Anda di halaman 1dari 8

A.

Pengertian

. • Oksigenasi adalah memenuhi kebutuhan oksigen • dalam tubuh dengan cara melancarkan saluran
masuknya oksigen atau memberikan aliran gas oksigen (O2) sehingga konsentrasi oksigen meningkat
dalam tubuh. Prosedur pemenuhan kebutuhan oksigen dapat dilakukan dengan pemberian oksigen
dengan menggunakan kanula dan masker, fisioterapi dada, dan cara penghisapan lendir (suction).

B. Etiologi

1. Gangguan jantung, yang meliputi : ketidakseimbangan jantung seperti ketidakseimbangan


konduksi, kerusakan fungsi valvular, hipoksia miokard, kondisi-kondisi kardiomiopati, dan hipoksia
jaringan perifer (Tarwoto & Wartonah, 2010).

2. Alergi pada Saluran Napas

Banyak faktor yang dapat menimbulkan alergi, antara lain debu yang terdapat dalam hawa pernapasan,
bulu binatang, serbuk benang sari bunga, kapuk, makanan, dan lain-lain. Faktor-faktor ini menyebabkan
bersin bila terdapat rangsangan di daerah nasal; batuk bila di saluran bagian atas; bronkhokontriksi pada
asma bronkhiale; dan rhinitis bila terdapat di saluran pernapasan bagian bawah. Zat alergan tadi
merangsang membran mukosa saluran, pernapasan sehingga mengakibatkan vasokontraksi dan
vasodilatasi pembuluh darah, seperti pembuluh darah, seperti pada pasien asma (Tarwoto & Wartonah,
2010).

3. Gaya hidup dan kebiasaan

Kebiasaan merokok dapat menyebabkan penyakit pernapasan seperti emfisema, bronkitis, kanker, dan
infeksi lainnya. Pengguna alkohol dan obat-obatan memengaruhi susunan saraf pusat yang akan
mendepresi pernapsan sehingga menyebabkan frekuensi pernapasan menurun (Tarwoto & Wartonah,
2010).

4. Kapasitas darah untuk membawa oksigen.

5. Peningkatan aktivitas tubuh

Aktivitas tubuh membutuhkan metabolisme untuk menghasilkan energi. Metabolisme membutuhkan


oksigen sehingga peningkatan metabolisme akan meningkatkan kebutuhan lebih banyak oksigen
(Tarwoto & Wartonah, 2010).

6. Gangguan pergerakan paru

Kemampuan pengembangan paru juga berpengaruh terhadap kemampuan kapasitas dan volume paru.
Penyakit yang mengakibatkan gangguan pengembangan paru diantaranya adalah pneumothoraks dan
penyakit infeksi paru menurun (Tarwoto & Wartonah, 2010).

7. Obstruksi saluran pernapasan


Obstruksi saluran pernapasan seperti pada penyakit seperti pada penyakit asma dapat menghambat
aliran udara masuk ke paru-paru. Hal ini dapat di sebabkan oleh secret yang kental atau berlebihan
akibat penyakit infeksi, immobilisasi, stasis sekresi, serta batuk tidak efektif (Tarwoto & Wartonah, 2010)

8. Faktor fisiologi

a. Menurunnya kapasitas O2 seperti pada anemia.

b. Menurunnya konsentrasi O2 yang di inspirasi seperti pada obstruksi napas bagian atas, penyakit
asma.

c. Hipovelimia sehingga tekanan arah menurun mengakibatkan transpor O2 terganggu seperti pada
hipotensi, syok, dan dehidrasi.

d. Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada seperti pada obesitas, muskuloskeletal,
yang abnormal serta penyakit kronis seperti TB paru (Tarwoto & Wartonah, 2010).

c. Manifestasi Klinis

Adanya penurunan tekanan inspirasi/ ekspirasi menjadi tanda gangguan oksigenasi. Penurunan
ventilasi permenit, penggunaaan otot nafas tambahan untuk bernafas, pernafasan laring (nafas
cuping hidung), dispnea, ortopnea, penyimpangan dada, nafas pendek, nafas dengan bibir,
ekspirasi memanjang, peningkatan diameter anterior-posterior, frekuensi nafas kurang, penurunan
kapasitas vital menjadi tanda dan gejala adanya pola nafas yang tidak efektif sehingga menjadi gangguan
oksigenasi. Selain itu terdapat tanda dan gejala lainnya seperti :

1. Pola napas abnormal (irama, frekuensi, kedalaman)

2. Suara napas tidak normal.

a. Stridor : adalah suara yg terdengar kontinu (tidak terputus-putus), bernada tinggi yg terjadi baik
pada waktu inspirasi ataupun pada waktu ekspirasi, akan terdengar tanpa menggunakan alat stetoskop,
biasanya bunyi ditemukan pada lokasi saluran nafas atas (laring) atau trakea, disebabkan lantaran
adanya penyempitan pada saluran nafas tersebut. Pada orang dewasa, kondisi ini mengarahkan pada
dugaan adanya edema laring, tumor laring, kelumpuhan pita suara, stenosis laring yg umumnya
disebabkan oleh tindakan trakeostomi atau dapat pula akibat pipa endotrakeal (Nurjanah, 2014).

b. Wheezing (mengi) : Merupakan bunyi seperti bersiul, kontinu, yg durasinya lebih lama dari krekels.
Terdengar selama : inspirasi & ekspirasi, secara klinis lebih jelas pada saat melakukan ekspirasi.
Penyebab : akibat udara melewati jalan napas yg menyempit/tersumbat sebagian. Bisa dihilangkan
dengan cara batuk. Dengan karakter suara nyaring, suara terus menerus yg berhubungan dengan aliran
udara melalui jalan nafas yg menyempit (seperti pada asma & bronchitis kronik). Wheezing dapat terjadi
oleh lantaran perubahan temperature, allergen, latihan jasmani, & bahan iritan pada bronkus.

c. Ronchi : Merupakan bunyi gaduh yg dalam. Terdengar sewaktu ekspirasi. Penyebab : gerakan
udara melewati jalan napas yg menyempit akibat terjadi obstruksi nafas.

3. Perubahan jumlah pernapasan.

4. Batuk disertai dahak.

5. Penggunaan otot tambahan pernapasan.

6. Dispnea (sesak napas).

7. Penurunan haluaran urin..

8. Takhipnea (Tarwoto & Wartonah, 2010).

E. Pemeriksaan Penunjang

1. Bronkosopi

Untuk memperoleh sempel biopsi dan cairan atau sampel sputum/ benda asing yang menghambat jalan
nafas.

2. Endoskopi

Untuk melihat lokasi kerusakan dan adanya lesi.

3. Fluroskopi

Untuk mengetahui mekanisme radiopulmonal, misal: kerja jntung dan kontraksi paru.

4. CT-Scan

Untuk mengetahui adanya massa abnormal.

5. Pemeriksaan fungsi paru dengan spirometri

Pemeriksaan fungsi paru menentukan kemampuan paru untuk melakukan pertukaran oksigen dan
karbondioksida pemeriksaan ini dilakukan secara efisien dengan menggunakan masker mulut yang
dihubungkan dengan spirometer yang berfungsi untuk mencatat volume paru, cadangan inspirasi,
volume rasidual dan volume cadangan ekspirasi (Andarmoyo, 2012).

6. Kecepatan aliran ekspirasu puncak


Kecepatan aliran ekspirasi puncak adalah titik aliran tertinggi yang dicapai selama ekspirasi dan titik ini
mencerminkan terjadinya perubahan ukuran jalan napas menjadi besar (Andarmoyo, 2012).

7. Pemeriksaan gas darah arteri

Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengambil sampel darah dari pembuluh darah arteri yang digunakan
untuk mengetahui konsentrasi ion hydrogen, tekanan parsial oksigen dan karbondioksida dan saturasi
hemoglobin, pemeriksaan ini dapat menggambarkan bagaimana difusigas melalui kapiler alveolar dan
keadekuatan oksigenasi jaringan (Andarmoyo, 2012).

8. Oksimetri

Pengukuran saturasi oksigen kapiler dapat dilakukan dengan menggunakan oksimetri. Saturasi oksigen
adalah prosentase hemoglobin yang disaturasi oksigen. Keuntungannya; mudah dilakukan, tidak
invasive, dan dengan mudah diperoleh, dan tidak menimbulkan nyeri. klien yang bisa dilakuakn
pemeriksaan ini adalah klien yang mengalami kelainan perfusi/ ventilasi, seperti Pneumonia, emfisema,
bronchitis kronis, asma embolisme pulmunar, dan gagal jantung congestive (Andarmoyo, 2012).

9. Pemeriksaan darah lengkap

Hitung darah lengkap menentukan jumlah dan tipe sel darah merah dan sel darah putih per mm3 darah.
Hitung darah lengkap mengukur kadar hemoglobin dalam sel darah merah. Defisiensi sel darah merah
akan menurunkan kapasitas darah yang menurunkan kapasitas darah yang membawa oksigen karena
molekul hemoglobin yang terseda untuk mengangkut ke jaringan lebih sedikit. Apanila jumlah sel darah
merah meningkat kapasitas darah yang mengangkut oksigen meningkat. Namun peningkatan jumlah sel
darah merah akan meningkatkan kekentalan dan risiko terbentuknya trombus (Andarmoyo, 2012).

10. X-Ray Thorax

Pemeriksaan sinar X-Ray terdiri dari radiologi thoraks, yang memungkinkan perawat dan dokter
mengobservasi lapang paru untuk mendeteksi adanay cairan (misalnya fraktur klavikula dan tulang iga
dan proses abnormal lainnya (Andarmoyo, 2012).

11. Bronskokopi

Bronskokopi adalah pemeriksaan visual pada pohon trakeobonkeal melalui bronskokop serat optic yang
fleksibel, dan sempit. Bronskokopi dilakukan untuk memperoleh sampel biopsi dan cairan atau sampel
sputum untuk mengangkat plak lender atau benda asing yang menghambat jalan napas (Andarmoyo,
2012).

12. Pemindaian paru

Pemindaian paru yang paling umum adalah pemindaian Computed Tomografi (CT) Scan paru. Sebuah
pemindaian CT paru dapat mengidentifikasikan massa abnormal melalui ukuran dan lokasi tetapi tidak
dapat mengidentifikasikan tipe jaringan maka harus dilakukan biposi (Andarmoyo, 2012).
13. Spesimen Sputum

Spesimen sputum diambil untuk mengidentifikasi tipe organisme yang berkembang dalam sputum
(misalnya TB Paru). Sputum untuk sitologi adalah spesimen sputum yang diambil untuk mengidentifikasi
kanker pau abnormal dan dengan tipe sel yang ada didalamnya (Andarmoyo, 2012).

F. Komplikasi

Komplikasi yang mungkin terjadi dari ganguan pemenuhan oksigen adalah:

1. Penurunan kesadaran

Penurunan kesadaran adalah keadaan dimana penderita tidak sadar dalam arti tidak terjaga/ tidak
terbangun secara utuh sehingga tidak mampu memberikan respons yang normal.

2. Hipoksia

Hipoksia adalah kondisi kurangnya pasokan oksigen di sel dan jaringan tubuh untuk menjalankan fungsi
normalnya. Hipoksia merupakan kondisi berbahaya karena dapat mengganggu fungsi otak, hati, dan
organ lainnya dengan cepat.

3. Disorientasi

Meliputi disorientasi waktu, tempat, dan orang. Pasien tidak mampu mengenali kondisi atau suasana
yang ada (Nurjanah, 2014).

G. Penatalaksanaan

1. Terapi Pemberian Oksigenasi

a. Kateter nasal : Kecepatan aliran yang disarankan (L/menit): 1-6. Keuntungan pemberian O2 stabil,
klien bebas bergerak, makan dan berbicara, murah dan nyaman serta dapat juga dipakai sebagai kateter
penghisap.

b. Kanul nasal : Kecepatan aliran yang disarankan (L/menit): 1-6. Keuntungan Pemberian O2 stabil
dengan volume tidal dan laju pernafasan teratur, mudah memasukkan kanul dibanding kateter, klien
bebas makan, bergerak, berbicara, lebih mudah ditolerir klien.

c. Sungkup muka sederhana : Kecepatan aliran yang disarankan (L/menit):5-8.

d. Sungkup muka dengan kantong rebreathing. Kecepatan aliran yang disarankan (L/menit): 8-12.

e. Sungkup muka dengan kantong non rebreathing. Kecepatan aliran yang disarankan (L/menit): 8-12
(Asmadi, 2008).
2. Pemantauan Hemodinamika

Hemodinamika adalah aliran darah dalam system peredaran tubuh kita baik melalui sirkulasi magna
(sirkulasi besar) maupun sirkulasi parva ( sirkulasi dalam paru-paru). Pemantauan Hemodinamika adalah
pemantauan dari hemodinamika status

3. Pengukuran bronkodilator

Bronkodilator adalah sebuah substansi yang dapat memperlebar luas permukaan bronkus dan
bronkiolus pada paru-paru, dan membuat kapasitas serapan oksigen paru-paru meningkat. Senyawa
bronkolidator dapat tersedia secara alami dari dalam tubuh, maupun didapat melalui asupan obat-
obatan dari luar.

4. Pemberian medikasi seperti nebulizer, kanula nasal, masker untuk membantu pemberian oksigen
bila diperlukan.

5. Penggunaan ventilator mekanik.

Ventilator mekanik adalah merupakan suatu alat bantu mekanik yang berfungsi bermanfaat dan
bertujuan untuk memberikan bantuan nafas pasien dengan cara memberikan tekanan udara positif
pada paru-paru melalui jalan nafas buatan.

6. Pelatihan batuk efektif

7. Fisioterapi dada.

8. Fisioterapi dada merupakan tindakan keperawatan dengan melakukan drainase postural, tepukan
dan vibrasi pada pasien yang mengalami gangguan sistem pernafasan. Tujuan Tindakan ini bertujuan
meningkatkan efisiensi pola pernafasan dan membersihkan jalan nafas.

9. Atur posisi pasien (semi fowler)

10. Tekhnik bernapas dan relaksasi (Tarwoto & Wartonah, 2010).

3. Riwayat kardiovaskuler

pernah mengalami penyakit jantung (gagal jantung, gagal ventrikel kanan,dll) atau peredaran darah
(Tarwoto & Wartonah, 2015).

4. Gaya hidup

merokok , keluarga perokok, lingkungan kerja dengan perokok.

I. Diagnosa yang mungkin muncul

1. Ketidakefektifan jalan nafas.


2. Ketidakefektifan pola nafas.

J. Fokus Intervensi

1. Ketidakefektifan jalan nafas.

a. Sediakan alat suction dalam kondisi baik.

b. Monitor jumlah, bunyi napas, AGD.

c. Pertahankan intake cairan 3.000ml/hari.

d. Terapi inhalasi dan latihan pernapasan dalam dan batuk efektif.

e. Bantu hygiene oral setiap 4 jam.

f. Mobilisasi pasien setiap 2 jam.

2. Ketidakefektifan pola nafas.

a. Berikan oksigen sesuai program.

b. Monitor jumlah pernapasan.

c. Laksanakan program pengobatan.

d. Atur posisi pasien.

e. Bantu dalam terapi inhalasi.

f. Alat-alat emergensi disiapkan dalam kondisi baik.

3. Gangguan pertukaran gas.

a. Kaji frekuensi kedalaman pernapasan.

b. Tinggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih posisi yang mudah untuk bernapas.

c. Kaji/awasi secara rutin kulit dan warna membrane mukosa.

d. Auskultasi bunyi napas,catat area penurunan aliran udara/bunyi tambahan.

e. Awasi tingkat kesadaran/status mental.

f. Kaji tanda vital dan irama jantung.

4. Gangguan perfusi jaringan.


a. Monitor denyut jantung dan irama.

b. Monitor tanda vital, bunyi jantung, CVP.

c. Kolaborasi dengan dokter dalam pemeriksaan AGD, elektrolit, darah lengkap.

d. Jelaskan semua prosedur yang akan dilakukan.

e. Berikan oksigen sesuai kebutuhan.

f. Ukur intake dan output cairan.

Anda mungkin juga menyukai