Anda di halaman 1dari 6

Abstrak

Toxoplasmosis telah lama diketahui sebagai penyebab utama kelainan


kongenital pada bayi seperti : toxoplasmosis kongenital, abortus, lahir mati dan
prematuritas serta toksoplasmosis akuisita pada orang dewasa. Untuk terhindar
dari toxoplasmosis diperlukan kesehatan tubuh dan kebersihan lingkungan yang
baik, terutama kebersihan hewan peliharaan. Hidup sehat dan selalu berbahagia,
jauh dari stress dan tekanan serta selalu mengkonsumsi makanan dan minuman
yang telah dicuci atau yang telah dimasak dengan benar. Hal ini, khususnya harus
lebih diperhatikan oleh ibu hamil atau wanita usia subur untuk mencegah
terjadinya toxoplasmosis kongenital terhadap janin yang mereka kandung.
Kata kunci: toxoplasmosis, kongenital, pencegahan, ibu hamil
Pendahuluan
Berdasarkan beberapa laporan, penyakit toxoplasmosis tersebar di seluruh
dunia, termasuk Indonesia. Banyaknya keluarga di Indonesia memelihara kucing
dan anjing yang merupakan salah satu resikonya terjadinya penyakit zoonosis,
yaitu penyakit

yang berasal dari berbagai jenis kuman antara lain protozoa,

bakteri penyebab disentri dan toxoplasmosis.


Kurang lebih 400 sampai 4000 kasus toxoplasmosis kongenital terjadi di
Amerika tiap tahunnya. Toxoplasmosis telah lama diketahui sebagai penyebab
utama kelainan kongenital pada bayi seperti : toxoplasmosis kongenital, abortus,
lahir mati dan prematuritas serta toxoplasmosis akuisita pada orang dewasa.
Toxoplasmosis disebabkan oleh Toxoplasma gondii sebagai penyakit
zoonosis yaitu infeksi pada manusia dan binatang. Hospes definitif adalah kucing
dan Filidae, dan hospes perantaranya adalah manusia dan mamalia lainnya serta
beberapa jenis burung.
Toxoplasma gondii dapat timbul di seluruh dunia dan merupakan salah
satu infeksi parasitik paling utama pada manusia. Infeksi didapat melalui
memakan jaringan kista pada daging yang kurang matang memasaknya , melalui
oocyst yang diekresikan oleh kucing, dan tanah atau air yang terkontaminasi.

Toksoplasmosis kongenital dapat dicegah dengan memberikan edukasi


terhadap wanita hamil dan wanita masa reproduksi untuk tidak memakan daging
mentah atau tidak matang dan melindungi diri mereka sendiri terhadap paparan
kootoran kucing atau tanah yang terkontaminasi.
Etiologi
T. Gondii mempunyai tiga stadium siklus hidup: takizoit, bradizoit dan
sporozoit. Selama infeksi akut T. Gondii, takizoit menginvasi dan berkembang
biak dalam sel dan berperan dalam infeksi kongenital. Takizoit menginvasi semua
organ terutama otot (termasuk jantung), hati, limpa, limfonodi dan sistem saraf
pusat. Pada infeksi laten, bradizoit ada pada kista jaringan. Sporozoit ditemukan
pada ookista di alam bebas yang dibentuk setelah fase seksual.
Kucing merupakan host definitif untuk masa reproduksi seksual T. Gondii,
yang

terjadi di dalam mukosa usus. Selama masa infeksi akut, kucing

mengeluarkan ookista yang belum tersporulasi (non infeksius) bersama dengan


feses kucing. Kemudian ookista bersporulasi dan menjadi infektif setelah satu hari
sampai seminggu.
Gejala Klinik
T. Gondii dapat menyerang semua organ dan jaringan tubuh kecuali sel
darah merah (tidak berinti). Pada orang yang tidak memiliki gangguan imunitas
dan tidak hamil, infeksi T. Gondii akan memberikan gambaran asimptomatik.
Kira-kira 10-20% pasien berkembang menjadi limfadenitis, gejala seperti flu yaitu
demam, malaise, mialgia, sakit kepala, radang tenggorok, limfadenopati, dan
ruam kulit.
Infeksi dapatan selama hamil dapat menimbulkan toxoplasmosis
kongenital pada janin. Gejalanya terjadi karena adanya infeksi pada saat
perkembangan otak dan retina. Berat infeksi tergantung pada umur janin pada saat
terjadi infeksi, makin muda usia janin saat terinfeksi maka makin berat
kerusakannya. Sebaliknya makin muda usia kehamilan saat terjadi infeksi primer
pada ibunya maka makin kecil presentase janin yang terinfeksi.. Gambaran dari
penyakit mata pada infeksi toxoplasmosis adalah gangguan Triade klasik
toxoplasmosis adalah hidrosefalus, retinokoroiditis, dan perkapuran intrakranial,

sedangkan tetrade sabin adalah gejala triade ditambah kelaianan psikomotor


bilateral, korioretinitis dengan strabismus, nistagmus, dan mikroftalmia.
Diagnosis
Pada penelitian epidemiologi, cara yang sering digunakan adalah
toxoplasmin skin test. Tes IgM digunakan untuk mengetahui kapan waktu infeksi,
misalnya pada wanita hamil. IgM dapat ditemukan setelah 18 bulan pasca infeksi
akut dan false positif biasanya terjadi. Pada reaktivasi infeksi laten tampak adanya
antibodi IgG dari infeksi lampau. Metode tomografi sering digunakan untuk
mendiagnosis toxoplasmosis serebral sedangkan USG digunakan untuk janin.
Pengobatan
Obat-obat yang dipakai saat ini hanya membunuh bentuk takizoit T. gondii
dan tidak membasmi bentuk kistanya, sehingga obat-obat ini dapat memberantas
infeksi akut, tetapi tidak dapat menghilangkan infeksi menahun yang dapat
menjadi aktif kembali.
Toksoplasmosis akuisita yang asimptomatik tidak perlu diberi pengobatan.
Seorang ibu yang hamil dengan infeksi primer harus diberikan pengobatan selama
sedikitnya 1 tahun. Penderita imunokompromais (AIDS, keganasan) yang
terjangkit toksoplasmosis akut harus diberi pengobatan.

Pencegahan
Untuk terhindar dari penyakit toxoplasma memelihara kesehatan tubuh
dan kebersihan lingkungan dengan baik. Hidup sehat dan selalu berbahagia, jauh
dari stress dan tekanan serta selalu mengkonsumsi makanan dan minuman yang
telah dicuci atau yang telah dimasak dengan benar.
Pencegahan toksoplasmosis pada wanita hamil:
1. Memasak makanan setidaknya mencapai suhu 160 F (71,1 C), hal ini
akan mencegah terjadinya toksoplasmosis maupun penyakit lain.

2. Mencuci baik-baik dan mengupas sayur dan buah-buahan sebelum


dimakan.
3. Mencuci alat-alat masak dengan air hangat dan sabun yang digunakan
dengan daging, ayam dan ikan mentah atau sayuran dan buah-buahan yang
belum dicuci.
4. Menggunakan sarung tangan saat berkebun atau saat bersentuhan dengan
tanah atau pasir, setelah itu dianjurkan untuk mencuci tangan dengan
sabun.
5. Untuk ibu hamil yang memelihara kucing, dianjurkan menggunakan saru
ng tangan saat mengganti tempat minum dan kotoran kucing, kemudian
mencuci tangan. Bila perlu setiap hari diganti karena ookista
membutuhkan waktu lebih dari satu hari untuk menjadi infeksius. Beri
makan kucing makanan yang sudah terproses atau makanan yang matang,
hindari daging mentah. Dianjurkan untuk tidak memelihara kucing liar
lain.
6. Edukasi oleh yankes terkait terutama saat pemeriksaan trimester pertama
ibu hamil mengenai toxoplasmosis dan cara pencegahannya
7. Pemerintah juga berperan dalam mencegah beredarnya daging yang
terinfeksi bakteri atau parasit, khususnya Toxoplasma Gondii

Kesimpulan
1. Toxoplasmosis disebabkan oleh Toxoplasma gondii sebagai penyakit zoonosis
yaitu infeksi pada manusia dan binatang. Stadium infektif dari toxoplasma
adalah ookista.
2. Salah satu resiko terjadinya toxoplasmosis adalah kucing & anjing, sebagai
hewan peliharaan. Kucing merupakan hospes definitif dan manusia serta
mamalia lainnya sebagai hospes perantara.

3. Infeksi akuisita selama hamil dapat menimbulkan toxoplasmosis kongenital


pada janin. Gejala terjadi karena adanya infeksi pada saat perkembangan otak
dan retina. Berat infeksi tergantung pada umur janin pada saat terjadi infeksi.
Makin muda usai kehamilan yang terinfeksi toxoplasmosis, makin berat
kerusakannya.
4. Untuk terhindar dari toxoplasmosis, perlu memelihara kesehatan tubuh dan
kebersihan lingkungan dengan baik. Konsumsi makan-minuman harus dicuci
atau dimasak dengan benar. Apabila memelihara kucing di rumah, beri
makanan serta minuman yang telah dimasak dan bersih. Khususnya ibu hamil
atau wanita usia subur untuk mencegah terjadinya toksoplasmosis kongenital.

Referensi
1. Sriasi Gandahusada. 2004. Parasitologi Kedokteran. Jakarta : EGC, hlm
159-160.
2. Srisasi Gandahusada. 2006. Toxoplasma gondii. Parasitologi Kedokteran,
Edisi 3. Jakarta : Penerbit FKUI,
3. Pelloux H. May 1-4, 2004. Toxoplasmosis in the immunocompromised
host: epidemiology and diagnosis. European Society of Clinical
Microbiology and Infection Disease.
4. Michael D. Cleary, Upinder Singh, Ira J. Blader, Jeremy L. Brewer, and
John C. Boothroyd. June 1-3, 2002. Toxoplasma gondii Asexual
Development: Identification of Developmentally Regulated Genes and

Distinct Patterns of Gene Expression. Eukaryot Cell. American Society for


Microbiology , pp : 329340.
5. Michael E. Grigg, Ph.D. November 20, 2007. The Food and Water-borne
Parasite. National Institute of Alergy and Infectious Disease.
6. Eric J. Feron, Vincent N. A. Klaren, Eddy A. Wierenga, Georges M. G. M.
Verjans, and Aize Kijlstra. 2001. Investigative Ophthalmology and Visual
Science vol. 42, pp : 3228-3232.
7. Chandrasekharam N. Nagineni, Barbara Detrick, and John J. Hooks. Jan,
2000. Toxoplasma gondii Infection Induces Gene Expression and
Secretion of Interleukin-1 (IL-1), IL-6, Granulocyte-Macrophage ColonyStimulating Factor, and Intercellular Adhesion Molecule 1 by Human
Retinal Pigment Epithelial Cells. American Society for Microbiology, pp :
407410.
8. Calin Stoicov, Mark Whary, Arlin B. Rogers, Frederick S. Lee, Kristine
Klucevsek, Hanchen Li, Xun Cai, Reza Saffari, Zhongming Ge, Imtiaz A.
Khan, Crescent Combe, Andrew Luster, James G. Fox, and JeanMarie
Houghton. 2004. Co-infection Modulates Inflammatory Responses and
Clinical Outcome of Helicobacter felis and Toxoplasma gondii Infections.
The American Association of Immunologists, Inc., pp : 3330-3336.
9. Jeffrey Jonnes, Adriana Lopez, Marianna Wilson. 2003. Congenital
Toxoplasmosis. American Family Physician, pp : 2008-2015
10. Foulon W, Naessens A, Derde MP. 1994. Evaluation of the possibilities
for preventing congenital toxoplasmosis. Am J Perinatol, pp : 57-62.
11. Dubey JP. Toxoplasmosis. 1994. J Am Vet Med Assoc, pp: 75-83

Anda mungkin juga menyukai