Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Wabah plague disebabkan oleh bakteri yang disebut Yersinia pestis. Bakteri
ini dibawa oleh kutu, sedangkan kutu hidup pada tikus. Kutu menyebarkan
penyakit ketika mengisap darah tikus atau manusia. Plague merupakan penyakit
yang disebabkan oleh enterobakteria Yersinia pestis (dinamai dari bakteriolog
Perancis A.J.E. Yersin). Penyakit plague dibawa oleh hewan pengerat
(terutama tikus). Wabah penyakit ini banyak terjadi dalam sejarah, dan telah
menimbulkan korban jiwa yang besar. Wabah pes masih dapat ditemui di
beberapa belahan dunia hingga kini. Tetapi bakteri wabah pes belum terbasmi
tuntas. Wabah pes dikenal dengan black death karena menyebabkan tiga jenis
wabah, yaitu bubonik, pneumonik dan septikemik. Ketiganya menyerang system
limfe tubuh, menyebabkan pembesaran kelenjar, panas tinggi, sakit kepala,
muntah dan nyeri pada persendian. Wabah pneumonik juga menyebabkan batuk
lendir berdarah, wabah septikemik menyebabkan warna kulit berubah menjadi
merah lembayung. Dalam semua kasus, kematian datang dengan cepat dan tingkat
kematian bervariasi dari 30-75% bagi bubonik, 90-95% bagi pneumonik dan
100% bagi septikemik. Akan tetapi, dengan pengobatan yang tepat, penyakit pes
dapat disembuhkan, karena berhasil diobati dengan sukses menggunakan
antibiotika.

Penyakit pes merupakan salah satu penyakit menular yang termasuk dalam
UU nomor 4 tahun 1984 tentang penyakit menular/ wabah, Peraturan Menteri
Kesehatan RI nomor 560/Menkes/Per/VIII/1989 tentang jenis penyakit tertentu
yang dapat menimbulkan wabah, tata cara penyampaian laporannya dan tata cara
seperlunya tentang pedoman penyelidikan epidemiologi dan penanggulangan
Kejadian Luar Biasa serta International Classification of Disease ( ICD ).

1
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang makalah ini, maka penulis menyimpulkan beberapa


rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apa definisi penyakit PES ?


2. Bagaimana etiologi penyakit PES ?
3. Apa saja klasifikasi penyakit PES ?
4. Bagaimana patofisiologi dari penyakit PES ?
5. Bagaimana cara penularan penyakit PES ?
6. Apa saja pemeriksaan diagnostik pada klien dengan penyakit PES?
7. Bagaimana pemeriksaan penunjang penyakit PES ?
8. Bagaimana penatalaksanaan pasien dengan PES ?
9. Bagaimana konsep dasar asuhan keperawatan pada pasien penyakit PES?
1.3 Tujuan

1. Mengetahui definisi dari penyakit PES


2. Mengetahui etiologi penyakit PES
3. Mengetahui klasifikasi penyakit PES
4. Mengetahui patofisiologi penyakit PES
5. Mengetahui cara penularan penyakit PES
6. Mengetahui pemeriksaan diagnostic pada klien dengan penyakit PES
7. Mengetahui pemeriksaan penunjang penyakit PES
8. Mengetahui penatalaksanaan pasien dengan penyakit PES
9. Mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan pada klien dengan penyakit PES

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Penyakit PES adalah penyakit infeksi pada manusia dan hewan yang

disebabkan oleh bakteri Yersinia pestis. Pes disebut juga penyakit sampar,plague,

atau black death. Penyakit ini ditularkan dari hewan pengerat (terutama tikus)

melalui perantara kutu (flea).Penyakit PES merupakan penyakit zoonosa terutama

hewan pengerat biasanya tikus dan dapat ditularkan kepada manusia melalui

perantara kutu.

2.2 Etiologi

Disebabkan oleh kuman atau bakteri Yersinia Pestis

(Pasteurellapestis).Kuman ini berbentuk batang, ukuran 1,5-2 x 0,5-0,7 mikron,

bipolar, pengecatan bersifat gram negatif.

Basil pes ini dapat dibunuh oleh sinar matahari, larutan karbol 1% sublimate

1% dan susu kapur dapat membunuh basil ini dalam beberapa menit, bila di atas

tanah basil ini akan mati selama 24 jam.

Basil ini ditemukan oleh Kitasato dan Yersin di Hongkong pada tahun 1894.

Setelah hasil itu (basil) diberi warna menurut Loefler terlihat, bahwa pewarnan

pada kedua ujungnya adalah lebih tebal, dan basil itu disebut berkutub dua atau

bipolar.

Vector dari penyakit pes ini adalah pinjal. Ada 4 jenis pinjal di Indonesia

yaitu Xenopsylla cheopis, Culex iritans, Neopsylla sondaica, dan Stivalus

cognatus.

3
2.3 Klasifikasi

Penyakit PES dapat di klasifikasikan menjadi tiga, yaitu:

1) Bubonic plague: Masa inkubasi 2-7 hari. Gejalanya kelenjar getah bening

yang dekat dengan tempat gigitan binatang atau kutu yang terinfeksi akan

membengkak berisi cairan (disebut Bubo), terasa sakit apabila ditekan,

demam, pusing, menggigil, lemah, benjolan lunak berisi cairan di di tonsil

atau adenoid (amandel), limpa dan thymus. Bubonic plague jarang menular

pada orang lain.

2) Septicemic plague: Gejalanya demam, menggigil, pusing, lemah, sakit pada

perut, shock, pendarahan di bawah kulit atau organ-organ tubuh lainnya,

pembekuan darah pada saluran darah, tekanan darah rendah, mual, muntah,

organ tubuh tidak bekerja dengan baik. Tidak terdapat benjolan pada

penderita. Septicemic pes jarang menular pada orang lain. Septicemic

plague dapat juga disebabkan Bubonic plague dan Pneumonic plague yang

tidak diobati dengan benar.

3) Pneumonic plague : Masa inkubasi 1-3 hari. Gejalanya pneumonia (radang

paru-paru), napas pendek, sesak napas, batuk, sakit pada dada. Ini adalah

penyakit plague yang paling berbahaya dibandingkan jenis lainnya.

Pneumonic plague menular lewat udara, bisa juga merupakan infeksi

sekunder akibat Bubonic plague dan Septicemic plague yang tidak diobati

dengan benar.

4
2.4 Gejala Klinis

Gejala klinis dari penyakit PES dibagi menjadi tiga berdasarkan

Klasifikasinya:

1) Pes tipe kelenjar getah bening (bubonik)

Pes tipe ini paling sering ditemui (75% dari semua kasus pes). Demam

merupakan gejala awal, suhu dapat mencapai 41oC, disertai gejala lain seperti

nyeri otot, nyeri sendi, nyeri kepala, dan lemas. Segera setelah gejala awal

(umumnya dalam 24 jam), pasien merasakan nyeri dan pembengkakan pada

kelenjar getah bening.

Gejala khas pada tipe ini adalah adanya pembesaran kelenjar getah bening

(diameter 2-10 cm) yang bengkak dan merah. Kelenjar getah bening yang paling

sering terkena adalah kelenjar di selangkangan karena gigitan kutu lebih sering

terjadi di kaki. Pada anak, dapat ditemui pembesaran kelenjar getah bening di

ketiak atau leher. Daerah pembengkakan berwarna merah, tegang, dan teraba

hangat.

Seiring waktu, pembesaran getah bening ini bisa berisi nanah yang

mengandung bakteri Y. pestis, nanah ini dapat mengalir ke luar secara spontan. Di

sekitar pembengkakan terkadang dapat ditemui bekas gigitan kutu berupa tonjolan

merah, luka dalam, atau seperti bisul yang disertai jaringan mati berwarna

kehitaman (pes kutaneus).

Bakteri penyebab pes dapat menghasilkan racun (toksin) yang menyebar ke

seluruh tubuh, sehingga jika penderita tidak diobati dengan baik dapat terjadi

5
komplikasi lanjut. Komplikasi ini dapat berupa perdarahan di saluran napas,

saluran pencernaan, saluran kencing, dan rongga-rongga tubuh, penurunan

kesadaran sampai koma, kejang, kegagalan aliran darah dan kegagalan organ

sampai kematian.

Pes bubonik yang sampai ke otak dan menyebabkan radang selaput otak

disebut pes meningitis, dengan gejala sakit kepala, kejang, kaku leher, dan koma.

Pes tipe bubonik umumnya menyebabkan gejala berat, namun terdapat juga pes

bubonik ringan yang disebut pes minor.

2) Pes tipe infeksi luas (septikemia)

Bakteri pada saluran getah bening dapat sampai ke aliran darah dan

menyebar ke seluruh tubuh. Pada tipe septikemia, tidak terdapat pembesaran

kelenjar getah bening. Gejala timbul dalam waktu sangat singkat, berupa demam,

pucat, lemah, bingung, penurunan kesadaran hingga koma. Racun yang dihasilkan

oleh bakteri dapat menyebabkan gumpalan darah kecil-kecil di seluruh tubuh

sehingga menyebabkan hambatan aliran darah.

Tidak adanya aliran darah menyebabkan kematian jaringan (gangrene) yang

ditandai dengan warna kehitaman. Gumpalan darah ini menghabiskan bahan-

bahan pembeku darah sehingga terjadi perdarahan di berbagai tempat, seperti

perdarahan kulit yang tampak seperti bintik-bintik merah keunguan, batuk darah,

buang air besar disertai darah, serta muntah darah. Jika tidak diobati, pes tipe ini

fatal. Penderita dapat meninggal dunia pada hari pertama sampai ketiga setelah

timbulnya demam.

6
3) Pes tipe paru – paru (pneumonik)

Pada pes tipe ini, bakteri terutama menginfeksi paru. Infeksi pada paru dapat

terjadi secara primer akibat penularan dari udara atau titik-titik air liur (droplet)

penderita lainatau secara sekunder dari penyebaran bakteri melalui aliran darah

pada tipe bubonik. Gejala tipe ini adalah kelemahan, nyeri kepala, demam, batuk

dan sesak napas. Batuk umumnya berdahak cair dan disertai darah. Sejak awal

dapat terjadi penurunan kesadaran dan penderita dapat meninggal pada hari

keempat sampai kelima setelah gejala pertama timbul jika tidak diobati.

2.5 Patofisiologi

Pes adalah infeksi dari sistem limfatik, biasanya dihasilkan dari gigitan kutu

yang terinfeksi, Xenopsylla cheopis (kutu tikus). Para kutu sering ditemukan pada

hewan pengerat seperti tikus, dan mencari mangsa binatang pengerat lainnya

ketika tuan mereka mati. Bakteri membentuk agregat dalam usus dari kutu yang

terinfeksi dan hasil ini di loak muntah darah tertelan, yang sekarang terinfeksi ke

situs gigitan hewan pengerat atau host manusia. Setelah didirikan, bakteri cepat

menyebar ke kelenjar limfe dan berkembang biak. Y.pestis basil bisa menahan

fagositosis dan bahkan mereproduksi dalam fagosit dan membunuh mereka.

Sebagai penyakit berlangsung, kelenjar getah bening dapat perdarahan dan

menjadi bengkak dan nekrotik . Pes dapat berkembang menjadi mematikan

septikemia dalam beberapa kasus. Wabah ini juga diketahui menyebar ke paru-

paru dan menjadi penyakit yang dikenal sebagai wabah pneumonia. Bentuk

penyakit ini sangat menular karena bakteri dapat ditularkan dalam tetesan

7
dikeluarkan saat batuk atau bersin, serta kontak fisik dengan korban wabah tikus

atau kutu yang membawa wabah.

Vektor pes adalah pinjal, di Indonesia saat ini ada 4 jenis pinjal yaitu:

Xenopsylla cheopis, Culex iritans, Neopsylla sondaica, dan Stivalus cognatus.

Reservoir utama dari penyakit pes adalah hewan-hewan rodent (tikus, kelinci).

Secara alamiah penyakit pes dapat bertahan atau terpelihara pada rodent.

Kuman-kuman pes yang terdapat di dalam darah tikus sakit,dapat ditularkan ke

hewan lain atau manusia, apabila ada pinjal yang menghisap darah tikus yang

mengandung kuman pes tadi, dan kuman-kuman tersebut akan dipindahkan ke

hewan tikus lain atau manusia dengan cara yang sama yaitu melalui gigitan. Pada

penularan pes melalui gigitan pinjal akan mengakibatkan pes bubo. Pes bubo

dapat berlanjut menjadi pes paru-paru (sekunder pes).

Bila pinjal menggigit hewan pengerat yang terinfeksi dengan Y. pestis,

organisme yang termakan akan berkembang biak dalam usus pinjal itu dan

dibantu oleh koagulase menyumbat proventrikulusnya sehingga tidak ada

makanan yang dapat lewat. Karena itu, pinjal lapar dan ususnya tersumbat

sehingga akan menggigit dengan ganas dan darah yang dihisapnya terkontaminasi

Y. pestis dari pinjal, darah itu dimuntahkan dalam luka gigitan. Organisme yang

diinokulasi dapat difagositosis, tetapi bakteri ini dapat berkembang biak secara

intra sel atau ekstra sel. Y. pestis dengan cepat mencapai saluran getah bening,

dan terjadi radang haemorrogic yang hebat dan kelenjar-kelenjar getah bening

yang membesar, yang dapat mengalami nekrosis. Meskipun infasinya dapat

berhenti di situY. pestis sering mencapai ke aliran darah dan tersebar luas.

8
Pinjal merupakan salah satu parasit yang paling sering ditemui pada hewan

kesayangan baik anjing maupun kucing. Meskipun ukurannya yang kecil dan

kadang tidak disadari pemilik hewan karena tidak menyebabkan gangguan

kesehatan hewan yang serius, namun perlu diperhatikan bahwa dalam jumlah

besar kutu dapat mengakibatkan kerusakan kulit yang parah bahkan menjadi

vektor pembawa penyakit tertentu.

Pinjal yang biasa dikenal kutu loncat atau fleas ada 2 jenis, yaitu kutu loncat pada

anjing dan kucing, namun di lapangan lebih sering ditemukan kutu loncat kucing

yang juga dapat berpindah dan berkembang biak pada anjing.Y. pestis awalnya

menginfeksi dan menyebar ke hewan pengerat rumah (misalnya tikus) dan hewan

lain (misalnya kucing), dan manusia dapat terinfeksi karena gigitan pinjal atau

dengan kontak. Vektor pes yang paling lazim adalah pinjal tikus (Xenopsylla

cheopis), tetapi pinjal lain dapat juga menularkan infeki

9
Web Of Caution

Bakteri atau
kuman Yersinia
Pestis

Tikus, kelinci,
kucing, anjing
yang menderita
PES
Digigit oleh kutu
Droplet penderita (Xenopsylla Penanganan
PES cheopis,Culex bangkai hewan
iritans, Neopsylla penderita PES
sondaica,dan
Masuk melalui Stivalus cognatus).
saluran pernafasan Manusia

Paru-paru

Terjadi proses
Kuman masuk
inflamasi pada
kedalam tubuh
paru
manusia
Peningkatan
produksi sekret

Kelenjar getah Aliran darah


Batuk dan sesak
bening
nafas
Kuman
Reaksi menghasilkan
Bersihan jalan
peradangan racun
nafas tidak efektif
KGB

Gumpalan
darah kecil-
Nyeri Hipertermi Intoleransi kecil diseluruh
aktifitas tubuh

Kelemahan

10
2.6 Cara Penularan

Berikut ini adalah cara-cara penularan plague pada manusia:

1) Gigitan oleh kutu.

2) Paparan terhadap manusia dengan sampar pneumonic.

3) Penanganan bangkai terinfeksi.

4) Goresan atau gigitan dari kucing domestik yang terinfeksi.

5) Paparan aerosol mengandung basil penyebab pes.

2.7 Pemeriksaan penunjang

1) Hapusan aspirat bubo ditemukan basil Gram negatif.

2) Titer antibody.

3) Lekosistosis sampai memberi gambaran reaksi lekomoid (100.000/mm3)

2.8 Penatalaksanaan

Upaya pengobatan terhadap penderita penyakit pes, baik yang menularkan

maupun yang tertular adalah sebagai berukut

1) Untuk tersangka pes

b. Tetracycline 4x250 mg biberikan selama 5 hari berturut-turut

c. Cholamphenicol 4x250 mg diberikan selama 5 hari berturut-turut.

2) Untuk Penderita Pes

Streptomycine dengan dosis 3 gram/hari (IM) selama 2 hari berturut-

turut, kemudian dosis dikurangi menjadi 2 garam/hari selama 5 hari

berturut-turut. Setelah panas hilang, dilanjutkan dengan pemberian:

Tetracycline 4-6 gram/hari selama 2 hari berturut-turut, kemudian dosis

11
diturunkan menjadi 2 gram/hari selama 5 hari berturut-turut atau

Chloramphenicol 6-8 gram/hari selama 5 hari berturut –turut, kemudian

dosis diturunkan menjadi 2 gram/hari selama 5 hari berturut-turut.

3) Untuk pencegahan terutama ditujukan pada:Penduduk yang kontak

(serumah) dengan penderita pes bubo dan Seluruh penduduk desa jika

ada penderita pes paru.

2.9 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pasien PES

a) Pengkajian

1. Data demografi
Penyakit plague/PES/sampar terjadi pada semua orang baik laki-laki
maupun perempuan, terutama pada mereka yang tinggal di pelabuhan
dan kota pusat perdagangan.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Klien mengeluh demam tinggi, menggigil, lemah, sesak napas, kram
otot, kejang, dan terjadi pembengkakan serta nyeri.
b. Riwayat penyakit dahulu
Klien yang terkena penyakit pes tidak pernah menderita penyakit ini
sebelumnya.
c. Riwayat penyakit sekarang
Pada awalnya klien mengalami demam tinggi, menggigil, lemah, sesak
napas, kram otot, kejang, dan terjadi pembengkakan pada lipatan paha;
ketiak; leher; terutama pada bagian yang terkena gigitan.
d. Riwayat penyakit keluarga
Penyakit ini tidak ada hubungannya dengan penyakit keturunan.
Namun jika salah satu anggota keluarga terkena gigitan hewan yang
mengandung virus pes kemudian hewan tersebut menggigit anggota

12
keluarga lainnya, maka anggota keluarga tersebut akan terkena
penyakit pes.
3. Pola Fungsi Kesehatan
a. Persepsi kesehatan/penanganan kesehatan
Klien MRS dengan keluhan yang disebutkan namun klien tidak
mengobati penyakit tersebut karena klien tidak tahu pengobatan awal
untuk menangani penyakitnya.
b. Nutrisi atau Metabolik
Klien merasa mual bahkan muntah setelah terkena gigitan hewan yang
mengandung virus tersebut, namun klien tidak mengalami kesulitan
menelan saat diberi asupan nutrisi.
c. Eliminasi
1) BAK : proses eliminasi klien tidak terganggu, klien masih bisa
berkemih secara normal dengan jumlah pengeluaran urin
1cc/kgBB/jam.
2) BAB : jumlah, warna, konsistensi feses sesuai dengan nutrisi yang
masuk ke dalam tubuh.
d. Aktivitas atau Latihan
Klien tidak mengalami gangguan aktivitas fisik, namun tidak menutup
kemungkinan klien mengalami gangguan mobilitas fisik akibat nyeri
pada persendian, ketiak, lipatan paha, leher, terutama daerah yang
terkena gigitan.
e. Tidur atau Istirahat
Klien dengan pes mengalami gangguan pola tidur
f. Kognitif atau Perseptual
Klien tidak mengalami gangguan pendengaran, penglihatan, perabaan,
penciuman, maupun pengecapan. Namun klien akan merasa bahwa
bagian tubuhnya akan mengalami kecacatan karena kehilangan
fungsinya sebagai akibat gigitan dari hewan virus pes. Klien dengan
pes juga mengalami kejang.

13
g. Peran atau Hubungan
Klien dengan pes memiliki hubungan yang baik dengan sesama,
h. Koping Stres
Klien merasa sedikit cemas atas penyakit yang dideritanya .
i. Nilai atau Kepercayaan
Klien pes meyakini bahwa dokter yang dapat menyembuhkan
penyakitnya, klien tidak menggunakan pengobatan tradisional untuk
mengobati penyakitnya.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Umum
1) Tekanan darahdalam rentang normal sistole:100-140 mmHg,
Diastole : 70-90
2) Suhu meningkat ≥ 37°C
3) Nadi ≥ 100x/menit
4) Pernapasan : ≥19 x/mnt
b. Kepala
1) Rambut : warna, kebersihan, kelenturan
2) Mata : simeteris , sclera tidak ikterus, konjungtiva tidak anemis
dan tidak terjadi peradangan.
3) Hidung : kebersihan hidung, tidak terdapat polip, tidak terdapat
nyeri tekan pada sinus, tidak terjadi perdarahan, tidak terdapat
lendir.
4) Telinga : simetris , kebersihan, tidak terdapat terdapat serumen ,
tidak terjadi perdarahan, tidak terjadi penurunan pendengaran.
5) Mulut : tidak ada bau mulut, kebersihan lidah, tidak terdapat
stomatitis, kebersihan gigi, tidak terdapat gigi berlubang.
6) Leher : terjadi pembengkakan kelenjar getah bening,tidak terjadi
pembesaran vena jugularis, tidak terjadi pembesaran kelenjar limfe
, tidak terjadi pembesaran kelenjar tiroid .

14
7) Dada
1. Paru : adanya sesak nafas, suara nafas pendek , pneumonia dan
suara ronchi
2. Jantung : s1 dan s2 tunggal
3. Ketiak : terjadi pembesaran kelenjar getah bening
8) Abdomen
kebersihan, bentuk, bising usus, tidak terjadi pembesaran hepar,
tidak terdapat nyeri tekan.
9) Ekstermitas
1) Atas : nyeri pada lokasi yang sakit.
2) Bawah : kram pada kaki
5. Terapi
a. Streptomisin
Dewasa : 30 mg/kgBB/hari, 2-4 x sehari melalui IM.
Anak‐anak : 20-30 mg/kgBB/hari melalui IM.
b. Tetrasiklin diberikan pada hari ke 4 selama 10-14 hari, dosis loading
15 mg/kgBB/hari dalam 4 kali pemberian sampai hari pengobatan ke
10-14.
c. Kloramfenikol 50-75 mg/kgBB/hari, 4 kali pemberian selama 10 hari
melalui IV.
d. Sulfadiazin 12 g/hari selama 4-7 hari, dosis awal 4 g dilanjutkan 2 g
tiap jam sampai tercapai suhu badan normal, diteruskan 500 mg tiap 4
jam sampai hari ke 7-10.
b) Diagnosa Keperawatan

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan

secret dan hipoventilasi.

2. Hipertermi berhubungan dengan proses peradangan pada kelenjar getah

bening.

15
3. Nyeri berhubungan dengan proses peradangan pada kelenjar getah

bening.

4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan dan pembengkakan

kelenjar getah bening pada paha.

5. Kurangnya kebutuhan nutrisi berhubungan dengan intake kurang ditandai

dengan rasa mual, dan penurunan nafsu makan.

16
C.Perencanaan

Dx.
No Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
1 Bersihan jalan Setelah dilakukan 1. Beri posisi semi 1. Untuk
nafas tidak asuhan fowler mempertahankan
efektif b/ d keperawatan 2. Ajarkan cara jalan nafas.
penumpukan selama 1x24 jam, batuk efektif. 2. Untuk
secret dan diharapkan jalan 3. Gunakan alat mengeluarkan
hipoventilasi. nafas klien efektif bantu suction dahak atau secret.
Dengan kriteria jika perlu. 3. Untuk
hasil: 4. Kolaborasi mengeluarkan
1. Tidak terdapat dengantim secret jika tidak
ronchi. medis lain bisa dengan cara
2. Tidak terdapat dalam batuk efektif.
penumpukan pemberian obat 4. Obat
secret. bronkodilator. bronkodilator
3. RR dalam batas untuk
normal (16- mengencerkan
18x/menit) secret.

5.
2. Hipertermi b/d Setelah dilakukan . Observasi tanda Untuk mengetahui
asuhan tanda vital keadaan umum
proses
keperawatan 2. Beri Kompres pasien
peradangan pada
selama 1x24 jam, hangat. 2.menurunkan suhu
kelenjar getah diharapkan suhu 2.Kolaborasi tubuhsecara
tubuh pasien dengan tim medis bertahap
bening.
menurun. Dengan lain untuk terapi 3.Antipiretik
kriteria hasil: obat antipiretik menurunkan suhu
1.Suhu tubuh tubuh
dalam batas

17
normal ( 36,5 –
37,2°c)
2.Pasien tidak
menggigil.

3 Nyeri setelah dilakukan 1. kaji skala nyeri 1.untuk mengetahui


asuhan 2. ajarkan teknik skala nyeri dan
berhubungan
keperawatan relaksasi nafas menentukan
dengan proses
selama 2x24 jam dalam dan penanganan
peradangan pada diharapkan nyeri distraksi nyeri. selanjutnya.
klien teratasi 3. kolaborasi 2.untuk
kelenjar getah
dengan kriteria dengan tim mengurangi dan
bening.
hasil : kesehatan lain mengalihkan
1.klien tidak dalam nyeri.
terlihat kesakitan pemberian 3. analgesik untuk
ketika bergerak analgesic mengurangi
atau berjalan. nyeri.
2. Skala nyeri
berkurang ≤ 3
3. nadi dalam
batas normal (
80-100x/menit)
1
.
4 Intoleransi Setelah dilakukan 1.Bantupasien 1.Untuk
aktifitas asuhan dalam bergerak memperingan
berhubungan keperawatan ringan. beban.
dengan selama 3x24 jam, 2.Ajarkan pasien 2.Untuk mencegah
kelemahan dan diharapkan pasien untuk kekakuan sendi

18
pembengkakan mampu melakukan atau dekubitus.
kelenjar getah melakukan mobilisasi di
bening pada mobilisasi. tempat tidur.
paha Dengan kriteria
hasil:
1. Pasien mampu
bergerak tanpa
rasa kesakitan.

5. Kurangnya Setelah dilakukan 1. Monitor intake 1. Memberikan


kebutuhan asuhan makanan setiap informasi tentang
nutrisi keperawatan hari, apakah status gizi klien.
berhubungan selama 3x24 jam, klien makan
dengan intake diharapkan sesuai dengan
kurang ditandai kebutuhan nutrisi kebutuhannya. 2. Merupakan untuk
dengan rasa pasien tercukupi 2. Anjurkan klien sumber energi ,
mual, dan Dengan kriteria untuk dan mengurangi
penurunan nafsu hasil: mengkonsumsi rasa mual.
makan makanan1.tinggi
I
kalori dengan
n
intake cairan
t
yang adekuat.
a
Anjurkan pula
k
makan sedikit
e 3. Agar klien
tapi sering. merasa nyaman
3. Ciptakan n seperti berada di
suasana yang
u rumah sendiri.
menyenangkan
t
misal bersama
r
teman idan
keluarga. s 4. Untuk

19
i mempermudah
1. Jika kesulitan intake makanan
dalam menelan
t dan minuman
pasang NGT
e sesuai hasil yang
dan imbangi
r maksimal dan
dengan cairan
c tepat sesuai
infuse u kebutuhan.
k
u
p
i

c) Implementasi

Merupakan kegiatan yang dilakukan sesuai rencana keperawatan yang telah


ditetapkan. Selama pelaksanaan kegiatan dapat bersifat mandiri dan kolaboratif.
Selama melaksanakan kegiatan perlu di awasi dan dimonitor kemajuan kesehatan
klien.
d) Evaluasi

Tahap evaluasi dalam proses keperawatan menyangkut pengumpulan data


subyektif dan obyektif yang akan menunjukkan apakah tujuan pelayanan
keperawatan sudah dicapai atau belum. Bila perlu langkah evaluasi ini merupakan
langkah awal dari indentifikasi dan analisa masalah.

20
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Penyakit PES adalah penyakit infeksi pada manusia dan hewan yang

disebabkan oleh bakteri Yersinia pestis. Pes disebut juga penyakit sampar,plague,

atau black death. Penyakit ini ditularkan dari hewan pengerat (terutama tikus)

melalui perantara kutu (flea).

PES diklasifikasikan menjadi tiga yaitu :

1. Bubonic plague

2. Septicemic plague

3. Pneumonic plague

Konsep asuhan keperawatan pada klien dengan PES pada prinsipnya sama

dengan asuhan keperawatan yang lain yakni meliputi pengkajian, penentuan

diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi serta evaluasi.

Diagnosa keperawatan yang muncul pada klien dengan PES antara lain

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif 4. Intoleransi aktivitas

2. Hipertermi 5Nyeri

3. Intoleransi Aktivitas

4. Kekurangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

3.2 Saran

Diharapkan dengan penulisan makalah ini bisa membantu perawat dalam

memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan PES dan dapat mencegah

terjadinya PES di kalangan masyarakat

21
22

Anda mungkin juga menyukai