Anda di halaman 1dari 12

BAHAYA TOKSOPLASMA BAGI IBU DAN JANIN

August 4, 2008 — andRie Is


Pada orang sehat, parasit tokso tidak berdampak apa-apa. Lain halnya pada ibu hamil.
Jika tidak keguguran, maka janin yang lahir akan terancam cacat.Sering mendengar, kan,
ibu hamil yang keguguran atau bayinya cacat akibat terinfeksi toksoplasma. Sebenarnya,
ungkap dr. Indra Anwar, Sp.OG, infeksi tokso bisa menyerang siapa saja. Baik laki-laki
maupun perempuan bisa terkena parasit yang populer disebut Toxoplasma gondii ini.
Data statistik pun menunjukkan, hampir sepertiga penduduk dunia, baik laki-laki maupun
perempuan terinfeksi toksoplasma. Awalnya, penyakit ini ditemukan pada seekor
rodensial (hewan pengerat) di Tunisia tahun 1908. Sedangkan pada manusia baru
ditemukan di Cekoslovakia pada tahun 1923.

Diungkapkan oleh Indra, bagi orang normal dan sehat, infeksi tokso tidak menimbulkan
gangguan berarti. Kondisinya yang selalu “tidur” memungkinkan hal itu. Dokter dari RS
Bunda Jakarta ini lantas mengungkapkan, meski begitu parasit tokso memiliki sifat
oportunis. Jika daya tahan tubuh orang yang didiaminya kuat, adanya virus ini memang
tidak mengakibatkan gangguan berarti. Barulah ketika daya tahan tubuh lemah, virus
tokso akan menimbulkan bahaya. Itulah mengapa, infeksi tokso bisa muncul kapan saja.
Juga, tak ada jaminan bahwa seseorang yang sudah divonis bebas tokso, tiga bulan lagi
akan tetap bebas dari virus tersebut.

Di dalam tubuh, parasit ini akan merusak sel-sel berinti, termasuk sel telur. Pada wanita,
bisa saja sel telurnya yang sudah matang dan siap dibuahi dirusak oleh parasit
toksoplasma, sehingga kehamilan sulit terjadi. Selanjutnya, jika infeksi ini terjadi pada
ibu hamil, selain keguguran, toksoplasmosis dapat mengakibatkan cacat pada janin.
Kalaupun bayi bisa lahir dalam keadaan hidup, umumnya diiringi berbagai gangguan dan
cacat bawaan seperti hidrosefalus atau mikrosefalus, juga gangguan penglihatan.

Dampak dari infeksi tersebut ada yang bisa dilihat begitu bayi dilahirkan, ada juga yang
lama setelah lahir. Jadi, bisa saja pada saat dilahirkan bayi tampak sehat, tetapi kemudian
dalam perkembangannya muncul gejala-gejala kelainan mata seperti korioretinis
(gangguan penglihatan) dan strabismus (juling), atau hidrosefalus (penumpukan cairan
dalam rongga otak), dan kejang.

Yang jelas, sekitar 40% ibu hamil berisiko terkena infeksi toksoplasma. Semakin dini
toksoplasma menyerang, semakin besar dampak yang ditimbulkan pada janin.
Contohnya, jika ibu hamil terinfeksi parasit tokso di trimester pertama, kemungkinan
bahwa janin akan terinfeksi mencapai 17 persen. Sekitar 60 persen dari janin yang
terinfeksi tersebut mengalami toksoplasmosis berat dan 40 persennya ringan. Jika parasit
ini menyerang di trimester II, maka peluang terkena infeksi sebesar 24 persen, dimana
sekitar 30 persennya mengalami toksoplasmosis berat. Terakhir, jika parasit tokso
menyerang di trimester III, kemungkinan bayi terinfeksi 62 persen, tetapi dari jumlah
tersebut tidak ada satu pun yang menderita toksoplasmosis berat. Artinya, meskipun ibu
positif, maka janinnya belum tentu.
Bila parasit sampai menginfeksi janin, berarti proses tersebut berlangsung secara
kongenital. Dari tubuh ibu, parasit disalurkan melalui plasenta ke tubuh janin. Lalu,
Toxoplasma gondii merambah ke otak dan saraf janin tanpa ada perlawanan karena
parasit ini masuk sebelum antibodi janin mampu memusnahkannya.

LEWAT MAKANAN DAN HEWAN

PENULARAN infeksi toksoplasma, menurut Indra dibedakan ke dalam tiga macam


tahap atau cara. Pertama, lewat makanan seperti daging, buah, atau sayur yang telah
terpapar parasit tokso. Kedua, lewat transfusi darah. Ketiga, lewat transplantasi organ
tubuh.

Perlu diketahui, hewan kucing merupakan induk semang definitif dari virus toksoplasma.
Di dalam usus kucinglah parasit tokso berkembang biak. Telur-telur tokso yang
berjumlah jutaan akan keluar bersama tinja kucing. “Jumlahnya bisa mencapai 10 juta
telur sehari. Jika telur tertelan oleh kita, ia akan tumbuh dan berkembang biak, lalu
masuk ke jaringan otak, jantung, dan otot. Di sana telur akan berkembang menjadi kista.”

Di alam terbuka, telur parasit tokso dapat bertahan sampai berbulan-bulan, terutama di
tanah yang lembap. Penyebaran akan lebih parah jika kucing bebas berkeliaran masuk
rumah, termasuk untuk membuang kotorannya. Nah, tanah yang tercemari kotoran
kucing dan mengandung kista toksoplasma, nantinya dapat saja menularkan infeksi pada
makanan atau binatang lain, seperti tikus. Jika tikus itu mengacak-acak makanan dan
buah-buahan di dapur, maka makanan itu pun akan tercemar parasit ini.

Tanah juga bisa menjadi sarana penularan infeksi bagi binatang piaraan lain, seperti
kambing, sapi, dan babi. Anak-anak yang biasa bermain di tanah pun dapat terinfeksi,
bila tanah tersebut tercemar kotoran kucing yang telah terinfeksi tokso.

MATI BILA DIPANASKAN

Parasit ini memiliki daya kerja yang unik. Jika sudah masuk ke dalam tubuh binatang,
maka kistanya akan terselip di antara serat-serat daging dan ikut masuk ke dalam tubuh
manusia melalui usus. Dari usus, tokso kemudian menyebar ke seluruh tubuh, melalui
pembuluh darah dan pembuluh getah bening.

Dengan begitu, toksoplasma tidak hanya menginfeksi kucing, tetapi juga kelinci, anjing,
babi, burung, kambing, dan hewan lainnya. Bedanya, kista toksoplasma dalam daging
manusia bukan merupakan sumber penularan. Itu sebabnya manusia bisa diserang parasit
ini meski tidak semua pemakan daging terkena toksoplasmosis.

Sebagai gambaran, penelitian yang dilakukan oleh Dr. dr. Adi Priyana, Sp.PK, yang
dimuat harian Kompas, 1 Oktober 2003, juga menyimpulkan, ayam buras (ayam
kampung) di Indonesia banyak yang terpajan toksoplasma, dan jantung ayam merupakan
salah satu tempat melekatnya Toxoplasma gondii. “Namun, ibu-ibu tak perlu kelewat
khawatir, karena parasit tokso akan mati bila daging itu dimasak dengan matang di atas
67 derajat Celcius,” ungkap Indra.

PENGOBATAN YANG AMAN

JIKA calon ibu terdeteksi menderita tokso, maka dokter akan melakukan pengobatan
dengan cara memberikan obat antibiotik yang tepat, yang cocok dan aman buat ibu hamil.
“Meski ada efek sampingnya, biasanya dokter juga akan mempertimbangkan sejauh
mana manfaat dan mudarat pemberian obat itu. Jika manfaatnya lebih banyak, maka
dokter akan memberikan obat tersebut,” tutur Indra.

Sulfadiazine dan pyrimethamine yang digunakan sekaligus adalah obat tokso yang paling
umum. Namun sulfadiazine dapat mengakibatkan reaksi alergis serius jika tidak cocok.
Untuk penggantinya, dokter biasanya memberikan clindamycin. Pada beberapa orang,
clindamycin dapat mengakibatkan gangguan perut, sementara pyrimethamine dapat
mengakibatkan kurang darah. Untuk mengatasi efek pyrimethamine pada sumsum kita,
ibu dianjurkan juga menggunakan obat leucovorin atau folinic acid.

Ada obat lain yang lebih jarang digunakan, misalnya azithromycin, fansidar, dan mepron.
Konsultasikan dengan dokter jika obat-obatan yang biasa kita minum tidak berfungsi atau
malah mengakibatkan efek samping yang mengganggu.

Penting diingat, karena berbentuk parasit, virus tokso di dalam tubuh tidak bisa
dihilangkan, tetapi hanya bisa dikontrol agar tidak membahayakan. Caranya dengan
melakukan pengobatan antibiotik yang tepat. Lamanya pengobatan bisa memakan waktu
berbulan-bulan.

Selain obat-obatan, tokso juga bisa diatasi dengan menjaga sistem kekebalan tubuh. Bisa
lewat obat-obatan atau cara alamiah seperti mengonsumsi makanan bergizi, berolahraga
dan istirahat yang cukup. “Beberapa suplemen juga bisa membantu pertahanan tubuh
melawan penyakit dalam waktu yang lama. Untuk menjaga agar tubuh tetap sehat.”

DETEKSI PADA IBU DAN JANIN

SAYANGNYA, secara kasat mata sulit sekali mendeteksi apakah seseorang itu terkena
parasit tokso atau tidak, karena pada orang dewasa biasanya tidak disertai gangguan fisik
maupun psikis. Apalagi jika kondisi tubuhnya sehat dan bugar. Kalaupun muncul gejala-
gejalanya paling-paling hanya berupa demam, sakit kepala, dan mudah lelah. Walhasil,
penyakit ini sering tidak terdeteksi, sehingga kecurigaan baru muncul setelah terjadi
keguguran atau anak lahir dengan kelainan bawaan (kongenital).

Kepastian adanya parasit ini baru bisa didapat jika darah ibu diperiksa di laboratorium.
Lewat darah itu dokter akan mengetahui apakah calon ibu itu sudah memiliki antibodi
tokso atau tidak. Adanya antibodi pada tubuh merupakan indikasi ibu pernah terserang
tokso pada waktu yang lalu.
Dokter akan memeriksa kadar IgM dan IgG pada calon ibu. Pada waktu pertama kali
terinfeksi (infeksi primer), tubuh manusia akan membentuk IgM (Immunoglobulin M)
sebagai reaksi terhadap masuknya benda asing ke dalam tubuh (antigen). IgM ini secara
perlahan-lahan akan menghilang dalam waktu 1-24 bulan kemudian. Tapi ia bisa timbul
lagi bila yang bersangkutan terinfeksi kembali.

Setelah infeksi pertama, terbentuklah IgG (Immunoglobulin G) yang merupakan suatu zat
penangkis atau kekebalan tubuh. Zat ini merupakan protein dengan berat molekul besar
yang menunjukkan bahwa tubuh kita telah terbentuk kekebalan. IgG secara teoritis akan
menetap di dalam tubuh, hanya saja kadarnya dapat naik-turun sesuai kondisi kesehatan.

Seorang ibu dikatakan sudah memiliki kekebalan terhadap tokso jika darahnya
menunjukkan kadar IgG yang positif. Jika belum kebal, maka kadar IgM-nya negatif.
Artinya, ibu bisa terserang parasit toksoplasma kapan saja. Bagi ibu yang memiliki IgG
positif tapi infeksinya baru terjadi, maka dokter akan memeriksa beberapa minggu
kemudian, apakah antibodinya meningkat dan membahayakan atau tidak.

Untuk mengetahui infeksi tokso pada janin, dokter akan melakukan pemeriksaan pada
plasenta dan tulang belakang. Jika si janin telah terinfeksi dan mengalami kecacatan
maka calon ibu akan diberikan pilihan, akankah meneruskan kehamilannya atau tidak.
Setelah lahir, sama halnya dengan sang ibu, ada tidaknya infeksi tokso diketahui dari tes
darah.

TIPS AGAR TERHINDAR DARI INFEKSI TOKSO:

Ibu hamil hendaknya melakukan beberapa tindakan pencegahan agar terhindar dari
parasit tokso. Berikut tips yang diberikan Indra:

1. Cucilah tangan sebelum makan, sebab mungkin saja secara tidak sadar tangan Anda
telah menyentuh benda-benda atau barang yang mengandung parasit tokso. Cuci juga
sayuran atau buah hingga bersih sebelum dikonsumsi.

2. Jika hobi memelihara binatang peliharaan, seperti kucing atau anjing, sebaiknya
binatang peliharaan tersebut diperiksa secara rutin ke dokter hewan. Hal itu dilakukan
untuk mengetahui apakah binatang itu terjangkit parasit tokso secara aktif atau tidak.

3. Apabila kucing atau binatang piaraan tersebut berada pada masa penularan aktif
(sekitar 6 minggu), titipkan binatang piaraan tersebut pada tempat penitipan binatang
piaraan.

4. Jangan biarkan binatang peliharaan Anda memburu mangsanya sendiri di luar rumah
dan jangan pula berikan makanan daging mentah kepadanya.

5. Jangan mengadakan kontak langsung, baik dengan kandang maupun kotoran hewan
piaraan. Mintalah orang lain untuk membersihkannya. Jika terpaksa harus membersihkan
sendiri, pakailah sarung tangan, dan cucilah tangan sampai bersih. Karena parasit tersebut
sangat aktif, jangan lupa untuk membersihkan kandang setiap hari.

6. Hindarkan mengonsumsi makanan yang tidak matang atau setengah matang. Juga
jangan minum susu yang belum disterilkan.

7. Jangan sekali-kali makan daging setengah matang atau daging yang telah dibekukan
kurang dari 20 derajat Celcius selama dua hari.

8. Jangan khawatir saat hendak mengonsumsi daging yang tercemar toksoplasma


(Toxoplasma gondii). Sepanjang daging tersebut dimasak matang, maka parasit penyebab
toksoplasma itu akan mati

: Cyberwoman|0|0|8|641 > Mother And Baby

Kalau Kena Tokso saat Hamil


Mother And Baby Wed, 03 Dec 2003 11:25:00 WIB

Toksoplasmosis sering menjadi momok bagi ibu hamil, sebab bisa


menimbulkan banyak masalah pada janin. Padahal, dengan pencegahan dan
penanganan sederhana, infeksi ini bisa diatasi. Dr. Yudi, Sp.OG dari RSIA
Hermina Jatinegara, Jakarta, menjelaskannya dengan rinci.

Tokso adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa -jasad renik
bersel satu- yang disebut Toxoplasma gondii. Tokso ini biasanya
menginfeksi hewan pemakan tumbuhan, hewan pemakan daging, hewan
menyusui, hewan pemakan apa saja, dan burung. Manusia bisa terinfeksi
parasit ini melalui makanan, transfusi darah, atau tangan yang kontak dengan
sumber parasit. Misalnya pada orang yang punya hewan peliharaan. Proses
penularannya bisa melalui berbagai cara, tapi penyebabnya sama, yaitu
akibat terkontaminasi benih parasit ini dari feses hewan yang terinfeksi.

Kucing Penyebabnya?
Umumnya orang menganggap kucinglah penyebab toksoplasma. Hal ini
'agak' benar sebab umumnya kucing mengandung parasit toksoplasma.
Namun, tokso dapat juga ditularkan melalui hewan-hewan lain seperti tikus,
binatang ternak, burung, lalat, dan kecoa. Ini terjadi jika tanah yang sudah
tercemar kotoran kucing itu ditinggali hewan-hewan itu. Cara penularan lain
misalnya dengan makan daging hewan ternak yang tidak dimasak dengan
matang.

Toksoplasma yang menginfeksi wanita usia reproduksi dapat membuat ia


mengalami gangguan kekebalan tubuh, serta mempengaruhi kesuburan.
Sebabnya, parasit ini menyerang setiap sel berinti, termasuk sel telur dan sel
hasil pembuahan. Bisa saja, sel telur yang matang dan siap dibuahi, atau
setelah terjadi pembuahan, janin tidak berkembang karena diserang parasit
tokso.

Merusak Janin
Tokso berpengaruh pada janin dalam kandungan. Bahkan bisa berakibat
fatal, jika daya tahan ibu yang terinfeksi lemah. Ibu dapat menularkan
infeksi ini pada janin dan merusak janin sehingga ibu pun mengalami
keguguran. Kalau pun kehamilan bisa berlanjut terus, janin bisa cacat.

Ibu hamil yang kena infeksi tokso pada trimester pertama, kehamilannya
bisa mengalami keguguran. Bila terjadi pada trimester kedua, janin dapat
lahir namun dengan kondisi cacat, misal kepala membesar (hidrosefalus)
atau kepala mengecil (mikrosefalus). Atau, bayi mengalami kebutaan. Jika
ibu terinfeksi pada trimester ketiga, bayi akan lahir dengan kelainan seperti
sulit konsentrasi, retardasi mental, atau kejang-kejang. Janin juga bisa lahir
prematur dengan radang pada otak dan selaput otak (meningo-ensefalitis).

Bagaimana parasit tokso ini bisa menembus plasenta dan sampai ke janin,
hingga saat ini masih belum diketahui pasti. Dan sayangnya, sulit sekali
mendeteksi terjadinya penularan toksoplasma ini, apalagi jika terjadi pada
wanita yang tidak hamil, kecuali melakukan pemeriksaan laboratorium. Si
wanita tidak akan merasakan gangguan berarti secara fisik, karena gejala-
gejala terinfeksi tokso juga tidak jelas. Kadang muncul demam, sakit kepala,
badan pegal-pegal, mudah lelah, dan kurang nafsu makan. Pada ibu hamil
biasanya baru diketahui setelah melalui pemeriksaan, ternyata janin tidak
berkembang normal (blighted ovum) sehingga janin harus dikuret, atau tahu-
tahu ibu mengalami keguguran.

Tes Darah
Menurut statistik, peluang terkena infeksi toksoplasma sebenarnya rendah,
yakni 1 di antara 10.000 kehamilan. Dokter pun dapat mengetahui apakah
calon ibu terinfeksi tokso melalui tes darah. Sebagian calon ibu mungkin
sudah terinfeksi lama dan sudah kebal sebelum ia hamil. Adanya antibodi
tertentu dalam darah akan membuat dokter tahu apakah infeksi tokso itu
baru saja terjadi atau pernah terjadi di masa lampau. Jika infeksi itu baru,
dokter akan mengukur tingkat antibodi itu selama beberapa minggu untuk
mengetahui apakah antibodi itu meningkat, yang berarti infeksi tokso
bersifat membahayakan.

Dokter lalu bisa melakukan tes pada janin, dengan menganalisa cairan
amniotik (ketuban) atau darah janin. Jika janin terinfeksi, USG dapat
mendeteksi tanda-tanda penyakit itu pada otak atau liver janin dengan
meneliti plasenta dan cairan tulang belakang janin, dan pemeriksaan kepala
dengan CT scan. Setelah bayi lahir, dokter bisa mengetes darah bayi untuk
mengetahui tingkat tokso dalam tubuh bayi.

Jika diketahui sejak awal bahwa calon ibu terinfeksi tokso, dokter akan
memberi obat-obatan -biasanya antibiotik- yang dapat menghambat
berkembangnya tokso. Obat-obatan ini belum tentu aman buat janin dan
pengobatannya kadang perlu waktu beberapa bulan. Proses pengobatan akan
lebih cepat jika antibodi wanita hamil itu dalam kondisi baik, sehingga
kehamilan bisa diteruskan. Jika diketahui sejak awal, wanita hamil yang
kena tokso bisa mempertahankan kehamilan dan melahirkan bayi yang sehat.

Jangan Pelihara Hewan


Tokso bisa dicegah dengan berbagai cara. Sebaiknya, ibu tak memelihara
anjing, kucing, atau burung. Masaklah makanan sampai matang benar, dan
selalu mencuci tangan setelah memegang tanah, memegang sayuran, atau
daging mentah. Juga jangan makan sayuran mentah, serta hindari makanan
lalat dan kecoa.

Akan lebih baik lagi bila calon ibu melakukan tes kesehatan sebelum
menikah, atau sebelum memutuskan untuk hamil. Pemeriksaan kadar
antibodi tertentu dalam darah dapat menilai apakah ada infeksi toksoplasma
maupun infeksi lainnya. Jika positif terdapat infeksi ini, dokter dapat
melakukan pengobatan sampai sembuh. Sehingga saat calon ibu menikah
dan hamil, kehamilan bisa berlangsung normal dan sehat.

Sumber: Tabloid Ibu Anak

ASKEB: Infeksi yang Menyertai Kehamilan dan Persalinan (TORCH)


1. TOXOPLASMOSIS
a. Temuan klinis
Toxoplasmosis adalah penyakit infeksi yang disebsbkan oleh toxoplasma gondii.
Ibu dengan toxoplasma gondii biasanya tidak menampakan gejala walaupun 10%-20%
ibu yang terinfeksi didapatkan adanya iymphadenopathy. Infeksi dapat ditemukan pada
sindrom mononucleosislike dengan adanya kelelahan dan lesu, jarang terjadi pada
encephalitis.
BBL dengan menderita toxoplasma congenital terinfeksi saat berada di dalam uterus
secara transplacental. Choriuretinitis merupakan manifestasi klinis yang serinng muncul
apada BBL sebagai gejala toxoplasma. Berikut adalah temuan-temuan yang didapatkan
pada bayi dengan infeksi toxoplasma congenital: chorioretinitis, hydrocephalus, penyakit
kuning, hepatosplenomegali, mikrosefali, glaucoma, kejang, demam, hipotermi,
limpadenopati, mual, diare, katarak, mikroftalmia, syaraf mata atrofi, pneumonia.

b. Penularan
1) Kucing
Organisme tempat toxoplasma gondii hidup adalah kucing. Sekitar ½ dari beberapa
kucing yang diuji mempunyai antibody toxoplasma. Ini berarti bahwa kucing tersebut
terinfeksi karena memakan hewan pengerat dan burung pemakan daging yang terinfeksi.
Satu minggu setelah terinfeksi, kucing mengeluarkan oocyst yang terdapat pada fesesnya.
Pengeluaran oocyst terus menerus sampai sekitar 2 minggu sebelum kucing itu sembuh
atau pulih kembali. Hewan ini mudah terinfeksi lagi dan dapat mengeluarkan oocyst
ketika terinfeksi oleh organisme lain.
Feses kucing sudah sangat infeksius. Oocyst dalam feses menyebar melalui udara dan
ketika dihirup akan dapat menyebabkan infeksi. Sporulasi organisme ini terjadi setelah 1-
5 hari dalam kotoran dan dapat dicegah dengan pembuangan sampat setiap hari. Jika
oocyst terkandung dalam tanah sisa-sisa partikel berada di atasnya dan akan terbawa arus
air hujan. Sisa oocyst dapat bertahan hidup sampai lebih dari 1 tahun tetapi tidak aktif
dalam keadaan beku, kekeringan, panas C atau terkontak dengan ammonia, biodin atau
formalin.lebih dari 50
2) Daging
Wabah “christiaan barand” adalah contoh penularan toxoplasma melalui daging.
Konsumsi daging yang terinfeksi adalah penyebab utama toxoplasma di Eropa, dimana
dibatasinya penggunaan lemari pendingin dan biasanya daging tidak dibekukan.
Seharusnya daging dimasak pada suhu yang tinggi untuk mecegah terjadinya penularan
toxoplasma

c. Diagnosis
1) Ibu
Diagnosa klinis toxoplasma akut tidak dapat dipercaya apabila tidak ditemukan tanda
yang spesifik berkaitan dengan infeksi. Namun demikian toxoplasma akut harus
dipertimbangkan pada setiap wanita hamil dengan limfa denopati, utamanya meliputi
rahim posterior, dan atau gejala mononucleosisslike.
Diagnosa utama infeksi toxoplasma selama kehamilan adalah meliputi salah satu dari hal
berikut:
• Menunjukan hasil yang positif pada uji yang dilakukan
• Terjadi peningkatan antibody yang diperoleh dari serum ibu pada dua kali pemeriksaan
yang berbeda, atau
• Terdeteksi antibody IgM toxoplasma
Pada usia remaja dengan infeksi primer jarang terjadi perkembangan antibody IgG dan
IgM. Antibody IgG spesifik toxoplasma berkembang dalam waktu 2 minggu setelah
terinfeksi dan berlangsung selamanya. Perkembangan antibody IgM spesifi toxsoplasm
terjadi dalam 10 hari setelah terinfeksi dan meningkat 6 bulan sampai > 7 tahun.
The enzyme linked immunosorbent assay (Uji Elisa) asay test untuk melihat tingginya
perkembangan antibody IgM dapat bertahan sampai beberapa tahun. UJI IVA (Indairec
immaunofluorescence Antibody Test untuk IgM toxoplasma spesifik biasanya
menunjukan kadar yang tinggi pada 6 bulan setelah terinfeksi, berikutnya titer akan
menurun. Uji IVA lebih bermanfaat dari uji Elisa dalam membedakan infeksi adanya
primer pada wanita hamil.
2) Anak
Gejala klinis pada bayi baru lahir akan dapat ditemukan seperti pada temuan diatas.
Gejala klinik yang paling banyak ditemukan adalah chorioretinitis, penyakit kuning,
demam, dan hepatosplenomegali. Adanya IgM toxoplasma spesifik pada bayi baru lahir
memperjelas diagnosa infeksi congenital. Adanya kista toxoplasma gondii pada
pemerikaan histology plasenta juga mendukung kuat diagnosa infeksi pada bayi.
3) Diagnosa prenatal
Mendiagnosa toxoplasma pada kehamilan dipercaya dengan cairan amnion atau darah
janin yang dapat didiagnosa dengan amniosentesis atau cordosentesis.
IgM spesifik toxoplasma jika didapatkan pada darah janin dari cordosentesis dapat pula
digunakan untuk mendiagnosa infeksi janin namun sayangnya antibody IgM janin sedikit
berekembang sampai umur kehamilan 21 sampai 24 minggu.

d. Penatalaksanaan dan pencegahan


1) Ibu
Prognosa pada infeksi yang akut baik, kecuali pada keadaan imonosekresi yang amat
besar. Wanta hamil dengan infeksi akut dapat dirawat dengan kombinasi pyrimethamine,
asam folimik dan sulfonamide. Dosis standar pyrimethamine adalah 25 mg/hari/oral dan 1
gr sulfadiazine peroral 4 X/hari selam 1 tahun. Pyrimethamine adalah musuh dari asam
folik dan oleh karena itu mungkinmemberikan efek teratogenik jika diberikan pada
trimester I. Asam folimik diberikan dengan dosis 6 mg secara IM atau per oral setiap pada
hari yang berbeda untuk mengetahui apakah benar habisnya asam folat disebsbkan oleh
Pyrimethamine.
Spiramycin adalah ejen lainyang digunakan pada pengobatan toxoplasma akut dan dapat
diperoleh pada pusat pengontrolan penyakit di USA, ini biasa digunakan di Eropa dan
karenanya tidak ada pengawasan yang baik terhadap kemanjuran obat ini
2) Janin
Adanya gejala infeksi pada bayi lahir harus ditangani dengan pemberian pyrimethamine
dengan dosis 1 mg/kg/hr/oral selam 34 hari, dilanjutkan dosis 0,5 mg/kg/hr selam 21-30
hari dan sulfadiazine dengan dosis 20 mg/kg per oral selam 1 tahun. Pada saat menginjak
remaja diberikan asam folimik 2-6 mg secara IM atau oral 3 X seminggu walaupun pada
saat bayi dia mendapatkan pyrimethamine. Infeksi congenital pada bayi baru lahir bukan
merupakan infeksius, oleh karena itu tidak perlu diisolasi. Bayi baru lahir yang tiak
menunjukan infeksi dan positif antibody IgG toxoplasma spesifiknya mungkin didapatkan
dari ibunya secara transplasetal. Pada bayi yang Tidak ditemukannya temuan yang lain
yang mencurigakan terjadinya infeksi congenital., harus dipantau, apabila tidak terinfeksi
harus menunjukan adanya penurunan titer antibody IgG terhadap toxoplasma.

2. RUBELLA
Rubella dapat meningkatkan angka kematian perinatal dan sering menyebabkan cacat
bawaan pada janin. Sering dijumpai apabila infeksi dijumpai pada kehamilan trimester I
(30-50%). Anggota tubuh anak yang bisa menderita karena rubella:
a. Mata (katarak, glaucoma, mikroftalmia)
b. Jantung (Duktus arteriosus persisten, stenosis pulmonalis, septum terbuka)
c. Alat pendengaran (tuli)
d. Susunan syaraf pusat (meningoensefalitis, kebodohan)
Dapat pula terjadi hambatan pertumbuhan intra uterin, kelainan hematologik (termasuk
trombositopenia dan anemia), hepatosplenomegalia dan ikterus, pneumonitis interstisialis
kronika difusa, dan kelainan kromosom. Selain itu bayi dengan rubella bawaan selama
beberapa bulan merupakan sumber ibfeksi bagi anak-anak dan orang dewasa lain.

Diagnosis
Diagnosis rubella tidak selalu mudah karena gejala-gejala kliniknya hampir sama dengan
penyakit lain, kadang tidak jelas atau tidak ada sama sekali. Virus pada rubella sering
mencapai dan merusak embrio dan fetus. Diagnosis pasti dapat dibuat dengan isolasi
virus atau dengan dotemukannya kenaikan titer anti rubella dalam serum.
Nilai titer antibody
• Imunitas 1:10 atau lebih
• Imunitas rendah < 1:10
1:64• Indikasi adanya infeksi saat ini

Apabila wanita hamil dalam trimester I menderita viremia, maka abortus buatan perlu
dipertimbangkan. Setelah trimester I, kemungkinan cacat bawaan menjadi kurang yaitu
6,8% dalam trimester II dan 5,3% dalam trimester III.
Tanda dan Gejala klinis:
• Demam-ringan
• Merasa mengantuk
• Sakit tenggorok
• Kemerahan sampai merah terang atau pucat, menyebar secara cepat dari wajah ke
seluruh tubuh, kemudian menghilang secara cepat
• Kelenjar leher membengkak
• Durasi 3-5 hari
Hingga kini tidak ada obat-obatna yang dapat mencegah viremia pada orang yang tidak
kebal.. manfaat gamaglobulin dap\lam hal ini masih diragukan, yang lebih manjur ialah
vaksin rubella. Akan tetapi, vaksinasi ini sering menimbulkan artralgia atau arthritis, dan
pula vaksinasi yang dilakukan tidak lama sebelum terjadinya kehamilan atau dalam
kehamilan dapat menyebabkan infeksi janin. Karena itu, lebih baik vaksinasi diberikan
sebelum perkawinan. Pemberian vaksin pada wanita selam kunjungan prekonsepsi
dianjurkan untuk uji serologi varicella apabila klien selama masa kanak-kanaknya tidak
mempunyai riwayat infeksi, kontraindikasi pada kehamilan adalah menghindari konsepsi
selama 3 bulan setelah vaksinasi.
3. CMV (CITOMEGALO VIRUS)
Infeksi primer CMV dapat terjadi dengan frekuensi 1-2%. Infeksi congenital
kekerapannya adalah 1-2% dari kehamilan. Walaupun jarang, 10-15% anak yang
mwngalami infeksi congenital akan mengalami cacat bawaan. Bila infeksi terjadi pada
trimester I atau awal trimester kedua dapat timbul keadaan hydrocephalus, mikrocephalus,
mikroftalmia, hernia, gangguan pendengaran, retardasi mental dan mungkin ditemukan
kalsifikasi serebral. Bila infeksi terjadi pada bulan-bulan terakhir kehamilan dapat
dijumpai hepatosplenomegali, trombositopeni, purpura, korioretinitis, dan pneumonitis.
Selain melalui plasenta, infeksi dapat sampai ke BBL melalui kontak virus dari serrvik,
ASI, faring, dan urin ibu yang melahirkannya. Transfusi darah juga dapat menularkan
infeksi CMV. Infeksi yang terjadi setelah lahir ini akan menampilkan gejala pneumonia,
hepatosplenomegali dan sepsis yang tarjadi pada bulan pertama kehidupannya.
Diagnosis pada ibu ditegaskan melalui pemeriksaan serologik (biasanya dengan cara
ELISA), karena klinis tidak menunjukkan gejala yang khas. Virus biasanya dapat
diisolasi dalam pembiakan jaringan. Hingga kini tidak dikenal pengobatan yang manjur
bagi penyakit ini bagi ibu maupun neonatus. Kesulitan lain ialah bahwa infeksi CMV
pada ibu biasanya tidak menimbulkan gejala dan sering tidak diketahui. Bila diketahui
terdapat gejala infeksi, maka dapat diberi pengobatan simptomatik dan istirahat. Ibu
dengan status imunitas yang rendah dan infeksi yang berat perlu diberi obat antivirus.

4. HERPES
Infeksi herpes virus hominis pada orang dewasa biasanya ringan. Walaupun demikian,
penyakit ini dapat menyebabkan kematian janin dan bayi. Pada bayi dapat dijumpai
gelembung-gelembung pada kulit di seluruh badan, atau pada konjungtiva dan selaput
lendir mulut. Kematian bayi dapat pula disebabkan oleh ensefalitis herpes virus.
Virus tipe II dapat menyebabkan herpes genitalis dengan gelembung-gelembung berisi
cairan di vulva, vagina, dan servik, yang dikenal juga dengan nama herpes simpleks.
Penularan kepada anak dapat terjadi melalui:
a. Hematigen melalui plasenta
b. Akibat penjalaran ke atas dari vagina ke janin apabila ketuban pecah
c. Melalui kontak langsung pada waktu bayi lahir
Diagnosis tidak sulit yaitu apabila terdapat gelambung-gelambung di daerah alat kelamin,
ditemukannya benda-benda inklusi intranuklear yang khas di dalam sel-sel epitel vulva,
vagina atau servik setelah dipulas menurut papanicolau, memberi kepastian dalam
diagnosis.

Herpes genitalis merupakan infeksi virus yang senantiasa bersifat kronik, recurrent, dan
dapat dikatakan sulit diobati. Sampai saat ini hanya satu cara pengobatan herpese yang
cukup efektif, yaitu antivirus yang disebut acyclovir. Obat-obat analgetik dipakai untuk
mengurangi rasa nyeri di daerah vulva. Acyclovir dalam kehamilan tidak dianjurkan,
kecuali bila infeksi yang terjadi merupakan keadaan yang mengancam kematian ibu,
seperti adanya ensefalitis, pneumonitis, dan atau hepatitis, dimana acyclovir dapat
diberikan secara IV. SC dianjurkan pada wanita yang pada saat kelahiran menunjukkan
gejala-gejala akut pada genetalia, untuk menghindari penularan akibat kontak langsung.
Karena bila dengan persalinan pervaginam 50% bayi akan mengalami infeksi. Pada pasca
persalinan, ibu yang menderita herpes aktif harus diisolasi. Bayinya dapat diberikan
untuk menyusui bila ibu telah cuci tangan mengganti baju yang bersih.

Anda mungkin juga menyukai