Anda di halaman 1dari 48

Skenario 2

MODUL PERSARAFAN

Kelompok 20
Skenario
MENDADAK MENGANTUK dan TIDAK BISA BERGERAK

Datang seorang pasien wanita 39 tahun ke IGD


RS. Pendidikan Universitas Islam Sumatera Utara dengan keluhan
penurunan kesadaran dan tidak mampu menggerakkan anggota gerak
sebelah kiri. Hal ini, menurut suaminya dialami lebih kurang
7 jam sebelum masuk rumah sakit. Keluhan ini terjadi saat penderita sedang
istirahat. Bicara terdengar pelo, akan tetapi masih bisa dimengerti. Pada saat
serangan, penderita mengeluhkan nyeri kepala. Tidak ditemukan muntah.
Pemeriksaan fisik :
More info : Kesadaran : Somnolance, GCS : 3/--/--
Meningeal sign : (-)
Riwayat penyakit System motorik : kesan laterasi ke kiri
terdahulu : hipertensi Ref. Fisiologis : bisep/trisep kiri (+++)
kronis dan tidak berobat bisep/trisep kanan (+)
: APR kiri (+++) APR kanan (+)
secara teratur (tidak : KPR kiri (+++) KPR kanan (+)
minum obat antihipertensi Ref. patologis ;
secara teratur). Ekstremitas atas kiri {Hoffman-tromner (+)}
Ekstremitas atas kanan {Hoffman-tromner (-)}
Vital sign ; Ekstremitas bawah kiri {Babinski, Chaddock, Open
heim (+)}
TD : 200/100 mmHg Ekstremitas bawah kanan {Babinski, Chaddock,
Nadi : 78 x/menit Open heim (-)}
Clonus kaki dan paha (-) kiri dan kanan
RR : 24 x/menit Sensibilitas : (diperiksa saat pasien dalam
Suhu : 36,7 ⁰C keadaan Compos Mentis)
Eksteroseptif : (raba, suhu dan nyeri) dalam batas
Pain Score : sulit dinilai normal
Proprioseptif : (diskriminasi dua titik, posisi, getar
dengan garpu tala 128 Hz) dalam batas normal.
Pemeriksaan nervi kranialis :
Sudut mulut sebelah kiri lebih rendah dibandingkan kanan
Lidah saat istirahat tertarik ke kanan
Pupil isokor (diameter 3-4mm), RC (+) kiri dan kanan, Ref. Cornea (+) kiri dan
kanan

- Hasil foto thorak AP posisi tidur : Laboratorium ;


kesan kardiomegali, pulmo dalam Darah rutin : HB 13,2 gr/%, Leukosit
batas normal 7000/µL, LED 10mm/jam, HT 40%,
- Rekaman EKG : AMI, gambaran Trombosit 25000/µL
elevasi segment lateral ST D-dimer 250 ng/ml, KGD adr : 334,
- Head CT Scanning/CT brain non- Chol. total: 267 mg.dl, HDL 34 mg/dl,
contras : terlihat lesi hipoden pada LDL 161 mg/dl, Trig. 156 mg/dl, ureum
lobus temporalis dekstra, putamen 70, Creatinin 08, As. Urat 6,3, NA 135
dekstra dan globus palidus dekstra mmol/L, CL 94 mmol/L, K 4 mmol/L.
fokal edema, tidak terlihat lesi
hiperden dan tidak terlihat mid-line Siriraj Score : -0,5
shift.
Terminologi
• Nyeri kepala : rasa nyeri atau rasa tidak mengenakkan di seluruh daerah kepala
dengan batas bawah dari dagu sampai ke belakang kepala.
• Pelo : celat/cadel.
• Muntah : semburan dengan paksa isi lambung melalui mulut..
• Meningeal sign : rangsangan selaput otak yang timbul akibat peradangan pada
selaput otak (meningitis) atau adanya benda asing pada ruang subarachnoid
(darah), zat kimia (kontras) dan invasi neoplasma (meningitis carcinoma).
• APR : Achilles Pess Reflex (refleks tendon Achilles).
• KPR : Knee Pess Reflex (refleks tendon lutut).
• Bisep : otot yang mempunyai dua kepala.
• Trisep : otot yang mempunyai tiga kepala.
• Hoffman-Tromner : meningkatnya eksitabilitas terhadap stimulasi listrik pada saraf
sensorik, yang biasanya diuji adalah nervus ulnaris.
• Refleks Babinski : dorsofleksi ibu jari kaki pada stimulasi telapak kaki.
• Refleks Chaddock : rangsangan dibawah maleolus lateralis akan menghasilkan
ekstensi ibu jari kaki.
• Refleks Oppenheim : dorsifleksi ibu jari kaki pada pengusapan ke bawah sepanjang sisi medial
tibia.
• Clonus kaki : serangkaian gerakan refleks yang ritmis dan abnormal pada kaki.
• Proprioseptif : persepsi yang diperantarai oleh ujung saraf sensorik yang ditemukan di otot, tendo
dan kapsul sendi, yang memberikan informasi berkenaan dengan gerakan dan posisi tubuh.
• Eksteroseptif : persepsi terhadap rangsangan yang berasal dari luar/jarak tertentu dari tubuh.
• Isokor : kesamaan ukuran kedua pupil.
• AMI (Acute Myocardial Infarction ) : suatu keadaan dimana otot jantung tiba-tiba tidak
mendapatkan suplai darah akibat penyumbatan arteri koroner oleh gumpalan darah karena
pecahnya plak.
• Lesi hipoden : diskontinuitas jaringan patologis yang bersifat kurang padat dibandingkan objek
lainnya.
• Putamen dextra : bagian nukleus lentiformis yang lebih besar, lebih gelap dan letaknya lebih
lateral bagian sebelah kanan.
• Lesi hiperden : diskontinuitas jaringan patologis yang lebih tebal dibandingkan objek lainnya.
• Siriraj score : skala untuk menentukan os menderita stroke hemoragik atau stroke iskemik
menurut keluhat yang dialami.
• D-dimer test : immunoassay untuk produk degradasi fibrin, kadarnya meningkat pada trombosis
vena dalam, infark miokad akut, emboli paru, unstable angina, dan koagulasi intravaskular
disseminata (DIC).
Identifikasi Masalah

 Penurunan kesadaran
 Tidak mampu menggerakkan anggota gerak
sebelah kiri.
 Bicara terdengar pelo.

 Nyeri kepala saat serangan.


Analisa Masalah

1. Apa yang menyebabkan penurunan kesadaran ?

Jawab : karena kemungkinan terjadi penyumbatan pembuluh


darah di otak, sehingga terjadi kematian se-sel pada sebagian
area di otak  peninggian tekanan intrakranial
2. Apa yang menyebabkan anggota gerak sebelah kiri tidak bisa
digerakkan ?
Jawab : penumpukan lemak di pembuluh darah  menyempit 
oksigen berkurang  terjadinya gangguan otak sebelah kanan.
3. Jelaskan kenapa bicara OS terdengar cadel/celat ?

Jawab : gangguan saraf akibat kerusakan setempat pada area

ganglia basalin deficit neurologis fokal berbicara pelo.

4. Jelaskan patofisiologi nyeri kepala ?

Jawab : rangsangan nyeri bisa disebabkan adanya tekanan,

traksi, diplacement, maupun proses kimiawi dan inflamasi

terhadap nosiseptor-nosiseptor pada struktur peka nyeri

dikepala.
5. Sebutkan kesadaran OS?
Jawab : somnolen/sopor.
- Somnolen : keadaan mengantuk. Kesadaran dapat
pulih penuh bila dirangsang.
- Sopor (stupor) : kantuk yang dalam. Masih bisa
dibangunkan dengan rangsang yang kuat, namun
kesadarannya segera menurun lagi.
Mapping Concept
OS wanita
39 tahun
Tidak mampu
Penurunan
menggerakkan bagian
kesadaran tubuh sebelah kiri

Pemeriksaan Pemeriksaan Pemeriksaan


Fisik Laboratorium Radiologi

DD : - Stroke iskemik
- Stroke hemorrhage
- TIA

Diagnosa sementara :
Stroke iskemik
Learning Objective

Agar mahasiswa/i mampu memahami dan


menjelaskan tentang :
• Pemeriksaan fisik neurologi.
• Tingkat-tingkat kesadaran (GCS).
• Tingkat nyeri (pain score).

• Stroke
Belajar Mandiri

Pemeriksaan fisik neurologi :


1. GCS
2. Tanda rangsang selaput otak
3. Pemeriksaan nervus kranial
4. Pemeriksaan sensorik
5. Pemeriksaan motorik
6. Pemeriksaan refleks
7. Pemeriksaan keseimbangan
Tingkat kesadaran :
1. Compos mentis : kesadaran yang normal.
2. Somnolen : keadaan mengantuk. Kesadaran dapat pulih penuh bila
dirangsang.
3. Sopor (stupor) : kantuk yang dalam. Penderita masih dapat dibangunkan
dengan rangsang yang kuat, namun kesadarannya menurun lagi.
4. Koma ringan (semi-koma) : pada keadaan ini, tidak ada respons terhadap
rangsang verbal. Refleks (kornea, pupil) masih baik. Gerakan terutama
timbul sebagai respons terhadap rangsang nyeri.
5. Koma (dalam atau komplit) : tidak ada gerakan spontan. Tidak ada
jawaban sama sekali terhadap rangsang nyeri yang bagaimanapun
kuatnya.
1. Glasgow Coma Scale (GCS)
Tanggapan/Respons Nilai
a. Mebuka mata

- Spontan 4

- Terhadap bicara (suruh pasien membuka mata) 3

- Dengan rangsang nyeri (tekan pada saraf supraorbita atau kuku jari) 2

- Tidak ada reaksi (dengan rangsang nyeri pasien tidak membuka mata) 1

b. Respons verbal (bicara)

- Baik dan tidak ada disorientasi (dapat menjawab dengan kalimat yang baik) 5

- Kacau (confused) 4
- Tidak tepat (dapat mengucapkan kata-kata, namun tidak berupa kalimat dan
3
tidak tepat
- Mengerang (tidak mengucapkan kata-kata, hanya suara mengerang) 2

- Tidak ada jawaban 1


Tanggapan/Respons Nilai
c. Respons motorik (gerakan)

- Menurut perintah 6

- Mengetahui lokasi nyeri 5

- Reaksi menghindar 4

- Reaksi fleksi (dekortifikasi) 3

- Reaksi ekstensi (deserebrasi) 2

- Tidak ada reaksi 1


2. Tanda rangsang selaput otak
a. Kaku kuduk (nuchal/neck rigidity)  tangan pemeriksa ditempatkan dibawah
kepala pasien yang sedang berbaring, kemudian kepala ditekukkan (fleksi)
dan diusahakan agar dagu mencapai dada. Bila terdapat kaku kuduk,
didapatkan tahanan dan dagu tidak dapat mencapai dada.

b. Tanda Lasegue  tanda Lasegue (+) dijumpai pada kelainan :


rangsang selaput otak, isialgia dan iritasi pleksus lumbosakral
(misalnya hernia nukleus pulposus lumbalis)

c. Tanda Kernig  tanda Kernig (+) dijumpai pada kelainan :


rangsang selaput otak dan iritasi akar lumbosakral atau pleksusnya
(misalnya pada HNP-lumbal)
d. Tanda Brudzinksi I (Brudzinski’s neck sign)  tanda
Brudzinski (+) bila tindakan yang dilakukan mengakibatkan
fleksi kedua tungkai.

e. Tanda Brudzinski II (Brudzinski’s contralateral leg sign)  pada pasien yang


berbaring, satu tungkai difleksikan pada persendian panggul, sedangkan
tungkai yang satu lagi berada dalam keadaan ekstensi (lurus). Bila tungkai
yang ekstensi ikut pula terfleksi, maka tanda Brudzinski II (+).
Tanda Lasegue
3. Pemeriksaan nervus kranial

 N. I (Nervus Olfaktorius)  tes menghidu.

 N. II (Nervus Optikus)  pemeriksaan daya penglihatan, pemeriksaan


lapangan pandang, pemeriksaan oftalmoskopik.

 N. III (Nervus Okulomotorius), N. IV (Nervus Troklearis), N. VI (Nervus


Abdusen)  pemeriksaan gerakan bola mata, pemeriksaan kelopak mata
dan pemeriksaan pupil.

 N. V (Nervus Trigeminus)  pemeriksaan fungsi motorik, pemeriksaan


fungsi sensorik, pemeriksaan refleks kornea, pemeriksaan refleks masseter.

 N. VII (Nervus Fasialis)  pemeriksaan motorik nervus fasialis,


pemeriksaan viserosensorik dan viseromotorik nervus intermedius.
 N. VIII (Nervus Vestibulokokhlearis)  pemeriksaan
fungsi pendengaran dan pemeriksaan fungsi vestibular.
 N. IX (Nervus Glosofaringeus) dan N. X (Nervus Vagus)
 pemeriksaan fungsi motorik
 N. XI (Nervus Aksesorius)  pemeriksaan otot
sternokleidomastoideus dan pemeriksaan otot trapezius.
 N. XII (Nervus Hipoglosus  inspeksi lidah.
4. Pemeriksaan motorik

Pada tiap bagian badan yang dapat bergerak harus dilakukan ;

 Inspeksi  perhatikan sikap, bentuk, ukuran dan adanya gerak abnormal yang
tidak dapat dikendalikan.

 Palpasi  otot dipalpasi untuk menentukan konsistensi serta adanya nyeri tekan.

 Pemeriksaan gerakan pasif  dijumpai tahanan (rigiditas) pada gangguan


sistem ekstrapiramidal.

 Pemeriksaan gerakan aktif  menilai kekuatan (kontraksi) otot dan untuk


memeriksa adanya kelumpuhan.

 Koordinasi gerak  menilai ada tidaknya dissinergia (otot-otot tidak bekerja


sama secara baik, walaupun tidak didapatkan kelumpuhan).
5. Pemeriksaan sensorik

 Pemeriksaan sensasi taktil (raba)


 Pemeriksaan sensasi nyeri superfisial

 Pemeriksaan sensasi suhu


 Pemeriksaan sensasi gerak dan posisi
 Pemeriksaan sensasi getar
 Pemeriksaan sensasi tekan.
6. Pemeriksaan refleks
Interprestasi :
0 : tidak berespon
+1 : agak menurun, dibawah normal
+2 : normal; rata-rata/umum
+3 : lebih cepat dibanding normal; masih fisiologis
+4 : hiperaktif sangat cepat, biasanya disertai klonus dan sering
mengindikasikan suatu penyakit

A. Refleks fisiologik
 Refleks biceps
 Refleks triceps
 Refleks patella/quadriceps
 Refleks Achilles
B. Refleks patologis
 Refleks Hoffman dan Tromner  (+) jika timbul gerakan fleksi pada ibu
jari, jari telunjuk dan jari-jari lainnnya.
 Refleks Babinski  (+) jika ada respon dorsofleksi ibu jari kaki yang
disertai pemekaran jari-jari lain.
 Refleks Chaddock  (+) jika ada respon dorsofleksi ibu jari kaki yang
disertai pemekaran jari-jari lain.
 Refleks Oppenheim  (+) jika ada respon dorsofleksi ibu jari kaki yang
disertai pemekaran jari-jari lain.
 Refleks Gordon  (+) jika ada respon dorsofleksi ibu jari kaki yang
disertai pemekaran jari-jari lain.
 Refleks Schaefer  (+) jika ada respon dorsofleksi ibu jari kaki yang
disertai pemekaran jari-jari lain.
 Refleks Rossolimo-Mendel Bechterew  (+) jika timbul fleksi plantar jari-
jari kaki nomor 2 sampai nomor 5.
7. Pemeriksaan keseimbangan

 Tes Romberg yang dipertajam  menilai adanya disfungsi


sistem vestibular
 Tes melangkah di tempat (stepping test)  dianggap
abnormal bila kedudukan akhir penderita beranjak lebih
dari 1 meter dari tempatnya semula, atau badan terputar
lebih dari 30⁰.
 Salah tunjuk (past pointing)  pada gangguan vestibular
dan gangguan serebelar didapatkan salah tunjuk (deviasi).
Tingkat Nyeri (Pain Score)
 Ada beberapa metode :
 Verbal Rating Scale (VRSs)  menggunakan world list untuk
mendeskripsikan nyeri yang dirasakan.
 Numeric Rating Scale (NRSs)  menggunakan angka-angka
untuk menggambarkan tingkatan dari intensitas nyeri.
 Visual Analogue Scale (VASs)  menggunakan garis sepanjang
10 cm yang menggambarkan keadaan tidak nyeri sampai nyeri
yang sangat hebat.
 The Face Pain Scale  cara melihat mimik wajah pasien dan
biasanya untuk menilai intensitas nyeri pada anak-anak.
 McGill Pain Questionnaire (MPQ)  menggunakan check list
untuk mendeskripsikan gejala - gejala nyeri yang dirasakan.
Stroke
Pengertian
Stroke adalah sindrom yang disebabkan oleh gangguan
peredaran darah otak dengan awitan akut, disertai manifestasi
klinis berupa defisit neurologis dan bukan sebagai akibat
tumor, trauma ataupun infeksi susunan saraf pusat.
Stroke merupakan sindrom klinis akibat gangguan pembuluh
darah otak, timbul mendadak dan biasanya mengenai
penderita usia 45-80 tahun.
Epidemiologi
Stroke merupakan penyebab kecacatan nomor satu didunia dan
penyebab kematian nomor tiga di dunia,setelah penyakit jantung
dan kanker. Duapertiga stroke terjadi di negara berkembang. Pada
masyarakat barat, 80% penderita mengalami stroke iskemik dan
20% mengalami stroke hemorragik. Insiden stroke meningkat
seiring penambahan usia. Mayoritas stroke adalah infark serebral.
Menurut berbagai literatur, insiden stroke perdarahan antara 15-
30% dan stroke iskemik antara 70-85%. Akan tetapi, untuk negara-
negara berkembang atau Asia kejadian stroke perdarahan sekitar
30% dan iskemik 70%. Stroke iskemik disebabkan antara lain oleh
trombosis otak 60% (penebalan dinding arteri), emboli 5%
(sumbatan mendadak), dan lain-lain 35%.
Etiologi

Stroke secara khas terjadi karena salah satu dari tiga penyebab berikut ini :
• Trombosis pada arteri serebri yang memasok darah dalam otak atau
trombosis pembuluh darah intrakranial yang menyumbat pembuluh aliran
darah.
• Emboli akibat pembentukan trombus seperti di dalam jantung, aorta atau
arteri karotis komunis.
• Perdarahan dari arteri atau vena intrakranialis seperti yang terjadi karena
hipertensi, ruptur neurisma, trauma, gangguan hemoragik atau emboli
septik
Klasifikasi stroke
 Stroke hemoragic  Stroke iskemik
Dibagi menjadi : Berdasarkan penyebab, dibagi
• Perdarahan subarakhnoid menjadi :
• Trombosis : aterosklerosis,
(PSA). Darah yang masuk ke
robeknya arteri karotis,vertebralis
selaput otak.
(spontan atau traumatik),
• Perdarahan intraserebral (PIS). hemoglobinopati (penyakit sel sabit)
Intraparenkim atau intravertikel. • Embolisme : fibrilasi atrium, infark
Darah yang masuk ke dalam miokardium, penyakit jantung
struktur atau jaringan otak. rematik, penyakit katup jantung,
kardiomiopati iskemik.
• Vasokonstriksi : vasospasme
serebrum setelah PSA
Faktor resiko

Dibagi menjadi 2 kelompok besar :


o Faktor Resiko Internal (yang tidak dapat di kontrol/diubah)

1. Umur  Setelah umur 55 tahun resiko stroke iskemik meningkat


dua kali lipat.

2. Jenis KelaminLaki-laki lebih cenderung terkena stroke


dibandingkan dengan wanita, dengan perbandingan 1,3 : 1,
kecuali pada usia lanjut laki-laki dan wanita hampir tidak berbeda.

3. Riwayat Keluarga
o Faktor Resiko Eksternal (yang dapat dikontrol/diubah)
1. Hipertensi.
Hipertensi mempercepat pengerasan dinding pembuluh darah arteri dan
mengakibatkan penghancuran lemak pada sel otot polos sehingga mempercepat
proses aterosklerosis.
2. Diabetes Melitus.
Diabetes Melitus menyebabkan kadar lemak darah meningkat karena konversi
lemak tubuh yang terganggu. Diabetes mempercepat terjadinya aterosklerosis
baik pada pembuluh darah kecil (mikroangiopati) maupun pembuluh darah besar
(makroangiopati) diseluruh pembuluh darah termasuk pembuluh darah otak dan
jantung.
3. Hiperkolesterol.
Makin tinggi kolesterol maka semakin besar kemungkinan kolesterol tersebut akan
menumpuk pada dinding pembuluh darah. Hal ini menyebabkan saluran pembuluh
darah menjadi lebuh sempit sehingga mengganggu suplai darah ke otak
4. Merokok 6. Obat-obatan
Merokok meningkatkan Obat-obatan dapat menyebabkan
terjadinya stroke, obat dapat
kecendrungan sel-sel darah
menimbulkan stroke melalui
menggumpal pada dinding beberapa mekanisme seperti :
arteri. Ini meningkatkan resiko timbulnya gangguan jantung akibat
pembentukan trombus/plak. obat, seperti aritmia, hipertensi,
Merokok menurunkan jumlah hipotensi. Turunnya aliran darah
HDL/ kolesterol baik dan otak, perubahan reologi darah,
vaskulitis, vasospasme, perdarahan
menurunkan kemampuan HDL
otak.
dalam menyingkirkan
7. Obesitas
kolesterol LDL yang
Kegemukan juga membuat
berlebihan. seseorang cenderung mempunyai
tekanan darah tinggi, meningkatkan
5. Peminum alkohol resiko terjadinya diabetes.
1. Stroke Perdarahan disebabkan oleh perdarahan suatu arteri serebralis Pa
tofi
sio
yang disebut hemoragi. Darah yang keluar dari pembuluh darah dapat log
i
masuk kedalam jaringan otak sehingga terjadi hematom.

• Perdarahan Subarakhnoid
• Perdarahan Intraserebral
Pecahnya aneurisme yang
Diakibatkan oleh pecahnya berhubungan dengan ketegangan
pembuluh darah intraserebral dinding aneurisme yang bergantung
sehingga darah keluar dari pada diameter dan perbedaan tekanan
pembuluh darah dan kemudian di dalam dan diluar aneurisme.
masuk ke dalam jaringan otak. Setelah pecah, darah merembes ke
ruang subarakhnoid dan menyebar
Pada perdarahan intraserebral keseluruh otak dan medula spinalis
akan terjadi peningkatan bersama cairan serebrospinal. Darah
tekanan intrakranial atau ini selain dapat menyebabkan
intraserebral sehingga terjadi peningkatan tekanan intrakranial, juga
dapat melukai jaringan otak secara
penekanan pada struktur otak
langsung oleh karena tekanan yang
dan pembuluh darah otak tinggi saat pertama kali pecah, serta
secara menyeluruh mengiritasi selaput otak
2. Stroke Iskemik : merupakan suatu penyakit yang diawali dengan
terjadinya serangkaian perubahan dalam otak yang terserang yang
apabila tidak ditangani dengan segera berakhir dengan kematian bagian
otak tersebut.

Stroke trombus atau emboli menyebabkan iskemik. Sebagian neuron yang


diperdarahi oleh pembuluh darah yang tersumbat akan mati karena
kekurangan oksigen dan nutrien. Keadaan ini mengakibatkan infark
serebri, cedera jaringan akan memicu respon inflamasi yang selanjutnya
akan meningkatkan tekanan intrakranial.

Cedera pada sel-sel sekitarnya akan mengganggu metabolisme dan


menyebabkan perubahan pada transportasi ion serta asidosis lokal.
Tanda dan gejala
Tanda utama stroke adalah munculnya
secara mendadak satu atau lebih defisit
neurologik fokal : 4. Ketidakmampuan
mengontrol buang air kecil
1. Gangguan kesadaran, tidak sadar,
bingung, sakit kepala, sulit konsentrasi,
dan besar, kehilangan
disorientasi, atau dalam bentuk lain. kemampuan untuk merasa,
mengalami kesulitan untuk
2. Penurunan kekuatan otot dan koordinasi
gangguan kesadaran dalam bentuk sulit
menelan dan bernafas.
berkonsentrasi dalam membaca atau
mendengar percakapan orang lain.
5. Hilangnya kekerasan otot,
3. Kesulitan dalam menyusun kata-kata sepert : jari-jari dan tungkai
atau melakukan pekerjaan sehari-hari, yang terkulai, kaki menjadi
seperti; berdiri, berjalan, atau memegang
gelas, pensil, sendok dan garpu. kaku, dan kehilangan
koordinasi gerakan
Pemeriksaan fisik
1. Sistem pembuluh perifer
3. Retina
Lakukan ausklutasi pada arteri karotis
untuk mencari adanya bising dan periksa Periksa ada tidaknya cupping
tekanan darah di kedua lengan untuk diskus optikus, perdarahan retina
diperbandingkan. dan kelainan diabetes.

2. Jantung 4. Ekstremitas
Perlu dilakukan pemeriksaan jantung yang Evaluasi ada tidak nya sianosis dan
lengkap, dimulai dengan ausklutasi infark sebagai tanda-tanda embolus
jantung yang lengkap, dimulai dengan perifer.
auskultasi jantung dan EKG. Murmur dan
disritmia merupakan hal yang harus dicari
karena pasien dengan fibrilasi atrium, 5. Pemeriksaan Neurologik
infark miokardium akut, atau penyakit Sifat intactness diperlukan untuk
katup jantung dapat mengalami embolus mengetahui letak dan luas suatu
obstruktif. stroke.
Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan sinar X-toraks
merupakan prosedur standar 4) Angiografi serebrum dapat
karena pemeriksaan ini dapat mendiagnosa kausa dan
mendeteksi pembesaran jantung
lokasi stroke seperti ; lesi
dan infiltrat paru yang berkaitan
dengan gagal jantung kongestif.
ulseratif, stenosis, displasia
fibromuskular, vaskulitis
2) Pungsi Lumbal melibatkan
pemeriksaan CSS yang sering
dan pembentukan trombus
memberi petunjuk yg bermanfaat di pembuluh besar.
tentang kausa stroke. 5) Ekokardiogram
3) Ultrasonografi karotis terhadap transesofagus (TEE)
arteri karotis merupakan evaluasi sensitif dalam mendeteksi
standar untuk mendeteksi sumber kardioembolus
gangguan aliran darah karotis potensial
dan kemungkinan memperbaiki
kausa stroke.
Terapi Farmakologis
Penatalaksanaan Stroke Iskemik/Infark

• Antitrombotik (Aspirin (50- • Statin  mengurangi insidensi


325mg/hari), kombinasi aspirin dan stroke diantara pasien yang
dipiridamol, serta clopidogrel)  mengalami peningkatan resiko
Obat yang dapat menghambat
untuk penyakit kardiovaskular
agregasi trombosit sehingga
melalui berbagai mekanisme
menyebabkan terhambatnya
pembentukan thrombus.
termasuk penurunan kolesterol
total dan LDL
• Antikoagulasi (heparin, antikoagulasi
oral; dikumarol, warfarin, anisindion, • Trombolitik  berfungsi untuk
antikoagulasi yang bekerja mengikat melarutkan trombus yang sudah
ion kalsium)  untuk mencegah terbentuk golongan obat untuk
pembekuan darah dengan jalan infark miokard akut, thrombosis
menghambat pembentukan atau vena dan emboli paru,
menghambat fungsi beberapa faktor tromboemboli arteri.
pembekuan darah
Pencegahan
• Pencegahan primer.
Pendekatan pada pencegahan primer adalah
mencegah dan mengobati faktor-faktor resiko.
antikoagulasi oral harus digunakan sebagai
profilaksis primer terhadap semua pasien dengan
fibrilasi atrium yang beresiko tinggi mengalami stroke.
• Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder mengacu kepada strategi
untuk mencegah kekambuhan stroke.Pendekatan
utama adalah mengendalikan hipertensi.
Daftar Pustaka
Dorland, W.A.N. 2014. Kamus Kedokteran Dorland Ed: 31. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Lumbantobing, S.M. 2015. Neurologi Klinik Pemeriksaan Fisik dan Mental.
Jakarta: Badan Penerbit FKUI.
Bahar, Ashari., Wuysang, Devi. 2015. Pemeriksaan Neurologik Lainnya.
Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makasar.
Wahyuningtyas, P. 2015. Nyeri. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.
http://eprints.undip.ac.id (Diunduh 28 September 2016 pukul 4.21 WIB)
P. K. Jennifer, W. William, M. Brenna. 2011. Buku Ajar Patofisiologi
(Professional Guide to Pathophysiology). Jakarta: EGC, hal: 179-185, 334-337
Price Sylvia, Wilson Lorraine. 2003. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit Edisi Enam : Volume 2. Jakarta: EGC.
Gunawan, Sulista Gan. 2007. Farmakologi dan Terapi : Edisi Lima. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI.

Anda mungkin juga menyukai