Anda di halaman 1dari 18

SGD MODUL VI

PERNAFASAN
SKENARIO 2
OBSTRUKSI SALURAN PERNAPASAN BAWAH
1. Asma
Gejala asma bersifat episodik, seringkali Gejala yang berat adalah keadaan gawat
reversibel dengan/atau tanpa pengobatan. darurat yang mengancam jiwa. Yang
Gejala awal berupa : termasuk gejala yang berat adalah :
• Batuk terutama pada malam atau dini • Serangan batuk yang hebat
hari
• Sesak napas yang berat dan tersengal-
• Sesak napas sengal
• Napas berbunyi (mengi) yang terdengar • Sianosis (kulit kebiruan, yang dimulai
jika pasien menghembuskan napasnya dari sekitar mulut)
• Rasa berat di dada • Sulit tidur dan posisi tidur yang nyaman
• Dahak sulit keluar adalah dalam keadaan duduk
• Kesadaran menurun
Diagnosis Asma Pemeriksaan Pemeriksaan
Anamnesis + +
Fisik Penunjang

1. Anamnesis
Ada beberapa hal yang harus ditanyakan dari pasien asma antara lain :
• Apakah ada batuk yang berulang terutama pada malam menjelang dini hari?
• Apakah pasien mengalami mengi atau dada terasa berat atau batuk setelah terpajan
alergen atau pencetus?
• Apakah ada mengi atau rasa berat di dada atau batuk setelah melakukan aktifitas atau
olahraga?
• Apakah ada batuk, mengi, sesak di dada jika terjadi perubahan musim atau cuaca atau
suhu yang ekstrim (perubahan yang tiba-tiba)?
• Apakah gejala-gejala tersebut di atas berkurang atau hilang setelah pemberian
• obat pelega (bronkodilator)?
• Apakah dalam keluarga (kakek/nenek, orang tua, anak, saudara kandung, saudara
sepupu) ada yang menderita asma?
2. Pemeriksaan Fisik
Pasien yang mengalami serangan asma, pada pemeriksaan fisik
dapat ditemukan (sesuai derajat serangan) :
• Inspeksi : pasien terlihat gelisah, sesak (nafas cuping hidung, nafas
cepat), sianosis.
• Palpasi : biasanya tidak ada kelainan yang nyata (pada serangan berat
dapat terjadi pulsus paradoksus).
• Perkusi : biasanya tidak ada kelainan yang nyata.
• Auskultasi : ekspirasi memanjang, wheezing, suara lendir.
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan fungsi paru
b. Uji provokasi bronkus  untuk menunjukan adanya hiperreaktivitas bronkus.
Ada beberapa cara untuk melakukan uji provokasi bronkus seperti uji dengan
histamin, metakolin, kegiatan jasmani, udara dingin, larutan garam hipertonik.
c. Pemeriksaan sputum  Sputum eosinofil sangat karakteristik untuk asma,
sedangkan neutrofil sangat dominan pada bronkitis kronik.
d. Pemeriksaan eosinofil total  eosinofil total dalam darah sering meningkat pada
pasien asma.
e. Uji tusuk kulit (skin prick test)  Uji kulit dengan alergen dilakukan sebagai
pemeriksaan diagnostik pada asma ekstrinsik alergi.
f. Pemeriksaan radiologis  Gambaran radiologi pada asma pada umumnya
normal. Pada waktu serangan menunjukan gambaran hiperinflasi pada paru-paru.
Penatalaksanaan Asma
Tujuan penatalaksanaan asma  untuk mencapai asma terkontrol agar
memiliki kualitas hidup baik yang tidak mengganggu aktivitas dan
mencegah kematian saat serangan.
Pada serangan asma, tujuan tatalaksananya adalah untuk:
• Meredakan penyempitan jalan napas secepat mungkin
• Mengurangi hipoksemia
• Mengembalikan fungsi paru ke keadaan normal secepatnya
• Rencana tatalaksana untuk mencegah kekambuhan.
Jenis-jenis obat pengontrol (controllers) :
• Kortikosteroid inhalasi
• Kortikosteroid sistemik Obat pengontrol adalah obat
asma yang digunakan setiap
• Agonis beta-2 kerja lama (Long-acting hari dalam jangka
β2-agonist) waktu panjang pada asma
persisten untuk mencegah
• Kromolin: sodium kromoglikat dan asma menjadi semakin parah
sodium nedokromil dan mempertahankan asma
menjadi terkontrol melalui
• Metilxantin interaksi dengan proses
• Leukotriene modifiers inflamasi.
Jenis-jenis obat pelega (relievers) :
• Short-acting β2 agonis (SABA)  SABA
merupakan obat yang paling efektif
mengatasi bronkospasme saat eksaserbasi
asma akut dan juga dapat mencegah Prinsip kerja obat pelega
exercice-induced asthma. (relievers) adalah sebagai
• Antikolinergik  Mekanisme kerja obat bronkodilator untuk
membantu mengatasi
golongan ini adalah sebagai bronkodilatasi
bronkokonstriksi jalan napas
dengan kompetitif menghambat reseptor
dan gelaja yang
muskarinik kolinergik, menurunkan tonus menyertainya
intrinsik vagus, blokade reflex seperti sesak, mengi, batuk,
bronkokonstriksi akibat zat iritan atau dan dada terasa berat.
reflux esofagus, dan menurunkan sekresi
mukus.
• Metilxantin
OBSTRUKSI SALURAN PERNAPASAN BAWAH
2. PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronis)
Tanda dan gejala :
• Batuk kronik
• Berdahak kronik
• Sesak napas

Diagnosis PPOK Pemeriksaan Pemeriksaan


Anamnesis + +
Fisik Penunjang
Anamnesis
• Riwayat merokok atau bekas perokok dengan atau tanpa gejala
pernapasan
• Riwayat terpajan zat iritan yang bermakna di tempat kerja
• Riwayat penyakit emfisema pada keluarga
• Terdapat faktor predisposisi pada masa bayi/anak, misalnya berat
badan lahir rendah (BBLR), infeksi saluran napas berulang, lingkungan
asap rokok dan polusi udara
• Batuk berulang dengan atau tanpa dahak
• Sesak dengan atau tanpa bunyi mengi
Pemeriksaan Fisik
• Inspeksi • Palpasi : pada emfisema fremitus
– Pursed - lips breathing (mulut
melemah, sela iga melebar
setengah terkatup mencucu)
– Barrel chest (diameter antero - • Perkusi : pada emfisema hipersonor dan
posterior dan transversal sebanding) batas jantung mengecil, letak diafragma
– Penggunaan otot bantu napas rendah, hepar terdorong ke bawah
– Hipertropi otot bantu napas • Auskultasi
– Pelebaran sela iga – Suara napas vesikuler normal, atau
– Bila telah terjadi gagal jantung kanan melemah
terlihat denyut vena jugularis leher – Terdapat ronki dan atau mengi pada waktu
dan edema tungkai bernapas biasa atau pada ekspirasi paksa
– Penampilan pink puffer atau blue – Ekspirasi memanjang
bloater – Bunyi jantung terdengar jauh
Pemeriksaan Penunjang
Daftar Pustaka
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2003. Penyakit Paru Obstruktif
Kronik (PPOK). PDPI.
http://www.klikpdpi.com/konsensus/konsensus-ppok/ppok.pdf
(Diunduh 15 Mei 2017 pukul 4.00 WIB)

Anda mungkin juga menyukai