PENDAHULUAN
Wabah plague disebabkan oleh bakteri yang disebut Yersinia pestis. Bakteri
ini dibawa oleh kutu, sedangkan kutu hidup pada tikus. Kutu menyebarkan
penyakit ketika mengisap darah tikus atau manusia. Plague merupakan penyakit
yang disebabkan oleh enterobakteria Yersinia pestis (dinamai dari bakteriolog
Perancis A.J.E. Yersin). Penyakit plague dibawa oleh hewan pengerat
(terutama tikus). Wabah penyakit ini banyak terjadi dalam sejarah, dan telah
menimbulkan korban jiwa yang besar. Wabah pes masih dapat ditemui di
beberapa belahan dunia hingga kini. Tetapi bakteri wabah pes belum terbasmi
tuntas. Wabah pes dikenal dengan black death karena menyebabkan tiga jenis
wabah, yaitu bubonik, pneumonik dan septikemik. Ketiganya menyerang system
limfe tubuh, menyebabkan pembesaran kelenjar, panas tinggi, sakit kepala,
muntah dan nyeri pada persendian. Wabah pneumonik juga menyebabkan batuk
lendir berdarah, wabah septikemik menyebabkan warna kulit berubah menjadi
merah lembayung. Dalam semua kasus, kematian datang dengan cepat dan tingkat
kematian bervariasi dari 30-75% bagi bubonik, 90-95% bagi pneumonik dan
100% bagi septikemik. Akan tetapi, dengan pengobatan yang tepat, penyakit pes
dapat disembuhkan, karena berhasil diobati dengan sukses menggunakan
antibiotika.
Penyakit pes merupakan salah satu penyakit menular yang termasuk dalam
UU nomor 4 tahun 1984 tentang penyakit menular/ wabah, Peraturan Menteri
Kesehatan RI nomor 560/Menkes/Per/VIII/1989 tentang jenis penyakit tertentu
yang dapat menimbulkan wabah, tata cara penyampaian laporannya dan tata cara
seperlunya tentang pedoman penyelidikan epidemiologi dan penanggulangan
Kejadian Luar Biasa serta International Classification of Disease ( ICD ).
1
1.2 Rumusan Masalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Penyakit PES adalah penyakit infeksi pada manusia dan hewan yang
disebabkan oleh bakteri Yersinia pestis. Pes disebut juga penyakit sampar,plague,
atau black death. Penyakit ini ditularkan dari hewan pengerat (terutama tikus)
hewan pengerat biasanya tikus dan dapat ditularkan kepada manusia melalui
perantara kutu.
2.2 Etiologi
Basil pes ini dapat dibunuh oleh sinar matahari, larutan karbol 1% sublimate
1% dan susu kapur dapat membunuh basil ini dalam beberapa menit, bila di atas
Basil ini ditemukan oleh Kitasato dan Yersin di Hongkong pada tahun 1894.
Setelah hasil itu (basil) diberi warna menurut Loefler terlihat, bahwa pewarnan
pada kedua ujungnya adalah lebih tebal, dan basil itu disebut berkutub dua atau
bipolar.
Vector dari penyakit pes ini adalah pinjal. Ada 4 jenis pinjal di Indonesia
cognatus.
3
2.3 Klasifikasi
1) Bubonic plague: Masa inkubasi 2-7 hari. Gejalanya kelenjar getah bening
yang dekat dengan tempat gigitan binatang atau kutu yang terinfeksi akan
atau adenoid (amandel), limpa dan thymus. Bubonic plague jarang menular
pembekuan darah pada saluran darah, tekanan darah rendah, mual, muntah,
organ tubuh tidak bekerja dengan baik. Tidak terdapat benjolan pada
plague dapat juga disebabkan Bubonic plague dan Pneumonic plague yang
paru-paru), napas pendek, sesak napas, batuk, sakit pada dada. Ini adalah
sekunder akibat Bubonic plague dan Septicemic plague yang tidak diobati
dengan benar.
4
2.4 Gejala Klinis
Klasifikasinya:
Pes tipe ini paling sering ditemui (75% dari semua kasus pes). Demam
merupakan gejala awal, suhu dapat mencapai 41oC, disertai gejala lain seperti
nyeri otot, nyeri sendi, nyeri kepala, dan lemas. Segera setelah gejala awal
Gejala khas pada tipe ini adalah adanya pembesaran kelenjar getah bening
(diameter 2-10 cm) yang bengkak dan merah. Kelenjar getah bening yang paling
sering terkena adalah kelenjar di selangkangan karena gigitan kutu lebih sering
terjadi di kaki. Pada anak, dapat ditemui pembesaran kelenjar getah bening di
ketiak atau leher. Daerah pembengkakan berwarna merah, tegang, dan teraba
hangat.
Seiring waktu, pembesaran getah bening ini bisa berisi nanah yang
mengandung bakteri Y. pestis, nanah ini dapat mengalir ke luar secara spontan. Di
sekitar pembengkakan terkadang dapat ditemui bekas gigitan kutu berupa tonjolan
merah, luka dalam, atau seperti bisul yang disertai jaringan mati berwarna
seluruh tubuh, sehingga jika penderita tidak diobati dengan baik dapat terjadi
5
komplikasi lanjut. Komplikasi ini dapat berupa perdarahan di saluran napas,
kesadaran sampai koma, kejang, kegagalan aliran darah dan kegagalan organ
sampai kematian.
Pes bubonik yang sampai ke otak dan menyebabkan radang selaput otak
disebut pes meningitis, dengan gejala sakit kepala, kejang, kaku leher, dan koma.
Pes tipe bubonik umumnya menyebabkan gejala berat, namun terdapat juga pes
Bakteri pada saluran getah bening dapat sampai ke aliran darah dan
kelenjar getah bening. Gejala timbul dalam waktu sangat singkat, berupa demam,
pucat, lemah, bingung, penurunan kesadaran hingga koma. Racun yang dihasilkan
perdarahan kulit yang tampak seperti bintik-bintik merah keunguan, batuk darah,
buang air besar disertai darah, serta muntah darah. Jika tidak diobati, pes tipe ini
fatal. Penderita dapat meninggal dunia pada hari pertama sampai ketiga setelah
timbulnya demam.
6
3) Pes tipe paru – paru (pneumonik)
Pada pes tipe ini, bakteri terutama menginfeksi paru. Infeksi pada paru dapat
terjadi secara primer akibat penularan dari udara atau titik-titik air liur (droplet)
penderita lainatau secara sekunder dari penyebaran bakteri melalui aliran darah
pada tipe bubonik. Gejala tipe ini adalah kelemahan, nyeri kepala, demam, batuk
dan sesak napas. Batuk umumnya berdahak cair dan disertai darah. Sejak awal
dapat terjadi penurunan kesadaran dan penderita dapat meninggal pada hari
keempat sampai kelima setelah gejala pertama timbul jika tidak diobati.
2.5 Patofisiologi
Pes adalah infeksi dari sistem limfatik, biasanya dihasilkan dari gigitan kutu
yang terinfeksi, Xenopsylla cheopis (kutu tikus). Para kutu sering ditemukan pada
hewan pengerat seperti tikus, dan mencari mangsa binatang pengerat lainnya
ketika tuan mereka mati. Bakteri membentuk agregat dalam usus dari kutu yang
terinfeksi dan hasil ini di loak muntah darah tertelan, yang sekarang terinfeksi ke
situs gigitan hewan pengerat atau host manusia. Setelah didirikan, bakteri cepat
menyebar ke kelenjar limfe dan berkembang biak. Y.pestis basil bisa menahan
septikemia dalam beberapa kasus. Wabah ini juga diketahui menyebar ke paru-
paru dan menjadi penyakit yang dikenal sebagai wabah pneumonia. Bentuk
penyakit ini sangat menular karena bakteri dapat ditularkan dalam tetesan
7
dikeluarkan saat batuk atau bersin, serta kontak fisik dengan korban wabah tikus
Vektor pes adalah pinjal, di Indonesia saat ini ada 4 jenis pinjal yaitu:
Reservoir utama dari penyakit pes adalah hewan-hewan rodent (tikus, kelinci).
Secara alamiah penyakit pes dapat bertahan atau terpelihara pada rodent.
hewan lain atau manusia, apabila ada pinjal yang menghisap darah tikus yang
hewan tikus lain atau manusia dengan cara yang sama yaitu melalui gigitan. Pada
penularan pes melalui gigitan pinjal akan mengakibatkan pes bubo. Pes bubo
organisme yang termakan akan berkembang biak dalam usus pinjal itu dan
makanan yang dapat lewat. Karena itu, pinjal lapar dan ususnya tersumbat
sehingga akan menggigit dengan ganas dan darah yang dihisapnya terkontaminasi
Y. pestis dari pinjal, darah itu dimuntahkan dalam luka gigitan. Organisme yang
diinokulasi dapat difagositosis, tetapi bakteri ini dapat berkembang biak secara
intra sel atau ekstra sel. Y. pestis dengan cepat mencapai saluran getah bening,
dan terjadi radang haemorrogic yang hebat dan kelenjar-kelenjar getah bening
berhenti di situY. pestis sering mencapai ke aliran darah dan tersebar luas.
8
Pinjal merupakan salah satu parasit yang paling sering ditemui pada hewan
kesayangan baik anjing maupun kucing. Meskipun ukurannya yang kecil dan
kesehatan hewan yang serius, namun perlu diperhatikan bahwa dalam jumlah
besar kutu dapat mengakibatkan kerusakan kulit yang parah bahkan menjadi
Pinjal yang biasa dikenal kutu loncat atau fleas ada 2 jenis, yaitu kutu loncat pada
anjing dan kucing, namun di lapangan lebih sering ditemukan kutu loncat kucing
yang juga dapat berpindah dan berkembang biak pada anjing.Y. pestis awalnya
menginfeksi dan menyebar ke hewan pengerat rumah (misalnya tikus) dan hewan
lain (misalnya kucing), dan manusia dapat terinfeksi karena gigitan pinjal atau
dengan kontak. Vektor pes yang paling lazim adalah pinjal tikus (Xenopsylla
9
Web Of Caution
Bakteri atau
kuman Yersinia
Pestis
Tikus, kelinci,
kucing, anjing
yang menderita
PES
Digigit oleh kutu
Droplet penderita (Xenopsylla Penanganan
PES cheopis,Culex bangkai hewan
iritans, Neopsylla penderita PES
sondaica,dan
Masuk melalui Stivalus cognatus).
saluran pernafasan Manusia
Paru-paru
Terjadi proses
Kuman masuk
inflamasi pada
kedalam tubuh
paru
manusia
Peningkatan
produksi sekret
Gumpalan
darah kecil-
Nyeri Hipertermi Intoleransi kecil diseluruh
aktifitas tubuh
Kelemahan
10
2.6 Cara Penularan
2) Titer antibody.
2.8 Penatalaksanaan
11
diturunkan menjadi 2 gram/hari selama 5 hari berturut-turut atau
(serumah) dengan penderita pes bubo dan Seluruh penduduk desa jika
a) Pengkajian
1. Data demografi
Penyakit plague/PES/sampar terjadi pada semua orang baik laki-laki
maupun perempuan, terutama pada mereka yang tinggal di pelabuhan
dan kota pusat perdagangan.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Klien mengeluh demam tinggi, menggigil, lemah, sesak napas, kram
otot, kejang, dan terjadi pembengkakan serta nyeri.
b. Riwayat penyakit dahulu
Klien yang terkena penyakit pes tidak pernah menderita penyakit ini
sebelumnya.
c. Riwayat penyakit sekarang
Pada awalnya klien mengalami demam tinggi, menggigil, lemah, sesak
napas, kram otot, kejang, dan terjadi pembengkakan pada lipatan paha;
ketiak; leher; terutama pada bagian yang terkena gigitan.
d. Riwayat penyakit keluarga
Penyakit ini tidak ada hubungannya dengan penyakit keturunan.
Namun jika salah satu anggota keluarga terkena gigitan hewan yang
mengandung virus pes kemudian hewan tersebut menggigit anggota
12
keluarga lainnya, maka anggota keluarga tersebut akan terkena
penyakit pes.
3. Pola Fungsi Kesehatan
a. Persepsi kesehatan/penanganan kesehatan
Klien MRS dengan keluhan yang disebutkan namun klien tidak
mengobati penyakit tersebut karena klien tidak tahu pengobatan awal
untuk menangani penyakitnya.
b. Nutrisi atau Metabolik
Klien merasa mual bahkan muntah setelah terkena gigitan hewan yang
mengandung virus tersebut, namun klien tidak mengalami kesulitan
menelan saat diberi asupan nutrisi.
c. Eliminasi
1) BAK : proses eliminasi klien tidak terganggu, klien masih bisa
berkemih secara normal dengan jumlah pengeluaran urin
1cc/kgBB/jam.
2) BAB : jumlah, warna, konsistensi feses sesuai dengan nutrisi yang
masuk ke dalam tubuh.
d. Aktivitas atau Latihan
Klien tidak mengalami gangguan aktivitas fisik, namun tidak menutup
kemungkinan klien mengalami gangguan mobilitas fisik akibat nyeri
pada persendian, ketiak, lipatan paha, leher, terutama daerah yang
terkena gigitan.
e. Tidur atau Istirahat
Klien dengan pes mengalami gangguan pola tidur
f. Kognitif atau Perseptual
Klien tidak mengalami gangguan pendengaran, penglihatan, perabaan,
penciuman, maupun pengecapan. Namun klien akan merasa bahwa
bagian tubuhnya akan mengalami kecacatan karena kehilangan
fungsinya sebagai akibat gigitan dari hewan virus pes. Klien dengan
pes juga mengalami kejang.
13
g. Peran atau Hubungan
Klien dengan pes memiliki hubungan yang baik dengan sesama,
h. Koping Stres
Klien merasa sedikit cemas atas penyakit yang dideritanya .
i. Nilai atau Kepercayaan
Klien pes meyakini bahwa dokter yang dapat menyembuhkan
penyakitnya, klien tidak menggunakan pengobatan tradisional untuk
mengobati penyakitnya.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Umum
1) Tekanan darahdalam rentang normal sistole:100-140 mmHg,
Diastole : 70-90
2) Suhu meningkat ≥ 37°C
3) Nadi ≥ 100x/menit
4) Pernapasan : ≥19 x/mnt
b. Kepala
1) Rambut : warna, kebersihan, kelenturan
2) Mata : simeteris , sclera tidak ikterus, konjungtiva tidak anemis
dan tidak terjadi peradangan.
3) Hidung : kebersihan hidung, tidak terdapat polip, tidak terdapat
nyeri tekan pada sinus, tidak terjadi perdarahan, tidak terdapat
lendir.
4) Telinga : simetris , kebersihan, tidak terdapat terdapat serumen ,
tidak terjadi perdarahan, tidak terjadi penurunan pendengaran.
5) Mulut : tidak ada bau mulut, kebersihan lidah, tidak terdapat
stomatitis, kebersihan gigi, tidak terdapat gigi berlubang.
6) Leher : terjadi pembengkakan kelenjar getah bening,tidak terjadi
pembesaran vena jugularis, tidak terjadi pembesaran kelenjar limfe
, tidak terjadi pembesaran kelenjar tiroid .
14
7) Dada
1. Paru : adanya sesak nafas, suara nafas pendek , pneumonia dan
suara ronchi
2. Jantung : s1 dan s2 tunggal
3. Ketiak : terjadi pembesaran kelenjar getah bening
8) Abdomen
kebersihan, bentuk, bising usus, tidak terjadi pembesaran hepar,
tidak terdapat nyeri tekan.
9) Ekstermitas
1) Atas : nyeri pada lokasi yang sakit.
2) Bawah : kram pada kaki
5. Terapi
a. Streptomisin
Dewasa : 30 mg/kgBB/hari, 2-4 x sehari melalui IM.
Anak‐anak : 20-30 mg/kgBB/hari melalui IM.
b. Tetrasiklin diberikan pada hari ke 4 selama 10-14 hari, dosis loading
15 mg/kgBB/hari dalam 4 kali pemberian sampai hari pengobatan ke
10-14.
c. Kloramfenikol 50-75 mg/kgBB/hari, 4 kali pemberian selama 10 hari
melalui IV.
d. Sulfadiazin 12 g/hari selama 4-7 hari, dosis awal 4 g dilanjutkan 2 g
tiap jam sampai tercapai suhu badan normal, diteruskan 500 mg tiap 4
jam sampai hari ke 7-10.
b) Diagnosa Keperawatan
bening.
15
3. Nyeri berhubungan dengan proses peradangan pada kelenjar getah
bening.
16
C.Perencanaan
Dx.
No Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
1 Bersihan jalan Setelah dilakukan 1. Beri posisi semi 1. Untuk
nafas tidak asuhan fowler mempertahankan
efektif b/ d keperawatan 2. Ajarkan cara jalan nafas.
penumpukan selama 1x24 jam, batuk efektif. 2. Untuk
secret dan diharapkan jalan 3. Gunakan alat mengeluarkan
hipoventilasi. nafas klien efektif bantu suction dahak atau secret.
Dengan kriteria jika perlu. 3. Untuk
hasil: 4. Kolaborasi mengeluarkan
1. Tidak terdapat dengantim secret jika tidak
ronchi. medis lain bisa dengan cara
2. Tidak terdapat dalam batuk efektif.
penumpukan pemberian obat 4. Obat
secret. bronkodilator. bronkodilator
3. RR dalam batas untuk
normal (16- mengencerkan
18x/menit) secret.
5.
2. Hipertermi b/d Setelah dilakukan . Observasi tanda Untuk mengetahui
asuhan tanda vital keadaan umum
proses
keperawatan 2. Beri Kompres pasien
peradangan pada
selama 1x24 jam, hangat. 2.menurunkan suhu
kelenjar getah diharapkan suhu 2.Kolaborasi tubuhsecara
tubuh pasien dengan tim medis bertahap
bening.
menurun. Dengan lain untuk terapi 3.Antipiretik
kriteria hasil: obat antipiretik menurunkan suhu
1.Suhu tubuh tubuh
dalam batas
17
normal ( 36,5 –
37,2°c)
2.Pasien tidak
menggigil.
18
pembengkakan mampu melakukan atau dekubitus.
kelenjar getah melakukan mobilisasi di
bening pada mobilisasi. tempat tidur.
paha Dengan kriteria
hasil:
1. Pasien mampu
bergerak tanpa
rasa kesakitan.
19
i mempermudah
1. Jika kesulitan intake makanan
dalam menelan
t dan minuman
pasang NGT
e sesuai hasil yang
dan imbangi
r maksimal dan
dengan cairan
c tepat sesuai
infuse u kebutuhan.
k
u
p
i
c) Implementasi
20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penyakit PES adalah penyakit infeksi pada manusia dan hewan yang
disebabkan oleh bakteri Yersinia pestis. Pes disebut juga penyakit sampar,plague,
atau black death. Penyakit ini ditularkan dari hewan pengerat (terutama tikus)
1. Bubonic plague
2. Septicemic plague
3. Pneumonic plague
Konsep asuhan keperawatan pada klien dengan PES pada prinsipnya sama
Diagnosa keperawatan yang muncul pada klien dengan PES antara lain
2. Hipertermi 5Nyeri
3. Intoleransi Aktivitas
3.2 Saran
memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan PES dan dapat mencegah
21
22