Anda di halaman 1dari 100

Radiofarmasi

Ayu Shabrina, M.Farm., Apt


Departemen Farmasetika dan Teknologi Farmasi
Materi yang akan dipelajari

• Sediaan Radiofarmasi
• Sterilisasi Radiasi
• Pengawetan Makanan
• Radiofarmasi Rumah Sakit

• Pustaka:
Leswara, N.D., 2007, Buku Ajar Radiofarmasi, Jakarta: EGC
Remington, 1990, Remington’s Pharmacutical Science 18th Ed
Chap 33, Pennsylvania: Mack Publishing
Sediaan Radiofarmasi

• Sediaan radiofarmasi adalah sediaan


radioaktif yang didapat dari target yang telah
diiradiasi dalam suatu reaktor nuklir dan telah
mengalami suatu pengolahan kimia misalnya
oksidasi/reduksi, destilasi, ekstraksi, absorbsi
dan telah melalui suatu syarat pemeriksaan
seperti sediaan farmasi yang konvensional.
Penggolongan Sediaan Radiofarmasi

• Saat ini terdapat 200 jenis sediaan yang telah


digunakan secara rutin dalam bidang
kedoteran. Dari jumlah tersebut 20
diantaranya telah dapat dibuat di Indoensia
dan dapat digolongkan atas:
• Isotop Primer: Na131, Na2H32PO4 dan H235SO4
• Senyawa bertanda (labelled compound):
Hippuran-131I, Rose-Bengal131, Oleic-acid 131I
• Untuk radiologi: 60 Co berupa jarum/butiran dan
192 Ir berupa biji-bijian
Penggunaan Sediaan Radiofarmasi

1. Wadah tertutup (Sealed source): Sediaan ini


dipakai untuk bidang radiologi dan bukan
untuk terapi msialnya 60 Co dalam bentuk
jarum atau butir dan 226 Ra dalam bentuk
jarum
2. Wadah terbuka (unsealed source): Sediaan
ini dipakai dalam bidang kedokteran nuklir
dan bukan untuk diagnostik.
Pembuatan Sediaan Radiofarmasi
TARGET yang telah diiradiasi dalam reaktor nuklit

Dilarutkan dalam pelarut, e.g: 24Na, 42K dan 82Br

PEMISAHAN KIMIA target yang telah diiradiasi

Oks, Reds, Abs, Ion Exchange, Pengendapan. E.g: 131I, 32P, 76As, 51Cr, 55Fe

PENANDAAN molekul organik dari tumbuhan/hewan dg radioisotop, e.g: 131I


dengan Hippuran, 125I dengan Diodon atau Rose-Bengal

KOLOID radioaktif dihasilkan dari pengendapan logam, metaloid atau garam. E.g:
Koloid Aurum-198 dalam bentuk partikel (d < 100 mm) dalam suspensi stabil

Radioisotop dengan WAKTU PARUH PENDEK dihasilkan dari GENERATOR. E.g: 87Y
menjadi 87Sr, 99Mo menjadi 99mTc
Bentuk Sediaan Radiofarmasi
Larutan Untuk Pemakaian Oral
• Biasanya dikemas dalam wadah tertentu yang dinamakan Penicillin type bottles. Untuk
menghindari terjadinya kontaminasi  Single Dose. E.g: Larutan 42K, 131I serta 24Na
untuk mendeteksi adanya gangguan pada peredaran darah
Kapsul Gelatin Untuk Pemakaian Oral
• Cara pemakaiannya mudah dan bahaya kontaminasi tidak ada. Larutan ini diserap oleh
dinding kapsul atau zat inert yang ditambahkan, misalnya Na2HPO4 anhidrat. Kerugiannya
adalah ada kemungkinan kapsul tiak larut sempurna dalam lambung atau reaksi antara
radionuklida dan komponen-komponen kapsul, seperti gelatin, zat warna, atau antiseptic.

Larutan injeksi
• Kemasan mengandung satu dosis atau lebih. Syarat larutan injeksi biasa harus dipenuhi,
seperti sterilitas, isotonisasi, dan bebas pirogen.sediaan dipakai terutama untuk
radioisotope yang berumur sangat pendek sehingga unsur aktif segera mencapai sasaran
dan dapat segera dideteksi, misalnya 99mTc dengan t1/2 = 6 jam, 113mln dengan t1/2 = 1,7
jam.
Bentuk Lyophilized Products atau Sediaan Liofilisasi
• Sediaan dalam botol, sebelum digunakan harus dilarutkan dalam pelart yang
sesuai(model kit)
Syarat Sediaan Radiofarmasi

Radioaktivitas dalam tiapkapsul seragam

Tidak toksik

Kemurnian radioaktif terjamin

Keseragaman kandungan dan sediaan

Homogen

Disolusi (tidak berlaku untuk gelatin lunak, kecuali


bila dinyatakan dalam masing-masing monografi)
Pemeriksaan Sediaan Radiofarmasi

• Kemurnian • Krom Kertas • Uji Sterilitas


• Pengotor • Elektroforesis • Toksisitas
Kertas
• KLT
Pemeriksaan
Kimia Biologi
Fisika
Istilah dalam Radiofarmasi

• Kemurnian Radionuklida
Diartikan sebagai rasio presentase dari radioaktif
radionuklida yang diinginkan dengan total
radioaktivitas di dalam sediaan.
e.g: 100 µCi (mikro curie) sediaan 99m TC-
Sodium Pertechnetate mengandung 99,5 µCi 99m
TC dan 0,5 µCi 99MO sehingga akan memiliki
kemurnian radionuklida 99,5% 99m TC. Pada
contoh ini 99MO memiliki 0,5% pada kemurnian
radionuklida
• Pengotor radionuklida sangat signifikan
karena mereka dapat berkontribusi pada
penambahan dosis yang tidak perlu kepada
pasien tanpa menambah informasi diagnosa.
Pengotor radionuklida yang relevan dan
batas yang dapat diteria biasanya tercantum
pada sisipan pacage atau ditentukan pada
monografi USP
Istilah dalam Radiofarmasi

• Pembawa Isotop adalah isotop stabil radionuklida yang


ditambahkan ke dalam sediaan radioaktif dan ada dalam
bentuk kimia yang sama seperti radionuklida
• Konsentrasi radioaktif larutan adalah perbandingan
radioaktvitas radionuklida terhadap volume larutan
radioaktif tersebut dilarutkan. Penentuan pH dilakukan
sesuai persyaratan larutan injeksi dan pH darah. Selain
itu, juga diperiksa jumlah buffer yang ditambahkan dan
penentuan kadar diakukan seperti pada sediaan farmasi
non-radioaktiv. Terakhir dilakukan pemeriksaan logam
berat
Pemeriksaan Sediaan
Radiofarmasi
Ayu Shabrina, M.Farm., Apt
Departemen Farmasetika dan Teknologi Farmasi
Pemeriksaan Fisika

• Pada pemeriksaan fisika, konsentrasi radioaktif


dinyatakan dalam satuan Curie; mCi; µCi atau
Becquerel (Bq). Alat yang digunakan untuk
menentukan konsentrasi adalah Geiger Muller
Counter dan Ɣ-scintillation counter.
• Selain konsentrasi, perlu diperiksa pula
kemurnian radioaktif. Kemurnian radioaktif atau
disebut pula kemurnian radionuklida artinya
tidak boleh mengandung zat radioaktif lain
kecuali yang tertera pada etiket
Lanjutan pemeriksaan fisika...

• Pengotoran radioaktif mungkin terjadi


karena Nuclear side reaction bersama
dengan reaksi nuklir utamanya. Pada
pembuatan 198Au mungkin terjadi reaksi
nukllir tambahan yaitu 199 Au, yang
merupakan pengotoran radionuklida.
• Faktor lain yag mempengaruhi kemurnian
radioaktif adalah target (Sasaran) yang
tidak murni
Pemeriksaan Kimia

• Pada pemeriksaan kimia dilakukan uji


kemurnian radiokimia, yaitu radioaktif harus
berada dalam bentuk kimia yang telah
ditentukan, misalnya larutan Na131I tidak
dikotori oleh senyawa Na131IO3 atau 131
IO4; larutan Hippuran-131I tidak boleh
mengandung 131I bebas.
Lanjutan pemeriksaan kimia...

• Kemurnian larutan Na131I tanpa pembawa


(carrier) yang hanya mengandung Na2CO3
dan NaI dalam jumlah sedikit, lebih besar
dibandingkan kapsul gelatin yang
mengandung Na131I karena kapsul gelatin
mungkin pengotoran lain seperti bahan
pewarna gelatin, antiseptik dan bahan
pereduksi lain yang ditambahkan untuk
melindungi bentuk kering iodium dalam
bentuk iodida.
Lanjutan pemeriksaan kimia...

• Kemungkinan pengotoran radiokimia terjadi


karena pemanasan yang berlebihan selama
pengolahan, oksidasi, reduksi; ketidakstabilan
zat kimianya, self-irradiation dan pengaruh cara
atau tempat penyimpan.
• Cara pemeriksaan adalah dengan kromatografi,
baik kromatografi kertas, KLT, elektroforesis
kertas dan dialisis.
• Prinsip kromatografi analisis sama seperti pada
preparat farmasi non-radioaktif dan cara
deteksinya lebih mudah.
Pemeriksaan Kimia: Krom Kertas

• Yang dapat diperiksa dengan kromatografi


kertas, misalnya senyawa radioaktif seperti
larutan Na131 I, Na 99m TcO4 dan senyawa
bertanda seperti Rose-Bengal-131I, 99m Tc-Sn-
Glukonat. Kromatografi dilakukan
menggunakan kertas Whatman No.1 dengan
eluen metanol serta analisator saluran
tunggal (Detektor NaI). Sesudah dielusi,
dikeringkan lalu kertas dipotong-potong
setiap 1 cm dan dicacah
Pemeriksaan Kimia: KLT

• KLT dapat menggunakan plat laporsan tipis


polyethylene-terephtalate yang dilapisi silika
gel dengan eluen metanol, misalnya untuk
menentukan kemurnian radiokimia senyawa
bertanda 99m TC-Sn-Glukonat atau 99m Tc-
S-mikrokoloid. Pendeteksiannya dapat
dilakukan dengan cara:
Pemeriksaan Kimia: KLT

• Pencacahan (seperti pada kromatografi kertas), yaitu


dikeringkan, dipotong dan dicacah dengan film (X-ray
film) yang intensitas sinar radioaktif dipancarkan oleh
suatu radioisotop sebanding dengan kehotaman yang
ditimbulkan pada film tersebut dan intensitas kehitaman
ini dapat diukur dengan densitometer; dengan senyawa
pewarna dan dengan sinar UV yaitu fluoresensi.
• Cara dialisis untuk larutan yang bersifat koloidal,
misalnya untuk 198Au koloid yaitu pemisahan antara
ion 198 Au yang bebas dari 198 Au yang terikat pada
koloid
Pemeriksaan Kimia: Elektroforesis
Kertas
• Cara elektroforesis kertas dapat digunakan untuk memisahkan
komponen senyawa radioaktif dalam suatu campuran misalnya
campuran antara senyawa bertanda radioisotop dan radioisotop
bebasnya. Contoh: pada penentuan kemurnian Bromsulfotalein
(BSP) 131-I
• Pemurnian tersebut menggunakan kertas Whatman no.1 dengan
larutan elektrolit Na2HPO4 0,05M. Lamanya elektroforesis adalah 60
menit (tidak tentu) dengan tegangan 350 mV. Prinsp deteksinya
sama dengan kromatografi kertas. Setelah elektroforesis, kertas
dipotong, dikeringkan dan dicacah. Bercak 131I berwarna coklat
(untuk sampel pembanding). Pengotoran 131I dapat dihitung
berdasarkan rumus:
Aktivitas/Cacahan 131I x 100%
Aktivitas Total
Pemeriksaan Biologi

• Pemeriksaan biologi dilakukan pemeriksaan


sterilitas, yaitu uji sterilitas sesuai pada
Farmakope Indonesia; pemeriksaan pirogen
seperti pada FI dan USP; pemeriksaan
toksisitas serta pemeriksaan biologilcal
affinity
Aplikasi Sediaan Radiofarmasi
• Aplikasi Diagnostik
Untuk diagnostik isotop digunakan sebagai
radioaktif perunut (tracers) dan sebagai
sumber radiasi. Dosis radiasi yang diberikan
harus serendah mungkin. Isotop yang
digunakan memiliki waktu paruh yang
minimum sehingga waktu di dalam tubuh juga
minimum dna jumlah atau kuantitas isotopnya
juga minimum. Isotop dapat memnerikan
pengukuran yang teliti misalnya dipakai 57Co
atau 60Co
A. Iod Radioaktif dan kelenjar tiroid

Tiroid merupakan kelenjar kecil yang terletak di leher yang


menhasilkan hormon tiroksin yang merupakan pace-maker
tubuh. Tiroksin merupakan senyawa organik yang
mengandung Iod (yang terikat pada tiroksin).
Kekuranan iod menyebabkan pembesaran tiroid yag bisa
dicegah dengan penambahan sejumlah kecil NaI pada
garam. Sebagian besar iodin yang masuk ke dalam tubuh
bersama makanan dengan segera tertumpuk di kelenjar
tiroid keudian diubah menjadi tiroksin dan senyawa
kompleks lain yang secara perlahan-lahan disekresikan ke
dalam aliran darah
Lanjutan

• Radioaktif iodin sebagai perunut digunakan


untuk mendiagnosis kelainan tiroid.
Radioaktif Iodin yang sering digunakan
adalah 131Iod (t ½ = 8 hari) yang diproduksi
oleh reaktor. Pada hal tertentu terkadang
ditambahkan 132 Iod (t ½ = 2 ½ jam) sehingga
pasien menerima dosis radiasi yang lebih
kecil dan diagnosis dapat diulang pada waktu
yang singkat
Lanjutan

• Uji aplikasi tiroid menggunakan radioiodin merupakan cara yang


sederhana, cepat dan mudah. Pemberian dengan cara meminum
radioaktif NaI (beberapa mikro Curie 131I).
• Pasien duduk pada kursi khusus Ɣ-Scintillation radiation detector
ditempatkan pada leher dekat tiroid dan mengukur kecepatan
pembentukan iod radioaktif di kelenjar setelah beberapa jam.
Setelah radioiod masuk ke dalam saluran pencernaan, radioiod
cepat terabsorbsi ke dalam aliran pembuluh darah, sebagian masuk
ke tiroid dan sebagian dapat diekskresikan melalui urine. Dengan
cara ini keaktifan tiroid dapat dideteksi
• Iod radioaktif yang digunakan kemudian berubah menjadi tiroksin di
dalam tiroid. Pengukuran radioaktif tiroksin secara kuantitatif dalam
darah sesudah 48 jam pemberian 131 I dapat memberikan informasi
lebih lanjut mengenai efisiensi fungsi kelenjar tiroid. Absorbsi
radioiod oleh kelenjar tiroid dapat digunakan untuk menentukan
posisi dan ukuran kelenjar tiroid
B. Radiotracers untuk melihat
fungsi dan penyakit darah
• Pembentukan sel darah merah antara lain bergantung pada
kemampuan tubuh mengabsorbsi vitamin B12. Kekurangan vitamin
B12 dalam kelenjar pembentuk dapat menyebabkan anemia atau
kekurangan sel darah merah.
• Vitamin B12 merupakan senyawa organik kompleks yang
mengandung logam Co. Pada setiap molekul vitamin terdapat 1
atom Co. Yang sering digunakan dalam diagnosis adalah Vitamin
B12 yang dilabeli dengan radiokobal
• Pembuatan radioaktif Vitamin B12 adalah dengan cara pertumbuhan
jamur penghasil Vitamin B12. Radioaktif yang biasa digunakan
adalah 57 Co dan 58 Co (t ½ =270 hari dan 72 hari) yang dihasilkan
dari siklotron karena waktu paruhnya lebih cepat dibandingkan
dengan 60 Co
C. Pernicious Anemia

• Kurang dari 1 µg 58Co labelled vitamin B12


diberikan secara oral kemudian diperiksa
kadar dalam darah, hati dan hasil ekskresinya
menggunakan alat pengukur radioaktivitas
• Pasien PA hanya mampu mengabsorbsi
sebagian kecil vitamin sedangkan pasien
normal mengabsorbsi lebih besar dari
separuhnya
D. Kadar Besi dalam Darah

• Besi yang merupakan konstituen hemoglobin memegang peranan


penting dalam pembentukan darah. Kekurangan besi menyebabkan
berbagai jenis anemia. Pemberian radioaktif besi (59 Fe atau 55Fe)
dapat mendiagnosis fungsi zat tersebut dalam darah. Segera
sesudah dicerna sebagian besar radioiron dapat dideteksi dalam
kelenjar pembentukan darah, terutama sumsum tulang dan
kemudian muncul/terdeteksi dalam sel darah merah dalam
beberapa hari. Basanya setelah mencapai umur rata-rata 16 minggu
pada orang sehat, sel darah yang usang, musnah dalam limpa,
terurai dan diekskresikan. Jika tubuh tidak mendapat cukup besi,
besi dari sel yang mati tadi akan disirkulasikan kembali ke dalam
kelenjar pembentuk darah sehingga tidak diekskresikan
F. Tumor Otak

• Kelenjar otak yang normal mempunyai penghalang


(barrier) yang dapat melindungi / mencegah
masuknya banyak zat (subtances) dari aliran darah
ke dalam otak, tetapi jika ada tumor otak, barrier tadi
sering rusak. Dalam keadaan tersebut, radioisotop
perunut dapat masuk ke dalam otak, yang dalam
keadaan normal, perunut radioisotop tersebut tidak
dapat menembus otak. Cara itu dapat menentukan
lokasi tumor. Perunut pertama yang digunakan
adalah 32P. Saat ini yang sering digunakan untuk
menentukan lokasi tumor adalah Ɣ-ray emitters
arsenic-76 dan copper-64
Aplikasi Terapeutik

Ayu Shabrina, M.Farm., Apt


Departemen Farmasetika dan Teknologi Farmasi
Penggunaan Terapeutik

• Penggunaan terapeutik didasarkan pada


fakta bahwa radioisotop dalam jumlah yang
cukup di dalam jaringan akan
menghancurkan sel-sel yang abnormal dan
mencegah pembentukan jaringan baru.
Secara umum, terapi isotopik diaplikasikan
hanya untuk penyakit-penyakit yang
mengalami perluasan sel yang tidak
berfungsi atau overactive.
A. External Sources
• Radioisotop digunakan sebagai sumber
tertutup atau sumber luar, dosis berakhir jika
sumber diambil dari tubuh. Jika diberikan
secara internal dengan sumber terbuka,
radioisotop dapat berfungsi untuk terapi atau
diagnosis, tetapi dosis tidak dapat diakhiri
dengan mengambil sumber dari tubuh.
Dalam aplikasi, total dosis dihitung dari
waktu-paruh efektif, jenis dan energi radiasi
yang diemisi serta konsentrasi isotop dalam
jaringan
Contoh: Three Dimensional
Conformal Radiotheraphy (3d-Crt)
• Terapi radiasi dengan menggunakan sumber radiasi tertutup atau
pesawat pembangkit radiasi telah lama dikenal untuk pengobatan
penyakit kanker. Perkembangan teknik elektronika maju dan
peralatan komputer canggih dalam dua dekade ini telah membawa
perkembangan pesat dalam teknologi radioterapi. Dengan
menggunakan pesawat pemercepat partikel generasi terakhir telah
dimungkinkan untuk melakukan radioterapi kanker dengan sangat
presisi dan tingkat keselamatan yang tinggi melalui kemampuannya
yang sangat selektif untuk membatasi bentuk jaringan tumor yang
akan dikenai radiasi, memformulasikan serta memberikan paparan
radiasi dengan dosis yang tepat pada target. Dengan
memanfaatkan teknologi 3D-CRT ini sejak tahun 1985 telah
berkembang metoda pembedahan dengan menggunakan radiasi
pengion sebagai pisau bedahnya (gamma knife). Dengan teknik ini
kasus-kasus tumor ganas yang sulit dijangkau dengan pisau bedah
konvensional menjadi dapat diatasi dengan baik oleh pisau gamma
ini, bahkan tanpa perlu membuka kulit pasien dan yang terpenting
tanpa merusak jaringan di luar target.
B. Teletherapy Units

• Mengandung sejumlah kilo Cure 60Co atau 137Cs yang sering


digunakan dalam penyembuhan luka (lesion), pascaoperasi atau
jika operasi tidak memungkinkan.Monoenergi alamiah dari sinar
gamma memberi keuntungan voltase sinar-X yang tinggi yang
mengandung spectrum energy yang kontinu sebagai tambahan
energy yang karakteristik.Akan tetapi, sumber radioaktif mempunyai
kelemahan, yaitu tidak dapat dihilangkan.
• Neutron cepat yang dihasilkan dari generator neutron atau reactor
nuklir mepunyai efektivitas relative bilogis yang lebih besar dari
pada sinar-X, tetapi lebih mahal dan juga kurang diketahui efeknya
terhadap jaringan dan daya penetrasinya.Partikel alfa kadang-
kadang juga dapat digunakan.
• Cobalt-60 pada 5,27 tahun dahulu digunakan untuk radioterapi
berkas eksternal, sekarang lebih banyak digunakan untuk sterilisasi.
C. Surface Sources

• Untuk pemakaian kulit dan mata, terapi terdiri dari


apikator yang mengandung pure beta
emitter seperti 32P dan 90Sr.Radioisotop fosfor dapat
dipakai untuk menentukan tempat tumor di otak.
Selain itu, fosfor-32 juga merupakan radioisotop
andalan dalam terapi polisitemia vera dan leukemia.
P-32 digunakan untuk pengobatan penyakit
polycythemia rubavera, yaitu pembentukkan sel darah
merah yang berlebihan.Di dalam penggunaannya P-
32 disuntikkan ke dalam tubuh sehingga radiasinya
yang memancarkan sinar beta dapat menghambat
pembentukan sel darah merah pada sumsum tulang.
D. Extracorporeal irradiation

• Untuk mempelajari kelainan pada kelenjar tiroid, mendeteksi


kerusakan pada kelenjar gondok,hati dan otak digunakan
radioisotop I-131.I-131 digunakan sebagai terapi pengobatan untuk
kondisi tiroid yang over aktif atau kita sebut hipertiroid.I-131 ini
sendiri adalah suatu isotop yang terbuat dari iodin yang selalu
memancarkan sinar radiasi. Jika I-131 ini dimasukkan kedalam
tubuh dalam dosis yang kecil, maka I-131 ini akan masuk ke dalam
pembuluh darah traktus gastrointestinalis. I-131 dan akan melewati
kelenjar tiroid yang kemudian akan menghancurkan sel-sel glandula
tersebut. Hal ini akan memperlambat aktifitas dari kelenjar tiroid dan
dalam beberapa kasus dapat merubah kondisi tiroid.
E. Internal sources

• 198Au disuntikkan dalam bentuk suspense koloid (secara


intraperitoneal atau intrapleural) ke dalam cairan tubuh yang
mengandung serous cavity. Mula-mula akan terdifusi secara cepat
kedalam cairan, kemudian terkumpul pada permukaan cavity berupa
endapan kasar.Cara ini sudah berhasil digunakan pada pengobatan
tumor peritoneal dan preural.Dalam hal ini, cairan terkumpul di perut
dan dada tanpa mempengaruhi sifat fisik tumor.198Au hanya
membunuh tumor pada permukaan saja.Kadang-kadang dijumpai
efek samping radiation sickness.198Au secara eksperimen juga
digunakan pada pengobatan kanker prostat serta cervical
uterine dan bladder tumor.
F. 192Ir

• Terdiri dari butir-butir 192Ir pada plat nilon


yang diimplantasikan ke dalam tubuh untuk
pengobatan tumor.
G. Natrium fospat (32P)

• Radioisotop natrium-24 dapat digunakan untuk mendeteksi


gangguan peredaran darah dalam tubuh manusia.Larutan NaCl
yang tersusun atas Na-24 dan Cl yang stabil disuntikkan ke dalam
darah dan aliran darah dapat diikuti dengan mendeteksi sinar yang
dipancarkan, sehingga dapat diketahui jika terjadi penyumbatan
aliran darah.
• Digunakan untuk pengobatan polycythemia vera untuk mengurangii
kecepatan pembentukkan eritrosit. 32P dimetabolisme seperti P non-
isotop sehingga 32P terdistribusi secara cepat ke semua jaringan
dan terkonsentrasi pada jaringan yang terjadi pembelahan secara
cepat seperti jaringan yang terkena kanker.
• Konsentrasi 32P adalah 1,5-5 mCi terkumpul pada sumsum tulang,
tetapi hanya menekan pembentukan eritrosit sebagian. 32P juga
digunakan untuk pengobatan chronic granulocycit
leukemia (menghilangkan gejala).
H. Yttrium (90Y)

• Mempunyai waktu-paruh 64 jam, mengemisi partikel bata tunggal,


dengan energy maksimum 2,27 Mev dan tidak mengemisi radiasi
gamma. Pembentukkan kelat dengan N-hydroxyethylenediamina-
triacetic cid (Ed-ol) akan menyebabkan 90Y terkumpul didalam
tulang dan dapat dipakai untuk meramalan adanya kelainan darah.
Kelat ini digunakan untuk pengobatan leukemia dan multiple
myeloma chelat dengan DTPA (diethylen etriamine penta acetic
acid) digunaka untuk limpa.
I. Iod (125I) dengan waktu-paruh
60hari
• Secara implatansi, permanen
untuk pengobatan deep-seated
tumor, misalnya di dada.Iodine-125
digunakan dalam brachytherapy kanker
(prostat dan otak), juga diagnosa untuk
mengevaluasi tingkat filtrasi ginjal dan untuk
mendiagnosis deep vein thrombosis di
kaki.Hal ini juga banyak digunakan dalam
radioimmuno-pengujian untuk menunjukkan
adanya hormon dalam jumlah kecil.
Fungsi Radioasai

Ayu Shabrina, M.Farm., Apt


Departemen Farmasetika dan Teknologi Farmasi
Fungsi Radioasai
• Functional radioassays adalah penggunaan
radioisotop sebagai bahan pembantu untuk
mengukur kecepatan proses biologi
Fungsi Radioassay

Kecepatan transfer isotop


• Dalam hal ini substansi bertanda disuntikkan ke suatu bagian sistem
vaskular dan dihitung waktu yang dibutuhkan untuk mencapai bagian
tertentu pada tubuh. Contoh: Dapat digunakan untuk pengukuran
cardiac output (Radioiodinated serum albumin dengan dosis 25 µCi)
Kecepatan peluruhan isotop
• Kecepatan hilangnya isotop dari suatu jaringan setelah disuntikkan
sejumlah tertentu isotop dapat dianggap sebagai kecepatan sirkulasi
jaringan tersebut. Contoh: Radiosodium chloride
Proses metabolik dan konsentrasi isotop
• Penggunaan radioisotop untuk menentukan fungsi jaringan tubuh,
misalnya 131I radioaktif untuk meneliti fungsis kelenjar tiroid, yaitu
kecepatan deposisi iodin di dalam kelenjar; total akumulasi iod di
dalam kelenjar dalam waktu tertentu dan pelepasan hormon tiroid.
Contoh: Thyroid Clearance Test

• Thyroid Clearance Test adalah kecepatan pelepasan


131I dalam plasma. Sejumlah kecil isoptop diberikan i.v
kemudian selama 30 menit, kecepatan up take diukur.
Pada akhir waktu ekskresi 131I dalam urine diukur.
• Iod yang dikumpulkan oleh tiroid per menit dibagi
dengan konsentrasi rata-rata 131I (µCi/ml) dalam
plasma dan disebut thyroid clearance (ml) per menit.
Pada keadaan normal 25 ml/menit; pada keadaan
hipertiroidisme dapat mencapai 250 ml/menit,
sedangkan pada hipotiroidisme akan turun menjadi 2
ml/menit
Radioimunoassay

• Radioimmunoassay merupakan metode laboratorium (in


vitro method) untuk mengukur dengan relative tepat
jumlah zat yang ada pada tubuh pasien dengan isotop
radioaktif yang bercampur dengan antibody yang
disisipkan ke dalam sampel. Radioimmunoassay
merupakan revolusi dalam pemeriksaan medis. Pada
tahun 2009, teknik ini masih revolusioner karena
merupakan blueprint untuk pengembangan metode lebih
lanjut dalam teknik laboratorium di bidang medis.
Dasar Teknik RIA

• Dasar-dasar teknik radioimmunoassay (RIA) atau


prinsip competitive-binding radioassay ini pertama kali
dikembangkan pada tahun 1950-an oleh Solomon Berson dan
Rosalyn Yallow untuk memeriksa volume darah, metabolism iodine,
menentukan kadar hormone insulin dalam plasma darah. Dengan
menggunakan prinsip ini titer atau kadar berbagai hormon, antigen,
antibodi, enzim dan obat dalam darah dapat diukur dengan
ketepatan dan ketelitian yang sangat tinggi. Karena limit deteksi
yang sangat baik ini maka RIA digunakan sebagai peralatan
laboratorium standar.
• RIA memanfaatkan radioaktivitas dari isotop radioaktif yang
diinjeksikan ke dalam sampel. Cacahan radiasi dideteksi
menggunakan pencacah seperti detector Geiger-Muller, scintillator,
dan sebagainya.
Dasar Teknik RIA

• RIA memanfaatkan radioaktivitas dari isotop


radioaktif yang diinjeksikan ke dalam sampel.
Cacahan radiasi dideteksi menggunakan
pencacah seperti detector Geiger-Muller,
scintillator, dan sebagainya.
Prinsip Kerja RIA

• Prinsip radioimmunoassay dapat diringkas


sebagai persaingan reaksi dalam campuran
yang terdiri dari antigen/hormon berlabel
radioaktif, antibodi dan antigen/hormon yang
tidak berlabel radioisotop. Antigen radioaktif
dicampur dengan sejumlah antibodi. Antigen
dan antibodi berikatan satu sama lain
menjadi satu zat. Kemudian ditambahkan zat
yang tidak diketahui jenisnya yang
mengandung sedikit antigen. Zat baru ini
merupakan zat yang diuji.
Prinsip Kerja RIA

• Secara sederhana digambarkan dengan


asumsi bahwa antibodi yang dimaksud
berkonsentrasi sangat tinggi untuk
dikombinasikan dengan antigen atau antigen
yang berlabel dalam molekul antibodi. Pada
saat ikatan kadar protein dan steroid
radioaktif konstan, penghambatan ikatan
hormon radioaktif dengan ikatan protein
merupakan fungsi dari jumlah hormon
nonradioaktif yang berada pada sampel.
Prinsip Kerja RIA
Pemanfaatan RIA

• Teknik RIA adalah suatu teknik penentuan zat-zat yang berada


dalam tubuh berdasarkan reaksi imunologi yang menggunakan
tracer radioaktif. Tracer radioaktif adalah isotop radioaktif yang akan
meluruh pada melalui proses radioaktivitas. Radioaktivitas adalah
proses peluruhan isotop tidak stabil (radioaktif) menjadi isotop yang
lebih stabil dengan memancarkan energy melalui materi berupa
partikel-partikel (alpha atau beta) ataupun gelombang
elektromagnetik (sinar gamma). Intensitas dari sumber radioaktif
dinyatakan oleh transformasi inti rata-rata per satuan waktu. Satuan
radioaktivitas dinyatakan dengan Curie (Ci). 1 Ci awalnya
didefinisikan sebagai radiasi yang dipancarkan oleh 1 gram 226Ra,
tetapi definisi ini diubah sebagai kemurnian dari peningkatan
nuklida. Nilai absolute dari 1 Ci sama dengan
3,7×1010 disintegrasi/sekon.
Keunggulan RIA

• RIA memiliki 2 keampuhan metode antara lain


adalah: Pertama, pengukuran radioaktivitas
memberikan kepekaan dan ketelitian yang tinggi
serta tidak terpengaruh oleh factor-faktor lain
yang terdapat dalam system. Kedua, reaksi
immunologi berlangsung secara spesifik karena
antigen hanya dapat bereaksi dengan antibody
yang sesuai dengannya sehingga zat lain atau
antigen lain yang tidak sesuai karakteristiknya
tidak dapat ikut campur dalam reaksi.
Optical Immunoassay (OIA)

• OIA telah lama dikembangkan. Prinsip OIA adalah


adanya perubahan fisik pada ketebalan dari lapisan film
tipis yang mengikat secara spesifik chip silikon optis.
Hasil refleksi dari cahaya (dalam hal ini digunakan
cahaya putih) pada lapisan film tersebut dapat
mengidentifikasi suatu senyawa. Cahaya yang
digunakan juga bisa cahaya kuning atau cahaya ungu-
kebiruan (bergantung pada laposan film atau hasil
lapisan yang terbentuk pada film tersebut)
Keunggulan OIA

• Pereaksi yang digunakan lebih stabil dan


pemeriksaan yang homogen dapat dengan
mudah dihasilkan. Berbagai macam label
dapat digunakan termasuk enzim fluoroscent
atau chemiluminescent
Perbandingan RIA dan OIA

Parameter RIA OIA


Special safety precautions √ ᵡ
Simple labelling procedures √ √
Limited Shelf Life of Labelled Drug √ ᵡ
Separation step necessary √ ᵡ
Measurement time Moderate Short
Precision Moderate High
Sensitivity 1 pg/ml 1 ng/ml
Automation Partial Full
Signal susceptible to interference ᵡ √
Enzyme Immunoassay

• Komponen utama pada EIA adalah obat berlabel dengan enzim spesifik sesuai
antibodi spesifik untuk obat tersebut; sebuah substrat yang mampu
menghasilkan sinyal optik yang diukur jika dikatalisis oleh enzim; serta sampel
yang akan diperiksa.
• Jika obat dilabel dengan enzim diikat pada antibodi, aktivitas enzim dihalangi
atau direduksi. Obat dalam sampel melepaskan sebagian obat berlabel enzim
dari antibody sehingga akan emngaktifkan enzim yang kemudian bereaksi
dengan substrat serta mengubah sifat optisnya (serapan UV, kekeruhan, dll)
• Perubahan aktivitas enzim dan juga perubahan sinyal optik sebanding dengan
jumlah obat bebas yang ditambahkan pada kompleks obat-enzim-antibodi.
Sinyal optik yang dihasilkan diperbesar karena pelepasan enzim mengkatalisis
konversi atau perubahan sejumlah substrat.
• EIA juga digunakan pada pengukuran kinetika, kecepatan perubahan substrat
sebanding dengan aktivitas enzim
• Oleh karena itu, pada analisis, kecepatan perubahan absosbri UV amat
berguna untuk sampel-sampel yang mempunyai latar belakang serapan yang
tinggi
Fluoroimmunoassays (FIA)

• Teknik imunoasai menggunakan perubahan sifat fluorosensi molekul


untuk menetapkan konsentrasi obat. Pelabelan obat dengan
molekul tersebut mencegah bahaya bekerja dengan radioisotop. FIA
juga memberikan sensitivitas yang lebih baik dibandingkan dengan
pengujian lain. FIA dapat homogen atau heterogen.
• Pemilihan fluorophore memiliki efek yang mempengaruhi
sensitivitas pemeriksaan dan bergantung pada kondisi
pemeriksaan. Idealnya fluorophore harus memiliki perpindahan
Stokes yang besar, mudah dibedakan dari fluorophore endogen
mampu mengikat dengan mudah pada obat. Fluorosensi memenuhi
ketiga syarat tersebut dan merupakan fluorophore paling populer
untuk digunakan
Aplikasi Imunoasai

• Skrining penyalahgunaan obat


RIA dan OIA merupakan metode yang dapat
digunakan untuk pemeriksaan berbagai obat di
dalam urine. Karena urine mengandung banyak
antibodi dan reaktifitasnya yang berbeda-beda,
pemeriksaan senyawa dalam plasma hanya
secaa RIA, bukan dengan OIA yang seringkali
tidak terlalu sensitif.
• Investigasi keracunan
• Pemantauan efek terapeutik obat
Sterilisasi Radiasi

Ayu Shabrina, M.Farm., Apt


Departemen Farmasetika dan Teknologi Farmasi
Pengertian

• Menurut Lay dan Hastowo (1992), sterilisasi


merupakan suatu proses untuk mematikan
semua mikroorganisme yang hidup.
Manfaat

Sterilisasi dianggap penting karena memiliki manfaat-manfaat dan


membantu kita dalam melakukan kegiatan yang berhubungan dengan
mikroorganisme.
• Mencegah terjadinya infeksi.
• Mencegah bahan makanan menjadi rusak.
• Mencegah kontaminasi mikroorganisme dalam industri.
• Mencegah kontaminasi terhadap bahan – bahan yang dipakai
dalam melakukan biakan murni.
• Mendapatkan pemahaman tentang cara melakukan sterilisasi alat.
• Mengetahui macam – macam metode untuk sterilisasi.
• Mengetahui cara pelaksanaan sterilisasi alat laboratorium
Faktor Sterilisasi

• Ukuran populasi mikroorganisme


• Komposisi populasi mikroorganisme
• Konsentrasi agensia antimikroba atau
intensitas perlakuannya
• Lama terpaparnya sel terhadap agensia
antimikroba.
• Temperatur
• Kondisi lingkungan, seperti pH, viskositas
medium dan konsentrasi bahan organik.
Sterilisasi

Sterilisasi Sterilisasi
Fisika Basah

Pemanasan
Pembakaran Otoklaf Perebusan air
dengan oven

Sterilisasi
Pasteurisasi
tyndalisasi

Sterilisasi
minyak panas

Sterilisasi Sterilisasi
Radiasi Mekanik

Vibrasi
Sinar UV Sinar X Filtrasi
ultrasonik

Sinar gamma Sinar katoda

Sterilisasi
Sterilisasi Gas
Kimia

Anteseptik Disinfeksi

Sanitasi dekontaminasi
Sejarah
Tahun Sterilisasi
1895 Sinar X ditemukan oleh Roentgen
1896 Efek membunuh mikroba dari radiasi ditemukan oleh Minck
1930 Hubungan antara dosis radiasi dan jumlah mkroba yang hidup
ditetapkan, serta bersifat linier jika dosis diperbesar, mikroba yang
mati juga bertambah banyak
1946 Exponential Survival Pattern diperiksa dengan sinar X
1947 Penelitian sterilisasi radiasi dengan Electron beam mulai dirintis
1957 Era sterilisasi untuk komersial dimulai (LINAC)
1960 Pemakaian sinar gamma Cobalt-60 secara komersial
1961 Johnson&Johnson Irradiation I utk alat kedokteran
1965 Sterilisasi dimasukkan ke dalam USP
1976 Dosimetry release disetujui USA
1980 Dose setting menurut AA diperkenalkan
1984 Di seluruh dunia sudah didirikan 135 fasilitas irradiator Co-60 untuk
steriliasi radiasi
• Umumnya alat-alat kedokteran dilakukan
sterilisiasi dingin, misalnya ampul, alat pacu
jantung, dll. Pada sterilisasi dingin, dosis
sterilisasi dinyatakan dalam satuan Rad atau
Mrad atau Gy atau kGy
• Dosis sterilisasi 2,5 Mrad = 25 kGy = 2,5 x
104 J/kg
• 1J = 107 erg
• 1 rad = 100 erg/g
Efek Radiasi pada Materi
• Efek langsung radiasi pada materi adalah
ionisasi pada materi, sedangkan efek tidak
langsungnya adalah radikal bebas
berinteraksi dengan materi dan membentuk
senyawa lain. Pada sterilisasi obat-obatan
yang dilakukan secara aseptis, sterilitas yang
dikehendai sering tidak tercapai. Oleh karena
itu, dalam pelaksanaannya harus diketahui
mana yang perlu dilakukan secara aseptis
dan mana yang tidak perlu secara aseptis.
Efek radiasi bersifat kumulatif
Efek Radiasi pada Sel

• Radiasi pengion bekerja pada sistem biologis


dengan cara mengubah bagian-bagian sel
yaitu molekul. Reaksi yang terjadi sukar
untuk diikuti. Efek radiasi yang terlihat adalah
hasil kumulatifnya, antara lain efek radiasi
pada membran sel, efek radiasi pada
metabolisme energi, misalnya produksi ATP
atau fosforilasi menurun, efek radiasi pada
enzim, efek radiasi pada proses sintesis pada
pembelahan sel
• Kapang dan khamir lebih besar dari pada
mikroba (lebih sensitif). Makin kecil suatu
benda, makin tahan terhadap radiasi,
misalnya virus yang amat tahan terhadap
radiasi.
• DNA bersifat sangat sensitif, DNA-lah yang
paling awal terkena radiasi. Makin besar
benda yang akan diradiasi, makin kecil
dosisnya.
Mekanisme Proses Sterilisasi

• Proses eliminasi mikroba berbeda menurut metode


yang digunakan. Pada prinsipnya, proses
berdasarkan pada inaktivasi enzim mikroba dan
gangguan pada metabolisme yang menyebabkan
mikroba kehilangan kemampuan membelah diri
• Mekanisme pembunuhan mikroba dengan teknik
panas uap berbeda dengan panas-kering. Proses
panas-kering adalah oksidasi, sedangkan panas-
uap adalah koagulasi protein. Mekanisme iradiasi
sinar Ɣ lebih rumit, tetapi prinsipnya adalah ionisasi
sinar Ɣ dengan sel mikroba terutama ionisasi pada
DNA
• Pada proses sterilisasi, terdapat istilah kurva
daya tahan/ kecepatan bunuh mirkoba
(survival curve or death rate). Kurva daya
tahan dibuat dengan memplot log jumlah
mikroba yang masih hidup terhadap waktu
atau dosis dari metode yang digunakan
• Harga D10 = waktu atau dosis dari metode
ang digunakan untuk menurunkan jumlah
mikroba satu desimal (1 siklus log). Yang
sisa/hidup 10% yang mati 90%
• Jika proses pembunuhan mikroba terjadi
secara cepat misalnya pada proses panas
atau radiasi sinar Ɣ, kurva dapat berbentuk
garis lurus atau linier, yang menyatakan
bahwa daya bunuhnya secara eksponensial.
• Dengan cara ekstrapolasi, jumlah mikroba
yang hidup dapat dihitung sampai jumlah
yang tidak mungkin didapat dengan
eksperimen laboratorium
Bentuk Kurva Daya Tahan
1 2 3

1. Spora: aktivitas karena panas lebih cepat daripada daya kecepatan bunuh proses
2. Vegetatif: Penyebaran bakteri berkelompok
a. Aktivitas spora karena panas seimbang dengan daya bunuh, bakteri berkelompok
b. Bahu lebar: khas untuk Micrococcus radiodurans yang terkena radiasi sampai dosis
tertentu
3. Kurva ini khas untuk campuran beberapa jenis mikroba dengan daya tahan yang berbeda
Pemilihan Bahan Pengemas

• Fungsi bahan pengemas adalah


mempertahankan sterilitas bahan sampai
dipergunakan
• Persyaratan bahan pengemas untuk proses
sterilisasi:
• Permeabel terhadap bahan. Sinar yang
digunakan dalam proses uap, iradiasi sinar, gas
ETO
• Mempunya kekuatan mekanik yang cukup
• Efektif sebagai penghalang masuknya mikroba
Jenis Bahan Pengemas
Berdasarkan Sterilisasinya
Sterilisasi Bahan
Panas Uap Kertas karton, selofan yang permeable
terhadap uap
Panas Kering Wadah dari metal, al-foil, beberapa
jenis kertas
Gas ETO Kertas atau pengemas dengan desain
khusus
Iradiasi Kertas, plastik film seperti polietilen
Sterilisasi Iradiasi Sinar Ɣ

• Radiasi sinar Ɣ atau elektron berenergi tinggi


disebut dengan radiasi pengion karena
radiasi energi yang terserap oleh benda akan
berinteraksi dengan benda sehingga
menimbulkan ionisasi, eksitasi dan reaksi
kimia. Oleh karena itu, timbul efek biologi yag
mengubah proses kehidupan normal sel
hidup
• Pada mikroba, perubahan terjadi pada DNA
sehingga mikroba tidak dapat membelah diri,
karena perubahan ditimbulkan dari radikal
bebas hasil ionisasi lingkungan. Selain untuk
sterilisasi, juga dipakai untuk menurunkan
angka kuman sampai jumlah tertentu dan
menghilangkan kontaminasi kapang.
• Teknik penurunan angka kuman dengan
radiasi disebut dengan pasteurisasi dengan
dosis 0,4-1 Mrad, misalnya pada bahan baku
obat atau kosmetika.
• Dosis radiasi tergantung pada angka kuman,
kapang dan khamir sebelum radiasi; daya
tahan mikroba terhadap radiasi; lingkungan
saat radiasi; daya tahan bahan terhadap
radiasi dan tujuan pemakaian bahan
• Satuan dosis radiasi atau penyinaran yang
dipakai adalah Rad , Mrad (106 rad) atau
kGy/Gy
• 1 Gy = 100 rad
• 1J = 107 erg
• 1 rad = 100 erg/g
• 1 rad energi radiasi sebesar 0,01 J yang
diabsorbsi oleh 1 kg bahan
Faktor yang mempengaruhi daya
tahan mikroba terhadap radiasi
• Selain faktor genetika dan bentuk kuman,
faktor lain yang dapat mempengaruhi daya
tahan kuman terhadap radiasi adalah suhu,
kadar air, oksigen serta bebrapa macam zat
kimia yang terdapat di lingkungan mikroba
saat di radiasi sehingga akan mempengaruhi
harga D10 mikroba tersebut.
• Radiasi pengion akan menguraikan has
oksigen menjadi radikal oksigen yang sangat
reaktif. Radikal tersebut akan bereaksi
dengan spesies yang terbentuk melalui
interaksi radikal dengan benda. Reaksi
mempercepat penguraian atau kerusakan
pada benda yang diradiasi
• Kerusakan akibat radiasi dipercepat dengan
adanya oksidgen, namun ada pula yang tidak
tergantung pada oksigen.
• Oksigen merupakan penghalang proses perbaikan
kerusakan DNA akibat radiasi
• Jika mikroba vegetatif diradiasi dalam lingkungan
anoksid mikroba dapat memperbaiki kerusakan tingkat
awal dari DNA tergantung pada faktor genetiknya. Oleh
karena itu, mikroba yang diradiasi dalam suasana
anoksid atau bebas O2 lebih tahan radiasi dibandingkan
yang diradiasi dalam lingkungan oksigen. Struktur ikatan
hidrogen lebih stabil dalam lingkungan es atau solid
water dari lingkungan air atau liquid water maka mikroba
yang diradiasi pada suhu rendah lebih tahan radiasi
dibandingkan pada suhu tinggi
Dosis Sterilisasi

• Dosis untuk sterilisasi umumnya dipakai 2,5


Mrad (25 kGy). Dosis dapat berubah
tergantung pada jumlah kontaminasi awal
mikroba dan peraturan yang berlaku di setiap
negara.
• Dosis 2,5 Mrad dapat menjamin sterilitas
bahan dengan faktor keselamatan 106 jika
kontaminasi awal kuman tidak lebih dari 105
per g atau per satuan alat

Indikator Biologi

• Untuk sterilisasi radiasi, indikator biologi yang


dogunakan adalah spora Bacillus poemilus
• Indikator biologi berfungsi untuk mengontrol
proses sterilisasi
Contoh Soal

• Kontaminasi awal 103 / gram


• Sampel sebanyak 100 gram; D10 = 2 kGy
• Jika dosis 20 kGy, berapa FK?

• Daya bunuh = 20/2 = 10 siklus log


• Kuman awal = 105, Daya bunuh 1010
• Faktor Keamanan = 1010 / 105 = 105
Pengawetan Makanan

Ayu Shabrina, M.Farm., Apt


Departemen Farmasetika dan Teknologi Farmasi
Tujuan Pengawetan Makanan

• Memperpanjang masa simpan dan masa


pakai bahan pangan (berhubungan dengan
masa kadaluarsa), bukan untuk long lasting
(sampai selamanya)
Jenis Kerusakan Pangan

• Kualitatif: Penurunan mutu, yaitu rasa,


warna, bau, dan nilai gizi misalnya protein
• Kuantitatif: Penurunan bobot
Faktor Penyebab Kerusakan

Internal Kandungan Eksternal


mikroba patogen
(Enterobactericeae,
Sanitasi lingkungan
bakt. Dari hewan
atau mikroba non
patogen)

Komposisi bahan
Suhu penyimpanan
(kadar air, gii, dll)

Kondisi fisiologis
(enzim, dll) e.g: Cahaya dapat
buah  harus tau menyebabkan
umur dan oksidasi lemak
kematangannya
Tipe Kerusakan

Biologis Kimia Fisika


• Aktivitas mikroba • Komposisi komponen-komponen • Akbat memar
• Gangguan Serangga/paasit dalam pangan dapat terjadi reaksi • Permanen tidak benar, misalnya
• Proses penuaan (senescence) kimia karena kondisi larutan, air, memotong rimpang yang tidak
komposisi makanan, misalnya jika benar akan mudah terkontaminasi
berlemak, makanan cepat mikroba
teroksidasi
• Plasmolisis
Cara Pengawetan Makanan

Fisika Pemanasan
Pendingnan
Pembekuan iradiasi
Kimia Penggaraman

Penambahan bahan pengawet


Prinsip Pengawetan Makanan

• Prinsip pengawetan pada makanan adalah


plasmolsis yaitu sel bakteri pecah. Prinsip
pengawetan dengan radoassay adalah
membunuh sel hidup dengan cara
menghambat sintesis DNA atau merusak
DNA yang menimbulkan efek biologis
Macam-macam efek biologis

Mencegah pertunasan
(0,05-1,12 kGy) e.g:
Kentang dan bawang
bombai

Menunda kematangan
buah (0,10-1,25 kGy)
Keuntungan dan Kerugian
Pengawetan dengan Radiasi

1. Proses dingin, tidak 1. Penggunaan terbatas


mempengaruhi kesegaran 2. Tidak efektif untuk
bahan membunuh
2. Radiasi mempunyai daya 3. Faktor ekonomis
tembus yang besar sehingga bergantung pada pemakaian
pengawetan dilakukan pada iradiator (dapat menghambat
bahan yang telah dikemas proses kerusakan atau
3. Pilihan bahan pengemas terurainya sampel)
lebih luas
4. Tidak meninggalkan residu
bahan kimia
Aspek Hukum
FAO, WHO, INEA menyatakan dosis radiasi maksimum yang aman adalah 10 kGy

Dosis untuk desnfeksi serangga adalah 0,20-0,80 kGy untuk buah-buahan dan
rempah-rempah

Dosis untuk parasit daging (Cacing) adalah 0,1-3 kGy

Dosis untuk menurunkan kandungan mikroba 0,5-10 kGy (e.g: untuk udang
beku)

Dosis untuk membunuh bakteri patogen 3-10 kGy (e.g: udang, telur, daging)
dengan parameter keberadaan Salmonella, E.coli dan Coliform

Sterilisasi 25-60 kGy untuk makanan astronaut dan makanan pasien tertentu di RS
Aspek Penggunaan Radiasi

Memperbaiki
Memberantas
higiene bahan
serangga perusak
pangan

Menurunkan residu Perlakuan karantian


zat kimia buah-buahan

Sterilisasi untuk
kerusakan atau
pemakaian khusus
Faktor yang Harus Dihindari

Oksigen
• Untuk bahan mengandung lemak, harus dieliminasi
pengaruh oksigen serta suasana anaerob agar kuman
pembusuk aerob tidak dapat hidup sehingga radiasi
dilakukan dalam keadaan vakum dan suhu rendah
Temperatur Rendah
• Agar bahan tidak terurai sebaiknya partikel tidak bergerak

Kadar Air
• Sedapat mungkin dihindari kadar air tinggi. Air adalah
penyebab efek sekunder terjadinya peruraian

Anda mungkin juga menyukai