Disusun Oleh :
Fransiskus Juen Sangur
PN
Mengetahui,
Pembimbing Akademik
2. Maniffestasi klinik
Adanya penurunan tekanan inspirasi/ ekspirasi menjadi tanda
gangguan oksigenasi. Penurunan ventilasi permenit, penggunaaan otot
nafas tambahan untuk bernafas, pernafasan laring (nafas cuping
hidung), dispnea, ortopnea, penyimpangan dada, nafas pendek, nafas
dengan bibir, ekspirasi memanjang, peningkatan diameter
anterior-posterior, frekuensi nafas kurang, penurunan kapasitas vital
menjadi tanda dan gejala adanya pola nafas yang tidak efektif sehingga
menjadi gangguan oksigenasi. Selain itu terdapat tanda dan gejala
lainnya seperti :
1. Pola napas abnormal (irama, frekuensi, kedalaman)
2. Suara napas tidak normal.
a. Stridor : adalah suara yg terdengar kontinu (tidak terputus-putus),
bernada tinggi yg terjadi baik pada waktu inspirasi ataupun pada
waktu ekspirasi, akan terdengar tanpa menggunakan alat
stetoskop, biasanya bunyi ditemukan pada lokasi saluran nafas
atas (laring) atau trakea, disebabkan lantaran adanya
penyempitan pada saluran nafas tersebut. Pada orang dewasa,
kondisi ini mengarahkan pada dugaan adanya edema laring,
tumor laring, kelumpuhan pita suara, stenosis laring yg umumnya
disebabkan oleh tindakan trakeostomi atau dapat pula akibat pipa
endotrakeal (Nurjanah, 2014).
b. Wheezing (mengi) : Merupakan bunyi seperti bersiul, kontinu, yg
durasinya lebih lama dari krekels. Terdengar selama : inspirasi &
ekspirasi, secara klinis lebih jelas pada saat melakukan ekspirasi.
Penyebab : akibat udara melewati jalan napas yg
menyempit/tersumbat sebagian. Bisa dihilangkan dengan cara
batuk. Dengan karakter suara nyaring, suara terus menerus yg
berhubungan dengan aliran udara melalui jalan nafas yg
menyempit (seperti pada asma & bronchitis kronik). Wheezing
dapat terjadi oleh lantaran perubahan temperature, allergen,
latihan jasmani, & bahan iritan pada bronkus.
c. Ronchi : Merupakan bunyi gaduh yg dalam. Terdengar sewaktu
ekspirasi. Penyebab : gerakan udara melewati jalan napas yg
menyempit akibat terjadi obstruksi nafas.
3. Perubahan jumlah pernapasan.
4. Batuk disertai dahak.
5. Penggunaan otot tambahan pernapasan.
6. Dispnea (sesak napas).
7. Penurunan haluaran urin..
8. Takhipnea (Tarwoto & Wartonah, 2010).
5. Penatalaksanaan
1. Terapi Pemberian Oksigenasi
a. Kateter nasal : Kecepatan aliran yang disarankan (L/menit): 1-6.
Keuntungan pemberian O2 stabil, klien bebas bergerak, makan
dan berbicara, murah dan nyaman serta dapat juga dipakai
sebagai kateter penghisap.
b. Kanul nasal : Kecepatan aliran yang disarankan (L/menit): 1-6.
Keuntungan Pemberian O2 stabil dengan volume tidal dan laju
pernafasan teratur, mudah memasukkan kanul dibanding kateter,
klien bebas makan, bergerak, berbicara, lebih mudah ditolerir
klien.
c. Sungkup muka sederhana : Kecepatan aliran yang disarankan
(L/menit):5-8.
2. Sungkup muka dengan kantong rebreathing. Kecepatan aliran yang
disarankan (L/menit): 8-12.
3. Sungkup muka dengan kantong non rebreathing. Kecepatan aliran
yang disarankan (L/menit): 8-12 (Asmadi, 2008).
4. Pemantauan Hemodinamika
Hemodinamika adalah aliran darah dalam system peredaran tubuh
kita baik melalui sirkulasi magna (sirkulasi besar) maupun sirkulasi
parva ( sirkulasi dalam paru-paru). Pemantauan Hemodinamika
adalah pemantauan dari hemodinamika status
5. Pengukuran bronkodilator
Bronkodilator adalah sebuah substansi yang dapat memperlebar luas
permukaan bronkus dan bronkiolus pada paru-paru, dan membuat
kapasitas serapan oksigen paru-paru meningkat. Senyawa
bronkolidator dapat tersedia secara alami dari dalam tubuh, maupun
didapat melalui asupan obat-obatan dari luar.
6. Pemberian medikasi seperti nebulizer, kanula nasal, masker untuk
membantu pemberian oksigen bila diperlukan.
7. Penggunaan ventilator mekanik.
8. Ventilator mekanik adalah merupakan suatu alat bantu mekanik yang
berfungsi bermanfaat dan bertujuan untuk memberikan bantuan
nafas pasien dengan cara memberikan tekanan udara positif pada
paru-paru melalui jalan nafas buatan.
9. Pelatihan batuk efektif
10. Fisioterapi dada.
11. Fisioterapi dada merupakan tindakan keperawatan dengan
melakukan drainase postural, tepukan dan vibrasi pada pasien yang
mengalami gangguan sistem pernafasan. Tujuan Tindakan ini
bertujuan meningkatkan efisiensi pola pernafasan dan membersihkan
jalan nafas.
12. Atur posisi pasien (semi fowler)
13. Tekhnik bernapas dan relaksasi (Tarwoto & Wartonah, 2010).
2. Rencana Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola nafas
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif
3. Gangguan Pertukaran Gas