Anda di halaman 1dari 3

1c.

Determinan/faktor risiko penyakit (berdasarkan agen, inang dan lingkungan)

Determinan agen :
1. Patogenitas, virus rabies adalah virus neutropik yang menyebar di sepanjang jalur saraf dan
menyerang sistem saraf pusat (SSP) dan menyebabkan infeksi akut. Mekanisme penularan paling
umum adalah melalui inokulasi perifer virus setelah gigitan hewan yang terinfeksi rabies.
Selanjutnya, terjadi replikasi di jaringan perifer, sehingga virus tersebar di sepanjang saraf
perifer dan medula spinalis menuju ke otak. Kemudian, terjadi diseminasi dalam sistem saraf
pusat (SSP) dan virus menyebar secara sentrifugal dari susunan saraf pusat menuju ke berbagai
organ, termasuk kelenjar ludah.
2. Virulensi , derajat keganasan virus rabies pada hewan ada 2 tipe, yaitu 1) Tipe ganas dan 2)
tipe jinak.
Setelah virus rabies masuk ke dalam tubuh manusia melalui gigitan hewan (anjing), selama
sekitar 2 minggu virus akan tetap tinggal di tempat masuk dan atau didekat tempat gigitan.
Stadium prodromal sselanjutnya, virus akan bergerak mencapai ujung-ujung serabut saraf (2-3
hari), gejala malaise, tidak mau makan, agak jinak, demam sub febris, refleks kornea menurun.
Stadium eksitasi (3-7 hari), gejala reaktif dengan menyerang dan menggigit benda bergerak, pica
(memakan berbagai benda termasuk tinjanya sendiri), lupa pulang strabismus dan ejakulasi
spontan pada pria. Stadium paralisis, dengan gejala ekor jatuh, mandibular jatuh, lidah keluar,
saliva (ludah) berhamburan, kaki belakang terseret. Kemudian, pada stadium ini sangat singkat
dan biasanya diikuti dengan kematian hewan tersebut (Diskes Bali).
3. Antigenitas, setelah virus rabies masuk ke dalam tubuh dan juga setelah vaksinasi, tubuh
kemudian menghasilkan antibody penawar virus yang mengikat dan menonaktifkan virus.
Daerah spesifik dari protein G telah terbukti paling antigenic dan ampuh dalam memproduksi
antibody penawar virus. Situs antigenic atau epitope dikategorikan menjadi daerah I-IV dan situs
minor a. Penelitian sebelumnya yang dilakukan (Benmansour 1991) menunjukkan bahwa situs
antigenik II dan III paling sering menjadi sasaran oleh antibody penetral alami. Selain itu,
antibody monoclonal dengan fungsi penetral telah dibuktikan untuk menargetkan situs antigenik.
Protein lain, seperti nukleoprotein telah terbukti tidak dapat menghasilkan produksi antibody
penawar virus. (Benmansour 1991)
4. Infektifitas, siklus infeksi dan replikasi virus rabies ke membran sel induk semang terjadi
melalui beberapa tahapan, yaitu absorpsi (perlekatan virus), penetrasi (virus entry), pelepasan
mantel (uncoating/envelope removal), transkripsi (synthesis mRNA), translasi (sintesis protein),
processing, perakitan dan budding (Damayanti 2012).

Determinan inang
Bangsa dan Jenis, Semua hewan berdarah panas termasuk manusia rentan terhadap virus rabies.
Di Indonesia hewan rentan terhadap rabies yang pernah dilaporkan adalah pada kerbau, kuda,
kucing, leopard, musang, meong congkok, sapi dan kambing. Hewan tersebut adalah hewan
piaraan kecuali musang. Kelelawar dan tikus liar dapat diinfeksi virus secara buatan di
laboratorium dan kasus pada tikus liar pernah ditemukan di BPPH (sekarang BPPV) Bukittinggi
1991. Statistik menunjukan bahwa penyebar rabies yang utama adalah anjing (92%), kucing
(6%) dan kera (3%) (Manual Wiki Isikhnas).
Jenis kelamin : Rabies menyerang anjing betina dan jantan.
Umur : Menyerang anjing pada segala umur. Sehingga, sebaiknya anjing divaksin pada umur 8
minggu (Manual Wiki Isikhnas).

Determinan Lingkungan
Peternakan : Anjing yang dilepasliarkan tanpa pengawasan, praktek perburuan dengan
menggunakan anjing berpotensi tertular dan menularkan rabies.

Beberapa faktor risiko lingkungan yang ikut berperan dalam penularan rabies, yaitu
a. Sejak turun temurun anjing dipelihara sebagai hewan kesayangan.
b. Anjing dapat dijadikan sebagai penjaga kebun/ladang dan kandang ternak
(ekstensif/diliarkan).
c. Sebagai penolak bala, dibawa nelayan tradisional (lalu lintas anjing sangat sulit diawasi)
d. Daerah pedesaan sering terjadi barter anjing dengan ganti barang kebutuhan seperti gula, beras
dan lain-lain.
e. Pemeliharaan HPR yang tidak bertanggung jawab (over population anjing peliharaan di rumah
tangga memiliki kontribusi pada populasi anjing liar)
f. Digunakan berburu babi secara massal (SumatraBarat)
g. Adu bagong: adu anjing dan babi (Garut,Tasik dan sekitarnya)
h. Menjaga kebun/ladang (Flores dan lokasi lain)
i. Anjing yang menyertai pelayaran tradisional
j. Diluar entry/exit point resmi = pelabuhan rakyat (di luar pengawasan karantina hewan) k.
Konsumsi daging anjing (dog meat consumption)
l. Meningkatkan mobilitas Hewan Pembawa Rabies (HPR) ke daerah dengan demand tinggi m.
Kendala eliminasi (anjing memiliki nilai ekonomis) (Manual Wiki Isikhnas).

DAFTAR PUSTAKA
https://www.diskes.baliprov.go.id/bahaya-penyakit-rabies_url. [Diakses Februari 22 2021].
Benmansour A. 1991.  Antigenitas glikoprotein virus rabies. Jurnal Virologi . 65 (8): 4198
4203. doi : 10.1128 / JVI.65.8.4198-4203.1991 . PMC  248855 . PMID  1712859.
Damayanti R. Rahmadani Y. 2012. Deteksi antigen virus rabies pada jaringan otak dengan
metode direct rapid immunohistochemical test. In Press.
http://wiki.isikhnas.com/images/b/b9/Manual_Penyakit_Hewan_Mamalia.pdf

Anda mungkin juga menyukai