Anda di halaman 1dari 12

Radiofarmaka

1. Pengertian Radiofarmaka

Radiofarmaka adalah suatu senyawa radioaktif yang digunakan ke dalam tubuh


manusia secara parenteral atau cara lain, baik untuk maksud terapi maupun diagnosa
serta mengalami metabolisme di tubuh manusia. . Secara umum, radiofarmaka
tersusun dari komponen radioisotop dan komponen kimia atau biomolekul yang
menentukan biodinamika senyawa tersebut dalam tubuh. Sebagian besar
radiofarmaka bekerja berdasarkan interaksi pada tingkat molekul dan beberapa
interaksi tersebut bersifat spesifik.Radiofarmaka dibuat dalam berbagai bentuk kimia
dan fisik yang diberikan dengan berbagai rute pemberian untuk memberikan efek
radioaktif pada target bagian tubuh tertentu. Beberapa contoh rute pemberian: per
oral (kapsul dan larutan), intravena, intraperitoneal, intrapleural, intratekal, inhalasi,
instilasi melalui tetes mata, kateter urin, kateter intraperitoneal dan shunts.

2. Radionuklida di gunakan di RSUP Kariadi


a. Tc-99m
Technesium-99m merupakan radionuklida pemancar gamma murni, dengan
waktu paruh pendek sekitar 6 jam. Sehingga Tc-99m ini berguna untuk
radiofarmaka diagnosis. Contohnya, Tc-99m MIBI. Sediaan 2-methoxy-isobutyl-
isonitrile (MIBI) telah diketahui untuk preparat penatah perfusi miokardial yang
telah ditandai dengan Tc99m. Energi yang dimiliki oleh Tc-99 sekitar 140 KeV.
Generator moledenum Technesium berfungsi menghasilkan radionuklida
Tc99m.Tc-99 memiliki waktu paro 6 jam, waktu paro yang pendek ini berfungsi
agar radionuklida ini cepat keluar dari dalam tubuh dieksresi. Peristiwa proses
untuk menghasilkan disebut reaksi elusi yang menghasilkan Tc-99m.
b. Sm-153
Samaraium 153 adalah salah satu kit radiofarmaka yang dimanfaatkan pada
diagnostik dan terapi. Samariuim 153 berfungsi untuk penanganan nyeri karena
kanker dan mengecilkan lesi. Sm-153 merupakan radionuklida terapi dengan
waktu paruh 46,3 jam. Radionuklida Sm-153 dapat berikatan melalui ikatan
koordinasi dengan beberapa ligan, diantaranya adalah EDTMP (ethylene diamine
tetramethylene phosphanate). Senyawa kompleks 153Sm-EDTMP dapat
dimanfaatkan untuk terapi paliatif kanker tulang baik sekunder maupun primer.
Sm 153 memiliki sebesar energi 800 KeV.
c. I-131
Iodium-131 merupakan radioisotop buatan, karena isotop ini dapat dibuat di
dalam laboratorium (reaktor) dengan reaksi inti. Radioisotop ini dibuat di dalam
suatu reaktor nuklir yang mempunyai kerapatan (fluks) neutron tinggi dengan
mereaksikan antara inti atom tertentu dengan neutron. Kelebihan dari I-131 yaitu
mampu membersihkan kanker samapi ke akar-akarnya, memilik energi 360 KeV.
I-131 biasanya digunakan untuk terapi tyroid dan turunannya dan semua pasien
kanker dengan sumber penyebarannya dari jaringan tyroid.

3. Generator Moledenum Technisium (MoTc) yang digunakan di RSUP Kariadi


Semarang
a. Generator dengan generasi pertama
Generator mempunyai prinsip dimana kolom solven dan kolom vakum dengan
posisi horisontal dan diantara kedua kolom tersebut terdapat kolom absorben
yang dihubungkan dengan cairan yang digenangi oleh cairan NaCl (selalu basah)
dimana NaCl akan masuk kedalam kolom absorben, oleh sebab itu generator
generasi pertama yang digunakan ini disebut generator basah. Generator ini
menggunakan generator basah yang diproduksi oleh BATAN, namun generator
yang digunakan oleh RSUP Kariadi Semarang sebelum tahun 2010 dan
menghasilkan volume yang aktivitasnya Tc-99m < 200mCr.

Generator tc-99m generasi pertama


b. Generator dengan generasi kedua
Generator ini menggunakan prinsip generator kering dengan produksi dari
Australia, digunakan di RSUP Kariadi Semarang pada awal tahun 2012- 2015.
Generasi kedua ini menghasilkan volume dan aktivitas Tc-99m < 200 mCr.

Generator tc-99m generasi kedua


c. Generator dengan generasi ketiga
Generator ini termasuk menggunakan prinsip generator kering yang
diproduksidari Polandia, dimana setiap 1 minggu selalu import dari polandia.
Digunakan mulai tahun 2015 sampai sekarang dan menghasilkan volume
aktivitas Tc-99m hingga mencapai 500-520 mCr dan genrator ini yang paling
stabil. Generator ini terdiri dari 2 kolom, kolom solven dan kolom vakum dalam
posisi vertikal, dengan pada dasar tabung berbentuk melengkung dihubungkan ke
kolom absorben. Didalam kolom absorben terdapat tabung reaksi yang berisi
serbuk silika, kristal mo (molodenum). Larutan NaCl baru berada didalam ampul,
dimana ampul tersebut dimasukkan di kolom solven dan menggantikan larutan
NaCl didalam kolom absorben saat dilakukan untuk pembentukan radiofarmaka.

Generator tc-99m generasi ketiga


4. Prinsip Kerja Generator
a. Generator Kering
Generator terdiri dari 2 kolom yaitu kolom solven dan kolom vacum, dimana
kolom solven dimasukkan vial pertecnetat dan kolom vacum dimasukkan vial
vacum yang dimasukkan dalam vial shield yang berisi tekanan negatif. Yang
pertama dimasukakan ke kolom solven berbentuk cairan kemudian ke kolom
vacum. Apabila terbalik maka kolom vacum akan menarik udara bukan cairan.
Didalam kedua kolom terdapat selang yabg dapat dilalui cairan hingga melalui
kolom absorben yang berisi serbuk silika dan moledenum. Karena moledenum
tidak stabil maka akan meluruh menjai Tc-99m didalam kolom absorben.
Moledenum akan tercuci cairan pertechnatat yang berasal dari vial pertechnetat (di
kolom solven). Tc-99m yang mengisi kolom absorben akan tertarik dan menuju
vial vacum melalui selang. Vial vacum yang awalnya kosong akan terisi Tc-99m
seletah proses elusi.
Proses elusi akan berlangsung kisaran waktu 2-15 menit, lamanya waktu akan
berpengaruh dengan volume yang dihasilkan dan besar kecilnya aktivitas.
Aktivitas dan volume kecil biasanya digunakan untuk pemeriksaan Renal dengan
kit DTPA. Proses elusi yang baik dilakukan tiap 23-24 jam sekali untuk
mendapatkan hasil yang maksimal. Aktivitas yang dihasilkan melalui proses elusi
dengan generator baru 510-520 mCi, sedangkan jika menggunakan generator lama
menghasilkan 60 mCi.

Vial Vaccum
Kolom Vaccum
Vial Pertechnetat

Kolom Solven

b. Generator Basah
Prinsip kerja untuk menghasilkan Tc-99m sama dengan generator kering,
hanya saja yang sedikit membedakan pada kolom vacum dan kolom solven dalam
posisi horizontal dan dihubungkna melalui kolom absorben. Vial NaCl masuk ke
kolom Solven dan Vial Vaccum masuk ke kolom vaccum. Pada kolom absorben
terdapat botol NaCl yang menggenangi kolom absorben, cairan NaCl ini nanti
akan tertarik ke dalam vial vaccum dan yang berada di vial NaCl akan masuk ke
botol di kolom absorben. Hal inilah yang dinamakan generator basah karena
kolom absorben akan selalu basah oleh cairan NaCl yang volumenya akan tetap
stabil.

5. Alat-Alat Yang Digunakan Dalam Pembuatan Radiofarmaka


a. Vial Shield
Berfungsi sebagai proteksi radiasi ketika vial terisi radionuklida, sehingga aman di
bawa.

b. Spuit shield
Berfungsi sebagai proteksi radiasi ketika radiofarmaka akan dimasukkan ke spuit
atau disuntikkan ke pasien.

c. Container Shield
Berfungsi sebagai tempat radionuklida sebelum di elusi pada generator.
d. Vial Pertechnetat

e. Vial Vaccum
Didalamnya berisi udara yang bersifat negatif.

f. Generator
Sebagai tempat produksi radiofarmaka / tempat elusi.

g. Radionuklida
h. Container Spuit Shield
Berfungsi untuk proteksi radiasi dari radionuklida yang beada didalam spuit.

6. Radiolabeling
Radiolabeling adalah teknik untuk melacak bagian sampel suatu zat melalui
suatu sistem. Zat ini diberi label menggunakan radionukleotida dalam komposisi
kimianya. Ketika peluruhan radionukleotida, keberadaanya dilacak dengan
mendeteksi jumlah menitradioaktivitas yang dipancarkan. Radiolabeling adalah teknik
yang digunakan untuk melacak lewatnya molekul yang menggabungkan radioisotop
melalui reaksi, jalur metabolisme, sel jaringan, organisme, atau sistem biologis.
Reaktan dilabeli dengan mengganti atom spesifik dengan isotopnya. Mengganti atom
dengan radioisotopnya sendiri adalah label intrinsik yang tidak mengubah struktur
molekul. Molekul dapat radiolabeted dengan reaksi kimia yang memperkenalkan
atom, bagian, atau kelompok fungsional yang berisi radionuklida.
Berikut adalah enam metode radiolabeling :
Metode Pelabelan Contohnya
Pertukaran isotop Senyawa berlabel 14C-, 35S-, dan 3 H
Pengenalan label asing Semua senyawa 99mTc
111
Seyawa berlabel
18
FDG
111
Pelabelan Bi-fungsional chelating In-DTPA-albumin
99m
Tc-DTPA-MoAb
57
Biosintesis Co-cyanocobalamin
14
Senyawa berlabel C
Recoiling labeling Senyawa beryodium
123
Pelabelan eksitasi Senyawa berlabel I

a. Reaksi pertukaran isotop


Satu atau lebih atom dalam molekul digantikan oleh isotop yang
memiliki unsur yang sama, tetapi nomor massa yang berbeda (123I, 124I,
125
I, 127I, dan 131I).
b. Pengantar label asing
1) Radionuklida diberi label pada molekul yang memiliki fungsi
biologis yang diketahui.
2) Biasanya memiliki ikatan kovalen atau koordinat kovalen.
3) Penandaan radionuklida ke molekul yang menarik tidak biasa
(tidak terjadi di alam).
4) Chelation adalah proses dimana satu atom menyumbangkan
sepasang pemilihan ke atom (asing) lainnya, biasanya logam
transisi.
99m
5) Contohnya temasuk Tc-DTPA, 51 Sel darah merah berlabel
Cr, dan 18 FDG.
6) Sebagia besar senyawa T-99m dilabeli dalam format ini.
c. Pelabelan dengan agen chelating Bi-fungsional
1) Agen chelating bi-fungsional terjadi ketika radionuklida
berbagi penyatuan dengan makromolekul lain.
2) Salah satu dari dua metode dapat dilakukan memenuhi proses
99m
yaitu metode chelate Tc-bahan kimia yang digunakan untuk
membentuk chelation. Diamidoldithiol, cyclam adalah contoh
dari jenis agen ini, dimana ikatan terbentuk antara agen
pengkelat dan protein. Selanjutnya yaitu metode antibodi kelat
tidak langsung. Disini agen chelating bi-fungsional
terkonjugasi dengan makromolekul bereaksi dengan kompleks
logam-khelat-makromolekul. Contohnya 111 In-DTPA-MoAb.
d. Biosintesis
1) Bahan radioaktif dimaukkan ke dalam media pertumbuhan
tempat bakteri (ex) tumbuh.
2) Metabolit radioaktif diproduksi sebagai produk sampingan.
3) Metabolit radioaktif dihilangkan secara kimia dan dapat
diterapkan.
4) Contohnya 57 Co-B12
e. Mundur pelabelan
1) Atom atau ion rekoil diproduksi dalam bahan target oleh artikel
yang awalnya dipancarkan dari bahan radioaktif. Partikel-
partikel ini menyebabkan atom-atom dimedia sekitarnya untuk
mundur an rebond menghasilkan molekul yang berbeda.
2) Proses ini jarang dilakukan, memiliki aktivitas spesifik yang
rendah dari produk yang terikat.
f. Pelabelan eksitasi
1) Terjadi dalam proses yang sangat energik.
2) Partikel mengionisasi atom-atom disekitarnya yang
menyebabkan ion terbentuk menghasilkan ikatan baru dengan
senyawa lain.
3) Hasil rendah.
99m
Selanjutnya dijelaskan mengenai radiolabeling dengan Tc, adalah sebagai
berikut.
a. Tricine (Sigma Aldrich): Larutkan 1 mg tricine dalam 1 ml air ultra
murni untuk mencapai konsentrasi 1 mg / ml dan simpan pada suhu
kamar.
b. Stannous Chloride dihydrate (Sigma Aldrich): Larutkan 1 mg stannous
chloride dalam 1 ml 0,1 N HCl untuk mencapai konsentrasi 1 mg / ml
dan simpan pada suhu kamar.
c. Garam natrium N-hidroksi suksinimida (NHS) (Pierce), disimpan
kering pada suhu kamar.
d. 20x PBS (Saline fosfat): Larutkan 160 g NaCl, 4 g KCl, 28,8 g
NaH 2 PO 4 , 4,8 g KH 2 PO 4 dalam 600 ml air ultra murni. Aduk rata,
atur pH ke 7.4 dan buat volume menjadi 1 liter. Untuk larutan yang
bekerja tambahkan 50 ml hingga 950 ml air ultra murni. Ini akan
memberikan konsentrasi kerja 137 mM NaCl, 2,7 mM KCl, 4,3 mM
NaH 2 PO4 dan 1,4mM KH 2 PO 4 .
e. 10 mM buffer natrium fosfat: Tambahkan 3,1 g NaH 2 PO 4.H 2 O dan
10,9 g Na 2 HPO 4 ke dalam air suling dan buat volume menjadi 1
liter. Atur pH larutan ke 7.8. Solusinya dapat disimpan pada suhu 4 ° C
hingga 1 bulan.
f. 20 mM natrium sitrat: Larutkan 5,88 g natrium sitrat dihidrat dalam 1
liter air dan simpan pada suhu kamar.
g. 150 mM / L natrium asetat: Larutkan 12,30 g natrium asetat anhidrat
dalam 600 ml air ultra murni. Atur pH larutan menjadi 7,8 dan buat
volume menjadi 1 liter dan simpan pada suhu kamar.
h. 30 mM Dimethyl Formamide
99m
i. Tc (disediakan sebagai pertechnate- 99m TcO 4 , segar dari generator
99mTc).

7. QC Radiofarmaka
QC (Quality Control) atau pengawasan mutu adalah bagiam esensial dari cara
pembuatan obat yang baik agar tiap obat yang dibuat memenuhi persyaratan mutu
yang sesuai dengan tujuan penggunaannya. pengawasan mutu meliputi program uji
stabilitas pemantauan lingkungan kerja, validasi, dokumentasi suatu batch, program
penyimpanan sampel, penyusunan, serta penyimpanan sesuai dengan spesifikasi yang
berlaku dari setiap bahan atau produk termasuk metode pengujiannya.
a. Pengambilan sampel
Jumlah sampel yang biasanya diambil dalam analisis sediaan farmasi
mungkin perlu dimodifikasi, tetapi hendalah memadai untuk dilakukan
pengujian ulang (sampel pembanding). Jumlah sampel yang biasanya diambil
untuk uju sterilitas tidak perlu diterapkan pada radioframaka karena dalam
satu bets jumlahnya hanya sedikit.
b. Bahan awal
Uji khusus mungkin harus dirancang dan dilksanakan untuk
menunjukkan tidak ada sedikitpun impuritas yang spesifik diperbolehkan
misal dalam bahan target. Proses iradiasi merupakan uji yang terbaik. Bahan
baru disintesis sendiri hendaklah dikarakterisasi dan diuji sebelum digunakan.
c. Kemurnian radionuklida
Pengujian kemurnian radionuklida hendaklah dilakukan pada bahan
awal radioaktif seblum preparasi suatu senyawa bertanda. Pemancar beta dan
gamma biasanya merupakan impuritas utama yang diamati, tetapi pada produk
hasil fisi, impuritas pemncar alfa hendaklah diamati juga. Kalibrasi energi dari
instrument hendaklah sering dilakukan dengan menggunakan sumber
(radioaktif) acuan dan diverifikasi sebelum dipakai dengan menggunakan
sumber standar yang berumur panjang.
d. Kemurnian radiokimia
Kemurnian radiokimia hendaklah ditentukan, menggunakan berbagai
teknik termasuk pemisahan kromatografis, ekstraksi dengan pelarut, KCKT,
elektroforesis dan presipitasi. Metode kromatografi kertas dan kromatografi
lapisan tipisbiasanya digunakan untuk penentuan kemurnian radiokimia suatu
radiofarmaka. Pemilihan teknik tergantung pada kompleksitas preparasi
radiofarmaka.
e. Konsentrasi radioaktif
Penentuan secara independen konsentrasi radioaktif yang
sesungguhnya hendaklah dilakukan oleh pengawasan mutu dengan instrumen
yang berbeda dari yang digunakan dalam proses pembuatan. Untuk setiap
radiofarmaka, kandungan radioaktivitas, konsentrasi radioaktif dan dosis atau
volume yang diberikan kepada pasien hendaklah ditentukan.
f. Kemurnian kimia
Kontaminan kimia, misal logam dalam jumlah yang sangat sedikit,
hendaklah diidentifikasi dan ditentukan untuk mencegah atau mengurangi
dampak yang mungkin terjadi pada proses penandaan radiofarmaka. Untuk kit
radiofarmaka yang mengandung garam Stano (Sn2+) sebagai bahan pereduksi,
kandungan garam Stano (Sn2+) hendaklah ditentukan dengan menggunakan
metode seperi iodometri dan polarografi.
g. pH
Semua radiofarmaka hendaklah mempunyai pH yang sesuai yntuk
kestabilan dan integritasnya. pH dapat ditentukan menggunakan kertas pH
atau pH meter.
h. Distribusi biologis
Untuk beberapa radiofarmaka, uji distribusi biologis hendaklah dilakukan
sebagai indikator mutu dan kinerja yang diharapkan dari radiofarmaka.
Prosedur yang ditetapkan dalam monografi farmakope dapat diadopsi dalam
uji biodistribusi ini.

Anda mungkin juga menyukai