Oleh :
KELOMPOK 2
DOSEN PENGAMPU :
Dr. Arsyadi Ali, S .Pt., M.Agr.Sc
Dewi Amanda Mucra, S .Pt,. M.P
Dr. Ir. Sadarman, S .Pt,. M.Sc,. I.P.M
Jepri Juliantoni, S .Pt,. M.P
Putri Zulia, S .Pt,. M.Pt
Bismillahirahmaanirahiim
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktikum ITPTPOKER ini
yang berjudul ”Pengukuran Ternak Potong, Pendugaan Bobot Badan dan
Umur Ternak, Penilaian Ternak, Perkandangan, dan Pakan”.
Penulis sangat berharap Laporan Praktikum ini dapat bermanfaat dalam
rangka menambah pengetahuan dan wawasan mengenai Pengukuran Ternak
Potong, Pendugaan Bobot Badan dan Umur Ternak, Penilaian Ternak,
Perkandangan, dan Pakan. Penulis pun menyadari bahwa di dalam Laporan
Praktikum ini masih terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna.
Oleh sebab itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran demi perbaikan
Laporan Praktikum yang akan penulis buat di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Mudah-mudahan Laporan Praktikum sederhana ini dapat dipahami oleh
semua orang khususnya bagi para pembaca. Penulis mohon maaf yang sebesar-
besarnya jika terdapat kata-kata yang kurang berkenan.
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
I. PENDAHULUAN
Potensi peternakan di Provinsi Riau sangat menjanjikan hal ini dapat diukur
berdasarkan jumlah ternak yang ada di Propinsi Riau. Direktorat Jendral
Peternakan (2012) mencatat populasi sapi di Propinsi Riau pada tahun 2011
sekitar 159.855 ekordan pada tahun 2012 meningkat menjadi 179.472 ekor.
Najib et al., (1997) menyatakan ternak sapi mempunyai peran sebagai penghasil
daging, pupuk organik, sumber pendapatan petani, sumber tenaga kerja dan
membuka peluang usaha serta pemanfaatan limbah pertanian.
1.2. Tujuan
Tujuan dari pelatihan peternakan sapi adalah untuk mempelajari tentang
peternakan sapi pemotongan, terutama produk daging sapi, yang meliputi
manajemen perawatan, manajemen reproduksi, seleksi dan pembelian bibit,
manajemen nutrisi, kontrol reproduksi, pengelolaan penanganan, sanitasi dan
pencegahan penyakit serta pengelolaan limbah, untuk penggemukan
1.3 Manfaat
Keuntungan dari praktek sistem peternakan adalah peningkatan
keterampilan kerja pemuliaan, pemeliharaan kandang, seleksi dan pengadaan
bibit, manajemen pakan, manajemen reproduksi, manajemen pemeliharaan,
sanitasi dan pencegahan penyakit yang berhubungan dengan ternak dan
pengelolaan limbah dan pengetahuan dan keahlian yang lebih.
II. MATERI DAN METODE
2.1.4 Perkandangan
A. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum tentang pengamatan kandang antara lain:
1. Melakukan pengamatan lokasi kendang, Tata letak kendang, Karakteristik
kandang. Fasilitas, perlengkapan, dan peralatan kandang.
2. Melakukan penilaian mengenai perkandangan.
Gambar 5. gigi sapi umur 1-2 thn Gambar 6. gigi sapi umur 2-3 thn
Gambar 7. gigi sapi umur 4-5 thn
2.2.5 Pakan
Melakukan pengamatan mengenai pakan, Metode pemberian dan frekuensi
pemberian pakan. Melakukan penilaian mengenai pakan yang dikonsumsi.
3.1 Hasil
3.1.1 Pendugaan Umur
Pada sapi yang diamati terdapat 3 ekor sapi, pada sapi pertama ada 4
pasang gigi tetap yang berarti sapi yang diamati berumur 4-5 tahun. Sapi kedua,
terdapat sepasang gigi tetap yang berarti sapi berusia 1-2 tahun. Dan pada sapi
ketiga ada 2 pasang gigi tetap berarti sapi yang diamati berusia 2-3 tahun.
Gumba 113cm
2. Sapi Kedua
Tabel 2. Bobot sapi kedua
Panjang Badan 89 cm
Gumba 108 cm
Gumba 106 cm
Rumus Schrool :
1. Sapi Pertama
( 154+22 )2
Bobot badan (kg) =
100
( 176 )2
Bobot badan (kg) =
100
( 30.976 )
Bobot badan (kg) =
100
Bobot badan (kg) = 309,76 kg
2. Sapi Kedua
( 141+ 22 )2
Bobot bada (kg) =
100
(163)²
Bobot badan (kg) =
100
( 26.569 )
Bobot bada (kg) =
100
Bobot badan (kg) = 265,69 kg
3. Sapi Ketiga
( 137+22 )2
Bobot sapi (kg) =
100
(159)²
Bobot sapi (kg) =
100
(25.281)
Bobot sapi (kg) =
100
Bobot sapi (kg) = 252.81kg
Rumus Smith
1. Sapi Pertama
(154 +18)²
Bobot badan (kg) =
100
(172)²
Bobot badan (kg) =
100
(29.584)
Bobot badan (kg) =
100
Bobot badan (kg) = 295.84 kg
2. Sapi Kedua
( 141+ 18 )2
Bobot badan (kg) =
100
(159)²
Bobot badan (kg) =
100
(25.281)
Bobot badan (kg) =
100
Bobot badan (kg) = 252,81 kg
3. Sapi Ketiga
(137+18)²
Bobot badan (kg) =
100
(155)²
Bobot badan (kg) =
100
(24.025)
Bobot badan (kg) =
100
Bobot badan (kg) = 240.25 kg
3.1.3 Pakan
1. Sapi Pertama
Untuk pakan kami mendapatkan hasil 309,76 kg di hitung dari 10% dari
berat bobot badan sapi yaitu 306,76 ×10% yang di dapat 30.976kg pakan ternak
yang di berikan pada sapi dari hasil akhir pemberian pakan sapi.
2. Sapi Kedua
Hasil 265.69 kg di hitung dari 10% dari berat bobot badan sapi yaitu
265,69 × 10% yang di dapat 26,569 kg pakan ternak yang di berikan pada sapi
dari hasil akhir pemberian pakan sapi.
3. Sapi Ketiga
Untuk pakan kami mendapatkan hasil 252 ,81 kg di hitung dari 10% dari
berat bobot badan sapi yaitu 252,81 kg × 10% yang di dapat 25,281 kg pakan
ternak yang di berikan pada sapi dari hasil akhir pemberian pakan sapi.
3.1.4 Perkandangan
Dengan pengamatan kami pada saat praktikum kami mengamati kandang
tersebut terdapat ukuran Panjang dan lebar lantai untuk sapi lokal adalah 2.10 x
1.45 meter, sedangkan untuk sapi impor yaitu 2.10 x 1.5 meter.Tempat panjang
ransum dan air minum adalah selebar tempat sapiKedalaman tempat ransum
sapi adalah ±40 cm Kedalaman tempat air minum sapi adalah ±40 cmTerdapat
selokan sedalam ±20 cm dengan lebar 20-30 cm Terdapat jalan di antara
kandang baris dengan lebar 1 meter.
A. Penilaian Kandang :
1. Lokasi Kandang
Jauh dari sumber pakan
Lahan terbuka
Lahan landau
Tidak jauh dari pemukiman
Mudah diakses dan jalan kasar
Kandang terbuka (memiliki sirkulasi udara yang baik
3. Bahan
Dinding semen
Atap kayu
Sekat besi
4. Atap
Atap berbentuk gable
5. Konstruksi Bangunan
Memiliki kandang jepit
Memiliki tempat penyediaan pakan
Memiliki tempat pembuangan kotoran atau feses
3.2 Pembahasan
3.2.1 Pengukuran Ternak Potong
Menurut Sudarmono dan Sugeng (2008) salah satu faktor yang
mempengaruhi perbedaan ukuran tubuh ternak adalah pakan, apabila dalam
pakan yang diberikan kandungan nutriennya kurang maka pertumbuhan ternak
akan terhambat. Selain itu menurut umur ternak kan berpengaruh terhadap
statistic vital ternak. Hal tersebut disebabkan karena faktor pertumbuhan,
semakin bertambahnya umur ternak maka ukuran statistik vital semakin
meningkat. Sifat kuantitaif pada karakteristik morfologis sangat dipengaruhi oleh
manajemen pemeliharaan (Trifena, Budisantria dan Hartatik, 2011).
Pengukuran statistik vital ternak potong antara lain :
a. Lingkar dada (LD) diukur secara melingkar di belakang gumba atau di
belakang Os scapula dengan menggunakan pita ukur
melingkardinyatakan dalam cm.
b. Tinggi badan (TB) diukur jarak tegak lurus dari punggung atau belakang
gumba sampai ketanah atau lantai diukur dengan menggunakan tongkat
ukur dinyatakan dalam cm.
c. Tinggi pinggul (TP) diukur jarak tegak lurus dari titik tertinggi pada os
sacrum pertama sampai ke tanah diukur dengan menggunakan tongkat
ukur dinyatakan dalam cm.
d. Bobot badan (BB) diukur menggunakan timbangan analitik khusus sapi
dengan merk Ruddweigh dinyatakan dalam kg.
Selain melalui pendugaan bobot badan ternak, upaya untuk memilih ternak
digunakan sebagai bibit, bakalan maupun untuk ternak potong yaitu dengan
pendugaan umur ternak. Pendugaan umur ternak paling mudah dan paling
akurat yaitu melalui tanggal lahir dengan recording. Namun, cara ini akan sulit
dilakukan peternak rakyat karena mereka tidak pernah melakukan pencatatan
(recording) kelahiran, kebuntingan, siklus estrus dan lainnya sehingga
pendugaan umur ternak melalui tanggal lahir pasti tidak dapat dilakukan. Oleh
karena itu, cara konvensional pendugaan umur ternak dapat dilakukan melalui
beberapa cara yaitu :
a. Fase gigi susu fase ketika mulai tumbuhnya gigi sejak lahir hingga gigi
berganti dengan gigi baru
c. Fase keausan fase dimana gigi tetap sudah mulai aus (Murtidjo, 1992).
Tabel 4. Perubahan gigi susu menjadi gigi seri permanen dan penentuan umur
kronoligis sapi.
3. Gigi susu tanggal sepasang dan tumbuh gigi seri tetap (I1) 1,5 – 2
4. Gigi susu tanggal dua pasang dan tumbuh gigi seri tetap (I2) 2
5. Gigi susu tanggal tiga pasang dan tumbuh gigi seri tetap (I3) 3
6. Gigi susu tanggal semua dan gigi seri tetap sudah lengkao (I4) >4
Sumber: Field dan Taylor (2008)
3.3.4 Pakan
Bahan pakan adalah segala sesuatu yang dapat ternak makan, tidak
membahayakan bagi ternak, dan menghasilkan energi. Pakan sangat penting
diperlukan untuk pertumbuhan ternak karena mengandung zat gizi, oleh karena
itu pakan harus tersedia terus. Pakan yang umum diberikan berupa hijauan,
tetapi pada saat ketersediaan hijauan berkurang maka perlu dilakukan
pengawetan atau penambahan pakan penguat (Mulyono, 2005).
Bahan pakan atau yang dulu disebut bahan makanan ternak (feed) adalah
segala sesuatu yang dapat dimakan, dapat dicerna sebagian atau seluruhnya,
dan tidak mengganggu kesehatan pemakannya. Bahan pakan diklasifikasikan
menjadi 8 kelas, yaitu kelas 1 hijauan kering, kelas 2 hijauan segar, kelas 3
silase, kelas 4 sumber energi, kelas 5 sumber protein, kelas 6 sumber mineral,
kelas 7 sumber vitamin, kelas 8 aditif pakan (Winugroho, 2002).
3.3.5 Perkandangan
Perkandangan merupakan segala aspek fisik yang berkaitan dengan
kandang dan sarana maupun prasarana yang bersifat sebagai penunjang
kelengkapan dalam suatu peternakan (Syarif dan Sumoprastowo, 1985).
Pada praktikum kali ini, kami akan melakukan pengamatan pada kandang
sapi. Kami melakukan praktikum ini untuk mengetahui bagaimana cara
perawatan, pembersihan, dan pemberian pakan yang baik dan benar. Setelah
kami selesai melakukan praktikum sanitasi kandang, kami melakukan praktikum
pada hari selasa. Melakukan praktikum tentang sanitasi kandang. Kami memulai
praktikum pada pukul 15.00 WIB, di kandang.
4.1 Kesimpulan
1. Penafsiran umur ini dapat dilihat menggunakan metode pengamatan
pada pergantian dan keterasahan gigi seri, wawancara dengan pemillik
ternak, recording, mengamati saat jatuhnya tali pusar, dan munculnya
cincin tanduk serta melihat pertumbuhan bulu dan tingkah lakunya.
2. Pertumbuhan gigi ternak terbagi tiga periode yaitu, periode gigi susu,
periode penggantian gigi susu menjadi gigi tetapserta periode kausan gigi
tetap.
3. Metode visual adalah suatu metode yang digunakan untuk menafsir berat
badan dengan melihat, mengamati keadaan sapi dengan baik, kemudian
kita menafsir berat sapi tersebut.
4. Eksterior adalah ilmu yang mempelajari tentang bentuk tubuh bagian luar
untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan ternak. Dengan ilmu
tilik ini juga dapat memperkirakan bobot badan sapi. Bagian tubuh sapi
yang diukur yaitu panjang badan, tinggi badan dan lebar dada . Untuk
memperkirakan bobot badan sapi, menggunakan rumus Schoorl.
5. Banyak faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang ternak. Faktor –
factor tersebut antara lain genetic, pakan, lingkungan, umun dan jenis
kelamin serta manajemen pemeliharaan.
4.2 Saran
Menyadari bahwa kami masih jauh dari kata sempurna, untuk ke depannya
kami sebagai penulis akan berusaha untuk membuat makalah dengan lebih baik
lagi. Demikianlah makalah ini kami buat, semoga bermanfaat dan menambah
pengetahuan pembaca sekalian.
Kami mohon maaf jika ada kesalahan ejaan dalam penulisan kata dan
kalimat yang kurang jelas, kurang dimengerti dan lugas. Dan kami juga
mengharapkan saran dan kritik dari pembaca sekalian demi kesempurnaan
makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Arisuma, O. D. (2005). Tata Laksana Pemeliharaan Sapi Potong di PT. Widodo Makmur
Perkasa Bogor Jawa Barat. Jurusan Produksi Ternak Fakultas Peternakan
Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta
Leviness EA, L. (2013). Vital Signs in Animals: What Cattle Producers Should Know
About Them. University of Arizona. Soeparno. 1998. Ilmu dan Teknologi
Daging. Yogyakarta: UGM Press.
Laidding, A.R ( 1996). Hubungan berat badan dan lingkar dada dengan beberapa sifat-
sifat ekonomi penting pasa sapi Bali. Buletin Ilmu Peternakan dan Perikanan,
4(10): 127-133.