Anda di halaman 1dari 9

PASTEURELLOSIS

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah penyakit infeksius I


Dosen pengampu :
Prof. Dr. Mahdi Abrar, M. Sc

Disusun oleh :
Muhammad Thariq
(2002101010197)

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
2022
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam usaha peternakan, penyakit merupakan salah satu resiko yang kadang-kadang harus
dihadapi. Oleh karena itu mengenali gejala masing-masing penyakit, mengetahui sumber
penyebabnya dan dapat melakukan pencegahan penyakit, merupakan salah satu bekal yang penting
bagi suksesnya usaha peternakan.

Beberapa serangan penyakit pada ternak masih merupakan momok menakutkan bagi para
perternak. Hal ini karena serangan penyakit yang sangat parah (outbreaks) sangat merugikan peternak.
Tidak jarang, peternak yang gulung tikar akibat peternakannya diserang penyakit. Penyakit pada
ternak bisa disebabkan oleh agen infeksius maupun non infeksius.

Beberapa penyebab penyakit yang bersifat non infeksius adalah penurunan respon immun,
nutrisi, cacat genetik, trauma/perlukaan ataupun keracunan. Sedangkan penyebab penyakit infeksius
bisa disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, parasit dan jamur. Penyakit Pasteurellosis adalah salah
satu dari sekian banyak penyakit yang disebabkan oleh bakteri. Pasteurellosis merupakan penyakit
infeksius yang disebabkan oleh bakteri Pasteurella Multocida, Pasteurella Haemolitica, Pasteurella
pneumotropca dan Pasteurella ureae. Namun dari keempat bakteri tersebut yang paling sering
menginfeksi adalah Pasteurella Multocida. Bakteri Pasteurella berbentuk cocobacil, termasuk gram
negative, non-spora dan non-motil.

Pasteurellosis biasa menyerang ternak terutama pada unggas dan ruminansia. Penyebaran
penyakit ini juga bisa dari anjing, kucing, kambing, kuda, biri-biri, tikus, hamster, babi, dan serigala
pun bisa menularkan penyakit ini (Ariyanti, 2007). Hal tersebut yang menyebabkan sebagian besar
peternak mengalami kerugian. Oleh karena itu peternak jaman sekarang harus lebih mengetahui gejala
penyakit, sumber penyebabnya dan juga melakukan pencegahan lebih dini. Hal tersebut dapat
menunjang suksesnya peternak dalam membuka usaha.
BAB II

Pasteurellosis merupakan penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri genus
Pasteurella. Sebagian besar Pasteurellosis disebabkan oleh bakteri P. Multocida dan P.
Haemolitica yang tingkat prevalensi infektifnya cukup tinggi dibandingkan spesies dari genus
Pasteurella lainnya. Pasteurellosis termasuk ke dalam salah satu penyakit zoonosis, penyakit
ini dapat menyerang berbagai jenis hewan mamalia, unggas, hewan liar, dan termasuk juga
manusia.

Bakteri Pasteurella bersifat anaerobic facultative. Ciri-ciri secara umum bakteri ini
adalah berbentuk cocobacil kecil dengan tampilan bipolar pada sediaan apus dalam jaringan
dan eksudat organisme menunjukkan bentuk khas cocobacillary ukuran umumnya 0,2-0,4
mm dan ada juga 0,6-2,5 mm, gram negative, non-enterik, non-motil dan non-spora
(Williamson, 1993).

Macam-macam Penyakit Pasteurellosis :

Haemorrhagic Septicaemia

Haemorrhagic Septicaemia atau Septicaemia Epizootica (Ngorok) adalah septicaemia


akut yang berpotensi fatal terutama menyerang pada kerbau, sapi, babi, dan kadang-kadang
menyerang domba dan kuda. Factor penting yang mempengaruhi seperti stress, kondisi tubuh
yang lemah, kekurangan nutrisi, dan musim hujan. Pasteurella multocida serotipe B:2
menyebabkan penyakit HS di Asia, Timur Tengah, dan beberapa negara di Eropa Selatan
sedangkan di Afrika disebabkan oleh P. Multocida serotipe E:2. Namun, epidemiologi
Haemorrhagic Septicaemia tampaknya telah berubah dalam beberapa tahun terakhir dengan
penurunan strain serotipe E yang diisolasi di Afrika dan meningkatnya prevalensi strain tipe
B (Dziva et al., 2008).

Kerbau cenderung lebih rentan terhadap penyakit ini daripada ternak lainnya seperti
kambing, domba, babi, unta, dan gajah. Semua umur dapat terkena tetapi di daerah endemis
penyakit ini paling umum pada hewan usia antara 6 hingga 24 bulan. Hewan yang lebih tua
mungkin memiliki tingkat kekebalan yang lebih karena pernah terpapar sebelumnya. Banyak
hewan dewasa yang menjadi pembawa laten, dengan pasteurellae yang terletak di crypt
tonsillar. Biasanya hewan yang terinfeksi penyakit ini mengeluarkan leleran hidung. Wabah
penyakit ini akan meningkat jika hewan pembawa aktif penyakit ini ditempatkan bersama di
populasi yang rentan dan stress.

Bovine Respiratory Disease

Bovine Respiratory Disease (shipping fever), demam, dan enzootic pneumonia, semua
istilah tersebut dapat digunakan untuk menggambarkan Bovine Pasteurellosis. Pada kasus
BRD, lebih dari satu spesies dan serotipe dari pasteurellae yang dicurigai sebagai penyebab
kedua setelah virus dan stres. Ini tidak seperti Haemorrhagic Septicemia (HS), dimana
merupakan pasteurellosis yang disebabkan oleh serotipe spesifik dari spesies P. Multocida.
Pasteurellae yang terkait dengan BRD sebagian besar adalah P.Haemolytica tipe A, dan P.
Multocida serogrup kapsuler A (De Alwis, 1999).

Penyakit ini paling umum terjadi pada sapi muda yang mana mengalami stress akibat
transportasi, berkumpul di tempat pemberian pakan dan tempat yang tertutup. Serotipe utama
P. Multocida diisolasi dari kasus penyakit pernapasan pada sapi adalah A3. Sementara M.
haemolytica diketahui menyebabkan penyakit serius yang bertindak sebagai agen penular
tunggal pada sapi, ada perdebatan apakah P. Multocida adalah patogen utama pada penyakit
pernapasan sapi atau apakah itu hanya bertindak sebagai penyerang oportunistik dengan
patogen lain (Dabo et al., 2007).
BAB III

Etiologi pasteurellosis

Pasteurellosis adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri genus
Pasteurella. Terdapat 4 species dari genus Pasteurella ini yaitu Pasteurella Multocida,
Pasteurella Haemolitica (Mannheimia Haemolitica), Pasteurella Pneumotropca, Pasteurella
Ureae. Spesies Pasteurella multicoda pertama kali ditemukan pada tahun 1878 pada burung
yang terinfeksi kolera. Kemudian pada tahun 1939 Rosenbusch dan Merchant membedakan
secara tegas bakteri Pasteurella yang dapat menyebabkan hemolise dan yang tidak.
Pembagianya berupa Pasteurella hemoliytica yang dapat menyebabkan hemolise dan
Pasteurella multocida yang tidak menyebabkan hemolise. Bakteri Pasteurella rentan terhadap
suhu panas rendah (55◦C). Selain itu bakteri ini juga sangat rentan terhadap disinfektan (OIE
2009).

Bakteri Pasteurella Multocida menyebabkan penyakit diantaranya haemorrhagic


septicaemia pada hewan ternak dan kerbau, pneumonia pada sapi dan babi, fowl cholera pada
unggas, atrophic rhinitis pada babi, dan pasteurellosis pada kelinci. Bakteri ini bersifat
zoonosis dan dapat menginfeksi manusia melalui gigitan hewan yang terinfeksi.

Pasteurella Multocida secara konvensional berdasarkan sifat antigen kapsul/sifat


reaksi hemaglutinasinya dibedakan menjadi 5 serogrup yaitu A, B, D, E atau F P. Multocida
dapat dibedakan menjadi 16 serotipe atas dasar reaksi difusi presipitasi .Pasteurella Multocida
serogrup tipe A (serotipe 1, 3, 4) menyebabkan fowl cholera, rabbit snuffles, bovine
pneumonia. Tipe B dan E menyebabkan haemorrhagic septicaemia atau septicaemia
epizootica, dan tipe D menyebabkan atrophic rhinitis.

Gejala klinis

Gejala penyakit timbul detelah masa inkubasi 2 hingga 4 hari dan perjalanannya
berkisar antara 2 hingga 5 hari. Kematian tanpa tanda-tanda penyakit sebelumnya, dapat
terjadi dalam 24 jam setelah infeksi. Timbul demam tinggi secara tiba-tiba, gangguan
pernapasan dengan suara ngorok hingga keluarnya ingus dari hidung, dan edema laring yang
khas adalah ciri dari penyakit ini. Edema dapat meluas ke tenggorokan dan daerah parotis dan
juga ke Sandung lamur. Telentang diikuti oleh kematian akibat endotoksemia. Angka
kematian biasanya lebih dari 50% dan dapat mendekati 100% .

Pada kerbau dan sapi yang diinfeksi buatan dengan bakteri Pasteurella Multocida,
kerbau mengalami gejala yang lebih berat dibandingkan sapi. Suhu tubuh kerbau mencapai
puncaknya pada 4 jam setelah infeksi, yaitu 43°C. Sedangkan pada sapi suhu tubuh mencapai
puncaknya 12 jam setelah infeksi, yaitu pada suhu 39,6°C. Gejala yang dapat diamati pada
kerbau adalah kemerahan mata dan keluarnya cairan hidung. Sedangkan pada sapi yang
terlihat hanya kulit yang memerah. Pembengkakan leher yang meluas dari tempat
penyuntikkan sampai ke daerah sub mandibula terlihat pada sapi maupun kerbau pada 16 jam
setelah infeksi. Kerbau mati pada 22 jam setelah infeksi sedangkan sapi mati 2 jam
kemudian. Terlihat bahwan akibat dari infeksi tersebut terjadi kelainan yang terutama adalah
gangguan pernafasan yang disertai demam dan kelemahan tubuh.

Diagnosis Klinik Pasteurellosis

Diagnosis pada pasteurellosis didasarkan pada sejarah, gejala, dan kelainan pada
hewan terinfeksi. Diagnosa penyakit ini dapat dilakukan dengan melakukan uji secara
langsung menggunakan mikroskop maupun tidak langsung menggunakan media
pertumbuhan dan selanjutnya dilanjutkan dengan uji karakteristik berdasarkan fenotipe atau
serotipe seperti uji haemaglutinasi tidak langsung (Carters typing), uji agar gel presipitasi,
ELISA dan Polymerase Chain Reaction (PCR). Metode tersebut merupakan teknik- teknik
diagnosis yang sangat berguna.

Pencegahan dan Pengobatan Pasteurellosis

Haemorraghic Septicaemia

1) Terapi antibiotik pada tahap awal demam biasanya efektif. Meskipun organisme ini
rentan terhadap penisilin, tetrasiklin lebih sering digunakan.

2) Kebijakan penyembelihan untuk hewan yang terinfeksi dan carrier biasanya dilakukan
di negara-negara endemic dengan penyakit ini.
3) Vaksin yang tersedia untuk mengendalikan penyakit ini termasuk bakteri dan vaksin
heterotipik hidup. Vaksin mutan penghapusan langsung yang dimodifikasi telah
dikembangkan juga

4) Pembawa laten dapat dideteksi menggunakan teknik imunohistokimia pada sampel


jaringan tonsil.
BAB IV

KESIMPULAN

Pasteurellosis merupakan penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri


Pasteurella. Terdapat 4 spesies dari genus Pasteurella ini, diantaranya adalah Pasteurella
multocida, Pasteurella haemolitica, Pasteurella pneumotropca dan Pasteurella ureae.
Pasteurella multocida dan Mannheimia Haemolytica (Pasteurella haemolytica) adalah dua
spesies Pasteurella yang sering menyebabkan berbagai penyakit Pasteurellosis. Gejala
penyakit ini sangat bervariasi pada tiap-tiap hewan. Secara garis besar adalah Haemorrhagic
Septicaemia pada kerbau, sapi, kuda, dan ternak lainnya, Bovine Respiratory Disease yang
menyerang sapi, Snuffle pada kelinci, Fowl Cholera pada unggas, Pneumonia pada bapi dan
babi, Atrophic Rhinitis pada babi dan Pasteurellosis pada kambing ataupun domba.

Gejala umum yang nampak adalah adanya kenaikan suhu dan penurunan nafsu
makan. Pada diagnosa klinis dapat dilakukan dengan media pertumbuhan bakteri (blood agar,
chocolate agar, dll), pewarnaan gram, uji ELISA, Aglutinasi Lateks, dan PCR. Penularan
penyakit HS (Haemorrhagic Septicaemia) dan pneumonia biasanya terjadi secara kontak
langsung atau bisa melalui udara dengan jarak yang cukup dekat. Sedangkan Fawl Cholera
biasanya terjadi secara horizontal dimana ayam yang sehat tertular ayam yang sakit melalui
kandang, kotoran hewan, maupun para pekerja kandang. Pengobatan yang umum dan
biasanya dilakukan adalah dengan vaksinasi dan pemberian antibiotik. Hewan yang sembuh
dari penyakit ini bersifat carrier.
DAFTAR PUSTAKA

Ariyanti,Tati dan Supar. 2007. Kholera Unggas dan Prospek Pengendaliannya


dengan Vaksin Pasteurella multocida Isolat Lokal. Balai Besar Penelitian
Veteriner. Bogor.
De Alwis, M. C. L. 1992. Haemorrhagic Septicaemia. General Review. Brit. Vet.
J. 148: 99-112.
De Alwis, M. C. L. 1999. Haemorrhagic Septicaemia. ACiAR Monograph.
Canberra.

Anda mungkin juga menyukai