan mengimbangkan
tubuhnya untuk berjalan
walaupun lambat.

Total 2 2/3

b. Kurang pengetahuan, ketidaktahuan tentang penyakit b.d Kurang informasi dan


keterbatasan kemampuan mencerapai informasi, ketidakmampuan keluarga
mengenal masalah kesehatan
KRITERIA SKORE PEMBENARAN
Sifat masalah 2/3 x 1 = 2/3 -   Bapak Abd. Hamid
(bobot 1) mengatakan sering
Skala : merasa linu di persendian
3 : Aktual kakinya sehingga kaku
2 : Resiko untuk berjalan. Ketika
1 : Sejahtera bangun pagi kakinya
merasa senut-senut
(nyeri) dan berat untuk
berjalan. Bapak Abd.
Hamid pernah hampir
jatuh karena kakinya
merasa tidak kuat
menopang badannya

Kemungkinan masalah 2/2 x 2 = 2 Keluarga Bapak Abd.


dapat diubah (bobot 2) Hamid mengatakan jika
Skala : ada anggota keluarga
2 : Mudah yang sakit segera dibawa
1 : Sebagian ke Bidan atau Puskesmas
0 : Tidak dapat terdekat, namun belum
ada pertugas yang
menjelaskan bagaimana
penyakitnya.

Potensial masalah untuk 2/3 x 1 = 2/3 Bapak Abd. Hamid


dicegah (bobot 1) mengatakan sudah mulai
3 : Tinggi mengurangi aktivitasnya
2 : Cukup agar penyakitnya tidak
1 : Rendah bertambah parah, Bapak
Abd. Hamid belum tahu
makanan apa yang harus
dihindari.

Menonjolnya masalah 2/2 x 1 = 1 Bapak Abd. Hamid


(bobot 1) mengatakan penyakitnya
2 : Berat, segera ditangani mengganggu aktivitas
1 : Tidak perlu segera geraknya sehingga
ditangani menyusahkan keluarga
0 : tidak dirasakan yang lain.

Total 3 4/3

c. Hambatan mobilitas fisik b.d Nyeri, gangguan muskulus skeletal, kaku sendi,
gangguan sensori perseptual.
KRITERIA SKORE PEMBENARAN
Sifat masalah 3/3 x 1 = 1 Bapak Abd. Hamid
(bobot 1) mengatakan Bapak Abd.
Skala : Hamid mengatakan
3 : Aktual penyakitnya mengganggu
2 : Resiko aktivitas geraknya
1 : Sejahtera sehingga menyusahkan
keluarga yang lain.

Kemungkinan masalah 1/2 x 2 = 1 Keluarga Bapak Abd.


dapat diubah (bobot 2) Hamid mengatakan
Skala : Bapak Abd. Hamid sudah
2 : Mudah bisa menyeimbangkan
1 : Sebagian badannya walaupun
0 : Tidak dapat dengan gerakan yang
lambat.
Potensial masalah untuk 2/3 x 1 = 2/3 Bapak Abd. Hamid
dicegah (bobot 1) mengatakan aktivitasnya
3 : Tinggi terganggu.
2 : Cukup
1 : Rendah
Menonjolnya masalah 2/2 x 1 = 1 Bapak Abd. Hamid
(bobot 1) mengatakan capek
2 : Berat, segera ditangani dengan penyakitnya yang
1 : Tidak perlu segera tidak sembuh-sembuh
ditangani dan mengganggu
0 : tidak dirasakan geraknya sehingga
menyusahkan keluarga.

Total 3 2/3

d. Nyeri b.d agen cedera fisik (rematik)


KRITERIA SKORE PEMBENARAN
Sifat masalah 3/3 x 1 = 1 Bapak Abd. Hamid
(bobot 1) mengatakan ketika
Skala : bangun pagi kakinya
3 : Aktual merasa senut-senut
2 : Resiko (nyeri) dan berat untuk
1 : Sejahtera berjalan

Kemungkinan masalah 1/2 x 2 = 1 Bapak Abd. Hamid


dapat diubah (bobot 2) mengatakan nyerinya
Skala : ketika bangun pagi tidak
2 : Mudah hilang-hilang, padahal
1 : Sebagian sudah minum obat dari
0 : Tidak dapat warung. Keluarga
mengatakan Bapak Abd.
Hamid sering tidak mau
diajak ke tempat
pelayanan kesehatan,
kecuali benar-benar
parah.
Potensial masalah untuk 3/3 x 1 = 1 Bapak Abd. Hamid
dicegah (bobot 1) mengatakan sakitnya
3 : Tinggi tidak bertambah parah
2 : Cukup jika banyak beristirahat.
1 : Rendah

Menonjolnya masalah 2/2 x 1 = 1 Bapak Abd. Hamid


(bobot 1) mengatakan sakitnya
2 : Berat, segera ditangani mengganggu
1 : Tidak perlu segera aktivitasnya, kadang
ditangani Bapak Abd. Hamid tidak
0 : tidak dirasakan tahan dengan senut-
senutnya.
Total 4

Maka prioritas masalahnya sebagai berikut :


No Diagnosa Keperawatan Skore
1 Nyeri b.d Agen cedera fisik (rematik). 4
2 Kurang pengetahuan, ketidak tahuan tentang penyakit b.d Kurang 3 4/3
informasi dan keterbatasan kemampuan mencerapai informasi,
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan.
3 Hambatan mobilitas fisik b.d Nyeri, gangguan muskulus skeletal, 3 2/3
kaku sendi, gangguan sensori perseptual.
4 Resiko jatuh b.d Reumathoid, lantai yang licin, ketidakmampuan 2 2/3
keluarga merawat anggota yang sakit.

C. Rencana Asuhan Keperawatan

No Tujuan Kriteria Intervensi Rasional


Dx
1 Setelah Non verbal  Pain management  Membantu dalam
dilakukan (1400) menentukan kebutuhan
perawatan  Monitor nyeri : lokasi, manajemen nyeri dan
selama 5 hari, karakteristik, durasi, keefektifan program
Bapak Abd. frekuensi, keparahan  Matras yang
Hamid dan faktor presipitasi lembut/empuk, bantal
mengalami  Observasi respon non yang besar akan
penurunan rasa verbal klien saat nyeri mencegah pemeliharaan
nyeri atau dapat terjadi kesejajaran tubuh yang
mentolerir rasa  Gunakan komunikasi tepat, menempatkan
nyeri dengan terapeutik untuk stress pada sendi yang
kriteria : mengetahui sakit.
 Klien pengalaman nyeri klien  Panas meningkatkan
memahami  Jelaskan mekanisme relaksasi otot, dan
mekanisme nyeri yang terjadi pada mobilitas, menurunkan
nyeri yang klien rasa sakit dan
terjadi  Ajarkan teknik melepaskan kekakuan di
 klien distraksi dan relaksasi pagi hari.
mengetahui untuk mengurangi rasa  Meningkatkan
dan dapat nyeri relaksasi/mengurangi
memperagak  Berikan support sistem nyeri
an teknik untuk mentolerir nyeri  Sebagai anti inflamasi
distraksi dan  Libatkan orang terdekat dan efek analgesik
relaksasi klien (keluarga) untuk ringan dalam
 klien tidak pemberian support mengurangi kekakuan
banyak sistem dan meningkatkan
mengeluh  Kolaborasi dalam mobilitas.
tentang pemberian analgetik  Meningkatkan
nyerinya  Kontrol faktor-faktor realaksasi, mengurangi
pemicu timbulnya nyeri tegangan otot/spasme,
: pembatasan aktivitas, memudahkan untuk ikut
nutrisi tinggi serat, serta dalam terapi.
minum air putih
banyak, psikis tidak
terganggu
 Identifikasi PQRST
sebelum dilakukan
pengobatan
 Berikan obat analgetik
 Menganjurkan klien
untuk bergerak
perlahan pada setiap
melakukan aktivitas

2 Setelah Verbal  Teaching : Disease  Memberikan


dilakukan pengetahuan Prosess (5602) pengetahuan dimana
pendidikan  Menilai tingkat pasien dapat membuat
kesehatan, pengetahuan keluarga pilihan berdasarkan
keluarga yang berhubungan informasi
mengetahui dengan penyakit yang  Tujuan kontrol penyakit
tentang penyakit diderita oleh anggota adalah untuk menekan
yang diderita keluarga (AR) inflamasi sendiri/
keluarganya  Menjelaskan jaringan lain untuk
(AR), dengan pengertian penyakit mempertahankan fungsi
kriteria hasil : (AR) sendi dan mencegah
 Keluarga  Menjelaskan deformitaS
dapat patofisiologi penyakit  Banyak produk
menjelaskan (AR) mengandung salisilat
tentang  Menjelaskan tanda dan tersembunyi yang dapat
pengertian, gejala yang muncul meningkatkan risiko
penyebab, dari penyakit yang takar layak obat/ efek
tanda dan dialami (AR) samping yang berbahaya
gejala, serta  Menjelaskan
penalaksana penalaksanaan atau
an pada hal-hal yang harus
penyakit dihindari
AR.  Mengidentifikasi
 Keluarga kemungkinan
dapat penyebab terjadinya
melakukan penyakit
perawatan  Mendiskusikan dengan
dengan keluarga tentang
mengontrol pilihan terapi yang
makanan- bisa dilakukan
makanan
yang harus
dihindari
lansia
3 Setelah Non verbal  Immobilization care  Tingkat aktivitas/latihan
dilakukan (0940) tergantung dari
perawatan  Diskusikan dengan perkembangan/resolusi
selama 5 hari klien tentang dari peoses inflamasi
klien mampu imobilisasi  Istirahat sistemik
melakukan  Berikan contoh dan dianjurkan selama
mobilisasi sesuai demonstrasi mobilisasi eksaserbasi akut dan
kemampuan, yang aman dan dapat seluruh fase penyakit
klien dan dilakukan oleh klien yang penting untuk
keluarga mampu  Observasi terjadinya mencegah kelelahan
melakukan nyeri mempertahankan
perawatan pada  Motivasi klien untuk kekuatan
lansia yang melakukan mobilisasi  Mempertahankan/menin
imobilisasi sesuai kemampuan gkatkan fungsi sendi,
dengan kriteria :  Beri reinforcement atas kekuatan otot dan
 Mampu upaya pemahaman stamina umum. Catatan :
memotivasi
diri untuk informasi dan usaha latihan tidak adekuat
melakukan mobilisasi yang menimbulkan kekakuan
mobilisasi dilakukan sendi, karenanya
sesuai aktivitas yang berlebihan
kemampuan. dapat merusak sendi

DAFTAR PUSTAKA
Bandiah, S. (2009) Lanjut Usia dan Keperawatan gerontik. Yogyakarta : Nuha Medika.

Jhonson R. dan Leny R (2010) keperawatan keluarga plus contoh askep keluarga. Yogyakarta

: Nuha Medika.

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA


REUMATIK

OLEH :
KELOMPOK 4
KULIAHNA. K 13 1101 049
ASRIANTI 13 1101 066
VINESIA TAMAELA 13 1101 020
SAHRILA APE 13 1101 052
NURLINA NASIR 13 1101 032
WAHYU NINGSIH 13 1101 009
MOH. DAHLI YUSUF 13 1101 052

KELAS : AB. 13 FIK

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR
MAKASSAR
2015

Anda mungkin juga menyukai