Faktor faktor pemicu yang paling umum dalam perkembangan Diabetic Ketoacidosis
(DKA) adalah infeksi, infark miokardial, trauma, ataupun kehilangan insulin. Semua
gangguan gangguan metabolik yang ditemukan pada DKA (diabetic ketoacidosis) adalah
tergolong konsekuensi langsung atau tidak langsung dari kekurangan insulin (Gambar 1).
yang
meningkatkan
glycosuria.
Meningkatnya
lipolysis
akan
menyebabkan over-produksi asam asam lemak, yang sebagian diantaranya akan dikonversi
(dirubah) menjadi ketone, menimbulkan ketonnaemia, asidosis metablik dan ketonuria.
Glycosuria akan menyebabkan diuresis osmotik, yang menimbulkan kehilangan air
dan elektrolite-seperti sodium, potassium, kalsium, magnesium, fosfat dan klorida.
Dehidrasi, bila terjadi secara hebat, akan menimbulkan uremia pra renal dan dapat
menimbulkan shock hypofolemik. Asidodis metabolik yang hebat sebagian akan
dikompensasi oleh peningkatan derajad ventilasi (peranfasan Kussmaul). Muntah muntah
juga biasanya sering terjadi dan akan mempercepat kehilangan air dan elektrolite.
Sehingga, perkembangan DKA adalah merupakan rangkaian dari iklus interlocking
vicious yang seluruhnya harus diputuskan untuk membantu pemulihan metabolisme
karbohidrat dan lipid normal.
II. Patogenesis Sindrome Hiperglikemia Hiperosmolar Non Ketotik
Cairan : pasien penderita DKA biasanya mengalami deplesi cairan yang hebat dan
adalah penting untuk mengekspansi nilai ECF nya dengan saline untuk memulihkan
sirkulasinya.
Insulin : Insulin intravena paling umum dipergunakan. Insulin intramuskular adalah
alterantif hila pompa infusi tidak tersedia atau bila akses vena mengalami kesulitan,
penderita DKA mengalami deplesi kalium tubuh yang mungkin terjadi secara hebat.
Dalam kebanyakan kasus, terapi rehidrasi dan insulin akan mengatasi asidosis metabolik,
dan tidak acta terapi lanjutan akan diindikasikan. Namun demikian, dalam kasus kasus
yang paling parah, bila konsentrasi ion hidron Ren lebih tinggi dari 100 nmol/l, maka
kaium bikarbonat dapat diindikasikan.
atas seorang pasien penderita DKA (diabetic ketoacidosis) adalah melalui monitoring
klinis dan biokimia yang cermat.
Kepentingan skema cairan yang baik, seperti halnya dalam gangguan keseimbangan
cairan dan elektrolit yang serius, tidak boleh terlalu diandalkan. Input saline fisiologis
awal yang tinggi yakni 0.9% akan pulih kembali selama defisit cairan dan elektrolite
pasien semakin baik. Insulin intravena diberikan melalui infusi kontinu dengan
menggunakan pompa otomatis, dan suplement potasium ditambahkan kedalam regimen
cairan. Bentuk penanganan yang baik atas seorang pasien penderita DKA (diabetic
ketoacidosis) adalah melalui monitoring klinis dan biokimia yang cermat.
IV. Penatalaksaan Sindrome Hiperglikemia Hiperosmolar Non Ketotik
Pengobatan
1. Pengobatan utama adalah rehidrasi dengan mengunkan cairan
NACL bisa diberikan cairan isotonik atau hipotonik normal diguyur 1000 ml/jam
sampai keadaan cairan intravaskular dan perfusi jaringan mulai membaik, baru
diperhitungkan kekurangan dan diberikan dalam 12-48 jam. Pemberian cairan isotonil
harus mendapatkan pertimbangan untuk pasien dengan kegagalan jantung, penyakit
ginjal atau hipernatremia. Glukosa 5% diberikan pada waktu kadar glukosa dalam
sekitar 200-250 mg%.
2. Insulin
Pada saat ini para ahli menganggap bahwa pasien hipersemolar hiperglikemik non
ketotik sensitif terhadap insulin dan diketahui pula bahwa pengobatan dengan insulin
dosis rendah pada ketoasidosis diabetik sangat bermanfaat. Karena itu pelaksanaan
pengobatan dapat menggunakan skema mirip proprotokol ketoasidosis diabetik
3. Kalium
Kalium darah harus dipantau dengan baik. Bila terdapat tanda fungsi ginjal membaik,
perhitungan kekurangan kalium harus segera diberikan
4. Hindari infeksi sekunder
Hati-hati dengan suntikan, permasalahan infus set, kateter
DAFTAR PUSTAKA
Price, Sylvia Anderson. 2006. Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit. Edisi VI..
Jakarta: EGC.
Asman. 2006. .Buku ajar ilmu penyakit dalam. IV. Jakarta: balai penerbit FKUI