Anda di halaman 1dari 24

BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

Oleh :

BINTANG
NIM. 22690109145

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BONE


2023
2

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berisikan tentang

“Belajar dan Pembelajaran” tepat pada waktunya. Makalah ini diharapkan dapat

bermanfaat untuk menambah pengetahuan bagi para pembaca dan dapat

digunakan sebagai salah satu pedoman dalam proses pembelajaran.

Saya menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya karena

pengetahuan yang saya miliki cukup terbatas.Oleh karena itu, saya berharap kritik

dan saran dari pembaca yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah

ini.

Akhir kata, saya sampaikan terima kasih

Watampone, 16 Juli 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang......................................................................................1

B. Rumusan Masalah.................................................................................2

C. Tujuan Penulisan...................................................................................2

D. Manfaat Penulisan.................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Hakekat Belajar dan Pembelajaran ......................................................4

B. Pemanfaatan Berbagai Sumber Belajaran dan Pembelajaran ..............5

C. Belajar dan Prinsip Belajar ..................................................................9

D. Teori Belajar Sosial ..............................................................................11

E. Teori Belajara Humanistik ...................................................................12

F. Teori Belajar Kognitif dan Konstruktivisme ......................................13

G. Teori Belajar Behavioristic...................................................................15

H. Evaluasi Pembelajaran..........................................................................18

BAB III PENUTUP

A. Simpulan..................................................................................................20

B. Saran .......................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN
 
A. Latar Belakang

Belajar merupakan suatu proses perubahan  tingkah laku yang dilakukan

secara sengaja untuk mendapatkan perubahan yang lebih baik. Arti dari disengaja

sebenarnya proses belajar timbul karena ada suatu niatan. Sedangkan perubahan

itu misalnya, dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak terampil menjadi terampil,

dari belum dapat melakukan sesuatu menjadi dapat melakukan sesuatu dan lain

sebagainya. Perubahan tersebut adalah perubahan yang timbul karena adanya

pengalaman dan latihan. Jadi belajar bukanlah suatu hasil, akan tetapi merupakan

suatu proses untuk mencapai tujuan dalam rangka memenuhi kebutuhan menuntut

ilmu.

Proses belajar adalah mengalami, berbuat  mereaksi dan melampaui 

(under   going). Sumber belajar sangat sering kita dengar dan kita temui dalam

buku-buku mengenai pendidikan dan pengajaran. Sumber belajar memiliki sebuah

pengertian yang cukup luas dan tidak terbatas buku-buku teks ataupun guru.
Kualitas pembelajaran dan pendidikan masyarakat sangat dipengaruhi dengan

kondisi sumber belajar yang ada. Hal ini tidak bisa dipungkiri, jika kondisi dan

ketersediaan sumber belajar memadai, maka proses belajar bisa berjalan dengan

baik. Secara tidak langsung hal ini menunjukkan betapa pentingnya arti dan fungsi

sumber belajar dalam sebuah proses pembelajaran. Namun realitas di lapangan

tidak demikian, masyarakat masih saja memiliki pandangan yang sempit

mengenai arti dan fungsi sumber belajar. Anak didik kita, selaku generasi masa

depan bangsa pun juga demikian.

1
2

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud hakekat belajar dan pembelajaran ?

2. Bagaimanakah pemanfaatan berbagai sumber belajaran dan pembelajaran ?

3. Apa yang dimaksud belajar dan prinsip belajar ?

4. Apa teori belajar sosial ?

5. Apa teori belajara humanistik ?

6. Apa teori belajar kognitif dan konstruktivisme ?

7. Apa teori belajar behavioristic ?

8. Apa pengertian evaluasi pembelajaran ?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui hakekat belajar dan pembelajaran.

2. Untuk mengetahui pemanfaatan berbagai sumber belajaran dan

pembelajaran.

3. Untuk mengetahui belajar dan prinsip belajar.

4. Untuk mengetahui teori belajar sosial.

5. Untuk mengetahui teori belajara humanistik.

6. Untuk mengetahui teori belajar kognitif dan konstruktivisme.

7. Untuk mengetahui teori belajar behavioristic.

8. Untuk mengetahui evaluasi pembelajaran.

D.  Manfaat Penulisan

Hasil penulisan makalah ini diharapkan mempunyai manfaat teoritis dan

manfaat praktif, sebagai berikut:

1. Manfaat bagi mahasiswa diharapkan dapat meningkatkan pemahaman

mahasiswa terhadap hakekat belajar dan pembelajaran.


3

2. Manfaat bagi penulis sendiri selain untuk meningkatkan pemahaman

penulis sekaligus juga sebagai salah satu syarat penilaian pada pata kuliah

Belajar dan Pembelajaran.

 
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hakekat Belajar Mengajar dan Pembelajaran

1. Hakekat Belajar

Secara harfiah, Belajar adalah yang tidak tahu menjadi tahu. Secara

keilmuan, belajar merupakan perilaku kognitif yang memerlukan tingkat

keterbukaan kondisi tertentu yang akan menghasilkan perubahan perilaku atau

disposisi untuk bertindak (dtindak lanjuti). Menurut kamus bahasa

Indonesia, belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu,

berlatih, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh

pengalaman. Belajar adalah suatu proses yang berlangsung di dalam diri

seseorang yang mengubah tingkah lakunya, baik tingkah laku dalam berpikir,

bersikap, dan berbuat (W. Gulo, 2002: 23).

Menurut Nana Sudjana (2002), pada hakikatnya proses belajar

mengajar adalah proses komunikasi. Kegiatan belajar mengajar di kelas

merupakan suatu dunia komunikasi tersendiri dimana guru dan siswa bertukar
pikiran untuk mengembangkan ide dan pengertian. belajar ada kaitannya

dengan usaha atau rekayasa pembelajar. Dari segi siswa, belajar yang

dialaminya sesuai dengan pertumbuhan jasmani dan perkembangan mental,

akan menghasilkan hasil belajar sebagai hasil belajar sebagai perwujudan

emansipasi siswa menuju kemandirian. Dari segi guru, kegiatan belajar siswa

merupakan akibat dari tindakan pendidikan atau pembelajaran. Proses belajar

siswa tersebut menghasilkan perilaku yang dikehendaki, suatu hasil belajar

sebagai dampak pengajaran.

4
5

B. Pemanfaatan Berbagai Sumber Belajaran dan Pembelajaran

Dari beberapa manfaat di atas dapat disimpulkan bahwa manfaat sumber

belajar adalah bisa memperjelas pesan, mengatasi keterbatasan ruang, waktu,

tenaga dan daya indera, menimbulkan gairah belajar, bisa melakukan interaksi

langsung antara murid/siswa dengan sumber belajar, memungkinkan anak belajar

mandiri, memberi rangsangan, pengalaman dan persepsi yang sama, dan bisa

menghadirkan objek-objek yang sulit didapat dan besar.

Adapun kontribusi media dalam proses pembelajaran adalah sebagai

berikut:

a. Pembelajaran dapat lebih menarik.

b. Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan menerapkan teori belajar.

c. Penyampaian pesan pembelajaran dapat lebih terstandar.

d. Waktu pelaksanaan pembelajaran dapat diperpendek.

e. Kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan.

Dari penjelasan di atas, maka kontribusis media dalam proses pembelajaran

adalah pembelajaran dapat lebih menarik dan interaktif, bisa menyampaikan pesan

yang lebih standar, waktu pembelajaran menjadi lebih efektif, dan kualitas

pembelajaran akan meningkat.

Andi Prastowo mengemukakan di dalam bukunya, bahwa manfaat sumber

belajar ada enam diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Memberi pengalaman belajar secara langsung dan kongkret kepada siswa,

misalnya karyawisata ke objek seperti masjid, makam, dan museum.

b. Dapat menyajikan sesuatu yang tidak mungkin diadakan, dikunjungi atau

dilihat, secara langsung dan konkret, misalnya: denah, sketsa, foto, film, dan

majalah.
6

c. Dapat menambah dan memperluas cakrawala sajian yang ada di dalam kelas.

Misalnya: buku tes, foto, narasumber.

d. Dapat memberi informasi yang akurat dan terbaru, misalnya: buku bacaan,

ensiklopedia, dan koran.

e. Dapat membantu memecahkan masalah pendidikan (terhadap instruksional),

baik dalam lingkup makro (misalnya, belajar sistem jarah jauh melalui modul)

maupun mikro pengaturan ruang kelas yang menarik, simulasi, penggunaan

film, dan proyektor.

f. Dapat merangsang untuk berfikir, bersikap, dan berkembang lebih lanjut,

misalnya: buku teks, buku bacaan, dan film yang mengandung daya penalaran

sehingga dapat merangsang siswa untuk berfikir, menganalisis, dan

berkembang lebih lanjut.1

Jadi, dapat disimpulkan bahwasanya manfaat sumber belajar dapat

memudahkan para pendidik ataupun orang tua untuk melakukan proses

pembelajaran baik di dalam kelas maupun di lingkungan sekitar, agar peserta

didik dapat lebih mudah memahami suatu materi pembelajaran yang di berikan.

Dilihat dari pihak yang memanfaatkan sumber belajar, manfaat sumber belajar

dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu manfaat bagi pendidik dan manfaat

bagi peserta didik. Adapun penjelasannya sebagai berikut:

1. Manfaat bagi pendidik yaitu:

a. Menghemat waktu pendidik dalam mengajar

b. Mengubah peran pendidik dari seorang pengajar menjadi seorang

fasilitator

c. Meningkatkan proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan interaktif

1
Andi Prastowo, Op. Cit. hlm. 32-33.
7

d. Pedoman bagi pendidik yang akan mengarakan semua aktivitas nya dalam

proses pembelajaran dan merupakan substansi kompetensi yang

semestinya diajarkan kepada siswa

e. Alat evaluasi pencapaian atau penguasaan hasil pembelajaran

2. Manfaat bagi siswa, yaitu:

a. Dapat belajar tanpa harus ada pendidik atau teman siswa yang lain

b. Dapat belajar kapan saja dan di mana saja ia kehendaki

c. Dapat belajar sesuai dengan kecepatannya masing-masing

d. Dapat belajar menurut yang dipilihnya sendiri

e. Membantu potensi siswa untuk menjadi pelajar/ mahasiswa yang mandiri

f. Pedoman bagi siswa yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam

proses pembelajaran dan merupakan substansi kompetensi yang

seharusnya dipelajari atau dikuasainya.2

Begitu banyak manfaat sumber belajar baik dari pihak pendidik maupun

dari peserta didik, dimana dapat membantu pendidik atau peserta didik agar

dapat memahami materi serta memberi pengalaman kepada peserta didik.

Pemanfaatan sumber belajar dan pola interaksi peserta didik dengan sumber

belajar dipengaruhi secara bersama-sama oleh faktor internal dan faktor

eksternal. Secara internal, tampak bahwa kesadaran, semangat dan

kemampuan internal semakin bervariasi belajar yang dipergunakan serta

semakin baik interaksinya dengan sumber belajar. Secara eksternal tampak

semakin tinggi ketersediaan dan variasi sumber belajar yang tersedia, maka

semakin tinggi penggunaannya oleh peserta didik.

Implikasi dari manfaat sumber belajar adalah sebagai berikut:


2
Ibid., hlm 33-34.
8

1. Peserta didik menjadi lebih kreatif.

2. Upaya meningkatkan prestasi belajar peserta didik melalui peningkatan

pemanfaatan sumber belajar.

3. Upaya meningkatkan prestasi belajar melalui perbaikan lingkungan

belajar.

Pemanfaatan sumber belajar, tenaga pengajar mempunyai tanggung jawab

membantu peserta didiknya untuk belajar dan agar belajar menjadi lebih

mudah, lebih menarik, lebih terarah, dan lebih menyenangkan. Dengan

demikian tenaga pengajar dituntut untuk memiliki berbagai kemampuan

khusus yang berhubungan dengan sumber belajar.

Berikut ini beberapa kemampuan tenaga pengajar seperti:

a. Menggunakan sumber belajar dalam kegiatan pengajaran sehari-hari.

b. Mengenalkan dan menyajikan sumber-sumber belajar.

c. Menerangkan peranan berbagai sumber belajar dalam proses

pembelajaran.

d. Menyusun tugas-tugas penggunaan sumber belajar dalam bentuk tingkah

laku.

e. Mencari sendiri bahan dari berbagai sumber.

f. Memilih bahan sesuai dengan prinsip dan teori belajar.

g. Menilai keefektifan penggunaan sumber belajar sebagai bagian dari bahan

pengajarannya.

h. Merencanakan kegiatan penggunaan sumber belajar secara efektif.3

Kemudian yang berkaiatan dengan pemanfaatan sumber belajar juga

dipengaruhi secara langsung oleh faktor persepsi peserta didik dengan

terhadap sumber belajar. Peserta didik dengan pemahaman sumber belajar

3
Supriadi. “Pemanfaatan Sumber Belajar Dalam Proses Pembelajaran”, Lantanida
Journal Vol. 3 No. 2, 2015, hlm. 3.
9

yang masih konvensional, secara umum menempatkan tenaga pengajar dan

buku teks sebagai satu-satunya sumber belajar. Pada umumnya tenaga

pengajar masih menggunakan pola interaksi tradisional pasif. Sedangkan

peserta didik yang memiliki pemahaman dalam kategori baik tentang sumber

belajar cenderung mnggunakan aneka sumber belajar dalam kegiatan

belajarnya.

C. Belajar dan Prinsip Belajar

Belajar merupakan suatu proses perubahan  tingkah laku yang dilakukan

secara sengaja untuk mendapatkan perubahan yang lebih baik. Arti dari disengaja

sebenarnya proses belajar timbul karena ada suatu niatan. Sedangkan perubahan

itu misalnya, dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak terampil menjadi terampil,

dari belum dapat melakukan sesuatu menjadi dapat melakukan sesuatu dan lain

sebagainya. Perubahan tersebut adalah perubahan yang timbul karena adanya

pengalaman dan latihan. Jadi belajar bukanlah suatu hasil, akan tetapi merupakan

suatu proses untuk mencapai tujuan dalam rangka memenuhi kebutuhan menuntut

ilmu. Proses belajar adalah mengalami, berbuat  mereaksi dan melampaui 

(under   going).

1. Prinsip-Prinsip Belajar Yang Terkait dengan Proses Belajar

Banyak teori dan prinsip-prinsip belajar yang dikemukakan oleh para

ahli yang satu dengan yang lain memiliki persamaan dan perbedaan. Dari

berbagai prinsip belajar tersebut terdapat beberapa prinsip yang relatif berlaku

umum yang dapat kita pakai sebagai dasar dalam upaya pembelajaran, baik

bagi peserta didik yang perlu meningkatkan upaya belajarnya maupun bagi

guru dalam apaya meningkatkan mengajarnya.

Secara umum prinsip-prinsip belajar berkaitan dengan :


10

a. Perhatian dan Motivasi

Perhatian mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan belajar.

Dari kajian teori belajar pengolahan informasi terungkap bahwa tanpa

adanya perhatian tak mungkin terjadi belajar (Gage n Berliner, 1984:

335 ). Perhatian terhadap belajar akan timbul pada peserta didik apabila

bahan pelajaran sesuai dengan kebutuhannya. Apabila bahan pelajaran itu

dirasakan sebagai sesuatu yang dibutuhkan, diperlukan untuk belajar lebih

Ianjut atau diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, akan membangkitkan

motivasi untuk mempelajarinya. Apabila perhatian alami ini tidak ada

maka peserta didik perlu dibangkitkan perhatiannya. Di samping

perhatian, motivasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam

kegiatan belajar. Motivasi adalah tenaga yang menggerakkan dan

mengarahkan aktivitas seseorang. Motivasi dapat dibandingkan dengan

mesin dan kemudi pada mobil (gage dan Berliner, 1984 : 372).

“Motivation is the concept we use when we describe the force action on or

whitin an organism yo initiate and direct behavior”

b. Keaktifan Belajar

Kecendrungan psikologi dewasa ini menganggap bahwa anak

adalah makhluk yang aktif. Anak mempunyai dorongan untuk berbuat

sesuatu, mempunyai kemampuan dan aspirasi sendiri. Belajar tidak bisa

dipaksakan oleh orang lain dan juga tidak bisa dilimpahkan kepada orang

lain. Belajar hanya mungkin terjadi apabila anak aktif mengalami sendri.

Mon Dewey mengemukakan bahwa “belajar adalah menyangkut apa

yang harus dikerjakan peserta didik untuk dirmya sendiri. maka inisiatif

harus datang dari peserta didik sendiri.” Guru sekedar pembimbing dan

pengarah (John Dewy 1916. dalam Dak ks, 1937:3 1).


11

D. Teori Belajar Sosial

Teori belajar sosial dikenalkan oleh Albert Bandura, yang mana konsep

dari teori ini menekankan pada komponen kognitif dari pikiran, pemahaman dan

evaluasi. Menurut Bandura, orang belajar melalui pengalaman langsung atau

pengamatan (mencontoh model).

Albert Bandura sangat terkenal dengan teori pembelajaran social ( Social

Learning Teory ) salah satu konsep dalam aliran behaviorisme yang menekankan pada

komponen kognitif dari pikiran, pemahaman dan evaluasi. Ia seorang psikologi yang

terkenal dengan teori belajar social atau kognitif social serta efikasi diri. Eksperimen

yang sangat terkenal adalah eksperimen Bobo Doll yang menunjukkan anak – anak

meniru seperti perilaku agresif dari orang dewasa disekitarnya.

Teori kognitif sosial (social cognitive theory) yang dikemukakan oleh Albert

Bandura menyatakan bahwa faktor sosial dan kognitif serta factor pelaku memainkan

peran penting dalam pembelajaran. Faktor kognitif berupa ekspektasi/ penerimaan siswa

untuk meraih keberhasilan, factor social mencakup pengamatan siswa terhadap perilaku

orang tuanya. Albert Bandura merupakan salah satu peracang teori kognitif social.

Meourut Bandura ketika siswa belajar mereka dapat merepresentasikan atau

mentrasformasi pengalaman mereka secara kognitif.

Bandura mengembangkan model deterministic resipkoral yang terdiri dari tiga

faktor utama yaitu perilaku, person/kognitif dan lingkungan. Faktor ini bisa saling

berinteraksi dalam proses pembelajaran. Faktor lingkungan mempengaruhi perilaku,

perilaku mempengaruhi lingkungan, faktor person/kognitif mempengaruhi perilaku.

Faktor person Bandura tak punya kecenderungan kognitif terutama pembawaan

personalitas dan temperamen. Faktor kognitif mencakup ekspektasi, keyakinan, strategi

pemikiran dan kecerdasan.

E. Teori Belajar Humanistik


12

Humanistik dipelopori oleh Carl Rogrsdan Abraham Maslow. Rogres,

seorang psikoterpis, mengembangkan person-centered therapy. Pendekatan ini

tidak bersifat menilai ataupun tidak memberikan arahan yang membantu klien

mengkasifikasi dirinya tentang siapa dirinya sebagai suatu upaya memfasilitasi

proses memperbaiki kondisinya. Malow mengemukakan teorinya bahwa semua

orang memiliki motivasi untuk memenuhi kebutuhannya yang bersifat hierakhis.

Teori belajar humanistic lebih mengedepankan sisi humanis manusia dan

tidak menuntut jangka waktu bagi pembelajaran mencapai pemahaman yang

diinginkan. Teori ini lebih menekankan pada isi materi yang harus dipelajari dari

proses belajar agar membentuk manusia seutuhnya. Proses belajar dilakukan agar

pembelajar mendapaatkan makna sesungguhnya dari belajar setiap pembelajar

memiliki kecepatan belajar yang berbeda-beda sehingga keberhasialan belajarakan

tercapai jika pembelajar dapat memahami diri dari lingkungannya.

Teori humanistik memandang memandang bahwa proses belajar harus

dimulai dan ditujukan untuk kepentingan manusia kan manusia itu sendiri. Maka

teori humanistic bersifat lebih abstrak dan lebih mendekati bidang kajian filsafat,

teori kepribadian , dan psiko terapi dari pada bidang kajian-kajian psikologi

belajar .

Aplikasi teori humanistic dalam pembelajaran adalah guru lebih

mengarakan siswa untuk berpikir induktif, mementingkan pengalaman serta

membutuhkan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar (dalam hal ini

guru berperan sebagai fasilitator). Hal ini diterapan melalui kegiatan diskusi,

membahas materi secara berkelompok.

Pembelajaran berdasarkan teori humanistic ini cocok untuk diterapkan

pada materi-materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati

nurani, perubahan sikap dan analisi terhadap fenomena sosial. Fasilitator


13

membantu untuk memperoleh dan memperjelas tujuan-tujuan perorangan di

dalam kelas dan juga tujuan –tujuan kelompok yang bersifa tumum. Fasilitator

menerima dan menanggapi ungkapan-ungkapan didalam kelompok kelas baik

bersifat intelektual maupun sikap perasan.

Aliran humanistik memandang belajar sebagai proses yang terjadi dalam

individu yang meliputi bagian/dominan yang ada, yaitu dapat meliputi dominan

kognitif, afektif dan psikomotorik. Siswa berperan sebagi pelaku utama yang

memaknai proses pengalaman belajar sendiri ,mengembangkan potensi dirinya

secara positif dan meminimal kanpotensi diri yang bersifat negatif. Banyak tokoh

menganutaliran humanistik, diantaranya adalah Rogres, Kolb, Honey dan

Mumford, Habermas, serta Bloom dan Krathwohl. Subab-subbab berikutnya akan

menguraikan pandangan-pandangan tokoh tersebut terkait belajar secarara rinci.

F. Teori Belajar Kognitif dan Konstruktivisme

1. Konsep Teori Kognitif

Teori Kognitif dikembangkan oleh Jean Piaget, seorang psikologi Swiss

yang hidup tahun 1896-1980. Teorinya memberikan banyak konsep utama


dalam lapangan psikologi perkembangan dan berpengarus terhadap

perkembangan konsep kecerdasan, yang bagi piaget, berarti kemampuan untuk

secara lebih tepat merepresentasikan dunia dan melakukan operasi logis dalam

reporesebtasi konsep yang berdasarkan pada kenyataan. Teori ini membahas

munculnya dan diperolehnya skema tentang bagaiman seseorang mempersepsi

lingkungan dalam tahapan-tahapan perkembangan, saat seseorang

memperoleh cara baru dalam merepresentasikan informasi secara mental.

Teori ini di golongkan ke dalam konstruktivisme, yang berarti, tidak seperti

teori nativisme (yang menggambarkan perkembangan kognitif sebagai

pemunculan pengetahuan dan kemampuan bawaan). Teori ini berpendapat


14

bahwa kita membangun kemampuan kognitif kita melalui tindakan yang

termotivasi dengan sendirinya terhadap lingkungan.

Adapun karakteristik dari teori kognitif ini adalah :

a. Belajar adalah proses mental bukan behavioral.

b. Siswa aktif sebagai penyadur.

c. Siswa belajar secara individu dengan pola deduktif dan induktif.

d. Instrinsik motivasion, sehingga tidak perlu stimulus.

e. Siswa sebagai pelaku untuk menuntun penemuan.

f. Guru memfasilitasi terjadinya proses insight.

2. Konsep Teori Konstruktivisme

Menurut teori konstruktivisme ini, satu prinsip yang paling penting

dalam psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekedar

memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri

pengetahuan di dalam dirinya. Guru dapat memberikan kemudahan untuk

proses ini, dengan memberi kesempatan siswa untuk menemukan atau

menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan mengajar siswa menjadi sadar dan

secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat

memberi siswa anak tangga yang membawa siswa ke pemahaman yang lebih

tinggi, dengan catatan siswa sendiri yang harus memanjat anak tangga tersebut

(fame, 2004:7).

Belajar bukanlah proses tekonologisasi (robot) bagi siswa, melainkan

proses untuk membangun penghayatan terhadap suatu materi yang

disampaikan sehingga proses pembelajaran tidak hanya meyampaikan materi

yang bersifat normatif (tekstual) tetapi juga harus juga menyampaikan materi

yang bersifat kontekstual.


15

Teori konstruktivisme membawa implikasi dalam pembelajaran yang

harus bersifat kolektif atau kelompok. Proses sosial masing-masing siswa

harus diwujudkan. C. Asri Budiningsih menyatakan bahwa keberhasilan

belajar sangat ditentukan oleh peran sosial yang ada pada diri siswa. Dalam

situasi sosial akan terjadi situasi saling berhubungan, terdapat tata hubungan,

tata tingkah laku dan sikap di antara sesama manusia. konsekuensinya, siswa

harus memiliki keterampilan untuk menyesuaikan diri (adaptasi) secara tepat

(Muchith, 2008: 72).

Dalam kaitannya dengan ini, Bettencourt (1989) mengemukakan bahwa

ada tiga penekanan dalam teori belajar kontruktivisme yaitu:

a. Peran aktif siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan secara makna

b. Pentingnya membuat kaitan antara gagasan dalam pengkonstruksian

secara bermakna

c. Mengaitkan antara gagasan dengan informasi baru yang diterima

G. Teori Belajar Behavioristic


1. Pengertian Teori Behavioristik

Teori Behavioristik merupakan teori belajar yang sangat menekankan

perilaku atau tingkah laku yang dapat diamati. Teori-teori dalam rumpun ini

bersifat molekular, karena memandang kehidupan individu terdiri atas unsur-

unsur seperti halnya molekul-molekul.

Ada beberapa ciri dari rumpun teori ini, yaitu:

a. Mengutamakan unsur-unsur atau bagian-bagian kecil,

b. Bersifat mekanistis,

c. Menekankan peranan lingkungan,

d. Mementingkan pembentukkan reaksi atau respons,


16

e. Menekankan pentingnya latihan.

2. Pandangan Belajar Menurut Teori Behavioristik

Menurut teori Behavioristik, belajar merupakan perubahan dalam

tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respons. Atau

dengan kata lain, belajar adalah perubahan yang dialami siswa dalam hal

kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil

interaksi antara stimulus dan respons.

Menurut teori ini, orang terlibat di dalam tingkah laku tertentu karena

mereka telah mempelajarinya, melalui pengalaman-pengalaman terdahulu,

menghubungkan tingkah laku tersebut dengan hadiah-hadiah. Orang

menghentikan suatu tingkah laku, mungkin karena tingkah laku tersebut

belum diberi hadiah atau telah mendapat hukuman. Semua tingkah laku, baik

bermanfaat ataupun merusak, merupakan tingkah laku yang dipelajari.

Gagasan utama dalam aliran behavioristik ini adalah bahwa untuk

memahami tingkah laku manusia diperlukan pendekatan yang objektif,

mekanistik, dan materialistik, sehingga perubahan tingkah laku pada diri

seseorang dapat dilakukan melalui upaya pengondisian. Dengan perkataan

lain, mempelajari tingkah laku seseorang seharusnya dilakukan melalui

pengujian dan pengamatan atas tingkah laku yang tampak, bukan dengan

mengamati kegiatan bagian dalam tubuh. Menurut Watson, adalah tidak

bertanggung jawab dan tidak ilmiah mempelajari tingkah laku manusia

semata-mata didasarkan atas kejadian-kejadian subjektif, yakni kejadian-

kejadian yang diperkirakan terjadi di dalam pikiran, tetapi tidak dapat diamati

dan diukur.

Pada dasarnya pendekatan Behavior ini bertujuan untuk menghilangkan

tingkah laku yang salah dan membentuk tingkah laku baru.


17

3. Teori Behavioristik Menurut Beberapa Ahli

Pendekatan Behavioristik menekankan arti penting dari bagaimana anak

membuat hubungan antara pengalaman dan perilaku. Aliran Behavioristik

pada awalnya timbul di Rusia, namun kemudian berkembang pula di Amerika.

(Taher, 2013, hlm.26)

Koneksionisme, merupakan teori yang paling awal dari rumpun

Behaviorisme. Menurut teori ini tingkah laku manusia tidak lain dari suatu

hubungan antara perangsang-jawaban atau stimulus-respons. Belajar adalah

pembentukan hubungan stimulus-respons sebanyak-banyaknya. Siapa yang

menguasai hubungan stimulus-respons sebanyak-banyaknya ialah orang

pandai atau yang berhasil dalam belajar. Pembentukan hubungan stimulus

respons dilakukan melalui ulangan-ulangan.

Tokoh yang sangat terkenal dari teori ini adalah Thorndike. Belajar

pada binatang yang juga berlaku bagi manusia menurut Thorndike adalah trial

and error (uji coba). Thorndike mengemukakan tiga prinsip atau hukum

dalam belajar. Pertama, law of readiness, belajar akan berhasil apabila

individu memiliki kesiapan untuk melakukan perbuatan tersebut. Kedua, law

of exercies, belajar akan berhasil apabila banyak latihan, ulangan. Ketiga, law

of effect, belajar akan bersemangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil

yang baik.

Teori pengkondisian (conditioning), merupakan perkembangan lebih

lanjut dari koneksionisme. Teori ini dilatarbelakangi oleh percobaan Pavlov

dengan keluarnya air liur. Air liur akan keluar apabila anjing melihat atau

mencium bau makanan. Dalam percobaannya Pavlov membunyikan bel

sebelum memperlihatkan makanan pada anjing. Setelah diulang berkali-kali

ternyata air liur tetap keluar bila bel berbunyi meskipun makanannya tidak
18

ada. Penelitian ini menyimpulkan bahwa perilaku individu dapat dikondisikan.

Belajar merupakan suatu upaya untuk mengkondisikan pembentukan suatu

perilaku atau respons terhadap sesuatu. Kebiasaan makan atau mandi pada jam

tertentu, kebiasaan berpakaian, masuk kantor, kebiasaan belajar, bekerja dll.

Terbentuk karena pengkondisian.

H. Evaluasi Pembelajaran

Evaluasi Pembelarajan adalah suatu kegiatan yang disengaja dan

bertujuan. Kegiatan evaluasi dapat dilakukan dengan sadar oleh guru dengan

tujuan untuk memperoleh suatu  kepastian yang pasti mengenai suatu keberhasilan

belajar peserta didik dan memberikan masukan kepada guru mengenai apa yang

dia lakukan dalam kegiatan pengajaran.

1. Syarat-Syarat Evaluasi

Syarat Penyusunan Alat Evaluasi [7]Langkah pertama yang perlu

ditempuh guru dalam menilai prestasi belajar siswa adalah menyusun alat

evaluasi (test instrument) yang sesuai dengan kebutuhan, dalam arti yang tidak

menyimpang dari indikator dan jenis prestasi yang diharapkan. Persyaratan


pokok penyusunan alat evaluasi yang baik dalam perspektif psikologi belajar

(The Psychology of learning) meliputi dua macam, yakni: (1). Reliabilitas;

(2). Validitas (Cross, 1974; Barlow, 1985; Butler, 1990).

a. Reliabilitas 

Secara sederhana, reliabilitas (reliability) berarti hal tahan uji atau

dapat   dipercaya.Sebuah alat evaluasi dipandang reliable atau tahan uji

apabila memiliki konsistensi atau keajegan hasil (Syah, Muhibbin. 2008:

145).

b. Validitas
19

Validitas berarti keabsahan atau kebenaran. Sebuah alat evaluasi

dipandang valid atau abash apabila dapat mengukur apa yang seharusnya

diukur (Syah, Muhibbin. 2008:145).

2. Syarat dalam Pelaksanaan Kegiatan Evaluasi  

Sedangkan syarat-syarat umum yang harus dipenuhi dalam mengadakan

kegiatan evaluasi dalam proses pendidikan menurut Dimyati dan Mudjiono

(2006: 194-198), terurai sebagai berikut:

a. Kesahihan

Kesahihan menggantikan kata validitas (validity) yang dapat

diartikan sebagai ketepatan evaluasi mengevaluasi apa yang seharusnya di

evaluasi. untuk memperoleh hasil evaluasi yang sahih, dibutuhkan

insturmen yang memiliki/memenuhi syarat-syarat kesahihan suatu

instrumental evaluasi. Kesahihan instrument evaluasi diperoleh melalui

hasil pemikiran dan hasil pengalaman. 

b. Keterandalan

Keterandalan evaluasi berhubungan dengan masalah kepercayaan,

yakni tingkat kepercayaan bahwa suatu instrument evaluasi mampu

memberikan hasil yang tepat. Gronlund (Dimyati dan Mudjiono, 2006:

196), mengemukakan bahwa, “keterandalan menunjukkan kepada

konsistensi (keajegan) pengukuran yakni bagaimana keajegan skor tes atau

hasil evaluasi lain yang berasal dari pengukuran yang satu ke pengukuran

yang lain”. Dengan kata lain, keterandalan dapat kita artikan sebagai

tingakat kepercayaankeajegan hasil evaluasi yang diperoleh dari suatu

instrument evaluasi. 
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

pada hakikatnya belajar merupakan suatu proses yang berkesinambungan yang

berlangsung sejak lahir hingga akhir hayat, dalam belajar terjadi adanya

perubahan tingkah laku yang bersifat relatif permanen, hasil belajar ditunjukan

dengan tingkah laku,dalam belajar ada aspek yang berperan yaitu motivasi,

emosional, sikap,dan yang lainnya. Unsur utama dalam belajar adalah individu

sebagai peserta belajar, kebutuhan sebagai sumber pendorong, situasi belajar,

yang memberikan kemungkinan terjadinya kegiatan belajar.

Pembelajaran pada hakikatnya adalah proses interaksi antara peserta didik

dengan lingkungan, sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik.

Dan tugas guru adalah mengkoordinasikan lingkungan agar menunjang terjadinya

perubahan perilaku bagi peserta didik. Pembelajaran juga dapat diartikan sebagai

usaha sadar pendidik untuk membantu peserta didik agar mereka dapat belajar
sesuai dengan kebutuhan dan minatnya. Disini pendidik berperan sebagai

fasilitator yang menyediakan fasilitas dan menciptakan situasi yang mendukung

peningkatan kemampuan belajar peserta didik.

B. Saran

Penulis menyadari jika makalah ini masih jauh dari sempurna. Kesalahan

ejaan, metodologi penulisan dan pemilihan kata serta cakupan masalah yang

masih kurang adalah diantara kekurangan dalam makalah ini. Karena itu saran dan

kritik membangun sangat kami butuhkan dalam penyempurnaan makalah ini.

20
DAFTAR PUSTAKA
 

Hamalik, Oemar. Proses Belajar Mengajar. Bandung: CV. Mandar Maju, 2003.
Jaya, Farida. Perencanaan Pembelajaran. Medan: Universitas Sumatera Utara,
2015.
Jihad, Asep dan Abdul Haris. Evaluasi pembelajaran. Yogyakarta: Multi
Pressindo, 2003. No.4.
Knight, George R. 1982. Issues and Alternatives in Educational Philosphy. Cet.
XII, Michigan: Andrews University Press.
Darsono, Max, dkk. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang
Press.
Fathurrohman, Pupuh dan Sutikno, Sobry. 2007. Strategi Belajar Mengajar
melalui Penanaman Konsep Umum & Konsep Islam. Cet. II, Bandung:
Refika Aditama.
Fred Percival dan Henry Ellington, A Handbook of Educational Technology
( London: Kogan Page, 1993)
Gulö, W. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Grasindo.
Hafid, Abdul. “Sumber dan Media Pembelajaran”. Jurnal Sulesana Vol. 6 No. 2,
2011.
Mulyasa, E. Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005.
Naim, Ngainun dan Patoni, Achmad. 2007. Materi Penyusunan Desain
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (MPDP-PAI). Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Ngalim, purwanto  M. prinsip-prinsip dan tekni evaluasi pengajaran. Bandung :
jurnal info media, 2009.
Roziqin,  Muhammad Zainur. 2007. Moral Pendidikan di Era Global; Pergeseran
Pola Interkasi Guru-Murid di Era Global. Malang: Averroes Press.
Slameto. Evaluasi pendidikan. Jakarta: Bina Aksara , 1988
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2007. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Cet.
IV, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Suryosubroto, B. 1997. Proses Belajar  Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka
Cipta.
Taher, Thahroni. (2013). Psikologi pembelajaran pendidikan agama islam.
Jakarta: PT rajagrafindo persada.
Tilaar, H.A.R. 2002. Pendidikan. Kebudayaan, dan Masyarakat Madani
Indonesia; Strategi Reformasi Pendidikan Nasional. Cet. III, Bandung:
Remaja Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai