SKRIPSI
Oleh:
479030
FAKULTAS FILSAFAT
YOGYAKARTA
2022
1
DAFTAR ISI
BAB I. Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1
1. Rumusan Masalah ...................................................................... 5
2. Keaslian Penelitian .................................................................... 6
3. Manfaat Penelitian ..................................................................... 10
B. Tujuan Penelitian ............................................................................. 12
C. Tinjauan Pustaka.............................................................................. 12
D. Landasan Teori ................................................................................ 18
E. Metode Penelitian ............................................................................ 20
1. Jenis dan Bahan Penelitian ........................................................ 20
2. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 22
3. Teknik Analisis Data ................................................................. 23
4. Tahapan Penelitian..................................................................... 24
F. Hasil yang dicapai............................................................................ 25
G. Sistematika Penulisan ...................................................................... 25
BAB I
PENDAHULUAN
1. Rumusan Masalah
2. Keaslian Penelitian
jurnal, buku, dan lainnya yang relevan maupun sejenis dengan judul skripsi
menuntu ilmu tidak hanya mutu pendidikan saja yang harus diperhatikan
namun juga pada pembenaran niat yang mungkin konsep tersebut sulit
untuk diterima. Cerita tersebut mengungkapkan sebuah kejadian nyata
bagaimana niat menentukan hasil dari pembelajaran
2. Pendidikan Karakter Bagi Mahasiswa, sebuah ebook yang ditulis oleh Eny
Wirtanti menjelaskan bagaimana urgensi niat dalam belajar, agar pembaca
mampu menemukan pemahaman urgensi dari niat itu sendiri, komitmen
untuk meluruskan niat, dan juga langkah strategis untuk mencapai cita-cita
berdasarkan niat yang baik
3. Bulughul Maram, sebuah buku yang ditulis oleh Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-
Asqalani merupakan kumpulan hadis tematik yang dijadikan sumber
pengambilan hukum fikih, didalamnya terdapat beberapa hadis yang
berbicara mengenai pentingnya niat dalam melandasi sebuah pekerjaan
4. Idealisme Pendidikan Plato, merupakan salah satu hasil penelitian oleh AB.
Musytafa’ Fathoni mengenai bagaiaman idealism mampu menjarah peran
dalam dunia pendidikan, terutaman plato merupakan filsuf idealism yang
tidak berhenti pada gagasan yang nyata saja namun juga dalam bentuk idea
dan hal tersebut memiliki korelasi dengan niat sebagaimana niat tersebut
tdak tampak namun berdampak layaknya bayangan pantul di analogi gua
Plato
1. Manfaat Penelitian
keiatan belajar
niat belajar
6
B. Tujuan Penelitian
Penelitian ini juga memiliki tujuan dari penulis untuk para pembaca yaitu :
1. Memberikan sudut pandang baru dalam memahami niat agar para pelajar
memiliki tujuan yang baik dan mampu terjaga semangatnya dari kenyataan
C. Tinjauan Pustaka
penelitian ini, bahwa peneliti hendak menganalisis peran niat didalam menjaga
niat akan mempengaruhi hasil atau tujuan yang akan didapat oleh para pelajar
dari analisis tersebut, agar kelak dapat dihubungkan dengan bagaiamana ilmu
saat ini dimanfaatkan yang masih memiliki pengaruh dari niat seorang penuntut
ilmu
7
D. Landasan Teori
ditemukan oleh penulis yakni Idea Plato dan Analogi Gua Plato Fusi
Cakrawala. Dua poin tersebut akan menjadi pendekatan utama pada penelitian
kali ini
1. Idea Plato
tersebut tercetus oleh Plato dalam filsafat idealismenya yang hidup pada
427-372 M, ide Plato sendiri bukanlah seperti ide yang kita kenal sebatas
gagasan atau buah pikiran semata, namun ia dapat menjelma sebagai sebuah
didalam idea yang letaknya bersifat metafisik atau tidak nyata namun
gagasan karena menurut Plato hal tersebut lahir dari dunia idea
baru
hanyalah tipuan dan yang sejati adalah apa yang datang dari dunia idea,
karean ia tetap dan tidak bisa berubah ubah berbeda dengan benda material
8
dan tentu identic dengan filsuf plato analogi gua ini menunjukkan
Dari sini Plato ingin menunjukkan bahwa apa yang selama ini
bukannya realitas yang sesunggugnya dan hal itu yang dimaksud dengfan
Namun diluar sana ada sebuah inti dari cahaya tersebut dimana
berasal dari luar gua atau yang disebut Plato sebagai dunia idea miliknya
dan tiap tiap manusia, dan disitulah tempat yang dipenuhi cahaya karean
dijelaskan secara detail dan menajdi dasar dari idealisme yang berate
tersebutlah yang nantinya akan berkaitan dengan niat sebagai sesuatu non
E. Metode Penelitian
a. Sumber Utama
ilmu, yaitu pada beberapa karya ilmiah, buku dan jurnal jurnal
b. Sumber Tambahan
komentar tokoh yang relevan dalam membahas tentang niat dan menuntut
ilmu, serta pustaka yang relevan dengan obyek formal yaitu Idealisme
sebagai berikut
a. Reduksi data
Niat) direduksi, yaitu dengan merangkum inti, dipilih hal-hal yang pokok
lalu difokuskan pada hal-hal yang penting, dicari substansi serta pola-
b. Klasifikasi data
sehingga data-data yang relevan dengan obyek material dapat secara tepat
dan cocok untuk dikaji dengan sudut pandang obyek formal yang
11
c. Display data
dengan obyek formal dan tujuan penelitian. Dengan membuat display data,
maka masalah makna data yang terdiri atas berbagai macam konteks dapat
terkuasai petanya.
kesimpulan.
idea nya terdapat relevansi yang tersirat atau eksplisit dalam keberadaanya
4. Tahapan Penelitian
a. Pengumpulan Data
penelitian
b. Pengolahan Data
dari penelitian
belajar, beserta determinisme yang terdapat pada niat sebagai dasar dari
peran niat.
G. Sistematika Penulisan
BAB II
IDEALISME PLATO
Tempat dan kelahiran Plato yang sesungguhnya tidak diketahui dengan pasti. Ada
yang mengatakan ia lahir di Athena, ada pula yang mengatakan ia lahir di pulau Aegina.
Demikian halnya dengan tahun kelahirannya, ada yang mengatakan ia lahir pada tahun
428 SM, ada juga yang mengatakan ia lahir tahun 427 SM. Plato dilahirkan di penting
dalam politik di Athena. Ayahnya bernama Ariston, seorang bangsawan keturunan Raja
Kordus, raja terakhir Athena yang dikagumi oleh rakyatnya. Ibunya bernama Periktione
Nama Plato yang sebenarnya adalah Aristokles. Karena dahi dan bahunya amat
lebar, maka ia mendapatkan julukan “Plato” dari seorang pelatih senamnya. Julukan ini
lewat seluruh karya-karyanya. Pada awalnya, Plato ingin menjadi seorang politikus, akan
tetapi kematian Sokrates, gurunya dalam mempelajari filsafat selama delapan tahun,
yang cukup lama sampai di Italia dan Sisilia. Setelah kembali dari pengembaraannya ia
mendirikan sekolah “Akademi” (dekat kuil pahlawan Akademos). mendirikan sekolah itu
ialah untuk memberikan pendidikan yang intensif dalam ilmu pengetahuan dan filsafat. Ia
Banyak karya Plato yang masih utuh dan lengkap. Di antara karyanya adalah :
Apologia, Politeia, Shophistes, dan Timaios, serta dua karyanya yang terkenal
“Republik” dan “Laws”. Dari seluruh karyanya dapat diketahui bahwa Plato kenal
dengan para filosof pendahulunya seperti Herakleitos, Phytagoras, para filosof Elea, dan
B. Filsafat Plato
Pemikiran filsafat Plato banyak bersumber dari gurunya yaitu Sokrates. Ia adalah
guru yang sangat dihormati, dikagumi serta dicintai. Bagi Plato, Sokrates adalah guru dan
sahabat. Rasa hormat dan kecintaannya terhadap Sokrates terlihat dalam karya-karya
metode yang dikembangkan oleh Sokrates yang dikenal dengan nama “metode dialektis”
atau disebut juga dengan “elenkhus”. Metode ini kemudian dikembangkan dan
kesusastraan yang mampu mempesona umat manusia dari abad ke abad. Selain Sokrates,
Heraklitos, Parmanides, dan ajaran Orphisme yang sering disebut sebagai Misteri Orphik.
Mengenal konsep Pythagoreanisme tentang tubuh dan jiwa sebagai soma-sema yang
artinya tubuh (soma) adalah kubur (sema) bagi jiwa, walaupun akhirnya ia menolak
C. Idealisme Plato
Intisari ajaran Plato adalah pendapatnya tentang ide (alam ide). Ajaran Plato ini
merupakan ajaran yang sulit untuk dipahami karena selalu berkembang. Pada awalnya,
ide dikemukakan sebagai teori logika, kemudian meluas menjadi pandangan hidup,
menjadi dasar umum bagi ilmu politik dan sosial serta mencakup pandangan tentang
pendidikan. Dalam Pandangan Plato, ide adalah realitas yang sebenarnya dari segala
sesuatu yang ada dan dapat dikenal lewat panca indera. Pohon, bunga, manusia, hewan
dan lain sebagainya akan mati dan berubah, tetapi ide tentang pohon, bunga, manusia,
dan hewan tidak akan pernah berubah. Bagi Plato, ide bukanlah gagasan yang hanya
terdapat di dalam pikiran manusia saja, yang bersifat subjektif. Ide ini bukan gagasan
56
yang dibuat manusia, yang ditemukan manusia, sebab ide ini bersifat objektif; artinya
berdiri sendiri, lepas daripada subjek yang berpikir, tidak tergantung pada pemikiran
manusia, akan tetapi sebaliknya ide yang memimpin pikiran manusia. Dari sini tampak
bahwa dalam pandangan Plato terdapat dua macam dunia. Pertama, dunia ini, yang serba
berubah dan serba jamak di mana tiada hal yang sempurna, dunia yang diamati dengan
inderawi. Kedua, dunia ide, dimana tiada perubahan, tiada kejamakan (dalam arti ini,
bahwa yang baik hanya satu, dan yang indah hanya satu), yang bersifat kekal. Prinsipnya,
aliran idealisme mendasari semua yang ada dan yang nyata di alam ini hanya ide.
Dunia ide merupakan lapangan rohani dan bentuknya tidak sama dengan alam
nyata seperti yang tampak dan tergambar, sedangkan ruangannya tidak mempunyai batas.
Tumpuan yang paling akhir dari ide adalah arche yang merupakan tempat kembali
kesempurnaan yang disebut dunia ide dengan Tuhan, arche, sifatnya kekal dan sedikit
pun tidak mengalami perubahan. Inti yang terpenting dari ajaran ini adalah manusia
menganggap roh atau sukma lebih berharga dan lebih tinggi dibandingkan dengan materi
bagi kehidupan manusia. Roh itu pada dasarnya dianggap suatu hakikat yang sebenarnya,
sehingga benda atau materi disebut sebagai penjelmaan dari roh atau sukma. Aliran
idealisme berusaha menerangkan secara alami bahwa secara metafisis, pikiran barulah
berupa gerakan-gerakan rohaniah untuk menemukan hakikat yang mutlak dan murni pada
kehidupan manusia. Demikian juga hasil adaptasi individu dengan individu lainnya. Oleh
karena itu, adanya hubungan rohani ini, akhirnya membentuk kebudayaan dan peradaban
baru. Dengan demikian, sumber pengetahuan itu terletak pada kenyataan rohani dan
kepuasan hanya bisa dicapai dan dirasakan dengan memiliki nilai-nilai kerohanian yang
dalam idealisme disebut dengan ide. Berangkat dari teorinya tentang ide, Plato
bahwa segala sesuatu yang kita lihat di sekeliling kita di alam ini, segala sesuatu yang
nyata, dapat disamakan dengan busa sabun, sebab tidak ada sesuatupun di dunia inderawi
yang abadi. Manusia dan hewan lambat laun akan mati dan membusuk bahkan balok
marmer pun lambat laun akan hancur. Sehingga Plato berkesimpulan bahwa kita tidak
akan dapat memiliki sesuatu pengetahuan yang sejati (true knowledge) dari segala sesuatu
yang selalu berubah. Kita hanya akanmempunyai pengetahuan sejati tentang segala
sesuatu yang dipahami oleh akal kita. Menurut Plato yang dapat menunjukkan
pengetahuan sejati (true knowledge) adalah matematika, karena matematika itu tidak
warna pelangi apakah yang paling indah, barangkali dia akan mendapatkan banyak
jawaban yang berlainan. Tapi jika ditanya berapakah 8 X 3, maka seluruh murid akan
memberikan jawaban yang sama. Sebab kini akal yang berbicara bukan perasaan, dan
akal hanya akan mengungkapkan keadaan yang kekal dan universal. Dari teori dualisme
dunia yang dikemukakannnya, Plato juga percaya bahwa semua fenomena alam itu
hanyalah bayang-bayang dari bentuk atau ide yang kekal. Tapi kebanyakan manusia
itu. Mereka mengira bahwa hanya bayang-bayang itulah yang ada, tanpa menyadari
bahwa bayang-bayang itu hanyalah sekedar bayang-bayang. Plato menjelaskan hal ini
dalam sebuah alegori “manusia gua” berikut : “Bayangkan beberapa orang berada dalam
sebuah gua yang gelap dan duduk membelakangi mulut gua. Tangan dan kaki mereka
terikat sehingga tidak dapat bergerak sedikitpun dan hanya dapat melihat dinding gua
dihapan mereka. Suatu saat mereka melihat di dinding gua bayangan benda di luar gua.
Mereka barada dalam posisi ini sejak ia dilahirkan, sehingga ia mengira hanya bayang-
56
bayang itulah yang ada. Bayangkan bila salah seorang dari mereka berusaha untuk
melepaskan belenggu. Hal pertama yang ingin diketahuinya adalah ingin mengetahui dari
manakah asal bayang- bayang tersebut. Dan yang terjadi adalah mula-mula ia silau
karena cahaya di luar gua yang terang. Dia juga terpesona ketika melihat benda-benda
yang asli. Penghuni gua yang kegirangan tersebut teringat akan teman-temannya yang
masih ada dalam gua, kemudian ia kembali ke gua untuk meyakinkan bahwa
bayangbayang tersebut hanyalah refleksi dari benda-benda yang sebenarnya, akan tetapi
Dari alegori tersebut tersirat bahwa, sebenarnya kita hidup dalam sebuah gua dan
terbelenggu oleh ketidaktahuan dan kebodohan. Bila kita berusaha untuk melepaskan diri
dari belenggu tersebut, itulah awal dari sebuah pendidikan. Dan usaha kita mendaki gua
tersebut sebagai representasi dari dialektik yang akan membawa kita dari dunia yang
serba berubah menuju dunia ide. Perlu diperhatikan pula bahwa, dari alegori tersebut
seorang filosof tidak hanya berurusan dengan pemikirannya sendiri, tapi juga harus
taruhannya.
BAB III
Ada cukup banyak ragam pengartian tentang niat, secara bahasa niat diartikan
sebagai al-qashd (keinginan). Imam Nawawi mengatakan bahwa niat adalah menuju ke
sesuatu dan berkeinginan untuk melakukannya, Al-Qurafi mengatakan bahwa niat adalah
56
tujuan seseorang dengan hatinya terhadap sesuatu yang dia kehendaki untuk
dikerjakannya, lalu ada Al-Khittaby yang menerangkan bahwa niat adalah tujuan anda
Maka sebagaimana niat merupakan asal muasal dari lahirnya sebuah tujuan,
argument tersebut dapat diperkuat dengan sabda Nabi Muhammad SAW, melalui sebuah
hadis yang berbunyi : “sesungguhnya setiap amalan tergantung dari niatnya, dan setiap
orang akan mendapatkan apa yang diniatkannya“ berkaca pada konsep konsep yang
membicarakan mengenai niat, tentu dalam sebuah pekerjaan memiliki maksud atau tujuan
dan hal tersebut sebagaimana telah dikatakan di awal merupakan al-qashdu atau
keinginan, maksud atau tujuan tidak bisa terlepas dari perbuatan keduanya layaknya siang
dan malam sehingga haruslah berpasangan, karena maksud yang dituju oleh sesorang
hanya kan tampak dan tersampaikan melalui perbuatannya, dan perbuatan sesorang juga
akan menampakkan tujuannya walau tidak secara terang terangan sehingga terkadang
dipisahkan kedudukan niat tetap menjadi dasar dari sebuah perbuatan, karena perbuatan
tidak mampu tampak dari niat, sedangkan niat mampu tampak dari perbuatan.
Mengapa niat begitu penting dalam sebuah perbuatan, hal tersebut tidak lain
dikarenakan niat dapat menjadi asas utama dalam sebuah perbuatan, dengan
jika niat yang disandarkan kuat maka sejauh setinggi apapun bangunan akan dibangun
Tidak lain halnya dengan bagaimana niat sesorang dibangun, dalam sebuah
contoh dalam menentukan niat, saat seseorang menolong sesama semata mata untuk
mencari pujian atau atensi, maka saat segala bantuan yang diberikannya kepada seseorang
56
tidak mendatangkan yang demikian, maka bantuan yang diberikan bisa berhenti dan
menimbulkan rasa kesal ataupun kecewa yang begitu besar, berbeda jika hal tersebut
sekalipun ia tidak mendapat pujian dan imbala, maka ia dapat senantiasa memberikan
bantuan kepada sesama karena sejatinya bantuan tersebut tentu meringankan beban yang
Sehingga tidak berhenti pada bagaimana sebuah niat akan memberikan pelakunya
hasil atas apa yang menjadi tujuannya namun hal tersebut juga mampu menjaga agar
perbuatannya dapat berjalan konsisten dan hal tersebut tak lain kembali kepada niat apa
yang ditanamkannya apakah mampu membawa ia melangkah jauh dengan tujuan yang
besar sehingga memerlukan proses yang panjang atau pada sebuah tujuan yang lebih
mudah dan cepat didapatkannya. letak niat tidak paten atau tetap berada pada sebauh
tempat atau kondisi tertentu, karena ia mampu berupa sekedar keyakinan atau bahkan
dalam bentuk yang lebih nyata seperti visi dan misi suatu perusahaan dan sebagainya.
Namun niat tersebut akan menggiring bagaimana sebuah subjek pelaku perbuatan akan
berjalan sebagaimana yang ia tuju, akan jelas berbeda orang yang menolong dengan
sesama.
5
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
60
Daftar Pustaka
Amaladoss, Michael. 1997. Life in Freedom: Liberation Theologies from Asia. New
Bakker, Anton dan Achmad Charris Zubair. 1990. Metodologi Penelitian Filsafat.
Edi, Mas. 2016. Skripsi. Revolusi Islam Iran dalam Pemikiran Ali Syari’ati. Jurusan
Engineer, Asghar Ali. 2009. Islam dan Teologi Pembebasan. Terjemahan Agung
Hanafi, Hassan. 2003. Dari Akidah ke Revolusi: Sikap Kita Terhadap Tradisi Lama.
Paradigma.
Yogyakarta: INSISTPress.
Yogyakarta: INSISTPress.
Mulkhan, Abdul Munir. 2002. Teologi Kiri: Landasan Gerakan Membela Kaum
Nasir, Mohamad Nasrin. 2011. The Universal Theology of Liberation: Views from
Pustaka Pelajar.
Pieris, Aloysius. 1988. An Asian Theology of Liberation. New York: Orbis Books.
Prasetyo, Eko. 2015. Islam Kiri: Melawan Kapitalisme Modal dari Wacana Menuju
Russell, Bertrand. 2007. Sejarah Filsafat Barat. Terjemahan Sigit Jatmiko dkk.
Qaradhawi, Yusuf. 2002. Teologi Kemiskinan: Doktrin Dasar dan Solusi Islam
White, Jonathan. 2010. Left, Right and Beyond: the Pragmatics of Political