Anda di halaman 1dari 27

PERAN NIAT DALAM MENJAGA SEMANGAT BELAJAR SISWA

KELAS 6 SDIT KHALID BIN WALID MENURUT IDEALISME PLATO

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pada Fakultas

Filsafat Universitas Gadjah Mada

Oleh:

Sutan Adam Kusuma Tanaka

479030

FAKULTAS FILSAFAT

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2022
1

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................. ii
ABSTRACT .................................................................................................... iii

BAB I. Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1
1. Rumusan Masalah ...................................................................... 5
2. Keaslian Penelitian .................................................................... 6
3. Manfaat Penelitian ..................................................................... 10
B. Tujuan Penelitian ............................................................................. 12
C. Tinjauan Pustaka.............................................................................. 12
D. Landasan Teori ................................................................................ 18
E. Metode Penelitian ............................................................................ 20
1. Jenis dan Bahan Penelitian ........................................................ 20
2. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 22
3. Teknik Analisis Data ................................................................. 23
4. Tahapan Penelitian..................................................................... 24
F. Hasil yang dicapai............................................................................ 25
G. Sistematika Penulisan ...................................................................... 25

BAB II. Kolektif Seni di Kota Padang


A. Sejarah komunitas seni Padang
B. Tokoh-tokoh seniman Padang
C. Aliran-aliran Seniman Padang
D. Perkembangan Kolektif Seni Padang
BAB III. Filsafat Pendidikan John Dewey
A. Biografi Singkat John Dewey
B. Karya-karya John Dewey
C. Tokoh yang Berpengaruh
D. Konsep Pendidikan/ Gagasan Filsafat Pendidikan John Dewey
1. Pendidikan based on experience
2. Pola Pendidikan Tradisional
2

BAB IV. Analisis Filsafat Pendidikan John Dewey terhadap Pedagogi


Kolektif Seni
A. Konsep pendidikan alternatif
B. Signifikansi Pengalaman dalam Pendidikan Seni
C. Nalar Tradisional dalam Proses Pendidikan Seni
D. Seni dan Pembebasan

BAB VI PENUTUP ....................................................................................... 151


A. Kesimpulan ......................................................................................... 151
B. Saran .................................................................................................... 154

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 156


3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kemajuan dunia pendidikan adalah sebuah bukti bahwa pengetahuan


merupakan unsur yang penting bagi manusia, pengetahuan telah banyak
membantu manusia melalui penemuan penemuan yang terlahir darinya,
sekalipun tidak lepas dari eksperimen yang dilakukan. Sehingga menguasai
suatu ilmu bisa mendorong manusia untuk menjadi mahir dalam bidang
yang ditekuninya. Namun yang perlu diketahui dalam sebuah nasihat yang
diturukan oleh Imam Syafii, bahwa ada 6 perkara yang dibutuhkan untuk
menuntu ilmu, dan salah satunya adalah lama waktu atau durasi yang
panjang dalam menuntut ilmu, dalam Hadis lain, diriwayatkan bahwa
menuntut ilmu adalah suatu kewajiban bagi seluruh muslim, berbicara
mengenai dibutuhkan waktu yang lama untuk menuntu ilmu, ada hadis lain
terkait yang berbunyi tuntutlah ilmu dari lahir hingga mati.
Namun keberhasilan dalam menuntut ilmu saat ini seringkali disalah
pahami, banyak yang berpendapat bahwa ilmu yang membawa kepada
kesuksesan dalam bidang materi layaknya kekayaan harta memiliki posisi
yang lebih baik, hal itu bisa ditandai dengan banyaknya minat orang
terhadap ilmu ilmu praktis yang mampu diimplementasikan dengan cepat
pada sebuah pekerjaan dengan pertimbangan lain dapat berupa besar
kecilnya penghasilan yang diterima juga mempengaruhi minat menuntut
ilmu. Dalam contoh lain dapat berupa keputus-asaan atau sedikit
kekecewaan seorang penuntut ilmu dikala bahan pembelajarannya tidak
menjadi soal dalam ujian, namun tidak dapat dipungkiri bahwa para pelajar
tentu menginginkan nilai yang besar dan baik lantas menerapkan strategi
tertentu dalam memilah dan mempelajari materi agar yang diujikan sesuai
dengan apa yang diusahakan
4

Maka, bergantung kembali kepada tujuan masing-masing penuntut


ilmu sebagaimana dalam suatu hadis dikatakan, setiap amalan bergantung
pada niat dan setiap orang akan mendapatkan apa yang diniatkannya.
Idealisme Plato diharapkan mampu memberi gambaran sebagai rujukan
untuk menemukan tujuan terbaik dalam menuntut ilmu yang tidak hanya
terbatas kepada tujuan yang bersifat materi/kasat mata secara indera,
sebagaimana pendapat plato bahwa hal tersebut adalah semu dan tidak
nyata, namun ada hal lain yang lebih konkrit dan sejati dan mampu menjaga
kemauan serta semangat belajar dalam menuntut ilmu sehingga tidak mudah
tergoyah oleh pencapaian-pencapaian materi yang belum terealisasi.

1. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, peneliti dapat

merumuskan permasalahan yaitu

1. Pentingnya niat dalam mendasari perbuatan

2. Dampak niat terhadap semangat belajar

3. Bagaimana menemukan niat yang tepat dalam menuntut ilmu

2. Keaslian Penelitian

Berdasarkan penelusuran kepustakaan yang meliputi skripsi, tesis,

jurnal, buku, dan lainnya yang relevan maupun sejenis dengan judul skripsi

ini, peneliti menemukan beberapa penelitian yang memiliki kemiripan

dengan objek material dan objek formal yaitu sebagai berikut :

1. Pentingnya Niat Dalam Mencari Ilmu, merupakan jurnal yang diterbitkan


pada situs uin-malang.ac.id oleh Prof. Dr. H. Imam Suprayogo dapat
diketahui bahwa jurnal tersebut memuat cerita bagaimana sebenarnya dalam
5

menuntu ilmu tidak hanya mutu pendidikan saja yang harus diperhatikan
namun juga pada pembenaran niat yang mungkin konsep tersebut sulit
untuk diterima. Cerita tersebut mengungkapkan sebuah kejadian nyata
bagaimana niat menentukan hasil dari pembelajaran
2. Pendidikan Karakter Bagi Mahasiswa, sebuah ebook yang ditulis oleh Eny
Wirtanti menjelaskan bagaimana urgensi niat dalam belajar, agar pembaca
mampu menemukan pemahaman urgensi dari niat itu sendiri, komitmen
untuk meluruskan niat, dan juga langkah strategis untuk mencapai cita-cita
berdasarkan niat yang baik
3. Bulughul Maram, sebuah buku yang ditulis oleh Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-
Asqalani merupakan kumpulan hadis tematik yang dijadikan sumber
pengambilan hukum fikih, didalamnya terdapat beberapa hadis yang
berbicara mengenai pentingnya niat dalam melandasi sebuah pekerjaan
4. Idealisme Pendidikan Plato, merupakan salah satu hasil penelitian oleh AB.
Musytafa’ Fathoni mengenai bagaiaman idealism mampu menjarah peran
dalam dunia pendidikan, terutaman plato merupakan filsuf idealism yang
tidak berhenti pada gagasan yang nyata saja namun juga dalam bentuk idea
dan hal tersebut memiliki korelasi dengan niat sebagaimana niat tersebut
tdak tampak namun berdampak layaknya bayangan pantul di analogi gua
Plato

1. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi dampah positif bagi

perkembangan keilmuan di bidang filsafat, masyarakat, dan sekaligus

sebagai stimulan bagi penelitian berikutnya.

a. Memberikan wawasan terkait niat dan korelasinya terhadap

keiatan belajar

b. Memberikan sudut pandang terkait peran dunia idea plato dalam

niat belajar
6

c. Memberi gambaran sederhana berupa spekulasi terkait kausalitas

dalam menentukan niat

B. Tujuan Penelitian

Penelitian ini juga memiliki tujuan dari penulis untuk para pembaca yaitu :

1. Memberikan sudut pandang baru dalam memahami niat agar para pelajar

memiliki tujuan yang baik dan mampu terjaga semangatnya dari kenyataan

yang menipu selama proses pembelajaran

2. Memberikan gambaran sederhana terkait kausalitas yang terdapat antara

niat dan proses pembelajaran

C. Tinjauan Pustaka

Berdasarkan peninjauan atas beberapa pustaka yang relevan dengan

judul skripsi ini, maka peneliti hendak mempertegas standing position

penelitian ini, bahwa peneliti hendak menganalisis peran niat didalam menjaga

semangat belajar, dengan menggunakan pendekatan idealisme dari Plato,

peneliti disini juga hendak mengupas buah pemikirannya terkait bagaimana

niat akan mempengaruhi hasil atau tujuan yang akan didapat oleh para pelajar

dari analisis tersebut, agar kelak dapat dihubungkan dengan bagaiamana ilmu

saat ini dimanfaatkan yang masih memiliki pengaruh dari niat seorang penuntut

ilmu
7

D. Landasan Teori

Dalam pemikiran Idealisme Plato, terdapat dua poin inti yang

ditemukan oleh penulis yakni Idea Plato dan Analogi Gua Plato Fusi

Cakrawala. Dua poin tersebut akan menjadi pendekatan utama pada penelitian

kali ini

1. Idea Plato

Idea dalam Bahasa Yunani berarti vision atau pandangan, hal

tersebut tercetus oleh Plato dalam filsafat idealismenya yang hidup pada

427-372 M, ide Plato sendiri bukanlah seperti ide yang kita kenal sebatas

gagasan atau buah pikiran semata, namun ia dapat menjelma sebagai sebuah

teori metafisik Plato bahwa sejatinya pengetahuan manusia yang ada

didalam idea yang letaknya bersifat metafisik atau tidak nyata namun

keberadaanya dapat dibuktikan melalui lahirnya pemikiran manusia atau

gagasan karena menurut Plato hal tersebut lahir dari dunia idea

Sifatnya yang non material membuat idea Plato dikategorikannya

sebagai sebuah sumber pengetahuan dimana manusia sudah memilikinya

sejak lama, sehingga manusia hanya butuh untuk mengingat kembali

pengetahuannya di dalam dunia ide untuk meneliti atau memberi gagasan

baru

Oleh karena itu idea berarti tidaklah bergantung terhadap benda

material, sebagaimana Plato juga menjelaskan bahwa indera manusia

hanyalah tipuan dan yang sejati adalah apa yang datang dari dunia idea,

karean ia tetap dan tidak bisa berubah ubah berbeda dengan benda material
8

yang Nampak ia dapat berubah-ubah sehingga mempengaruhi deduksi

manusai terhadap apa yang diamatinya secara inderawi

2. Analogi Goa Plato

Cave, sebuah analogi yang cukup tersohor dalam dunia filsafat

dan tentu identic dengan filsuf plato analogi gua ini menunjukkan

bagaimana sebuah gua yang didalamnya terdapat tembok yang

membatasinya sehingga Nampak adanya bayangan dari orang orang yang

memegang symbol di seberang tembok yang terpantul oleh cahaya

Dari sini Plato ingin menunjukkan bahwa apa yang selama ini

manusia lihat yaitu bayangan tersebut merupakan sebuah kefanaan atau

ketidak aslian karena ia sejatinya hanyalah pantulan dari benda dan

bukannya realitas yang sesunggugnya dan hal itu yang dimaksud dengfan

indera yang menipu karena objeknya dapat berubah ubah

Namun diluar sana ada sebuah inti dari cahaya tersebut dimana

dengan cahaya yang cukup, maka manusai akan menmukan kebanran

sebenarya bukan hanya melihat pantulan sumbernya, dan hal tersebut

berasal dari luar gua atau yang disebut Plato sebagai dunia idea miliknya

dan tiap tiap manusia, dan disitulah tempat yang dipenuhi cahaya karean

merupakan sumber sehingga manusai mampu melihat realitas yang

sebenarnya, hal tersebut merupaakan bagaimana idea sendiri dapat

dijelaskan secara detail dan menajdi dasar dari idealisme yang berate

manusai mampu memegan sebuah kebenaran tanpa terusik dari pengaruh

pengaruh benda materealis yang mampu memberikan deduksi subjektif

yang berbeda belum lagi objek yang beruba-ubah, dan hal


9

tersebutlah yang nantinya akan berkaitan dengan niat sebagai sesuatu non

materialis namun memiliki tujuan akhir yang mampu meberikan

kebenaran akan teori yang dipegang.

E. Metode Penelitian

1. Jenis dan Sumber Penelitian

Penelitian ini dikategorisasikan sebagai penelitian kepustakaan yang


mengacu pada model penelitian historis-faktual mengenai tokoh, dengan
menelaah obyek material dan obyek formal dari berbagai sumber buku dan
pustaka yang mengulas pemikiran tokoh. Obyek penelitiannya ialah pikiran
salah seorang filsuf dalam seluruh karyanya, ataupun hanya satu topik dalam
karyanya (Bakker, 1990:61). Data kepustakaan yang digunakan dalam
penelitian ini dibagi menjadi sumber primer dan sumber sekunder.

a. Sumber Utama

Sumber utama dalam penelitian ini adalah pada penelitian

penelitian terkait dengan niat dan koelasinya terhadap menuntut

ilmu, yaitu pada beberapa karya ilmiah, buku dan jurnal jurnal

lainnya yang terkait

b. Sumber Tambahan

Sumber tambahan pada penelitian kali ini datang dari buah

pemikiran pribadi penulis berdasarkan pengalaman yang telah

ditemui ataupun ilmu yang telah didapati

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah telaah sumber kepustakaan. Pustaka yang relevan dengan obyek


10

material adalah berupa karya asli tokoh, penelitian, pemikiran, serta

komentar tokoh yang relevan dalam membahas tentang niat dan menuntut

ilmu, serta pustaka yang relevan dengan obyek formal yaitu Idealisme

Pendidikan Plato, merupakan salah satu hasil penelitian oleh AB.

Musytafa’ Fathoni maupun karya lain yang masih relevan.

3. Teknik Analisis Data

Metode yang digunakan dalam menganalisis data merujuk pada

Kaelan (2005:68-71), langkah-langkah dalam menerapkan metode analisis

sebagai berikut

a. Reduksi data

Data-data yang diperoleh dari pustaka-pustaka yang berkaitan

dengan obyek formal (Idealisme Plato) dan obyek material (Pentingnya

Niat) direduksi, yaitu dengan merangkum inti, dipilih hal-hal yang pokok

lalu difokuskan pada hal-hal yang penting, dicari substansi serta pola-

polanya. Hasil reduksi data mengarahkan peneliti untuk mengetahui peta

esensial yang menyangkut kandungan makna yang ada di dalam data,

yakni pentingnya niat yang ditinjau menurut Idealisme Plato dengan

pembahasan tentang peran subjek di dalam proses epistemologis.

b. Klasifikasi data

Pada tahapan ini, peneliti mengelompokkan data-data berdasarkan

ciri khas masing-masing dan berdasarkan obyek formal penelitian,

sehingga data-data yang relevan dengan obyek material dapat secara tepat

dan cocok untuk dikaji dengan sudut pandang obyek formal yang
11

digunakan. Selanjutnya, data-data tersebut diklasifikasi dan disesuaikan

dengan Idealisme Plato yang merupakan obyek formal penelitian.

Klasifikasi tersebut diarahkan kepada tujuan penelitian, sehingga dalam

proses klasifikasi tersebut harus disisihkan data-data yang kurang relevan

serta data-data yang memiliki hubungan dengan tujuan penelitian, agar

rumusan masalah penelitian ini dapat dijawab secara jelas.

c. Display data

Mengorganisasikan data-data kedalam suatu peta yang sesuai

dengan obyek formal dan tujuan penelitian. Dengan membuat display data,

maka masalah makna data yang terdiri atas berbagai macam konteks dapat

terkuasai petanya.

d. Memberikan penafsiran serta interpretasi dan mengambil

kesimpulan.

Proses penafsiran dan interpretasi ini adalah dalam rangka untuk

mengungkap makna yang terkandung dalam bahasa atau suatu benda

budaya lainnya. Agar makna dapat dikomunikasikan dalam hubungannya

dengan konteks masa sekarang, maka diterapkanlah metode hermeneutika.

Dengan menggunakan metode hermeneutika, terutama secara spesifik

dalam penelitian ini menggunakan Idealisme Plato, dimana dengan konsep

idea nya terdapat relevansi yang tersirat atau eksplisit dalam keberadaanya

terhadap niat beserta peran dan pengaruhnya terhadap kegiatan belajar,

sehingga hal tersebut nantinya akan menjadi unsur yang menguatkan

kedudukan penting nita dalam menjaga semangat belajar


12

4. Tahapan Penelitian

a. Pengumpulan Data

Dilakukan dengan mengumpulkan sumber-sumber yang

bersifat kepustakaan, tertulis dalam bentuk fisik maupun digital,

data dikumpulkan melalui berbagai sumber secara kualitatif dalam

rangka memperkaya cakrawala pengetahuan yang akan disajikan

dan diolah untuk menghasilkan sebuah hasil sesuai dengan tujuan

penelitian

b. Pengolahan Data

Pengolahan dilakukan dengan pendekatan deskriptif pada

tiap-tiap sumber, serta mencari korelasi antar konklusi yang

ditemukan dan disesuaikan dengan pokok bahasan ataupun tujuan

dari penelitian

c. Penyusunan Hasil Penelitian

Tahap ini dilakukan sesuai dengan kerangka pembahasan

yang ditentukan setelah melewati tahap pengolahan data dari yang

telah dikumpulkan melalui berbagai sumber terkait, bertujuan agar

hasil penelitian dapat sampai kepada pembaca dengan kerangka

penjelasan yang runtut dan bertahap

F. Hasil yang Dicapai


13

1) Pemahaman lebih mendalam mengenai korelasi antara niat dan semangat

belajar, beserta determinisme yang terdapat pada niat sebagai dasar dari

perbuatan yang berdampak pada tujuan

2) Pendalaman serta perluasan pemahaman dengan peninjauan peran niat

dalam menjaga semangat belajar melalui idealisme Plato melalui konsep

idea-nya dengan penalaran penulis terhadap konsep pemikiran Idealisme

Plato pada sumber sumber terkait untuk memperkuat korelasi kedudukan

peran niat.

G. Sistematika Penulisan

Sesuaikan dengan outline!


56

BAB II

IDEALISME PLATO

A. Sekilas Biografi Plato

Tempat dan kelahiran Plato yang sesungguhnya tidak diketahui dengan pasti. Ada

yang mengatakan ia lahir di Athena, ada pula yang mengatakan ia lahir di pulau Aegina.

Demikian halnya dengan tahun kelahirannya, ada yang mengatakan ia lahir pada tahun

428 SM, ada juga yang mengatakan ia lahir tahun 427 SM. Plato dilahirkan di penting

dalam politik di Athena. Ayahnya bernama Ariston, seorang bangsawan keturunan Raja

Kordus, raja terakhir Athena yang dikagumi oleh rakyatnya. Ibunya bernama Periktione

keturunan Solon, tokoh legendaris dan negarawan agung Athena.

Nama Plato yang sebenarnya adalah Aristokles. Karena dahi dan bahunya amat

lebar, maka ia mendapatkan julukan “Plato” dari seorang pelatih senamnya. Julukan ini

cepat populer dan menjadi panggilannya sehari-hari, bahkan kemudian diabadikannya

lewat seluruh karya-karyanya. Pada awalnya, Plato ingin menjadi seorang politikus, akan

tetapi kematian Sokrates, gurunya dalam mempelajari filsafat selama delapan tahun,

memadamkan cita-citanya tersebut. Kematian Sokrates menjadi awal pengembaraan Plato

yang cukup lama sampai di Italia dan Sisilia. Setelah kembali dari pengembaraannya ia

mendirikan sekolah “Akademi” (dekat kuil pahlawan Akademos). mendirikan sekolah itu

ialah untuk memberikan pendidikan yang intensif dalam ilmu pengetahuan dan filsafat. Ia

memegang pimpinan akademi itu selama 40 tahun.

Banyak karya Plato yang masih utuh dan lengkap. Di antara karyanya adalah :

Apologia, Politeia, Shophistes, dan Timaios, serta dua karyanya yang terkenal

“Republik” dan “Laws”. Dari seluruh karyanya dapat diketahui bahwa Plato kenal

dengan para filosof pendahulunya seperti Herakleitos, Phytagoras, para filosof Elea, dan

terlebih-lebih yang terletak pada kaum Sophis.


56

B. Filsafat Plato

Pemikiran filsafat Plato banyak bersumber dari gurunya yaitu Sokrates. Ia adalah

guru yang sangat dihormati, dikagumi serta dicintai. Bagi Plato, Sokrates adalah guru dan

sahabat. Rasa hormat dan kecintaannya terhadap Sokrates terlihat dalam karya-karya

filsafatnya. Hampir seluruh karya filsafatnya menggunakan “Metode Sokratik” yaitu

metode yang dikembangkan oleh Sokrates yang dikenal dengan nama “metode dialektis”

atau disebut juga dengan “elenkhus”. Metode ini kemudian dikembangkan dan

disempurnakan oleh Plato dengan menuliskan dialog-dialognya ke dalam suatu bentuk

kesusastraan yang mampu mempesona umat manusia dari abad ke abad. Selain Sokrates,

Plato juga dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran filosof sebelum Sokrates seperti

Heraklitos, Parmanides, dan ajaran Orphisme yang sering disebut sebagai Misteri Orphik.

Mengenal konsep Pythagoreanisme tentang tubuh dan jiwa sebagai soma-sema yang

artinya tubuh (soma) adalah kubur (sema) bagi jiwa, walaupun akhirnya ia menolak

konsep tersebut dengan mengatakan tubuh adalah penjara jiwa.

C. Idealisme Plato

Intisari ajaran Plato adalah pendapatnya tentang ide (alam ide). Ajaran Plato ini

merupakan ajaran yang sulit untuk dipahami karena selalu berkembang. Pada awalnya,

ide dikemukakan sebagai teori logika, kemudian meluas menjadi pandangan hidup,

menjadi dasar umum bagi ilmu politik dan sosial serta mencakup pandangan tentang

pendidikan. Dalam Pandangan Plato, ide adalah realitas yang sebenarnya dari segala

sesuatu yang ada dan dapat dikenal lewat panca indera. Pohon, bunga, manusia, hewan

dan lain sebagainya akan mati dan berubah, tetapi ide tentang pohon, bunga, manusia,

dan hewan tidak akan pernah berubah. Bagi Plato, ide bukanlah gagasan yang hanya

terdapat di dalam pikiran manusia saja, yang bersifat subjektif. Ide ini bukan gagasan
56

yang dibuat manusia, yang ditemukan manusia, sebab ide ini bersifat objektif; artinya

berdiri sendiri, lepas daripada subjek yang berpikir, tidak tergantung pada pemikiran

manusia, akan tetapi sebaliknya ide yang memimpin pikiran manusia. Dari sini tampak

bahwa dalam pandangan Plato terdapat dua macam dunia. Pertama, dunia ini, yang serba

berubah dan serba jamak di mana tiada hal yang sempurna, dunia yang diamati dengan

inderawi. Kedua, dunia ide, dimana tiada perubahan, tiada kejamakan (dalam arti ini,

bahwa yang baik hanya satu, dan yang indah hanya satu), yang bersifat kekal. Prinsipnya,

aliran idealisme mendasari semua yang ada dan yang nyata di alam ini hanya ide.

Dunia ide merupakan lapangan rohani dan bentuknya tidak sama dengan alam

nyata seperti yang tampak dan tergambar, sedangkan ruangannya tidak mempunyai batas.

Tumpuan yang paling akhir dari ide adalah arche yang merupakan tempat kembali

kesempurnaan yang disebut dunia ide dengan Tuhan, arche, sifatnya kekal dan sedikit

pun tidak mengalami perubahan. Inti yang terpenting dari ajaran ini adalah manusia

menganggap roh atau sukma lebih berharga dan lebih tinggi dibandingkan dengan materi

bagi kehidupan manusia. Roh itu pada dasarnya dianggap suatu hakikat yang sebenarnya,

sehingga benda atau materi disebut sebagai penjelmaan dari roh atau sukma. Aliran

idealisme berusaha menerangkan secara alami bahwa secara metafisis, pikiran barulah

berupa gerakan-gerakan rohaniah untuk menemukan hakikat yang mutlak dan murni pada

kehidupan manusia. Demikian juga hasil adaptasi individu dengan individu lainnya. Oleh

karena itu, adanya hubungan rohani ini, akhirnya membentuk kebudayaan dan peradaban

baru. Dengan demikian, sumber pengetahuan itu terletak pada kenyataan rohani dan

kepuasan hanya bisa dicapai dan dirasakan dengan memiliki nilai-nilai kerohanian yang

dalam idealisme disebut dengan ide. Berangkat dari teorinya tentang ide, Plato

meneruskan penjelasannya tentang pengetahuan sejati (true knowledge). Ia percaya


56

bahwa segala sesuatu yang kita lihat di sekeliling kita di alam ini, segala sesuatu yang

nyata, dapat disamakan dengan busa sabun, sebab tidak ada sesuatupun di dunia inderawi

yang abadi. Manusia dan hewan lambat laun akan mati dan membusuk bahkan balok

marmer pun lambat laun akan hancur. Sehingga Plato berkesimpulan bahwa kita tidak

akan dapat memiliki sesuatu pengetahuan yang sejati (true knowledge) dari segala sesuatu

yang selalu berubah. Kita hanya akanmempunyai pengetahuan sejati tentang segala

sesuatu yang dipahami oleh akal kita. Menurut Plato yang dapat menunjukkan

pengetahuan sejati (true knowledge) adalah matematika, karena matematika itu tidak

pernah berubah dan selalu benar.

Sebagai contoh bila seorang guru menanyakan pada murid-muridnya tentang

warna pelangi apakah yang paling indah, barangkali dia akan mendapatkan banyak

jawaban yang berlainan. Tapi jika ditanya berapakah 8 X 3, maka seluruh murid akan

memberikan jawaban yang sama. Sebab kini akal yang berbicara bukan perasaan, dan

akal hanya akan mengungkapkan keadaan yang kekal dan universal. Dari teori dualisme

dunia yang dikemukakannnya, Plato juga percaya bahwa semua fenomena alam itu

hanyalah bayang-bayang dari bentuk atau ide yang kekal. Tapi kebanyakan manusia

sudah puas hidup di tengah bayang-bayang. Mereka tidak memikirkan bayang-bayang

itu. Mereka mengira bahwa hanya bayang-bayang itulah yang ada, tanpa menyadari

bahwa bayang-bayang itu hanyalah sekedar bayang-bayang. Plato menjelaskan hal ini

dalam sebuah alegori “manusia gua” berikut : “Bayangkan beberapa orang berada dalam

sebuah gua yang gelap dan duduk membelakangi mulut gua. Tangan dan kaki mereka

terikat sehingga tidak dapat bergerak sedikitpun dan hanya dapat melihat dinding gua

dihapan mereka. Suatu saat mereka melihat di dinding gua bayangan benda di luar gua.

Mereka barada dalam posisi ini sejak ia dilahirkan, sehingga ia mengira hanya bayang-
56

bayang itulah yang ada. Bayangkan bila salah seorang dari mereka berusaha untuk

melepaskan belenggu. Hal pertama yang ingin diketahuinya adalah ingin mengetahui dari

manakah asal bayang- bayang tersebut. Dan yang terjadi adalah mula-mula ia silau

karena cahaya di luar gua yang terang. Dia juga terpesona ketika melihat benda-benda

yang asli. Penghuni gua yang kegirangan tersebut teringat akan teman-temannya yang

masih ada dalam gua, kemudian ia kembali ke gua untuk meyakinkan bahwa

bayangbayang tersebut hanyalah refleksi dari benda-benda yang sebenarnya, akan tetapi

mereka tidak mempercayainya dan akhirnya mereka membunuhnya.

Dari alegori tersebut tersirat bahwa, sebenarnya kita hidup dalam sebuah gua dan

terbelenggu oleh ketidaktahuan dan kebodohan. Bila kita berusaha untuk melepaskan diri

dari belenggu tersebut, itulah awal dari sebuah pendidikan. Dan usaha kita mendaki gua

tersebut sebagai representasi dari dialektik yang akan membawa kita dari dunia yang

serba berubah menuju dunia ide. Perlu diperhatikan pula bahwa, dari alegori tersebut

seorang filosof tidak hanya berurusan dengan pemikirannya sendiri, tapi juga harus

membagi (mengajarkan) pengetahuannya pada orang lain walaupun kematian sebagai

taruhannya.

BAB III

PERAN NIAT DALAM MENJAGA SEMANGAT BELAJAR

A. Niat sebagai landasan dalam melakukan sesuatu

Ada cukup banyak ragam pengartian tentang niat, secara bahasa niat diartikan

sebagai al-qashd (keinginan). Imam Nawawi mengatakan bahwa niat adalah menuju ke

sesuatu dan berkeinginan untuk melakukannya, Al-Qurafi mengatakan bahwa niat adalah
56

tujuan seseorang dengan hatinya terhadap sesuatu yang dia kehendaki untuk

dikerjakannya, lalu ada Al-Khittaby yang menerangkan bahwa niat adalah tujuan anda

terhadap sesuatu menurut hatinya dan menuntut anda untuk ditindaklanjuti.

Maka sebagaimana niat merupakan asal muasal dari lahirnya sebuah tujuan,

argument tersebut dapat diperkuat dengan sabda Nabi Muhammad SAW, melalui sebuah

hadis yang berbunyi : “sesungguhnya setiap amalan tergantung dari niatnya, dan setiap

orang akan mendapatkan apa yang diniatkannya“ berkaca pada konsep konsep yang

membicarakan mengenai niat, tentu dalam sebuah pekerjaan memiliki maksud atau tujuan

dan hal tersebut sebagaimana telah dikatakan di awal merupakan al-qashdu atau

keinginan, maksud atau tujuan tidak bisa terlepas dari perbuatan keduanya layaknya siang

dan malam sehingga haruslah berpasangan, karena maksud yang dituju oleh sesorang

hanya kan tampak dan tersampaikan melalui perbuatannya, dan perbuatan sesorang juga

akan menampakkan tujuannya walau tidak secara terang terangan sehingga terkadang

memberikan kesalahan terhadap memahaminya. Sehingga sekalipun keduanya tidak bisa

dipisahkan kedudukan niat tetap menjadi dasar dari sebuah perbuatan, karena perbuatan

tidak mampu tampak dari niat, sedangkan niat mampu tampak dari perbuatan.

B. Pentingnya niat dalam melandasi perbuatan

Mengapa niat begitu penting dalam sebuah perbuatan, hal tersebut tidak lain

dikarenakan niat dapat menjadi asas utama dalam sebuah perbuatan, dengan

menganalogikannya kepada sebuah bangunan, niat ibaratkan sebuah pondasi sehingga

jika niat yang disandarkan kuat maka sejauh setinggi apapun bangunan akan dibangun

maka akan tetap kokoh juga.

Tidak lain halnya dengan bagaimana niat sesorang dibangun, dalam sebuah

contoh dalam menentukan niat, saat seseorang menolong sesama semata mata untuk

mencari pujian atau atensi, maka saat segala bantuan yang diberikannya kepada seseorang
56

tidak mendatangkan yang demikian, maka bantuan yang diberikan bisa berhenti dan

menimbulkan rasa kesal ataupun kecewa yang begitu besar, berbeda jika hal tersebut

dilandasi dengan tujuan membantu orang meringankan pekerjaan atau permasalahannya,

sekalipun ia tidak mendapat pujian dan imbala, maka ia dapat senantiasa memberikan

bantuan kepada sesama karena sejatinya bantuan tersebut tentu meringankan beban yang

didapati oleh orang yang diberikan pertolongan.

Sehingga tidak berhenti pada bagaimana sebuah niat akan memberikan pelakunya

hasil atas apa yang menjadi tujuannya namun hal tersebut juga mampu menjaga agar

perbuatannya dapat berjalan konsisten dan hal tersebut tak lain kembali kepada niat apa

yang ditanamkannya apakah mampu membawa ia melangkah jauh dengan tujuan yang

besar sehingga memerlukan proses yang panjang atau pada sebuah tujuan yang lebih

mudah dan cepat didapatkannya. letak niat tidak paten atau tetap berada pada sebauh

tempat atau kondisi tertentu, karena ia mampu berupa sekedar keyakinan atau bahkan

dalam bentuk yang lebih nyata seperti visi dan misi suatu perusahaan dan sebagainya.

Namun niat tersebut akan menggiring bagaimana sebuah subjek pelaku perbuatan akan

berjalan sebagaimana yang ia tuju, akan jelas berbeda orang yang menolong dengan

menghatap imbalan dengan mereka yang melakukannya untuk meringankan pekerjaan

sesama.
5

Sesuaikan dengan outline!


5

PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran
60

Daftar Pustaka

Al-Qur’an dan Terjemahannya. 2002. Departemen Agama RI. Depok: Al-Huda

(Kelompok Gema Insani)

Amaladoss, Michael. 1997. Life in Freedom: Liberation Theologies from Asia. New

York: Orbis Books.

Bakker, Anton dan Achmad Charris Zubair. 1990. Metodologi Penelitian Filsafat.

Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Edi, Mas. 2016. Skripsi. Revolusi Islam Iran dalam Pemikiran Ali Syari’ati. Jurusan

Aqidah dan Filsafat Islam Fakultas Ushuluddin Universitas Islam

Negeri Sunan Kalijaga.

Engineer, Asghar Ali. 2009. Islam dan Teologi Pembebasan. Terjemahan Agung

Prihantoro. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Gutiérrez, Gustavo. 1999. A Theology of Liberation. Translated by Sister Caridad

Inda and John Eagleson. New York: Orbis Books.

Hanafi, Hassan. 2003. Islamologi I: Dari Teologi Statis ke Anarkis. Terjemahan

Miftah Faqih. Yogyakarta: LkiS

Hanafi, Hassan. 2003. Bongkar Tafsir: Liberalisasi, Revolusi, dan Hermeneutik.

Terjemahan Jajat Hidayatul Firdaus, Neila Meuthia Diena Rochman.

Yogyakarta: Prismasophie Pustaka Utama.

Hanafi, Hassan. 2003. Dari Akidah ke Revolusi: Sikap Kita Terhadap Tradisi Lama.

Terjemahan Asep Usman Ismail dkk. Jakarta Selatan: Paramadina.


61

Kaelan. 2005. Metode Penelitian Kualitatif bidang Filsafat. Yogyakarta:

Paradigma.

Löwy, Michael. 1999. Teologi Pembebasan. Terjemahan Roem Topatimasang.

Yogyakarta: INSISTPress.

Löwy, Michael. 2013. Teologi Pembebasan. Terjemahan Roem Topatimasang.

Yogyakarta: INSISTPress.

Motlhabi, Mokgethi B G. 1994. African Theology or Black Theology? Toward an

Integral African Theology. Journal of Black Theology in South

Africa. Vol.8(2): hlm 113-141.

Mukhtasar, M dan Farid. 2000. Makna Kemiskinan dalam Konteks Teologi

Pembebasan Aloysius Pieris. Yogyakarta: Lembaga Penelitian

Universitas Gadjah Mada Departemen Pendidikan Nasional.

Mulkhan, Abdul Munir. 2002. Teologi Kiri: Landasan Gerakan Membela Kaum

Mustadl’afin. Yogyakarta: Kreasi Wacana.

Nasir, Mohamad Nasrin. 2011. The Universal Theology of Liberation: Views from

Muslim history. Wembley: Islamic Human Rights.

Nitiprawiro. 2013. Teologi Pembebasan. Yogyakarta: LkiS

Palmer, Richard E. 2005. Hermeneutika: Teori Baru Mengenal Interpretasi.

Terjemahan Musnur Hery & Damanhuri Muhammed. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Pieris, Aloysius. 1988. An Asian Theology of Liberation. New York: Orbis Books.

Prasetyo, Eko. 2015. Islam Kiri: Melawan Kapitalisme Modal dari Wacana Menuju

Gerakan. Yogyakarta: Resist Book.


62

Rohman, Ma’tufathu. 2010. Gagasan Reaktualisasi Pemikiran Islam Hassan Hanafi

(Skripsi). Jurusan Aqidah dan Filsafat Fakultas Ushuluddin

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.

Russell, Bertrand. 2007. Sejarah Filsafat Barat. Terjemahan Sigit Jatmiko dkk.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.

Shimogaki, Kazuo. 1993. Kiri Islam: Antara Modernisme dan Postmodernisme

Kajian Kritis Atas Pemikiran Hassan Hanafi. Terjemahan M.Imam

Aziz dan M. Jadul Maula. Yogyakarta: LkiS.

Sutrisno. 2007. Konsep PAN-ISLAMISME Menurut Jamaluddin Al-Afghani

(Skripsi). Jurusan Aqidah dan Filsafat Fakultas Ushuluddin

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.

Syafardi, Didi Novrian. 2007. Dari Revolusi Pemikiran ke Revolusi Sosial

Analisis Marxisme dalam Pemikiran Hassan Hanafi (Skripsi).

Jurusan Aqidah dan Filsafat, Fakultas Ushuluddin Universitas

Islam Negeri Sunan Kalijaga.

Syamsuddin, Mukhtasar. 2011. Teologi Pembebasan: dalam konteks pluralitas

agama di Asia. Yogyakarta: Badan Penerbitan Filsafat UGM.

Qaradhawi, Yusuf. 2002. Teologi Kemiskinan: Doktrin Dasar dan Solusi Islam

atas Problem Kemiskinan. Terjemahan A. Maimun Syamsuddin

dan A. Wahid Hassan. Yogyakarta: Mitra Pustaka.

Wawaysadhya. 2015. Kemiskinan Struktural dalam Perspektif Teologi

Pembebasan Asghar Ali Engineer dan Aloysius Pieris (Tesis).

Jurusan Ilmu Filsafat Fakultas Filsafat UGM.


63

Wachege, P N. 1992. African Inculturation Liberation Theology. In L. Namwera

(Ed.). African Christian Studies. Cuea. Nairobi. Vol.8: Hlm 43-56.

White, Jonathan. 2010. Left, Right and Beyond: the Pragmatics of Political

Mapping. LEQS Paper No. 24: Hlm 4.

Anda mungkin juga menyukai