Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PRAKTIKUM

ILMU DAN TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK POTONG DAN KERJA


PENGUKURAN TERNAK POTONG, PENDUGAAN BOBOT
BADAN DAN UMUR TERNAK, PENILAIAN TERNAK,
PERKANDANGAN, DAN PAKAN

Oleh :

KELOMPOK 2

RIDHO DWI FIRDAUS : 12280111123

DOSEN PENGAMPU :
Dr. Arsyadi Ali, S .Pt., M.Agr.Sc
Dewi Amanda Mucra, S .Pt,. M.P
Dr. Ir. Sadarman, S .Pt,. M.Sc,. I.P.M
Jepri Juliantoni, S .Pt,. M.P
Putri Zulia, S .Pt,. M.Pt

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan


Praktikum Mata Kuliah Ilmu dan Teknologi Produksi Ternak Potong dan
Kerja

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


FAKULTAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
PEKANBARU
2022/2023
KATA PENGANTAR

Bismillahirahmaanirahiim
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktikum ITPTPOKER ini
yang berjudul ”Pengukuran Ternak Potong, Pendugaan Bobot Badan dan
Umur Ternak, Penilaian Ternak, Perkandangan, dan Pakan”.
Penulis sangat berharap Laporan Praktikum ini dapat bermanfaat dalam
rangka menambah pengetahuan dan wawasan mengenai Pengukuran Ternak
Potong, Pendugaan Bobot Badan dan Umur Ternak, Penilaian Ternak,
Perkandangan, dan Pakan. Penulis pun menyadari bahwa di dalam Laporan
Praktikum ini masih terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna.
Oleh sebab itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran demi perbaikan
Laporan Praktikum yang akan penulis buat di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Mudah-mudahan Laporan Praktikum sederhana ini dapat dipahami oleh
semua orang khususnya bagi para pembaca. Penulis mohon maaf yang sebesar-
besarnya jika terdapat kata-kata yang kurang berkenan.

Pekanbaru, 11 Juni 2023

Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sapi potong adalah komoditas ternak yang sengaja dipelihara untuk diambil
hasil produknya berupa daging. Tipe pemeliaharan sapi potog beragam, mulai
intensif, semi intensif, dan umbaran. Ketiga jenis model pemeliharaan dengan
tujuan untuk bisa mendapatkan produk daging, dengn biaya produksi termurah
dan teraman. Berbeda dengan komoditas perah, sapi potong memiliki
keunggulan pertumbuhannya yang cepat dengan kualitas daging yang baik.
Dipasaran, penjualan sapi potong dilakukan secara bebas, tanpa ada track umur,
ras, dan silsilah trah yang jelas. Hal ini menyebabkan banyak pembeli sapi tidak
mengetahui umur sapi yang dibelinya, padahal hal ini akan sangat berpengaruh
dengan kecepatan pertumbuhan sapi. Apakah sapi yang dibeli masih bisa
bertumbuh lagi atau sudah mencapai ukuran maksimal. Tentunya para peternak
dengan tujuan pembesaran membeli sapi dengan umur yang sudah mencapai
dewasa tentunya sudah tidak bisa mendapatkan hasil maksimal, karena pada
usia dewasa, yang bisa dilakukan hanya ke penggemukan saja. Oleh karena itu
dipelajarilah hal terkait penilaian ternak dan pendugaan umur ternak untuk
mempermudah dan membantu peternak dalam memilih sapi.

Potensi peternakan di Provinsi Riau sangat menjanjikan hal ini dapat diukur
berdasarkan jumlah ternak yang ada di Propinsi Riau. Direktorat Jendral
Peternakan (2012) mencatat populasi sapi di Propinsi Riau pada tahun 2011
sekitar 159.855 ekordan pada tahun 2012 meningkat menjadi 179.472 ekor.
Najib et al., (1997) menyatakan ternak sapi mempunyai peran sebagai penghasil
daging, pupuk organik, sumber pendapatan petani, sumber tenaga kerja dan
membuka peluang usaha serta pemanfaatan limbah pertanian.
1.2. Tujuan
Tujuan dari pelatihan peternakan sapi adalah untuk mempelajari tentang
peternakan sapi pemotongan, terutama produk daging sapi, yang meliputi
manajemen perawatan, manajemen reproduksi, seleksi dan pembelian bibit,
manajemen nutrisi, kontrol reproduksi, pengelolaan penanganan, sanitasi dan
pencegahan penyakit serta pengelolaan limbah, untuk penggemukan

1.3 Manfaat
Keuntungan dari praktek sistem peternakan adalah peningkatan
keterampilan kerja pemuliaan, pemeliharaan kandang, seleksi dan pengadaan
bibit, manajemen pakan, manajemen reproduksi, manajemen pemeliharaan,
sanitasi dan pencegahan penyakit yang berhubungan dengan ternak dan
pengelolaan limbah dan pengetahuan dan keahlian yang lebih.
II. MATERI DAN METODE

2.1 Alat dan Bahan


2.1.1 Pengukuran Ternak Potong
A. Tujuan Praktikum
Tujuan dari Mata Kuliah Laboratorium Penimbangan dan Pendugaan Ternak
adalah untuk:
1. Pengetahuan pengukuran antropometri ternak seperti lingkar dada, tinggi gusi,
dan panjang badan.
2. Pengetahuan tentang perbedaan bangsa sapi potong dari hasil pengukuran.

B. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan untuk pengukuran berat badan sapi adalah :
1. Timbangan.
2. Pita pengukur.
Bahan yang diperlukan adalah ternak potong seperti :
1. Sapi
2. Kambing.
3. Domba.

2.1.2 Pendugaan Bobot Badan dan Umur Ternak


A. Tujuan Praktikum
1. Mampu memperkirakan umur sapi melalui pemeriksaan gigi (Poel).
2. Anda bisa menebak umur sapi dari tanduknya
3. Dengan mengukur taksiran berat ternak maka dapat diperkirakan berat ternak.

B. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
1. meteran.
2. Alat tulis.
3. Lembar kerja.
Bahan praktikum menggunakan ternak potong sebagai bahan seperti :
1. Sapi.
2. Kambing.
3. Domba.

2.1.3 Penilaian Ternak


A. Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum tentang pengamatan BSC dan recording ternak antara lain :
1. Melakukan pengamatan mengenai BSC dan recording ternak.
2. Melakukan penilaian mengenai kondisi BSC dan recording ternak.

B. Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang di gunakan dalam praktikum ini adalah :
1. Buku.
2. Pena.
3. Kamera dokumentasi.

2.1.4 Perkandangan
A. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum tentang pengamatan kandang antara lain:
1. Melakukan pengamatan lokasi kendang, Tata letak kendang, Karakteristik
kandang. Fasilitas, perlengkapan, dan peralatan kandang.
2. Melakukan penilaian mengenai perkandangan.

B. Alat dan Bahan


Alat dan Bahanyang digunakan dalam praktikum yaitu :
1. Buku.
2. Pena.
3. Kamera dokumentasi.
2.1.5 Pakan
A. Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum untuk mengamati asupan pakan ternak adalah sebagai
berikut :
1. Amati pola makan, cara pemberian, dan frekuensi, memberi makan.
2. Lakukan penilaian terhadap makanan yang dicerna.

B. Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum adalah
1. Buku.
2. Pulpen.
3. Kamera perekam.

2.2 Prosedur Kerja


2.2.1 Pengukuran Ternak Potong
Pertama pilih ternak untuk diukur. Kemudian mengidentifikasi karakteristik,
sifat dan jenis ternak yang diamati. Setelah itu pengukuran ternak seperti lingkar
dada, perawakan gumba, dan panjang badan. Kemudian catat pengukuran
ternak (sapi, kambing, dan domba). Tidak lupa dokumentasikan kegiatan yang
dilakukan selama praktikum. Dan perbandingan hasil pengukuran untuk spesies
ternak yang berbeda.

Gambar 1. Tinggi Gumba Gambar 2. Tinggi Pinggul


Gambar 3. Lingkar Dada Gambar 4. Panjang Badan

2.2.2 Pendugaan Bobot Badan dan Umur Ternak


Amati berbagai jenis sapi, kambing, dan domba di tempat praktek,
Identifikasi dan perkirakan berat sapi, kambing dan domba. Ukur tinggi badan
sapi (dada, panjang badan, tinggi gamba, tinggi pinggang dll), untuk menghitung.
Pencatatan data pendukung praktikum, Dokumentasikan semua kegiatan selama
praktikum.

Gambar 5. gigi sapi umur 1-2 thn Gambar 6. gigi sapi umur 2-3 thn
Gambar 7. gigi sapi umur 4-5 thn

2.2.3 Penilaian Ternak


Penilaian BCS ternak kemudian dilakukan oleh 3-4 penilai. Tetapkan nilai
rata-rata. Evaluasi dilakukan dengan evaluasi visual, Hitung nilai BCS dari jumlah
jaringan adiposa kulit 5 poin (1-5), nilai tambah 0,25. (Poin seperempat) dihitung
dari keadaan lemak tubuh subkutan Sekitar pangkal ekor dan tulang belakang,
pinggul, tulang rusuk, tulang jarum.

Gambar 8. Penilaian sapi


2.2.4 Perkandangan
Melakukan pengamatan lokasi kendang, Tata letak kendang, Karakteristik
kandang. Fasilitas, perlengkapan, dan peralatan kandang. Melakukan penilaian
mengenai perkandangan.

Gambar 9. Pengamatan kandang

2.2.5 Pakan
Melakukan pengamatan mengenai pakan, Metode pemberian dan frekuensi
pemberian pakan. Melakukan penilaian mengenai pakan yang dikonsumsi.

Gambar 10. Mencari pakan


Gambar 11. Penimbangan pakan Gambar 12. Pemberian pakan
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil
3.1.1 Pendugaan Umur
Pada sapi yang diamati terdapat 3 ekor sapi, pada sapi pertama ada 4
pasang gigi tetap yang berarti sapi yang diamati berumur 4-5 tahun. Sapi kedua,
terdapat sepasang gigi tetap yang berarti sapi berusia 1-2 tahun. Dan pada sapi
ketiga ada 2 pasang gigi tetap berarti sapi yang diamati berusia 2-3 tahun.

3.1.2 Pendugaan Bobot Sapi


1. Sapi Pertama
Tabel 1. Bobot sapi pertama

Lingkar Dada 154 cm

Panjang Badan 127 cm

Gumba 113cm

Tinggi Pinggul 116 cm

2. Sapi Kedua
Tabel 2. Bobot sapi kedua

Lingkar Dada 141 cm

Panjang Badan 89 cm

Gumba 108 cm

Tinggi Pinggul 110 cm


3. Sapi Ketiga
Tabel 3. Bobot sapi ketiga

Lingkar Dada 137 cm

Panjang Badan 114 cm

Gumba 106 cm

Tinggi Pinggul 105 cm

Menurut rumus Schrool, tingkat kesalahannya adalah 22,3%.

𝑩𝒐𝒃𝒐𝒕 𝒃𝒂𝒅𝒂𝒏 (𝒌𝒈) = ¿ ¿

Rumus Schrool :

1. Sapi Pertama
( 154+22 )2
Bobot badan (kg) =
100
( 176 )2
Bobot badan (kg) =
100
( 30.976 )
Bobot badan (kg) =
100
Bobot badan (kg) = 309,76 kg

2. Sapi Kedua
( 141+ 22 )2
Bobot bada (kg) =
100
(163)²
Bobot badan (kg) =
100
( 26.569 )
Bobot bada (kg) =
100
Bobot badan (kg) = 265,69 kg

3. Sapi Ketiga
( 137+22 )2
Bobot sapi (kg) =
100
(159)²
Bobot sapi (kg) =
100
(25.281)
Bobot sapi (kg) =
100
Bobot sapi (kg) = 252.81kg

Rumus Smith

1. Sapi Pertama
(154 +18)²
Bobot badan (kg) =
100
(172)²
Bobot badan (kg) =
100
(29.584)
Bobot badan (kg) =
100
Bobot badan (kg) = 295.84 kg

2. Sapi Kedua
( 141+ 18 )2
Bobot badan (kg) =
100
(159)²
Bobot badan (kg) =
100
(25.281)
Bobot badan (kg) =
100
Bobot badan (kg) = 252,81 kg

3. Sapi Ketiga
(137+18)²
Bobot badan (kg) =
100
(155)²
Bobot badan (kg) =
100
(24.025)
Bobot badan (kg) =
100
Bobot badan (kg) = 240.25 kg
3.1.3 Pakan
1. Sapi Pertama
Untuk pakan kami mendapatkan hasil 309,76 kg di hitung dari 10% dari
berat bobot badan sapi yaitu 306,76 ×10% yang di dapat 30.976kg pakan ternak
yang di berikan pada sapi dari hasil akhir pemberian pakan sapi.

2. Sapi Kedua
Hasil 265.69 kg di hitung dari 10% dari berat bobot badan sapi yaitu
265,69 × 10% yang di dapat 26,569 kg pakan ternak yang di berikan pada sapi
dari hasil akhir pemberian pakan sapi.

3. Sapi Ketiga
Untuk pakan kami mendapatkan hasil 252 ,81 kg di hitung dari 10% dari
berat bobot badan sapi yaitu 252,81 kg × 10% yang di dapat 25,281 kg pakan
ternak yang di berikan pada sapi dari hasil akhir pemberian pakan sapi.

3.1.4 Perkandangan
Dengan pengamatan kami pada saat praktikum kami mengamati kandang
tersebut terdapat ukuran Panjang dan lebar lantai untuk sapi lokal adalah 2.10 x
1.45 meter, sedangkan untuk sapi impor yaitu 2.10 x 1.5 meter.Tempat panjang
ransum dan air minum adalah selebar tempat sapiKedalaman tempat ransum
sapi adalah ±40 cm Kedalaman tempat air minum sapi adalah ±40 cmTerdapat
selokan sedalam ±20 cm dengan lebar 20-30 cm Terdapat jalan di antara
kandang baris dengan lebar 1 meter.

A. Penilaian Kandang :
1. Lokasi Kandang
 Jauh dari sumber pakan
 Lahan terbuka
 Lahan landau
 Tidak jauh dari pemukiman
 Mudah diakses dan jalan kasar
 Kandang terbuka (memiliki sirkulasi udara yang baik

2. Tata Letak Kandang


 Menghadap atau membujur ke barat

3. Bahan
 Dinding semen
 Atap kayu
 Sekat besi

4. Atap
 Atap berbentuk gable

5. Konstruksi Bangunan
 Memiliki kandang jepit
 Memiliki tempat penyediaan pakan
 Memiliki tempat pembuangan kotoran atau feses

3.2 Pembahasan
3.2.1 Pengukuran Ternak Potong
Menurut Sudarmono dan Sugeng (2008) salah satu faktor yang
mempengaruhi perbedaan ukuran tubuh ternak adalah pakan, apabila dalam
pakan yang diberikan kandungan nutriennya kurang maka pertumbuhan ternak
akan terhambat. Selain itu menurut umur ternak kan berpengaruh terhadap
statistic vital ternak. Hal tersebut disebabkan karena faktor pertumbuhan,
semakin bertambahnya umur ternak maka ukuran statistik vital semakin
meningkat. Sifat kuantitaif pada karakteristik morfologis sangat dipengaruhi oleh
manajemen pemeliharaan (Trifena, Budisantria dan Hartatik, 2011).
Pengukuran statistik vital ternak potong antara lain :
a. Lingkar dada (LD) diukur secara melingkar di belakang gumba atau di
belakang Os scapula dengan menggunakan pita ukur
melingkardinyatakan dalam cm.
b. Tinggi badan (TB) diukur jarak tegak lurus dari punggung atau belakang
gumba sampai ketanah atau lantai diukur dengan menggunakan tongkat
ukur dinyatakan dalam cm.
c. Tinggi pinggul (TP) diukur jarak tegak lurus dari titik tertinggi pada os
sacrum pertama sampai ke tanah diukur dengan menggunakan tongkat
ukur dinyatakan dalam cm.
d. Bobot badan (BB) diukur menggunakan timbangan analitik khusus sapi
dengan merk Ruddweigh dinyatakan dalam kg.

3.3.2 Pendugaan Bobot Badan dan Umur Ternak


Bobot badan merupakan berat tertimbang dari seekor ternak yang diukur
pada umur tertentu dengan satuan berat. Bobot badan merupakan faktor
terpenting dalam seleksi bibit, penentuan tingkat pakan, menggambarkan kondisi
ternak dan pemotongan ternak (Ulatas et al., 2001).

Lingkar dada dan bobot badan ternak semakin meningkat dengan


bertambahnya umur ternak. Akan tetapi laju pertumbuhan lingkar dada lebih
lambat dibandingkan dengan laju pertumbuhan bobot badan dan paling utama
yaitu pertumbuhan kerangka. Tingkat pertumbuhan dan produksi karkas
berhubungan dengan bobot badan ternak. Sedangkan faktor yang
mempengaruhi bobot badan ternak yaitu sifat perdagingan, perbandingan daging
dan tulang, umur dan jenis kelamin. Bobot badan mempunyai korelasi positif
dengan ukuran linier tubuh ternak (Kidwell dan McCormick, 1956).

Pertumbuhan tubuh secara keseluruhan umumnya diukur melalui


pertambahan bobit badan ternak, sedangkan ukuran – ukuran tubuh sebagai
penentu besar atau kecilnya badan ternak. Dengan Rumus Sebagai Berikut:
Bobot badan (kg) =¿ ¿
Keterangan :
1 inchi = 2,54 cm
1 lbs = 0,4536 kg

Menurut Gafar (2007) rumus-rumus yang dapat digunakan untuk menduga


bobot badan adalah :
( LD +22)²
Rumus school (lbs) =
100
( LD +18)²
Rumus smith (lbs) =
100
Keterangan : LD = Lingkaran Dada
PB = Panjang Badan

Selain melalui pendugaan bobot badan ternak, upaya untuk memilih ternak
digunakan sebagai bibit, bakalan maupun untuk ternak potong yaitu dengan
pendugaan umur ternak. Pendugaan umur ternak paling mudah dan paling
akurat yaitu melalui tanggal lahir dengan recording. Namun, cara ini akan sulit
dilakukan peternak rakyat karena mereka tidak pernah melakukan pencatatan
(recording) kelahiran, kebuntingan, siklus estrus dan lainnya sehingga
pendugaan umur ternak melalui tanggal lahir pasti tidak dapat dilakukan. Oleh
karena itu, cara konvensional pendugaan umur ternak dapat dilakukan melalui
beberapa cara yaitu :

1. Pemeriksaan Gigi Ternak (Poel)


Salah satu cara menduga umur ternak yaitu dengan melihat keadaan gigi
serinya. Gigi seri pada sapi telah tumbuh sejak lahir dan hanya terdapat di
rahang bawah saja. Gigi seri yang telah ada sejak lahir disebut gigi susu,
sedangkan gigi tetap adalah gigi seri baru yang menggantikan gigi susu. Gigi seri
sapi mudah diperiksa dan akan tanggal sepasang demi sepadang yang
selanjutnya akan berganti dengan gigi seri yang baru. Pertumbuhan gigi sapi
dibedakan menjadi tiga fase yaitu :

a. Fase gigi susu fase ketika mulai tumbuhnya gigi sejak lahir hingga gigi
berganti dengan gigi baru

b. Fase pergantian gigi Fase dari awal pergantian hingga selesai

c. Fase keausan fase dimana gigi tetap sudah mulai aus (Murtidjo, 1992).
Tabel 4. Perubahan gigi susu menjadi gigi seri permanen dan penentuan umur
kronoligis sapi.

No Keadaan Gigi Umur (Tahun)

1. Biasanya hanya sepasang gigi susu Lahir

2. Gigi sususemua, belumada yang tanggal (10) < 1.5

3. Gigi susu tanggal sepasang dan tumbuh gigi seri tetap (I1) 1,5 – 2

4. Gigi susu tanggal dua pasang dan tumbuh gigi seri tetap (I2) 2

5. Gigi susu tanggal tiga pasang dan tumbuh gigi seri tetap (I3) 3

6. Gigi susu tanggal semua dan gigi seri tetap sudah lengkao (I4) >4
Sumber: Field dan Taylor (2008)

2. Melalui cincin pada tanduk


Jumlah cincin tanduk pada sapi dapat digunakan untuk menduga umur
sapi. Cincin tanduk ini berhubungan dengan periode kebuntingan, kelahiran
ternak dan periode laktasi. Munculnya alur melingkar pada pangkal tanduk saat
selesai periode kebuntingan pertama. Selanjutnya akan terjadi hal yang sama
setiap kali sapi bunting. Gelap dan terangnya cincin tanduk dipengaruhi oleh
adanya pencemaran, penyakit dan musim kemarau. Cara menghitung jumlah
cincin tanduk dengan penafsiran umur ternak yaitu menjumlahkan angka dua
pada tiap lingkar cincin tanduk dengan rumus sebagai berikut
:
Y=X+2
Ket: X adalah jumlah cincin tanduk

Pendugaan umur sapi didasarkan dengan melihat lingakr cincin pada


tanduk merupakan cara yang paling tidak akurat. Oleh karena itu pendugaan
dengan cara ini jarang dilakukan karena akan sulit juga ketika diaplikasikan pada
sapi tanpa tanduk.
3. Melalui tali pusar
Melihat lepasnya tali pusar hanya digunakan untuk mengingatkan lagi hari
atau tanggal kelahiran pedet dalam jangka kejadian beberapa hari yang telah
lewat.Sewaktu lahir tali pusar masih tampak basah dan tidak berbulu.Setelah
berumur 3 hari,tali pusar terasa lunak jika diraba,umur 4-5 hari tali pusar mulai
mengering,dan umur 7 hari tali pusar mulai lepas serta sudah mulai ditumbuhi
bulu.
3.3.3 Penilaian Ternak
Penilaian ternak sapi dapat dilihat dari 4 cara yaitu pandangan samping,
pandangan belakang, pandangan depan, dan perabaan. Penilaian pandangan
samping dapat dilakukan dengan penilaian yang dilakukan pada jarak 3 m
sampai 4.5 m dan memperhatikan kedalaman tubuh sapi, keadaan lutut,
kekompakan bentuk tubuh, ketebalan legok lapar, pinggul dan kaki.

Penilaian pandangan belakang dapat dilakukan dengan penilaian yang


dilakukan pada jarak kurang lebih 3 m dan memperhatikan kelebaran pantat,
kedalaman otot, kelebaran dan kepenuhan pantat serta keserasian berdiri pada
tumpuan kaki-kakinya. Penilaian pandangan depan dapat dilakukan dengan
penilaian pada jarak kurang lebih 3 m dan memperhatikan bentuk dan ciri-ciri
kepala, kebulatan bagian rusuk, kedalaman dada, dan keadaan pertulangan
serta keserasian kaki depan.

Penilaian dengan cara perabaan untuk menentukan tingkat dan kualitas


akhir melalui perabaan yang dirasakan melalui ketipisan, kerapatan dan
kelunakan kulit serta perlemakannya Purwadi et al., (2005).

3.3.4 Pakan
Bahan pakan adalah segala sesuatu yang dapat ternak makan, tidak
membahayakan bagi ternak, dan menghasilkan energi. Pakan sangat penting
diperlukan untuk pertumbuhan ternak karena mengandung zat gizi, oleh karena
itu pakan harus tersedia terus. Pakan yang umum diberikan berupa hijauan,
tetapi pada saat ketersediaan hijauan berkurang maka perlu dilakukan
pengawetan atau penambahan pakan penguat (Mulyono, 2005).
Bahan pakan atau yang dulu disebut bahan makanan ternak (feed) adalah
segala sesuatu yang dapat dimakan, dapat dicerna sebagian atau seluruhnya,
dan tidak mengganggu kesehatan pemakannya. Bahan pakan diklasifikasikan
menjadi 8 kelas, yaitu kelas 1 hijauan kering, kelas 2 hijauan segar, kelas 3
silase, kelas 4 sumber energi, kelas 5 sumber protein, kelas 6 sumber mineral,
kelas 7 sumber vitamin, kelas 8 aditif pakan (Winugroho, 2002).

3.3.5 Perkandangan
Perkandangan merupakan segala aspek fisik yang berkaitan dengan
kandang dan sarana maupun prasarana yang bersifat sebagai penunjang
kelengkapan dalam suatu peternakan (Syarif dan Sumoprastowo, 1985).

Pada praktikum kali ini, kami akan melakukan pengamatan pada kandang
sapi. Kami melakukan praktikum ini untuk mengetahui bagaimana cara
perawatan, pembersihan, dan pemberian pakan yang baik dan benar. Setelah
kami selesai melakukan praktikum sanitasi kandang, kami melakukan praktikum
pada hari selasa. Melakukan praktikum tentang sanitasi kandang. Kami memulai
praktikum pada pukul 15.00 WIB, di kandang.

Kami melakukan penilaian kandang dengan mengecek satu persatu alat


dan bahan di dalam kandang, kami juga menilai bahan yang digunakan sebagai
pembuatan kandang, melakukan penilaian tata letak kandang, dan melakukan
penilaian sirkulasi udara kandang.
IV. PENUTUP

4.1 Kesimpulan
1. Penafsiran umur ini dapat dilihat menggunakan metode pengamatan
pada pergantian dan keterasahan gigi seri, wawancara dengan pemillik
ternak, recording, mengamati saat jatuhnya tali pusar, dan munculnya
cincin tanduk serta melihat pertumbuhan bulu dan tingkah lakunya.
2. Pertumbuhan gigi ternak terbagi tiga periode yaitu, periode gigi susu,
periode penggantian gigi susu menjadi gigi tetapserta periode kausan gigi
tetap.
3. Metode visual adalah suatu metode yang digunakan untuk menafsir berat
badan dengan melihat, mengamati keadaan sapi dengan baik, kemudian
kita menafsir berat sapi tersebut.
4. Eksterior adalah ilmu yang mempelajari tentang bentuk tubuh bagian luar
untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan ternak. Dengan ilmu
tilik ini juga dapat memperkirakan bobot badan sapi. Bagian tubuh sapi
yang diukur yaitu panjang badan, tinggi badan dan lebar dada . Untuk
memperkirakan bobot badan sapi, menggunakan rumus Schoorl.
5. Banyak faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang ternak. Faktor –
factor tersebut antara lain genetic, pakan, lingkungan, umun dan jenis
kelamin serta manajemen pemeliharaan.

4.2 Saran
Menyadari bahwa kami masih jauh dari kata sempurna, untuk ke depannya
kami sebagai penulis akan berusaha untuk membuat makalah dengan lebih baik
lagi. Demikianlah makalah ini kami buat, semoga bermanfaat dan menambah
pengetahuan pembaca sekalian.
Kami mohon maaf jika ada kesalahan ejaan dalam penulisan kata dan
kalimat yang kurang jelas, kurang dimengerti dan lugas. Dan kami juga
mengharapkan saran dan kritik dari pembaca sekalian demi kesempurnaan
makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Arisuma, O. D. (2005). Tata Laksana Pemeliharaan Sapi Potong di PT. Widodo Makmur
Perkasa Bogor Jawa Barat. Jurusan Produksi Ternak Fakultas Peternakan
Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta

Leviness EA, L. (2013). Vital Signs in Animals: What Cattle Producers Should Know
About Them. University of Arizona. Soeparno. 1998. Ilmu dan Teknologi
Daging. Yogyakarta: UGM Press.

Laidding, A.R ( 1996). Hubungan berat badan dan lingkar dada dengan beberapa sifat-
sifat ekonomi penting pasa sapi Bali. Buletin Ilmu Peternakan dan Perikanan,
4(10): 127-133.

Natasasmita, A. (1985). Beternak Sapi Daging. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian


Bogor.

Rianto, E. dan E. Purbowati (2010). Panduan Lengkap Sapi Potong. PT Penebar


Swadaya. Jakarta.

Winugroho, M. ( 2002). Strategi Pemberian Pakan Tambahan untuk Memperbaiki


Efisiensi Reproduksi Induk Sapi. Jurnal Litbang Pertanian, 19-23.

Anda mungkin juga menyukai