Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

KEBUTUHAN DASAR MANUSIA PADA NY. M DENGAN


ABDOMINALK PAIN ANEMIA BROCHOPNEUMONIA DI RUSD
WATES

Disusun Oleh :
Fransiskus Juen Sangur
PN

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES WIRA HUSADA YOGYAKARTA
2022
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN
KEBUTUHAN DASAR MANUSIA PADA NY. M DENGAN
ABDOMINALK PAIN ANEMIA BROCHOPNEUMONIA DI RUSD
WATES

Laporan Pendahuluan ini telah dibaca dan diperiksa pada


Hari/tanggal: .................................................

Pembimbing Klinik Mahasiswa Praktikan

(Arfiana, S.Kep., Ns., FISQua) ( Jenivela Siskawati Yembise )

Mengetahui,
Pembimbing Akademik

( Agnes Erida Wijayanti, S.Kep., Ns., M.Kep)


LAPORAN PENDAHULUAN PADA
KEBUTUHAN OKSIGENASI

A. KONSEP DASAR KASUS KELOLAAN (KONSEP KEBUTUHAN DASAR


MANUSIA )
1. Definisi
Oksigenasi merupakan gas yang sangat vital dalam kelangsungan
sel dan jaringan tubuh karena oksigen diperlukan untuk proses
metabolisme tubuh secara terus-menerus. Oksigen diperoleh dari
atmosfer melalui proses bernapas. Pada atmosfer, gas selain oksigen
juga terdapat karbon dioksida (CO), Nitrogen (N), dan unsur-unsur lain
seperti argon dan helium. Pemenuhuan kebutuhan oksigen tubuh sangat
ditentukan oleh adekuatnya sistem pernapasan, sistem kardiovaskular,
dan hematologi. Proses oksigenasi dimulai dari pengambilan oksigen
diatmosfer, kemudian oksigen masuk melalui organ pernapasan bagian
atas seperti hidung atau mulut, faring, laring, dan selanjutnya masuk ke
organ pernapasan bagian bawah seperti trakea, bronkus utama,
bronkussekunder, bronkus tersier (segmental), terminal bronkiolus, dan
selanjutnya masuk ke alveoli. Selain itu untuk jalan masuknya udara ke
organ pernapasan bagian bawah, organ pernapasan bagian atas juga
berfungsi untuk pertukaran gas, proteksi terhadap benda asing yang
akan masuk ke pernapasan bagian atas juga berfungsi untuk
pertukataran gas, proteksi terhaadap benda asing yang akan masuk ke
pernapasan bagian bawah, menghangatkan, filtrasi, dan melembabkan
gas. Sementara itu, fungsi organ pernapasan bagian bawah, selain
sebagai tempat untuk masuknya osigen, berperan juga dalam proses
difusi gas (Tarwoto & Wartonah, 2010).
Salah satu masalah dalam gangguan kebutuhan oksigenasi adalah
hipoksia dan obstruksi saluran nafas. Hipoksia merupakan kondisi tidak
tercukupinya pemenuhan kebutuhan oksigen dalam tubuh akibat
defesiensi oksigen atau peningkatan penggunaan oksigen di tingkat sel,
sehingga dapat memunculkan tanda seperti kulit kebiruan (sianosis).
Secara umum, terjadinya hipoksia ini disebabkan oleh menurunnya
kadar hemoglobin. Menurunnya difusi O2 dari alveoli ke dalam darah,
menurunnya perfusi jaringan,atau gangguan ventilasi yang dapat
menurunnya konsentrasi oksigen. Sedangkan Obstruksi jalan napas
merupakan suatu kondisi pada individu dengan pernapasan yang
mengalami ancaman,terkait dengan ketidakmampuan bentuk secara
efektif. Hal ini dapat di sebabkan oleh secret yang kental atau berlebihan
akibat penyakit infeksi,immobilisasi, stasis sekresi, serta batuk tidak
efektif karena penyakit persarafan seperti cerebrovaskular accident
(cva), akibat efek pengobatan sedatif, dan lain-lain (Hidayat, 2012).

2. Maniffestasi klinik
Adanya   penurunan   tekanan   inspirasi/ ekspirasi   menjadi   tanda  
gangguan oksigenasi. Penurunan ventilasi permenit, penggunaaan otot
nafas tambahan untuk  bernafas,   pernafasan   laring   (nafas   cuping  
hidung),   dispnea,   ortopnea, penyimpangan dada, nafas pendek, nafas
dengan   bibir,   ekspirasi   memanjang,   peningkatan   diameter  
anterior-posterior, frekuensi nafas kurang, penurunan kapasitas vital
menjadi tanda dan gejala adanya pola nafas yang tidak efektif sehingga
menjadi gangguan oksigenasi. Selain itu terdapat tanda dan gejala
lainnya seperti :
1. Pola napas abnormal (irama, frekuensi, kedalaman)
2. Suara napas tidak normal.
a. Stridor : adalah suara yg terdengar kontinu (tidak terputus-putus),
bernada tinggi yg terjadi baik pada waktu inspirasi ataupun pada
waktu ekspirasi, akan terdengar tanpa menggunakan alat
stetoskop, biasanya bunyi ditemukan pada lokasi saluran nafas
atas (laring) atau trakea, disebabkan lantaran adanya
penyempitan pada saluran nafas tersebut. Pada orang dewasa,
kondisi ini mengarahkan pada dugaan adanya edema laring,
tumor laring, kelumpuhan pita suara, stenosis laring yg umumnya
disebabkan oleh tindakan trakeostomi atau dapat pula akibat pipa
endotrakeal (Nurjanah, 2014).
b. Wheezing (mengi) : Merupakan bunyi seperti bersiul, kontinu, yg
durasinya lebih lama dari krekels. Terdengar selama : inspirasi &
ekspirasi, secara klinis lebih jelas pada saat melakukan ekspirasi.
Penyebab : akibat udara melewati jalan napas yg
menyempit/tersumbat sebagian. Bisa dihilangkan dengan cara
batuk. Dengan karakter suara nyaring, suara terus menerus yg
berhubungan dengan aliran udara melalui jalan nafas yg
menyempit (seperti pada asma & bronchitis kronik). Wheezing
dapat terjadi oleh lantaran perubahan temperature, allergen,
latihan jasmani, & bahan iritan pada bronkus.
c. Ronchi : Merupakan bunyi gaduh yg dalam. Terdengar sewaktu
ekspirasi. Penyebab : gerakan udara melewati jalan napas yg
menyempit akibat terjadi obstruksi nafas. 
3. Perubahan jumlah pernapasan.
4. Batuk disertai dahak.
5. Penggunaan otot tambahan pernapasan.
6. Dispnea (sesak napas).
7. Penurunan haluaran urin..
8. Takhipnea (Tarwoto & Wartonah, 2010).

3. Macam-macam gangguan yang terjadi


1. Gangguan jantung, yang meliputi : ketidakseimbangan jantung
seperti ketidakseimbangan konduksi, kerusakan fungsi valvular,
hipoksia miokard, kondisi-kondisi kardiomiopati, dan hipoksia jaringan
perifer (Tarwoto & Wartonah, 2010). 
2. Alergi pada Saluran Napas
3. Banyak faktor yang dapat menimbulkan alergi, antara lain debu yang
terdapat dalam hawa pernapasan, bulu binatang, serbuk benang sari
bunga, kapuk, makanan, dan lain-lain. Faktor-faktor ini menyebabkan
bersin bila terdapat rangsangan di daerah nasal; batuk bila di saluran
bagian atas; bronkhokontriksi pada asma bronkhiale; dan rhinitis bila
terdapat di saluran pernapasan bagian bawah. Zat alergan tadi
merangsang membran mukosa saluran, pernapasan sehingga
mengakibatkan vasokontraksi dan vasodilatasi pembuluh darah,
seperti pembuluh darah, seperti pada pasien asma (Tarwoto &
Wartonah, 2010).
4. Gaya hidup dan kebiasaan
5. Kebiasaan merokok dapat menyebabkan penyakit pernapasan
seperti emfisema, bronkitis, kanker, dan infeksi lainnya. Pengguna
alkohol dan obat-obatan memengaruhi susunan saraf pusat yang
akan mendepresi pernapsan sehingga menyebabkan frekuensi
pernapasan menurun (Tarwoto & Wartonah, 2010).
6. Kapasitas darah untuk membawa oksigen.
7. Peningkatan aktivitas tubuh
8. Aktivitas tubuh membutuhkan metabolisme untuk menghasilkan
energi. Metabolisme membutuhkan oksigen sehingga peningkatan
metabolisme akan meningkatkan kebutuhan lebih banyak oksigen
(Tarwoto & Wartonah, 2010).
9. Gangguan pergerakan paru
10. Kemampuan pengembangan paru juga berpengaruh terhadap
kemampuan kapasitas dan volume paru. Penyakit yang
mengakibatkan gangguan pengembangan paru diantaranya adalah
pneumothoraks dan penyakit infeksi paru menurun (Tarwoto &
Wartonah, 2010).
11. Obstruksi saluran pernapasan
12. Obstruksi saluran pernapasan seperti pada penyakit seperti pada
penyakit asma dapat menghambat aliran udara masuk ke paru-paru.
Hal ini dapat di sebabkan oleh secret yang kental atau berlebihan
akibat penyakit infeksi, immobilisasi, stasis sekresi, serta batuk tidak
efektif (Tarwoto & Wartonah, 2010)
4. Faktor yang mempengaruhi
     Faktor fisiologi
a. Menurunnya kapasitas O2 seperti pada anemia.
b. Menurunnya konsentrasi O2 yang di inspirasi seperti pada obstruksi
napas bagian atas, penyakit asma.
c. Hipovelimia sehingga tekanan arah menurun mengakibatkan transpor
O2 terganggu seperti pada hipotensi, syok, dan dehidrasi.
d. Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada seperti pada
obesitas, muskuloskeletal, yang abnormal serta penyakit kronis
seperti TB paru (Tarwoto & Wartonah, 2010).

5. Penatalaksanaan
1. Terapi Pemberian Oksigenasi
a. Kateter nasal : Kecepatan aliran yang disarankan (L/menit): 1-6.
Keuntungan pemberian O2 stabil, klien bebas bergerak, makan
dan berbicara, murah dan nyaman serta dapat juga dipakai
sebagai kateter penghisap.
b. Kanul nasal : Kecepatan aliran yang disarankan (L/menit): 1-6.
Keuntungan Pemberian O2 stabil dengan volume tidal dan laju
pernafasan teratur, mudah memasukkan kanul dibanding kateter,
klien bebas makan, bergerak, berbicara, lebih mudah ditolerir
klien.
c. Sungkup muka sederhana : Kecepatan aliran yang disarankan
(L/menit):5-8.
2. Sungkup muka dengan kantong rebreathing. Kecepatan aliran yang
disarankan (L/menit): 8-12.
3. Sungkup muka dengan kantong non rebreathing. Kecepatan aliran
yang disarankan (L/menit): 8-12 (Asmadi, 2008).
4. Pemantauan Hemodinamika
Hemodinamika adalah aliran darah dalam system peredaran tubuh
kita baik melalui sirkulasi magna (sirkulasi besar) maupun sirkulasi
parva ( sirkulasi dalam paru-paru). Pemantauan Hemodinamika 
adalah pemantauan dari hemodinamika status
5. Pengukuran bronkodilator
Bronkodilator adalah sebuah substansi yang dapat memperlebar luas
permukaan bronkus dan bronkiolus pada paru-paru, dan membuat
kapasitas serapan oksigen paru-paru meningkat. Senyawa
bronkolidator dapat tersedia secara alami dari dalam tubuh, maupun
didapat melalui asupan obat-obatan dari luar.
6. Pemberian medikasi seperti nebulizer, kanula nasal, masker untuk
membantu pemberian oksigen bila diperlukan.
7. Penggunaan ventilator mekanik.
8. Ventilator  mekanik adalah merupakan suatu alat bantu mekanik yang
berfungsi bermanfaat dan bertujuan untuk memberikan bantuan
nafas pasien dengan cara memberikan tekanan udara positif pada
paru-paru melalui jalan nafas buatan.
9. Pelatihan batuk efektif
10. Fisioterapi dada.
11. Fisioterapi dada merupakan tindakan keperawatan dengan
melakukan drainase postural, tepukan dan vibrasi pada pasien yang
mengalami gangguan sistem pernafasan. Tujuan Tindakan ini
bertujuan meningkatkan efisiensi pola pernafasan dan membersihkan
jalan nafas.
12. Atur posisi pasien (semi fowler)
13. Tekhnik bernapas dan relaksasi (Tarwoto & Wartonah, 2010).

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN BERDSARKAN TEORI DARI


KASUS
1. Pengkajian
1) Riwayat Keperawatan
a. Masalah keperawatan yang pernah dialami
b. Pernah mengalami perubahan pola pernapasan.
c. Pernah mengalami batuk dengan sputum.
d. Pernah mengalami nyeri dada.
e. Aktivitas apa saja yang menyebabkan terjadinya gejala-gejala di
atas (Tarwoto & Wartonah, 2015).
2) Riwayat penyakit pernapasan
a. Apakah sering mengalami Dyspnea, Asma, ISPA, alergi, batuk,
TBC, dan lain-lain.
b. Bagaimana frekuensi setiap kejadian.
3) Riwayat kardiovaskuler
Pernah mengalami penyakit jantung (gagal jantung, gagal ventrikel
kanan,dll) atau peredaran darah (Tarwoto & Wartonah, 2015).
4) Gaya hidup
Merokok , keluarga perokok, lingkungan kerja dengan perokok.

2. Rencana Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola nafas
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif
3. Gangguan Pertukaran Gas

No Daignosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


Keperawatan

1 Pola Nafas Kriteria Hasil Manajemen jalan nafas buatan


Tidak Efektif Pola nafas 1. Monitor pola nafas
- Dyspnea 2. Monitor bunyi nafas
- Penggunaan otot bantu 3. Pertahankan kepatenan jalan
- Kedalaman nafas nafas
- Frekuensi nafas 4. Berikan minum hangat
- Tekanan ekspirasi 5. Berikan oksigen
- Tekanan inspirasi 6. Anjuran asupan cairan 2000ml/hr
7. Berikan oksigen
8. Kolaborasi pemberian
bronkodilator

2 Bersihan jalan Kriteria hasil Latihan batuk efektif


nafas tidak - Produksi sputum 1. Identifikasi kemampuan batuk
efektif - Mengi 2. Monitor adanya retensi sputum
3. Buang secret pada tempat
- Wheezing sputum
- Dyspnea 4. Jelaskan tujuan dan prosedur
- Frekuensi nafas batuk efektif
5. Anjurkan Tarik nafas dalam
6. Kolaborasi pemberian mukotik
atau ekspektoran

3 Gangguan Kriteria hasil Terapi Oksigen


pertukaran gas Pertukaran gas 1. Monitor kecepatan aliran oksigen
- Dyspnea 2. Monitor posisi alat terapi oksigen
- Bunyi nafas tambahan 3. Pertahankan kepatenan jalan
- Pola nafas nafas
- Nafas cuping hidung 4. Berikan oksigen tambahan
- Sianosis 5. Ajarkan pasien dan keluarga cara
menggunakan oksigen dirumah
6. Kolaborasi penentuan dosis
oksigen
7. Kolaborasi pengguanaan oksigen
saat aktivitas dan/atau tidur

Anda mungkin juga menyukai