Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIK KOMPREHENSIF I

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KETERBATASAN LUAS GERAK SENDI


(LGS) DAN NYERI ANKLE JOINT DEXTRA AKIBAT POST OP FRAKTUR FIBULA 1/3
DISTAL SINISTRA
DI RS BHAYANGKARA PALEMBANG

Farah Andini

30019007

PROGRAM STUDI D III FISIOTERAPI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN INSTITUT ILMU KESEHATAN DAN TEKNOLOGI
MUHAMMADIYAH PALEMBANG
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
STUDI KASUS

A. Post op Fraktur Fibula

1. Definisi
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umum
disebabkan oleh rudapaksa (Wahid, 2013). Fraktur merupakan istilah dari
hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan, baik yang bersifat total maupun
sebagian. Secara ringkas dan umum, fraktur adalah patah tulang yang
disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik (Helmi, 2012).
2. Tipe – tipe fraktur
Greenstick, fraktur dimana salah satu sisi tulang patah sedang sisi
lainnya membengkok.
Transversal, fraktur sepanjang garis tengah tulang.
Oblik, fraktur membentuk sudut dengan garis tengah tulang.
Spiral, fraktur memuntir seputar batang tulang.
Komunitif, fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa fragmen.
Patologik, fraktur yang terjadi pada daerah tulang berpenyakit kista
tulang, paget, metastasis tulang, tumor).

Klasifikasi Fraktur
(https://bit.ly/3H3lFQT)

3. Etiologi
Fraktur merupakan hasil dari terjadinya gerakan mekanis yang keras
pada tulang. Kekuatan yang terjadi menyebabkan fraktur yang besarnya
bervariasi tergantung pada bagian dan karakteristik tulang.
Trauma dapat bersifat :
a. Langsung
Trauma langsung menyebabkan tekanan pada tulang dan terjadi fraktur
pada daerah tekanan. Fraktur yang terjadi biasanya bersifat kominutif dan
jaringan lunak ikut mengalami kerusakan.
b. Tidak langsung
Trauma langsung terjadi apabila trauma dihantarkan ke daerah yang
lebih jauh dari daerah fraktur.
Tekanan pada tulang dapat berupa :
a. Tekanan berputar yang menyebabkan fraktur bersifat oblik atau
spiral.
b. Tekanan membengkok yang menyebabkan frkatur transversal.
c. Tekanan sepanjang aksis tulang yang dapat menyebabkan fraktur
impaksi, dislokasi, atau fraktur dislokasi.
d. Kompresi vertikal yang dapat menyebabkan fraktur kominutif atau
memecah.
e. Trauma oleh karena remuk.
f. Trauma karena tarikan pada ligament atau tendon akan menarik
sebagian tulang.
4. Tanda dan Gejala
Manifestasi klinis fraktur adalah nyeri, hilangnya fungsi, deformitas,
pemendekan ekstremitas, krepitus, pembengkakan lokal, dan perubahan
warna (Smeltzer, 2002). Gejala umum fraktur menurut Reeves (2001)
adalah rasa sakit, pembengkakan, dan kelainan bentuk:
a. Deformitas
Daya terik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang berpindah
daritempatnya perubahan keseimbangan dan contur terjadi seperti rotasi
pemendekan tulang dan penekanan tulang
b. Bengkak
Edema muncul secaracepatdari lokasi dan ekstravaksasi darah dalam
jaringan yang berdekatan dengan fraktur
c. Nyeri mungkin disebabkan oleh spasme otot berpindah tulang dari
tempatnya dan kerusakan struktur di daerah yang berdekatan.
d. Kehilangan sensasi (mati rasa, mungkin terjadi dari
rusaknyasaraf/perdarahan), pergerakan abnormal, dan shock hipovolemik
hasil dari hilangnya darah.
5. Patologi
Tulang bersifat rapuh, namun cukup mempunyai kekuatan dan daya
pegas untuk menahan tekanan (Thomas,2011). Tulang yang mengalami fraktur
biasanya diikuti dengan kerusakan jaringan disekitarnya. Fraktur itu terjadi
akibat kekerasan langsung terjadi bila tenaga traumatik diberikan langsung
pada tulang tempat fraktur,baik transversal maupun komunitif, karena
kekerasan tidak langsung biasanya setelah rotasional dan fraktur berbentuk
oblique (spiral). Tulang mempunyai kemampuan menyambung setelah terjadi
patah tulang. Menurut Footner,(2004). Pada fraktur, proses penyambungan
tulang dibagi dalam 5 tahap yaitu:
a. Hematoma
Hematoma adalah suatu proses perdarahan dimana darah pada
pembuluh darah tidak sampai pada jaringan sehingga osteocyt
mati, akibatnya terjadi necrose. Stadium ini berlangsung 1 sampai
3 hari.
b. Proliferasi
Proliferasi adalah proses dimana jaringan seluler yang
berisi cartilage keluar dari ujung – ujung fragmen. Pada stadium ini
terjadi pembentukan granulasi jaringan yang banyak mengandung
pembuluh darah, fibroblast dan osteoblast, berlangsung 3
harisampai 2 minggu.
c. Pembentukan callus atau klasifikasi pembentukan callus
Klasifikasi adalah proses dimana setelah terjadi bentukan
cartilago yang kemudian berkembang menjadi fibrous callus
sehingga tulang akan menjadi sedikit osteoporotik. Fase ini
berlangsung 2 sampai 6 minggu.
d. Konsolidasi
Konsolidasi adalah suatu proses dimana terjadi penyatuan
pada kedua ujung tulang. Fase ini biasanya butuh waktu 3 minggu
sampai 6 bulan.
e. Remodeling
Remodeling adalah proses dimana tulang sudah terbentuk
kembali atau tersambung dengan baik. Tahap ini berlangsung
selama 6 minggu sampai 1 tahun.
6. Patofisiologi
Ketika tulang patah, periosteum dan pembuluh darah di bagian
korteks,sumsum tulang dan jaringan lunak didekatnya (otot) cidera pembuluh
darah inimerupakan keadaan derajat yang memerlukan pembedahan segera
sebab dapat menimbulkan syok hipovolemik. Pendarahan yang terakumulasi
menimbulkan pembengkakan jaringan sekitar daerah cidera yang apabila di
tekan atau digerakan dapat timbul rasa nyeri yang hebat yang mengakibatkn
syok neurogenik(Mansjoer, 2002).
Kerusakan pada sistem persarafan akan menimbulkan kehilangan
sensasi yang dapat berakibat paralysis yang menetap pada fraktur juga terjadi
keterbatasan gerak oleh karena fungsi pada daerah cidera. Sewaktu tulang
patah pendarahan biasanya terjadi di sekitar tempat patah, kedalam jaringan
lemak tulang tersebut, jaringan lunak juga biasanya mengalami kerusakan.
Reaksi perdarahan biasanya timbul hebat setelah fraktur.
Sel darah putih dan sel anast berakumulasi menyebabkan peningkatan
aliran darah ke tempat tersebut. Fagositosis dan pembersihan sisa-sisa sel mati
di mulai. Di tempat patah terdapat fibrin hematoma fraktur dan berfungsi
sebagai jala-jala untuk membentukan sel-sel baru. Aktivitas osteoblast
terangsang dan terbentuktulang baru umatur yg disebut callus. Bekuan fibrin
direabsorbsi dan sel-sel tulang baru mengalmi remodelling untuk membentuk
tulang sejati (MansjoerArief, 2002).
B. Anatomi Fisiologi Terapan

1. Osteologi
Menurut kamus kedokteran Dorland, (2015) Osteologi adalah ilmu pengetahuan
mengenai tulang. Adapun tulang yang berhubungan dengan kondisi fraktur
humerus yaitu :
a. Os Fibula
Tulang yang lebih luas dan lebih kecil dari dua tulang kaki, yang bersendi
dengan tibia di bagian Proksimal dan dibagian distal dihubungkan dengan tibia
melalui sindesmosis (Dorland, 2015).

Tulang Fibula
(sumber : https://bit.ly/3mrqKux)
2. Myologi
Myologi adalah studi ilmiah atau deskripsi yang membahas tentang otot dan
struktur panjangnya (Dorland, 2015). Adapun otot-otot yang berhubungan dengan
kondisi fraktur humerus yaitu :
1.Gastronecmius
a. Medial head
Origo: Femur (medial condyle, poplitealsurface)
Insersio: Tendon calcaneus
Gerakan yang ditmbulkan yaitu plantar flexi
b. Lateral head
Origo: Femur (lateral condyle)
insersio: Tendon calcaneus
Gerakan yang ditimbulkan yaitu plantar flexi

2. Saleolus
Origo: Fibula (caput fibulae) dan Tibia (popliteal line)
Inserto: Tendoncalcaneus
Gerak yang ditombulkan yaitu plantar flexi

3. Tibialis Anterior
Origo: Tibia( lateral condyle)
Inserto: Cuniform 1,metatarsal 1.
Gerak yang ditimbulkan yaitu dorso flexi dan inversi

4. Tibialis Posterior
Origo: Tibia ( Proximal 2/3 shaft and distal condyle), fibula (2/3 proximal
fibulae) Inserto: Tuberocity naviculare
Gerakan yang dihasilkan yaitu inversi

5. Peroneus Longus
Origo: condylus lateral tibia
Inserto: Metatarsal 1,Cuniform 1
Gerak yang yang yang ditimbulkan yaitu plantar flexi, dosrso flexi dan eversi
6. Peronesus Brevis

Origo: 2/3 distal fibulae


Inserto: Metatarsal 5
Gerak yang di timbulkan yaitu plantar flexi, dorso flexi, dan eversi
A. Problematika Fisioterapi
Problematik fisioterapi yang sering muncul meliputi impairment, activity
limitation, dan participation restriction.
1. Impairment
Adalah masalah dalam fungsi dan struktur tubuh seperti penyimpangan atau
kehilangan yang signifikan.
2. Activity Limitation
Adalah suatu problem yang berupa penurunan dan keterbatasan saat melakukan
aktivitas fungsional. Pada kondisi ini meliputi :
a. Mengangkat beban berat
b. Bersisir
c. Kesulitan menggunakan bra
3. Participation Restriction
Adalah problem yang berupa gangguan, terhambatnya dan ketidakmampuan
dalam beraktivitas kepada masyarakat di sekitar.

C. Pemeriksaan Spesifik

1. Pengukuran Nyeri dengan Visual Analogue Scale (VAS)


Visual analoque scale adalah sebuah pengukuran intensitas nyeri, yang
banyak digunakan.VAS digunakan untuk mengukur kuantitas dan kualitas nyeri
yang dirasakan, dengan menampilkan suatu kategorisasi nyeri mulai dari “tidak
nyeri, ringan, sedang, atau berat”. Secara operasional VAS umumnya berupa
sebuah garis horizontal atau vertikal, panjang 10 cm (100 mm), dengan
menggunakan sebuah penggaris atau mistar, skor VAS ditentukan dengan
mengukur jarak (millimeter) diatas garis 10 cm dari titik “Tidak Nyeri “ ke titik
yang di tandai oleh pasien, dengan range skor 0-100 mm (Aras djohan, 2016).

a. Tujuan pengukuran dengan VAS dilakukan untuk menilai nyeri diam,nyeri


tekan dan nyeri gerak.
b. Alat ukur visual analoue scale (VAS)
c. Interpretasi
Nilai range VAS adalah 0 sampai dengan 10 yang dibagi lagi
menjadi beberapa kategori yaitu:

0 : Tidak nyeri
1-3 : Nyeri Ringan
4-6 : Nyeri sedang
7-9 : Nyeri berat
10 : Nyeri sangat berat

Gambar 2.
Visual Analogue Scale
(Dokumentasi Pribadi, 2021)

2. Pengukuran Luas Gerak Sendi (LGS)


a. Alat ukur goniometer
Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan alat goniometer dan dapat
di ukur pada gerak aktif maupun pasif serta mengacu pada kriteria ISOM. (Imron
dan Susi, 2015)
b. Definisi luas gerak sendi (LGS)
Luas gerak sendi adalah gerakan dalam keadaan normal dapat dilakukan
oleh sendi yang bersangkutan (Imron dan Susi, 2015)
c. Tujuan
Untuk mengetahui besarnya lingkup gerak sendi yang bisa dilakukan pada
suatu sendi (Imron dan Susi, 2015)
Gambar 2.10
Goneometer
(Dokumentasi pribadi, 2021)
.

D. Intervensi Fisioterapi

a. TENS
1. Definisi
Stimulasi saraf listrik transkutan ( TENS atau TNS ) adalah penggunaan
arus listrik yang dihasilkan oleh perangkat untuk merangsang saraf untuk
tujuan terapeutik. TENS, menurut definisi, mencakup rangkaian lengkap arus
yang diterapkan secara transkutan yang digunakan untuk eksitasi saraf
meskipun istilah ini sering digunakan dengan maksud yang lebih terbatas,
yaitu untuk menggambarkan jenis denyut yang dihasilkan oleh stimulator
portabel yang digunakan untuk mengurangi rasa sakit. (Robinson, 2007)
2. Efek Fisiologis
Efek fisiologis dari TENS adalah memblokir nyeri
Mengurangi nyeri akut dan kronis.
Mengurangi bengkak.
Meningkatkan sirkulasi lokal.
Merelaksasikan otot.
3. Kontra Indikadari TENS
Orang yang telah menanamkan perangkat medis elektronik termasuk
alat pacu jantung dan cardiodefibrillator tidak disarankan untuk menggunakan
TENS. Selain itu, hati-hati harus diambil sebelum menggunakan TENS pada
mereka yang hamil, memiliki epilepsi, memiliki keganasan aktif, memiliki
trombosis vena dalam, memiliki kulit yang rusak, atau lemah. (Johnson, 2015)

b. Pumping Ankle Exercise


Latihan pemompaan pergelangan kaki memanfaatkan fungsi pompa otot betis
untuk memompa darah ke jantung dengan cara kontraksi otot. Latihan
pemompaan pergelangan kaki sering digunakan untuk menghilangkan edema dan
pencegahan deep vein thrombosis (DVT) yang berhubungan dengan tirah baring
yang lama.
Latihan pemompaan pergelangan kaki terdiri dari pengulangan sederhana
dorsofleksi selama 1 detik dan plantarfleksi selama 1 detik dengan tiga interval
latihan yang berbeda: dorsofleksi berulang dan plantarfleksi tanpa istirahat
(latihan tanpa istirahat), dorsofleksi berulang dan plantarfleksi dengan periode
istirahat 2 detik. latihan istirahat 2 detik), dan dorsofleksi dan plantarfleksi
berulang dengan periode istirahat 4 detik (latihan istirahat 4 detik). Secara total,
subjek melakukan sembilan latihan pemompaan pergelangan kaki dengan posisi
dan interval latihan yang berbeda. Urutan sembilan latihan pemompaan
pergelangan kaki secara acak untuk setiap mata pelajaran. Subyek melakukan
latihan pemompaan pergelangan kaki dengan irama metronom. Subjek berlatih
latihan ankle pumping sebelum tes.
c. Active Exercise
Active exercise atau latihan gerak aktif yang dihasilkan oleh kontraksi
otot itu sendiri (Romadhoni, 2013). Jika diberikan selama 6 kali terapi diketahui
dapat meningkatkan kekuatan otot. Hal ini karena pada suatu gerakan tubuh
selalu diikuti oleh kontraksi otot, kontraksi otot tergantung dari banyaknya motor
unit yang terpasang. Dengan demikian kekuatan otot dan daya tahan otot pun
menjadi meningkat dengan dilakukannya gerakan secara aktif (Syukur, 2014).
Penelitian lainnya oleh Kurniasari (2010) dan Nugroho (2010) setelah pemberian
intervensi active exercises sebanyak 6 kali pertemuan hasilnya LGS meningkat
10⁰. Pergerakan aktif dalam menambah LGS karena adanya rangsangan
propiseptif dengan perubahan panjang otot pada saat terjadi kontraksi otot, darah
bergerak ke jaringan sehingga pada sendi terjadi penambahan nutrisi, lalu
perlengketan jaringan dapat dicegah, maka dengan demikian LGS dapat menjadi
bertambah (Wahyono & Budi, 2016).
Dalam terapi latihan Aktive Movement terdapat beberapa jenis terapi yang
disesuaikan dengan kondisi pasien yang hendak diterapi, Yaitu :
1. Assisted Active Movement
Yaitu bentuk latihan dimana gerakan yang terjadi akibat kontraksi otot
yang bersangkutan dan mendapat bantuan dari luar.
2. Free Active Movement
Yaitu bentuk latihan dimana gerakan yang terjadi akibat kontraksi otot
yang bersangkutan tanpa pengaruh dari luar.
3. Resisted Active Movement
Yaitu suatu latihan otot yang bekerja dalam suatu gerakan untuk melawan
suatu tahanan.
METODE PENULISAN DAN PELAKSANAAN STUDI KASUS

A. Tempat dan Waktu :

Studi ini akan dilaksanakan di Rumah Sakit Bhayangkara Mohammad Hassan Palembang
pada saat Komprehensif I 13 - 24 Desember 2021.

B. Jenis Penulisan :

Jenis penulisan yang digunakan pada penyusunan tugas ini studi kasus.
C. Kriteria Pasien :

Pasien yang akan menjadi subjek dalam Tugas Laporan Praktik ini adalah sebagai berikut
:
Pasien dengan diagnosa murni Fraktur Fibula
Dibuktikan dengan adanya hasil rontgen
Pasien dapat diberikan modalitas yang akan di lakukan

D. Pengkajian Fisioterapi :

Pengkajian fisioterapi terhadap kondisi fraktur fibula

E. CATATAN KASUS KLINIS

1. KELUHAN UTAMA :
Pasien dengan nama Tn. Y Usia 54 tahun mengeluh nyeri dan kesulitan berjalan
2. RIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT
- Riwayat penyakit sekarang :
Pada awal bulan November pasien mengalami penabrakan oleh seorang
pengendara motor dari belakang saat sedang melakukan patroli lalu lintas.
Kemudian pasien dibawa kerumah sakit untuk melakukan penanganan medis,
setelah di Rontgen diketahui pasien mengalami patah tulang sehingga pada
tanggal 8 November pasien melakukan operasi pada kaki kirinya.
Selepas operasi pasien di rujuk oleh dokter untuk melakukan terapi di poli
fisioterapi R.S Bhayangkara Palembang
- faktor memperingan :
Pada saat istirahat
- faktor memperberat :
Pada saat berjalan

3. ANAMNESIS SISTEM
1. Kepala & Leher :
Tidak ada keluhan
2. Kardiovaskuler :
Tidak ada keluhan
3. Respirasi :
Tidak ada keluhan
4. Gastrointestinalis :
Tidak ada keluhan
5. Urogenitalis :
Tidak ada keluhan

6. Muskuloskeletal :
Adanya keterbatasan ROM dan nyeri pada gerakan dorsi fleksi, pelantar fleksi,
inversi dan eversi pada gerakan ankle joint
7. Nervorum :
Tidak ada keluhan

a) PEMERIKSAAN
A. PEMERIKSAAN FISIK
a. TANDA-TANDA VITAL :
1) Tekanan Darah : 130/90 mmHg
2) Denyut Nadi : 74 kali per menit
3) Pernapasan : 19 kali per menit
4) Temperatur : 36.2°c
5) Tinggi Badan : 170 cm
6) Berat Badan : 85 kg

b. INSPEKSI :
Statis :
-tampak bekas jahitan pada fibula 1/3 distal medial dektra
-tampak perbedaan warna pada kedua kaki (kaki kiri tampak lebih
kemerahan)
Dinamis :
-pasien datang dengan keadaan duduk di kursi roda
-pasien melompat dengan satu kaki saat berpindah posisi dan terkadang
memerlukan bantuan orang lain
c. PALPASI :
-adanya spasme otot disekitar m. gastrocnemius
-adanya nyeri gerak pasif pada gerakan inversi dan eversi ankle sinistra
-suhu teraba berbeda (kaki bagian kiri sedikit lebih hangat)
-adanya odema dikaki kiri pasien
d. PERKUSI :
Tidak dilakukan
e. AUSKULTASI :
Tidak dilakukan

f. GERAKAN DASAR
4. Gerak Aktif
Gerak aktif/free active movement, merupakan gerakan yang dilakukan
oleh pasien secara mandiri tanpa adanya bantuan dari fisioterapis.
Terapis hanya melihat dan mengamati serta memberikan aba-aba.
Informasi yang diperoleh dari pemeriksaan ini antara lain adalah rasa
nyeri dan lingkup gerak sendi.
GERAKAN NYERI ROM
Plantar Fleksi - Tidak Full ROM
Dorso Fleksi - Tidak Full ROM
Inversi - Tidak Full ROM
Eversi - Tidak Full ROM
Abduksi - Tidak Full ROM
Adduksi - Tidak Full ROM

5. Gerak Pasif
Gerak pasif adalah suatu cara pemeriksaan gerakan yang dilakukan oleh
terapis pada pasien sementara pasien dalam keadaan pasif dan relaks.
Gerak pasif digunakan untuk memeriksa lingkup gerak sendi dan
provokasi nyeri.
No Gerak Pasif Nyeri ROM
1. Plantar Fleksi + Tidak Full
2. Dorso Fleksi + Tidak Full
3. Inversi + Tidak Full
4. Eversi + Tidak Full
5. Abduksi + Tidak Full
6. Adduksi + Tidak Full

6. Gerak Isometrik Melawan Tahanan

No. Gerakan Tahanan Nyeri


1. Plantar Minimal +
Fleksi
2. Dorso Fleksi Minimal +
3. Inversi Minimal +
4. Eversi Minimal +
5. Abduksi Minimal +
6. Adduksi Minimal +

g. KOGNITIF, INTRA PERSONAL & INTER PERSONAL


Kognitif : Pasien mampu menceritakan kronologi kejadian sakitnya dan
mampu memahami instruksi yang diberikan terapis.
Intrapersonal : Pasien mempunyai semangat dan motivasi cukup untuk
sembuh.
Interpersonal : Pasien mampu mengikuti instruksi instruksi terapis.
h. KEMAMPUAN FUNGSIONAL
1. Kemampuan Fungsional Dasar
g. Adanya keterbatasan ROM gerak Dorso Fleksi, Plantar Fleksi,
Abduksi, Adduksi, Inversi dan Eversi
h. Adanya nyeri gerak pasif saat gerakan Dorso Fleksi, Plantar Fleksi,
Abduksi, Adduksi, Inversi dan Eversi
2. Aktivitas Fungsional
a) Pasien mengalami kesulitan berjalan
b) Pasien belum mampu memakai sepatu pada kaki yang sakit
c) Pasien belum berdiri dengan dua kaki secara seimbang (masih
memerlukan Walker sebagai penopang.
3. Lingkungan Aktivitas
Lingkungan pekerjaan pasien tidak cukup baik, karna pasien masih akan
terus kontak fisik dengan jalanan lalu lintas sehingga pasien harus terus
berhati-hati setiap kali melakukan patroli.
B. PEMERIKSAAN SPESIFIK
2.1 Pemeriksaan nyeri menggunakan VAS
Vas merupakan alat pengukur nyeri dengan skala kontinyu. Terdapat bagian
horizontal dan vertikal sebagai petunjuk tingkatan nyeri. Skala nyeri dimulai
dari 0 sampai 10, dimana 0 berarti tidak terdapat nyeri dan 10 berarti nyeri
berat.
| 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 |

Nyeri Skala nyeri Keterangan


Diam 0 Tidak nyeri
Gerak 2 Nyeri Ringan
Tekan 4 Nyeri Ringan

2.2 Pengukuran Luas Gerak Sendi menggunakan Goniometer

Pengukuran Luas Gerak Sendi diukur dengan goniometer disesuaikan


dengan derajat pergerakan tubuh dengan membandingkan batas normal
ROM. ROM (Range of Motion) adalah jumlah maksimum gerakan yang
mungkin dilakukan sendi pada salah satu dari tiga potongan tubuh, yaitu
sagital, transversal, dan frontal. Goniometer diletakkan di titik Aksis gerak
selurusan terhadap bidang gerak.

Gerakan LGS Aktif LGS Pasif


Plantar Fleksi /Dorso S. 15°-0°-10° S. 20°-0°-15° b)
Fleksi c)
Abduksi/Adduksi F. 5°-0°-10° F. 5°-0°-15°
Enversi/Inversi R.5°-0°-10° R. 5°-0°-15° d)

b) DIAGNOSIS FISIOTERAPI
 Impairment
Body structure : adanya spasme pada M.Gastrocnimus

Body function : adanya nyeri dan keterbatasan gerak pada ankle joint sinistra pada gerakan
Dorso Fleksi, Plantar Fleksi, Abduksi, Adduksi, Inversi dan Eversi

 Functional Limitation

Pasien kesulitan pada saat melakukan aktivitas sehari-hari seperti berjalan dan gangguan
menyeimbangkan tubuh

 Partisipant Restriction

Pasien sulit melakukan pekerjaan sehari-hari sebagai seorang anggota polri

e) PROGRAM / RENCANA FISIOTERAPI


2. TUJUAN PADA KAPASITAS FISIK DAN KEMAMPUAN FUNGSIONAL
a) Tujuan jangka pendek :
-Mengurangi nyeri gerak pada ankle joint sinistra
-Meningkatkan luas gerak sendi ankle pada gerakan Dorso Fleksi, Plantar Fleksi,
Abduksi, Adduksi, Inversi dan Eversi
b) Tujuan jangka panjang : mengembalikan kemampuan fungsional pasien

3. TINDAKAN FISIOTERAPI
1. Teknologi Fisioterapi :
A. Teknologi Alternatif :
Infra Red Rays
TENS
Terapi Latihan

B. Teknologi Yang Dilaksanakan :


(jelaskan argumentasi / alasan kenapa ini dilakukan)
Penatalaksanaan yang digunakan adalah TENS , Pumping Ankle Exercise
dan Terapi Latihan Gerak Aktif.
Transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS) adalah salah satu
intervensi yang bisa dilakukan oleh fisioterapis dimana terapi
menggunakan voltase listrik yang rendah untuk mengurangi nyeri. TENS
mengubah mekanisme nyeri dan melepaskan hormon endorphin untuk
mengurangi nyeri.
Pumping Ankle Exercise atau Latihan pemompaan pergelangan kaki ini
memanfaatkan fungsi pompa otot betis untuk memompa darah ke jantung
dengan cara kontraksi otot. Latihan pemompaan pergelangan kaki sering
digunakan untuk menghilangkan edema dan pencegahan deep vein
thrombosis (DVT) yang berhubungan dengan tirah baring yang lama.
Free Aktive Exercise bertujuan untuk melatih otot kaki secara aktif. Hal ini
karena pada suatu gerakan tubuh selalu diikuti oleh kontraksi otot,
kontraksi otot tergantung dari banyaknya motor unit yang terpasang.
Dengan diberikan Free Active Exercise, diharapkan kekuatan otot dan
daya tahan otot pasien menjadi meningkat. Latihan ini juga salah satu
latihan yang berfungsi meningkatkan luas gerak sendi.

2. Home Program
Pasien dianjurkan untuk menggunakan Walker dengan keadaan NWB (non
weight bearing) serta dianjurkan untuk mengulangi terapi latihan yang
diberikan fisioterapis ini dirumah.

f) PELAKSANAAN FISIOTERAPI
Pelaksanaan fisioterapi dilakukan sebanyak 2 kali di Rumah Sakit Bhayangkara
Palembang pada tanggal ; 15 Desember 2021 dan 18 Desember 2021
1. TENS
A. Persiapan pasien
a) posisikan pasien dengan keadaan berbaring di bad dengan keadaan telentang
b) singkirkan celana atau penghalang apapun dari bagian tubuh yang akan di terapi
agar sinar infra red benar-benar menembus kulit
c) usahakan pasien berada diposisi senyaman mungkin
B. Persiapan alat
a) pastikan alat TENS dalam keadaan aman saat hendak digunakan
b) pastikan alat dalam keadaan aktif/on
c) tempelkan pada permukaan kulit
C. Pelaksanaan terapi
Setelah pasien dan alat telah siap, tekan tombol "aktifkan" untuk memulai terapi.
Naikkan intensitas sampai sesuai kebutuhan pasien. Pasti. Tunggu 15 menit kemudian
matikan alat.
D. Setelah terapi
a) setelah TENS dimatikan, singkirkan dari jangkauan
b) kemudian persilahkan pasien untuk mengenakan kembali pakaian atau menutup
kembali bagian yang telah selesai di terapi
c) bereskan alat, barulah mempersilahkan pasien untuk keluar ruangan terapi

2. Free Aktive Exercise


A. Persiapan pasien
a) posisikan pasien secara nyaman pada posisi berdiri atau duduk
B. Pelaksanaan terapi
a) fisioterapis mencontohkan pasien dengan melakukan gerakan aktif Dorso Fleksi,
Plantar Fleksi, Abduksi, Adduksi, Inversi dan Eversi
b) instruksikan pasien untuk mengikuti gerakan fisioterapi satu per satu. Lakukan
pergerakan dengan ;
Frekuensi : 2 kali/Minggu
Intensitas : 2 kali repetisi setiap gerakan, per pergerakan lakukan 8 kali hitungan
3. Pumping Ankle Exercise
A. Persiapan pasien

g) PROGNOSIS
Quo Ad Sanam : Bonam
Quo Ad Vitam : Bonam
Quo Ad Cosmeticam : Bonam
Quo Ad Fungsional : Bonam
h) EVALUASI
1. Evaluasi nyeri menggunakan VAS :
Untuk hasil evaluasi dilihat melalui tabel berikut ini :

T1 T2
Jum'at Jum'at
15/12/21 18/12/21
Nyeri 0 0
Diam
Nyeri 2 2
Gerak
Nyeri 3 3
Tekan

Keterangan :
0 : Tidak Nyeri
1-4 : Nyeri Ringan
5-7 : Nyeri Sedang
8-10 : Nyeri berat

2. Evaluasi Luas Gerak sendi menggunakan Goniometer :


Untuk hasil pengukuran dapat dilihat di dalam tabel :
Luas Gerak Sendi Aktif :

T1 T2
15/12/21 18/12/21
Dorso fleksi / S.15°-0°- S.15°-0°-10°
Plantar Fleksi 10°
Abduksi/ F.5°-0°-10° F.5°-0°-10°
Adduksi
Eversi/Inversi R.5°-0°-10° R.5°-0°-10°

Luas Gerak Pasif :


T1 T2
26/11/21 03/12/21
Ekstensi/ 20°-0°-15° 20°-0°-15°
Fleksi
Abduksi/ 5°-0°-15° 5°-0°-15°
Adduksi
Ekso rotasi/ 5°-0°-15° 5°-0°-15°
Endo rotasi

Dari hasil data yang tertera belum terlihat adanya perubahan LGS dan Nyeri akan
tetapi apabila pasien rutin melakukan latihan setidaknya 6 kali terapi maka
diperkirakan pasien akan mengalami perbaikan LGS dan Nyeri

Anda mungkin juga menyukai