Anda di halaman 1dari 3

1.

Terjadinya pencemaran oleh bakeri Clostridium botulinum


2. Nama bakteri: Clostridium botulinum
Clostridium botulinum merupakan bakteri berbentuk batang, anaerobik (tidak dapat tumbuh di
lingkungan yang mengandung oksigen bebas), Gram-positif, dapat membentuk spora, dan dapat
memproduksi racun syaraf yang kuat. Sporanya tahan panas dan dapat bertahan hidup dalam
makanan dengan pemrosesan yang kurang sesuai atau tidak benar. Ada tujuh tipe botulisme (A,
B, C, D, E, F dan G) yang dikenal, berdasarkan ciri khas antigen dari racun yang diproduksi
oleh setiap strain. Tipe A, B, E, dan F dapat menyebabkan botulisme pada manusia. Tipe C dan
D menyebabkan sebagian besar botulisme pada hewan. Hewan yang paling sering terinfeksi
adalah unggas liar dan unggas ternak, sapi, kuda, dan beberapa jenis ikan. Walaupun tipe G
telah diisolasi dari tanah di Argentina, belum ada kasus yang diketahui disebabkan oleh strain
ini. Botulisme karena makanan (untuk membedakan dari botulisme pada luka dan botulisme
pada bayi) merupakan jenis keracunan makanan yang parah. Penyakit ini disebabkan oleh
konsumsi makanan yang mengandung racun syaraf yang kuat, yang dibentuk selama
pertumbuhan organisme. Racun ini tidak tahan panas dan dapat dihancurkan dengan pemanasan
pada temperatur 80°C selama10 menit atau lebih. Penyakit ini jarang terjadi, tetapi sangat
diperhatikan karena apabila tidak segera dirawat dengan benar, tingkat kematiannya tinggi.
Kebanyakan kasus yang dilaporkan setiap tahunnya berkaitan dengan makanan yang kurang
diproses, dikalengkan di rumah tangga, tetapi kadang-kadang makanan yang diproduksi secara
komersial juga terlibat dalam kasus tersebut. Sosis, produk daging, sayuran kaleng, dan produk
makanan laut, paling sering menjadi perantara dalam kasus botulisme pada manusia. rganisme
ini dan sporanya tersebar luas di alam. Bekteri ini ada di tanah, baik di tanah olahan, tanah
hutan, endapan di dasar sungai, danau, dan perairan pantai, dan di dalam usus ikan dan
mamalia, dan di dalam insang dan organ dalam kepiting dan jenis-jenis kerang lainnya.

Kasu Clostridium botulinum

Tetanus adalah penyakit akut, sering fatal, disebabkan oleh eksotoksin yang dihasilkan dalam l
uka akibat Clostridium tetani. Penyakit ini menjadi masalah kesehatan yang penting, dengan
perkiraan angka kejadian mencapai satu juta kasus di seluruh dunia. Prevalensi tetanus sangat t
inggi di negara berkembang, dimana termasuk dalam 10 penyebab kematian terbesar. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui pola penyakit dan determinan mortalitas tetanus di
Bagian Penyakit Dalam RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

Jenis penelitian adalah historical cohort (retrospektif cohort), dan subyek penelitian merupakan
data sekunder, meliputi status dan catatan medik tetanus di RSUD Dr. Moewardi Surakarta,
mulai 1 Januari 2000-31 Desember 2002. Sampel diambil dengan metode purposive sampling
kemudian diolah dengan SPSS 11.0 for windows serta Stata 7.0 dan dilakukan uji statistik
analisis regresi logistik.

Dari penelitian didapatkan 86 orang sampel, dimana laki-laki sebanyak 70 orang, 81.40% lebih
banyak dari perempuan. Kasus terbanyak pada usia 40-53 tahun, tercatat 23 kasus (26.74%).
Luka luar sebelum menderita tetanus ditemukan pada 61 pasien (70.93%). Mortalitas terjadi
pada 32 kasus tetanus, dengan laki-laki 24 orang (34.29%) sedangkan perempuan 8 orang
(50%). Mortalitas terbanyak pada rentang usia 54-62 tahun. Kemudian 29 (47.54%) kasus
mortalitas ditemukan dengan latar belakang luka luar. Penyebab mortalitas tersering adalah
asfiksia ditemukan pada 10 orang (31.250%), kemudian gagal nafas 7 (21.875%), dan
bronkospasme pada 5 orang (15.625%). Hasil analisis diperoleh Odds Ratio (OR) laki laki t
erhadap mortalitas 0.45 kali dibanding perempuan. OR kuartil umur ke-3 (K3), yaitu 54-62
tahun, 1.86 kali dibanding K1 (?39 tahun), sedangkan K2 dan K4 mempunyai resiko 0.99 dan
1.10 kali. OR adanya luka luar 7.94 kali dibanding tanpa luka luar. Nilai p>Chi-square=0.0140.

Penyakit tetanus lebih banyak terjadi pada laki-laki. Dengan tidak membedakan jenis kelamin,
didapatkan usia pasien tetanus paling banyak adalah 40-53 tahun. Pada pasien dengan adanya
luka luar sebagai port d’entrée kuman penyebab tetanus, Clostridium tetani, penyakit tetanus
paling banyak ditemukan. Selain itu didapatkan adanya hubungan antara kematian tetanus
dengan luka luar, dengan hasil penelitian yang bermakna. Sedangkan jenis kelamin dan usia
pasien tidak berpengaruh terhadap kematian tetanus
3.Dampak bakteri.Clostridium botulinum
dampaknya adalah terserang penyakit tianus. Penyakit ini tersebar di seluruh dunia, t
erutama pada daerah resiko tinggi dengan cakupanImunisasi DPT yang rendah. Reservoir
utama kuman ini adalah tanah yang mengandungkotoran ternak sehingga resiko penyakit
ini di daerah peternakan sangat tinggi. Sporakuman Clostridium tetani yang tahan kering
dapat bertebaran di mana-mana.Port ofentry tak selalu dapat diketahui dengan pasti, namun
dapat diduga melalui :1.Luka tusuk,gigitan binatang, luka bakar.2.Luka operasi yang tidak
dirawat dan dibersihkan dengabaik.3.OMP, caries gigi.4.Pemotongan tali pusat yang tidak s
teril.5.Penjahitan luka robekyang tidak sterilAda empat tipe botulisme yang dikenal:
botulisme karena makanan, botulisme pada bayi, botulisme pada luka, dan botulisme yang
belum diklasifikasikan. Makanan-makanan tertentu telah dilaporkan sebagai sumber spora
dalam kasus-kasus botulisme pada bayi dan kategori yang belum diklasifikasikan; botulisme
pada luka tidak terkait dengan makanan. Botulisme karena makanan merupakan nama penyakit
(sebenarnya keracunan makanan) yang disebabkan oleh konsumsi makanan yang
mengandung racun syaraf yang diproduksi oleh C. botulinum . Botulisme pada bayi, yang
pertama kali dikenal tahun 1976, menginfeksi bayi di bawah usia 12 bulan. Botulisme tipe ini
disebabkan karena konsumsi spora C. botulinum yang kemudian menghuni usus dan
memproduksi racun dalam saluran usus bayi ( intestinal toxemia botulism ). Di antara berbagai
sumber lingkungan yang potensial seperti tanah, air yang ditampung, debu, dan makanan, madu
merupakan sumber spora C. botulinum yang sejauh ini dapat dipastikan menjadi penyebab
botulisme pada bayi, baik dari hasil penelitian laboratorium maupun penelitian epidemiologi.
Jumlah botulisme pada bayi yang dilaporkan meningkat tajam karena meningkatnya
pengetahuan para petugas kesehatan sejak dikenalnya penyakit ini pada tahun 1976. Sekarang
penyakit ini telah dikenal secara internasional, dan kasusnya dilaporkan dari lebih banyak
negara.

4. Cara mengatasi bakteri Clostridium botulinum


Dengan diberukan obat
1. Antibiotika
Diberikan parenteral Peniciline 1,2juta unit / hari selama 10 hari, IM. Sedangkan tetanus
pada anak dapat diberikan Peniciline dosis 50.000 Unit / KgBB/ 12 jam secafa IM diberikan
selama 7-10 hari. Bila sensitif terhadap peniciline, obat dapat diganti dengan preparat lain
seperti tetrasiklin dosis 30-40 mg/kgBB/ 24 jam, tetapi dosis tidak melebihi 2 gram dan
diberikan dalam dosis terbagi ( 4 dosis ). Bila tersedia Peniciline intravena, dapat digunakan
dengan dosis 200.000 unit /kgBB/ 24 jam, dibagi 6 dosis selama 10 hari.
Antibiotika ini hanya bertujuan membunuh bentuk vegetatif dari C. tetani, bukan untuk
toksin yang dihasilkannya. Bila dijumpai adanya komplikasi pemberian antibiotika broad
spektrum dapat dilakukan.

2.Antitoksin

Antitoksin dapat digunakan Human Tetanus Immunoglobulin (TIG) dengan dosis 3000-
6000 U, satu kali pemberian saja, secara IM tidak boleh diberikan secara intravena karena
TIG mengandung "anti complementary aggregates of globulin ", yang mana ini dapat
mencetuskan reaksi allergi yang serius. Bila TIG tidak ada, dianjurkan untuk menggunakan
tetanus antitoksin, yang berawal dari hewan, dengan dosis 40.000 U, dengan cara
pemberiannya adalah : 20.000 U dari antitoksin dimasukkan kedalam 200 cc cairan NaC1
fisiologis dan diberikan secara intravena, pemberian harus sudah diselesaikan dalam waktu
30-45 menit. Setengah dosis yang tersisa (20.000 U) diberikan secara IM pada daerah pada
sebelah luar.

Anda mungkin juga menyukai