Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

Hakikat Belajar Mengajar Dan Komponen Pembelajaran

Dosen Pengampuh :

Dr. Surani, S.Ag.,M.Ag.

Oleh :

Khairul Amar Hamid Cante (10220220011)

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN BAHASA ARAB

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga
saya dapat menyelesaikan makalah yang berisikan tentang “Hakikat belajar mengajar dan
komponen pembelajaran” tepat pada waktunya.
Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan bagi para pembaca
dan dapat digunakan sebagai salah satu pedoman dalam proses pembelajaran.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya karena pengetahuan yang
saya miliki cukup terbatas.Oleh karena itu, saya berharap kritik dan saran dari pembaca yang
bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Makassar, 19 September 2023

Amar Hamid

Ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.........................................................................................i
KATA PENGANTAR…………......................................................................ii
DAFTAR ISI………………………………………..……………….……….iii
BAB I
PENDAHULUAN...........................................................................................1
1.1. Latar Belakang................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah...........................................................................1
1.3. Tujuan.............................................................................................1
BAB II
PEMBAHASAN ............................................................................................. 2
2.1. Hakikat Belajar...............................................................................2
2.1. Pengertian Belajar...........................................................................2
2.3. Tuuan Belajar..................................................................................4
2.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar......................................5
2.5. Teori Belajar...................................................................................8
2.6. Hakikat Pembelajaran...................................................................11
2.7. Tujuan Pembelajaran.....................................................................12
2.8. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran.........................12
2.9. Model-model Pembelajaran...........................................................13
BAB III
PENUTUP .....................................................................................................15
3.1. Kesimpulan...................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................16

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Di era globalisasi yang serba modern menuntut setiap negara untuk menghasilkan sumber
daya manusia dengan kesiapan yang lebih matang dalam segala hal. Bidang pendidikan
merupakan salah satu bidang yang sangat berpengaruh untuk mempersiapkan sumber daya
manusia yang dibutuhkan untuk menghadapi tuntutan zaman. Namun, mendidik anak sejak
dini hingga menjadi individu yang berkualitas, dan mempertahankan kualitas tersebut bukan
hal yang mudah. Perlu proses yang panjang untuk membentuk individu yang mampu
mengikuti alur era globalisasi. Untuk mewujudkan hal tersebut, tentu individu harus
melakukan suatu proses yang disebut belajar.
Dalam pendidikan, belajar merupakan kata kunci yang paling penting. Jika tidak ada belajar
maka tidak akan ada pendidikan. Dan didalam pendidikan akan terjadi suatu pembelajaran
yang akan membentuk individu yang berkualitas.
Berdasarkan uraian di atas maka penyusun mengajukan makalah yang berjudul “ Hakikat
Belajar dan Pembelajaran” yang nantinya dapat memperjelas pengertian dan hakikat dari
belajar dan pembelajaran itu sendiri.

1.2. Rumusan Masalah


Apakah pengertian dari belajar dan pembelajaran?
Apakah tujuan belajar dan pembelajaran?
Apakah faktor yang memengaruhi belajar dan pembelajaran?

1.3. Tujuan
Untuk mengetahui dan memahami pengertian belajar dan pembelajaran.
Untuk mengetahui dan memahami tujuan dari belajar dan pembelajaran.
Untuk mengetahui apa saja faktor yang mempengaruhi belajar dan pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1.Hakikat Belajar
Secara harfiah, Belajar adalah yang tidak tahu menjadi tahu. Secara keilmuan, belajar
merupakan perilaku kognitif yang memerlukan tingkat keterbukaan kondisi tertentu yang
akan menghasilkan perubahan perilaku atau disposisi untuk bertindak (dtindak
lanjuti). Menurut kamus bahasa Indonesia, belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian
atau ilmu, berlatih, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh
pengalaman. Belajar adalah suatu proses yang berlangsung di dalam diri seseorang yang
mengubah tingkah lakunya, baik tingkah laku dalam berpikir, bersikap, dan berbuat (W. Gulo,
2002: 23).
Menurut Nana Sudjana (2002), pada hakikatnya proses belajar mengajar adalah proses
komunikasi. Kegiatan belajar mengajar di kelas merupakan suatu dunia komunikasi tersendiri
dimana guru dan siswa bertukar pikiran untuk mengembangkan ide dan pengertian. belajar
ada kaitannya dengan usaha atau rekayasa pembelajar. Dari segi siswa, belajar yang
dialaminya sesuai dengan pertumbuhan jasmani dan perkembangan mental, akan
menghasilkan hasil belajar sebagai hasil belajar sebagai perwujudan emansipasi siswa
menuju kemandirian. Dari segi guru, kegiatan belajar siswa merupakan akibat dari tindakan
pendidikan atau pembelajaran. Proses belajar siswa tersebut menghasilkan perilaku yang
dikehendaki, suatu hasil belajar sebagai dampak pengajaran.

2.2. Pengertian Belajar Menurut Beberapa Ahli


1. Belajar menurut Skinner
Belajar menurut Skinner adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar, maka
responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responnya menurun.
Dalam belajar ditemukan adanya hal berikut:
a. Kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respon pembelajar,
Respons si pembelajar, dan
Konsekuensi yang bersifat menguatkan respons tersebut. Pemerkuat terjadi pada stimulus
yang menguatkan konsekuensi tersebut. Sebagai ilustrasi, perilaku respons si pembelajar
yang baik diberi hadiah. Sebaliknya, perilaku respons yang tidak baik diberi teguran dan
hukuman. (Mudjiono, 2002:9)
2. Belajar Menurut Gagne
Menurut Gagne, belajar merupakan kegiatan yang kompleks. Belajar adalah
seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan
informasi, menjadi kapabilitas baru.
Menurut Gagne, belajar terdiri dari tiga komponen penting, yaitu kondisi eksternal, kondisi
internal, dan hasil belajar. Belajar merupakan interaksi antara “keadaan internal dan proses
kognitif siswa” dengan “stimulus dari lingkungan”. Prses kognitif tersebut menghasilkan
suatu hasil belajar. Hasil belajar tersebut terdiri dari informasi verbal, keterampilan intelek,
keterampilan motorik, sikap, dan siasat kognitif.
a. Informasi verbal adalah kapabilitas untuk mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk
bahasa, baik lisan maupun tertulis.
b. Keterampilan intelektual adalah kecakapan yang berfungsi untuk berhubungan dengan
lingkungan hidup serta memprsentasikan konsep dan lambang.
c. Strategi kognitif adalah kemampuan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas
kognitifnya sendiri.
d. Keterampilan motorik adalah kemampuan melakukan serangkaian gerakan jasmani
dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.
e. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak obyek berdasarkan penilaian
terhadap obyek tersebut.

3. Belajar Menurut Pandangan Piaget


Piaget berpendapat bahwa pengetahuan dibentuk oleh individu. Perkembangan
intelektual melalui tahap-tahap berikut. (i) Sensori motor (0-2 tahun), (ii) pra
operasional (2-7 tahun), (iii) operasional konkret (7-11 tahun), dan (iv) operai formal (11-ke
atas).
Belajar pengetahuan meliputi tiga fase. Fase-fase itu adalah :
a. Eksplorasi, siswa mempelajari gejala dengan bimbingan
b. Pengenalan konsep, siswa mengenal konsep yang ada hubungannya dengan
gejala
c. Aplikasi konsep, siswa menggunakan konsep untuk meneliti gejala lain lebih
lanjut.
Menurut Piaget, pembelajaran terdiri dari empat langkah berikut.
a. Menentukan topik yang dapat dipelajari oleh anak sendiri.
b. Memilih atau mengembangkan aktivitas kelas dengan topik tersebut.
c. Mengetahui adanya kesempatan bagi guru untuk mengemukakan pertanyaan
menunjang proses pemecahan masalah.
d. Menilai pelaksanaan tiap kegiatan, memperhatikan keberhasilan, dan melakukan
revisi.

4. Belajar Menurut Rogers


Rogers mengemukakan pentingnya guru memperhatikan prinsip pendidikan.
Rogers mengemukakan saran tentang langkah-langkah pembelajaran yang perlu dilakukan
oleh guru. Pembelajaran meliputi hal berikut:
a. Guru memberi kepercayaan kepada kelas agar kelas memilih belajar secara
terstruktur.
b. Guru dan siswa membuat kontrak belajar.
c. Guru menggunakan metode inkuiri, atau belajar menemukan (discovery
learning).
d. Guru menggunakan metode simulasi.
e. Guru mengadakan latihan kepekaan agar siswa mampu menghayati perasaan dan
berpartisipasi dengan kelompok lain.
f. Guru bertindak sebagai fasilitator belajar.

2.3. Tujuan Belajar


Beberapa ahli mengemukakan pendapat mereka mengenai tujuan belajar. Sukandi, 1983
berpendapat bahwa tujuan belajar adalah mengadakan perubahan tingkah laku dan
perbuatan. Perbuatan itu dapat dinyatakan sebagai suatu kecakapan keterampilan, kebiasaan,
sikap, pengertian, sebagai pengetahuan atau penerima dan penghargaan
Menurut Surakhmat, 1986 tujuan belajar adalah mengumpulkan pengetahuan, penanaman
konsep dan pengetahuan, dan pembentukan sikap dan perbuatan.
Demikian pula bahwa tujuan belajar itu dimaknai sebagai pernyataan mengenai keterampilan
atau konsep yang diharapkan dapat dikuasai oleh peserta didik pada akhir priode
pembelajaran (Slavin, 1994).
Dari pendapat ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Tujuan Belajar adalah merubah
tingkah laku dan perbuatan yang ditandai dengan kecakapan, keterampilan, kemampuan dan
sikap sehingga tercapainya hasil belajar yang diharapkan.

2.4. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Belajar


Secara umum faktor-faktor yang memengaruhi belajar dibedakan atas dua kategori, yaitu
faktor internal dan faktor eksternal Kedua faktor tersebut saling memengaruhi dalam proses
belajar individu sehingga menentukan kualitas hasil belajar.
a. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat
memengaruhi hasil belajar individu. Faktor-faktor internal ini meliputi faktor fisiologis dan
psikologis.
1. Faktor Fisiologis
Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan
kondisi fisik individu. Faktor-faktor ini dibedakan menjadi dua macam, yaitu: Pertama,
keadaan jasmani. Keadaan jasmani pada umumnya sangat memengaruhi aktivitas belajar
seseorang. Kondisi fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif terhadap
kegiatan belajar individu. Sebaliknya, kondisi fisik yang lemah atau sakit akan menghambat
tercapainya hasil belajar yang maksimal. Oleh karena keadaan jasmani sangat memengaruhi
proses belajar, maka perlu ada usaha untuk menjaga kesehatan jasmani.
Kedua, keadaan fungsi jasmani/fisiologis. Selama proses belajar berlangsung, peran fungsi
fisiologi pada tubuh manusia sangat memengaruhi hasil belajar, terutama pancaindra.
Pancaindra yang berfungsi dengan baik akan mempermudah aktivitas belajar dengan baik
pula. Dalam proses belajar, pancaindra merupakan pintu masuk bagi segala informasi yang
diterima dan ditangkap oleh manusia, sehingga manusia dapat mengenal dunia luar.

2. Faktor Psikologis
Faktor-faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat
memengaruhi proses belajar. Beberapa faktor psikologis yang utama memengaruhi proses
belajar adalah kecerdasan siswa, motivasi, minat, sikap, dan bakat.
a) Kecerdasan/inteligensi siswa

Kecerdasan merupakan faktor psikologis yang paling penting dalam proses belajar siswa,
karena itu menenentukan kualitas belajar siswa. Semakin tinggi tingkat
inteligensi seorang individu, semakin besar peluang individu tersebut meraih sukses dalam
belajar. Sebaliknya, semakin rendah tingkat inteligensi individu, semakin sulit individu itu
mencapai kesuksesan belajar. Oleh karena itu, perlu bimbingan belajar dari orang lain, seperti
guru, orangtua, dan lain sebagainya. Sebagai faktor psikologis yang penting dalam mencapai
kesuksesan belajar, maka pengetahuan dan pemahaman tentang kecerdasan perlu dimiliki
oleh setiap calon guru atau guru profesional, sehingga mereka dapat memahami tingkat
kecerdasan siswanya.

b) Motivasi

Motivasi adalah salah satu faktor yang memengaruhi keefektifan kegiatan belajar siswa.
Motivasilah yang mendorong siswa ingin melakukan kegiatan belajar. Para ahli psikologi
mendefinisikan motivasi sebagai proses di dalam diri individu yang aktif, mendorong,
memberikan arah, dan menjaga perilaku setiap saat (Slavin, 1994). Motivasi juga diartikan
sebagai pengaruh kebutuhan-kebutuhan dan keinginan terhadap intensitas dan arah perilaku
seseorang.
c) Minat

Minat sama halnya dengan kecerdasan dan motivasi, karena memberi pengaruh terhadap
aktivitas belajar. Karena jika seseorang tidak memiliki minat untuk belajar, ia akan tidak
bersemangat atau bahkan tidak mau belajar. Oleh karena itu, dalam konteks belajar di kelas,
seorang guru atau pendidik lainnya perlu membangkitkan minat siswa agar tertarik terhadap
materi pelajaran yang akan dipelajarinya.
d) Sikap

Dalam proses belajar, sikap individu dapat memengaruhi keberhasilan proses belajarnya.
Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi
atau merespon dengan cara yang relatif tetap terhadap objek, orang, peristiwa dan
sebagainya, baik secara positif maupun negatif . Sikap siswa dalam belajar dapat dipengaruhi
oleh perasaan senang atau tidak senang pada performan guru, pelajaran, atau lingkungan
sekitarnya. Dan untuk mengan tisipasi munculnya sikap yang negatif dalam belajar, guru
sebaiknya berusaha untuk menjadi guru yang profesional dan bertanggung jawab terhadap
profesi yang dipilihnya.
e) Bakat

Faktor psikologis lain yang memengaruhi proses belajar adalah bakat. Secara umum,
bakat(aptitude) didefinisikan sebagai kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk
mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Berkaitan dengan belajar, Slavin (1994)
mendefinisikan bakat sebagai kemampuan umum yang dimiliki seorang siswa untuk belajar.
Dengan demikian, bakat adalah kemampuan seseorangyang menjadi salah satu komponen
yang diperlukan dalam proses belajar seseorang. Apabila bakat seseorang sesuai dengan
bidang yang sedang dipelajarinya, maka bakat itu akan mendukung proses belajarnya
sehingga kernungkinan besar ia akan berhasil.

b. Faktor Eksternal
Selain karakteristik siswa atau faktor-faktor internal, faktor-faktor eksternal juga dapat
memengaruhi proses belajar siswa. Dalam hal ini, faktor faktor eksternal yang memengaruhi
belajar dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor
lingkungan nonsosial.
1. Lingkungan Sosial
a. Lingkungan sosial masyarakat

Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa akan memengaruhi belajar siswa.
Lingkungan siswa yang kumuh, banyak pengangguran dan anak telantar juga dapat
memengaruhi aktivitas belajar siswa, paling tidak siswa kesulitan ketika memerlukan teman
belajar, diskusi, atau meminjam alat-alat belajar yang kebetulan belum dimilikinya.
b. Lingkungan sosial keluarga
Lingkungan ini sangat memengaruhi kegiatan belajar. Ketegangan keluarga, sifat-sifat
orangtua, demografi keluarga (letak rumah), pengelolaan keluarga, semuanya dapat memberi
dampak terhadap aktivitas belajar siswa. Hubungan antara anggota keluarga, orangtua, anak,
kakak, atau adik yang harmonis akan membantu siswa melakukan aktivitas belajar dengan
baik.
c. Lingkungan sosial sekolah

Seperti guru, administrasi, dan teman-teman sekelas dapat memengaruhi proses belajar
seorang siswa. Hubungan yang harmonis antara ketiganya dapat menjadi motivasi bagi siswa
untuk belajar lebih baik di sekolah.
Maka para pendidik, orangtua, dan guru perlu memerhatikan dan memahami bakat yang
dimiliki oleh anaknya atau peserta didiknya, antara lain dengan mendukung, ikut
mengembangkan, dan tidak memaksa anak untuk memilih jurusan yang tidak sesuai dengan
bakatnya.

2. Lingkungan Nonsosial
a. Lingkungan alamiah

Seperti kondisi udara yang segar, tidak panas dan tidak dingin, sinar yang tidak terlalu
silau/kuat, atau tidak terlalu lemah/gelap, suasana yang sejuk dan tenang. Lingkungan
alamiah tersebut merupakan faktor-faktor yang dapat memengaruhi aktivitasbelajar siswa.
Sebaliknya, bila kondisi lingkungan alam tidak mendukung, proses belajar siswa akan
terhambat.
b. Faktor instrumental

Yaitu perangkat belajar yang dapat digolongkan dua macam. Pertama, hardware, seperti
gedung sekolah, alat-alat belajar, fasilitas belajar, lapangan olahraga dan lain sebagainya.
Kedua, software, seperti kurikulum sekolah, peraturan-peraturan sekolah, buku panduan, dan
lain sebagainya. Faktor materi pelajaran (yang diajarkan ke siswa). Faktor ini hendaknya
disesuaikan dengan usia perkembangan siswa, begitu juga dengan metode mengajar guru,
disesuaikan dengan kondisi perkembangan siswa. Karena itu, agar guru dapat memberikan
kontribusi yang positif terhadap aktivitas belajar siswa, maka guru harus menguasai materi
pelajaran dan berbagai metode mengajar yang dapat diterapkan sesuai dengan kondisi siswa.

2.5. Teori Belajar


1. Teori Belajar Behaviorisme
Teori belajar behaviorisme menjelaskan belajar itu adalah perubahan perilaku yang dapat
diamati, diukur dan dinilai secara konkret. Perubahan terjadi melalui rangsangan (stimulans)
yang menimbulkan hubungan perilaku reaktif (respon) berdasarkan hukum-hukum
mekanistik. Stimulans tidak lain adalah lingkungan belajar anak, baik yang internal maupun
eksternal yang menjadi penyebab belajar. Sedangkan respons adalah akibat atau dampak,
berupa reaksi fisik terhadap stimulans.

Belajar berarti penguatan ikatan, asosiasi, sifat dan kecenderungan perilaku S-R (stimulus-
Respon).
Ciri-Ciri Teori Behaviorisme adalah sebagai berikut.
a. Mementingkan faktor lingkungan
b. Menekankan pada faktor bagian
c. Menekankan pada tingkah laku yang nampak dengan mempergunakan metode
obyektif
d. Sifatnya mekanis
e. Mementingkan masa lalu
Ada tiga jenis teori Behaviorisme:
a. Teori Belajar Respondent Conditioning
Teori ini diperkenalkan oleh Pavlov, yang didasarkan pada pemikiran bahwa perilaku atau
tingkah laku merupakan respon yang dapat diamati dan diramalkan. Fisiolog Pavlov (1849-
1936) mengkaji stimuli (rangsangan tak bersyarat) yang secara spontan memanggil respon.
Melalui conditioning, stimuli netral (netral spontan) memancing refleks namun sengaja
dibuat agar mampu memancing respon refleks. Bila satu stimuli menghasilkan respon, maka
stimuli kedua yang tidak relevan dihadirkan serempak dengan stimuli pertama, dan akhirnya
respon tadi muncul tanpa menghadirkan stimuli pertama.
b. Teori Belajar Operant Conditioning
B.F. Skinner sebagai tokoh teori belajar Operant Conditionioning berpendapat bahwa belajar
menghasilkan perubahan perilaku yang dapat diamati., sedang perilaku dan belajar diubah
oleh kondisi lingkungan. Teori Skinner (1954) sering disebut Operant Conditioning yang
berunsur rangsangan atau stimuli, respon, dan konsekuensi. Stimuli (tanda/syarat) bertindak
sebagai pemancing respon, sedangkan konsekuensi tanggapan dapat bersifat positif atau
negatif namun keduanya memperkukuh atau memperkuat (reinforcement).
c. Teori Observation Learning (Belajar Pengamatan) atau Socio-Cognitive Learning
(Belajar Sosio-Kognitif)
Proses belajar yang bersangkut-paut dengan peniruan disebut dengan belajar observasi
(observation learning). Albert Bandura (1969) menjelaskan bahwa belajar observasi
merupakan sarana dasar untuk memperoleh perilaku baru atau mengubah pola perilaku yang
sudah dikuasai. Belajar observasi biasa juga disebut belajar sosial (Sosial learning) karena
yang menjadi obyek observasi pada umumya perilaku belajar orang lain.
Albert Bandura (1969) mengartikan belajar sosial sebagai aktivitas meniru melalui
pengamatan (observasi). Individu yang perilakunya ditiru menjadi model pebelajar yang
meniru . istilah Modeling digunakan untuk menggambarkan proses belajar sosial. Model ini
merujuk pada seseorang yang berperilaku sebagai stimuli bagi respon pebelajar.
John W. Santrock (1981) menyebut pandangan Albert Bandura tentang teori belajar sebagai
teori belajar sosial kognitif. Hal ini didasarkan pemikiran bahwa meniru perilaku model
melibatkan proses-proses psikologis yang sangat bersifat kognitif seperti perhatian
(attention), ingatan (retention), kinerja motorik (motorik reproduction), kondisi penguatan
dan insentif. Walter Mischel (1973) cenderung menggunakan instilah cognitive social-
learning theory, karena di dalamnya terkandung harapan (expectancies), strategi memproses
informasi dan memaknai stimuli secara pribadi, anutan nilai subyektif dilekatkan pada stimuli
(subjective stimuli values).

2. Teori Belajar Kognitivisme


Teori kognitivisme mengacu pada wacana psikologi kognitif, dan berupaya menganalisis
secara ilmiah proses mental dan struktur ingatan atau cognitif dalam aktivitas belajar.
a. Teori Perkembangan Kognitif
Teori ini dikemukakan oleh Jean Piaget, yang memandang individu sebagai struktur
kognitif, peta mental, skema, atau jaringan konsep guna memahami dan menanggapi
pengalamannya berinteraksi dengan lingkungan.
b. Teori Kognisi Sosial
Teori ini dikembangkan oleh L.S. Vygotsky, yang didasari oleh pemikiran bahwa
budaya berperan pening dalam belajar seseorang.
c. Teori Pemrosesan Informasi
Model belajar pemrosesan informasi ini sering pula disebut model kognitif information
processing, karena dalam proses belajar ini tersedia tiga taraf sistem informasi
yaitu sensory atau intake register, working memory, long-term memory.

3. Teori Belajar Konstruktivisme


Konsep dasar belajar menurut teori belajar konstruktivisme adalah pengetahuan baru
dikonstruksi sendiri oleh peserta didik secara aktif berdasarkan pengetahuan yang telah
diperoleh sebelumnya.
Pembelajaran konstuktivisme merupakan satu teknik pembelajaran yang melibatkan peserta
didik untuk membina sendiri secara aktif pengetahuan dengan menggunakan pengetahuan
yang telah ada dalam diri mereka masing-masing.

4. Teori Belajar Humanisme


Menurut teori belajar humanisme, proses belajar harus dimulai dan ditujukan untuk
kepentingan memanusiakan manusia itu sendiri. Oleh sebab itu, teori belajar humanisme
lebih mendekati bidang kajian filsafat, teori kepribadian, dan psikoterapi, daripada bidang
kajian psikologi belajar.

2.6. Hakikat Pembelajaran


Pembelajaran artinya suatu proses belajar yang terjadi karena adanya guru sebagai pengajar
atau pendidik dan adanya murid atau peserta didik sebagai yang diajar atau sebagai penerima
ilmu pengetahuan atau keterampilan. Secara umum istilah belajar dimaknai sebagai suatu
kegiatan yang mengakibatkan terjadinya perubahan tingkah laku. Dengan pengertian
demikian, maka pembelajaran dapat dimaknai sebagai suatu kegiatan yang dilakukan oleh
guru sedemikian rupa, sehingga tingkah laku peserta didik berubah ke arah yang lebih baik
(Darsono, 2000: 24).
Adapun yang dimaksud dengan proses pembelajaran adalah sarana dan cara bagaimana suatu
generasi belajar, atau dengan kata lain bagaimana sarana belajar itu secara efektif digunakan.
Hal ini tentu berbeda dengan proses belajar yang diartikan sebagai cara bagaimana para
pembelajar itu memiliki dan mengakses isi pelajaran itu sendiri (Tilaar, 2002: 128). Maka
dapat dipahami bahwa pembelajaran membutuhkan hubungan dialogis yang sungguh-
sungguh antara guru dan peserta didik, dimana penekanannya adalah pada proses
pembelajaran oleh peserta didik(student of learning), dan bukan pengajaran oleh guru(teacher
of teaching) (Suryosubroto, 1997: 34).
Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan
lingkungan, sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik. Dan tugas guru
adalah mengkoordinasikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi
peserta didik. Pembelajaran juga dapat diartikan sebagai usaha sadar pendidik untuk
membantu peserta didik agar mereka dapat belajar sesuai dengan kebutuhan dan minatnya.
Disini pendidik berperan sebagai fasilitator yang menyediakan fasilitas dan menciptakan
situasi yang mendukung peningkatan kemampuan belajar peserta didik.
2.7. Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran merupakan salah satu aspek yang perlu dipertimbangkan dalam
merencanakan pembelajaran. Segala kegiatan pembelajaran muaranya pada tercapainya
tujuan tersebut.
Penuangan tujuan pembelajaran ini bukan saja memperjelas arah yang ingin dicapai dalam
suatu kegiatan belajar, tetapi dari segi efisiensi diperoleh hasil belajar yang maksimal.
Banyak pengertian yang diberikan para ahli pembelajaran tentang tujuan pembelajaran, yang
satu sma lain memiliki kesamaan disamping ada perbedaan sesuai dengan sudut pandang
garapannya. Robert F. Mager (1962) misalnya memberikan pengertian tujuan pembelajaran
sebagai tujuan perilaku yang hendak dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh siswa pada
kondisi dan tingkat kompetensi tertentu. Pengertian kedua dikemukakan oleh Edwar L.
Dejnozka dan David E. Kapel (1981), juga Kemp (1977) yang memandang bahwa tujuan
pembelajaran adalah suatu pernyataan yang spesifik yang dinyatakan dalam perilaku atau
penampilan yang diwujudkan dalam bentuk tulisan untuk menggambrkan hasil belajar yang
diharapakan. Perilaku ini dapat berupa fakta yang samar. Definisi ke tiga dikemukakan oleh
Fred Percival dan Henry Ellington (1984) yakni tujuan pembelajaran adalah suatu pernyataan
yang jelas dan menunjukan penampilan atau keterampilan siswa tertentu yang diharapkan
dapat dicapai sebagai hasil belajar.

2.8. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran


Faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran adalah sebagai berikut :
1. Faktor Kecerdasan
Yang dimaksud dengan kecerdasan ialah kemampuan seseorang untuk melakukan kegiatan
berfikir yang bersifatnya rumit dan abstrak. Kecerdasan adalah suatu kemapuan yang dibawa
dari lahir sedangkan pendidikan tidak dapat meningkatkannya, tetapi hanya dapat
mengembangkannya.
2. Faktor Belajar
Yang dimaksud dengan faktor belajar adalah semua segi kegiatan belajar, misalnya kurang
dapat memusatkan perhatian kepada pelajaran yang sedang dihadapi, tidak dapat menguasai
kaidah yang berkaitan sehingga kurang menguasai cara-cara belajar efektif dan efisien.
3. Faktor Sikap
Sikap dapat menentukan kualitas belajar seseorang. Diantara sikap yang dimaksud di sini
adalah minat, keterbukaan pikiran, prasangka atau kesetiaan. Sikap yang positif terhadap
pelajaran merangsang cepatnya kegiatan belajar.
4. Faktor Kegiatan
Faktor kegiatan ialah faktor yang ada kaitannya dengan kesehatan, kesegaran jasmani dan
keadaan fisik seseorang.
5. Faktor Emosi dan Sosial
Faktor emosi seperti tidak senang dan rasa suka dan faktor sosial seperti persaingan dan kerja
sama sangat besar pengaruhnya dalam proses belajar. Ada diantara faktor ini yang sifatnya
mendorong terjadinya belajar tetapi ada juga yang menjadi hambatan terhadap belajar efektif.
6. Faktor Lingkungan
Yang dimaksud faktor lingkungan ialah keadaan dan suasana tempat seseorang belajar. Selain
kenyamanan tempat belajar, hubungan yang kurang serasi dengan teman juga dapat
menganggu kosentrasi dalam belajar.
7. Faktor Guru
Kepribadian guru, hubungan guru dengan siswa, kemampuan guru mengajar dan perhatian
guru terhadap kemampuan siswanya turut mempengaruhi keberhasilan belajar. Guru dapat
menimbulkan semangat belajar yang tinggi dan dapat juga mengendorkan keinginan belajar
yang sungguh-sungguh. Siswa yang baik berusaha mengatasi kesulitan ini dengan
memusatkan perhatian kepada bahan pelajaran, bukan kepada kepribadian gurunya.

2.9. Model-model Pembelajaran


1. Model Pembelajaran Langsung
Model pembelajaran langsung merupakan model pembelajaran yang lebih berpusat
pada guru dan lebih mengutamakan strategi pembelajaran efektif guna memperluas informasi
materi ajar. Model pembelajaran langsung dikembangkan untuk mengefisienkan materi ajar
agar sesuai dengan waktu yang diberikan dalam suatu periode tertentu.

2. Model Pembelajaran Kooperatif


Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak
tidaknya tiga tujuan penting pembelajaran, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap
keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial (Ibrahim, dkk, 2000:7). Menurut Slavin
(1997), pembelajaran kooperatif, merupakan model pembelajaran dengan siswa bekerja
dalam kelompok yang memiliki kemampuan heterogen.
3. Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Pembelajaran berdasarkan masalah merupakan pendekatan yang efektif untuk
pengajaran proses berpikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu siswa untuk
memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka
sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya.
Pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan pengetahuan dasar maupun kompleks
(Ratumanan, 2002 : 123).

1. Komponen Pembelajaran
Gagne (1977a, 1977b) mendefinisikan pembelajaran sebagai seperangkat acara
peristiwa eksternal yang dirancang untuk mendukung terjadinya beberapa proses belajar,
yang sifatnya internal.[1]
Sebagai sebuah sistem, belajar mengajar tentu saja mempunyai sejumlah komponen
yang meliputi komponen utama dan komponen penunjang. Komponen utama terdiri dari;
tujuan, materi atau bahan pelajaran, pendidik, dan anak didik. Sedangkan komponen
penunjang terdiri dari; metode, alat dan evaluasi pembelajaran.[2]
a. Tujuan
Tujuan adalah suatu cita-cita yang dicapai dari pelaksanaan suatu kegiatan. Tujuan
dalam pendidikan dan pengajaran adalah suatu cita-cita yang bernilai normatif. Dengan
perkataan lain, dalam tujuan terdapat sejumlah nilai yang harus ditanamkan kepada anak
didik. Nilai-nilai itu nantinya akan mewarnai cara anak didik bersikap dan berbuat dalam
lingkungan sosialnya, baik disekolah maupun di luar sekolah.
Ny. Dr. Roestiyah N.K. (1989: 44) mengatakan bahwa suatu tujuan pengajaran
adalah deskripsi tetang penampilan perilaku (perfomance) murid-murid yang kita harapkan
setelah mereka mempelajari bahan pelajaran yang kita ajarkan. Suatu tujuan pengajaran
mengatakan suatu hasil yang kita harapkan dari pengajaran itu dan bukan sekedar suatu
proses itu sendiri.[3]
b. Mengadakan penilaian pendahuluan
Pada langkah ini, guru memeriksa perilaku awal siswa, langkah ini didasarkan atas
konsep belajar yang dimanifestasikan dalam perubahan. Hal ini untuk mengetahui ada atau
tidaknya perubahan pada diri siswa dengan membandingkan antara kondisi awal dengan
kondisi akhir setelah belajar. Disamping itu dengan penilaian pendahuluan, guru dapat
mnegetahui keadaan setiap pelajar yang mungkin memerlukan variasi tujuan dan prosedur
pembelajaran.[4]
c. Bahan Pelajaran
Bahan pelajaran adalah substansi yang akan disampaikan dalam proses belajar
mengajar. Ada dua persoalan dalam penguasaan bahan pelajaran, yakni penguasaan bahan
pelajaran pokok dan bahan pelajaran pelengkap. Bahan pelajaran pokok adalah bahan
pelajaran yang menyangkut bidang studi yang dipegang oleh guru sesuai dengan profesinya
(disiplin keilmuannya). Sedangkan bahan pelajaran pelengkap atau penunjang adalah bahan
pelajaran yang dapat membuka wawasan seorang guru agar dalam mengajar dapat menunjang
penyampaian bahan pelajaran pokok. Bahan penunjang ini biasanya bahan yang terlepas dari
disiplin keilmuan guru, tetapi dapat digunakan sebagai penujang dalam menyampaikan bahan
pelajaran pokok. Pemakaian bahan pelajaran penunjang ini harus disesuaikan dengan bahan
pelajaan pokok yang dipegang agar dapat memberikan motivasi kepada sebagian besar atau
semua anak didik.[5]
d. Kegiatan Belajar Mengajar
Kegiatan belajar mengajar adalah inti kegiatan dalam pendidikan. Dalam kegiatan
belajar mengajar, guru dan anak didik terlibat dalam sebuah interaksi dengan bahan pelajaran
sebagai mediumnya. Interaksi dikatakan maksimal bila interaksi itu terjadi antara guru
dengan semua anak didik, antara anak didik dengan guru, dan antara anak didik dengan anak
didik dalam rangka bersama-sama mencapai tujuan yang ditetapkan bersama.
Dalam kegiatan belajar mengajar, guru sebaiknya memperhatikan perbedaan
individual anak didik, yaitu pada aspek biologis, intelektual, dan psikologis. Pemahaman
terhadap ketiga aspek tersebut akan merapatkan hubungan guru dengan anak didik., sehingga
memudahkan melakukan pendekatan mastery learning dalam mengajar. Mastery
learning adalah salah satu strategi belajar mengajar pendekatan individual.
e. Metode
Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
Prof. Dr Winarto Surakhmad M. Sc. Ed, mengemukakan lima macam faktor yang
mempengaruhi penggunaan metode mengajar sebagai berikut :
a. Tujuan yang berbagai jenis dan fungsinya
b. Anak didik yang berbagai tingkat kematangannya.
c. Situasi yang berbagai keadaanya
d. Fasilitas yang berbagai kualitas dan kuantitasnya.
e. Pribadi guru serta kemampuan profesionalnya yang berbeda-beda.
f. Alat
Alat adalah segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka mencapai tujuan
pengajaran. Sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan dalam mencapai tujuan pengajaran,
alat mempunyai fungsi, yaitu alat sebagai perlengkapan, alat sebagai pembantu
mempermudah usaha mencapai tujuan, dan alat sebagai tujuan.
Alat dibagi menjadi dua macam, yaitu alat dan alat bantu pengajaran. Yang dimaksud
dengan alat adalah berupa suruhan, perintah, larangan dan sebagainya. Sedangkan alat batu
pengajaran adalah berupa glone, papan tulis, kapur tulis, gambar, diagaram, slide, vidio, dan
sebagainya. Ahli lain membagi alat pendidikan dan mengajaran menjadi alat material dan non
material.[6]
g. Sumber Pelajaran
Yang dimaksud sumber-sumber bahan dan pelajaran adalah segala sesuatu yang dapat
dipergunakan sebagai tempat dimana bahan pengajaran terdapat atau asal untuk belajar
sseorang. Dengan demikian, sumber pelajaran merupakan bahan/ materi untuk menambah
ilmu pengetahuan yang mengandung hal-hal baru bagi si pelajar.
Macam-macam sumber belajar
- Manusia (dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat)
- Buku atau perpustakaan
- Mass media (majalah, surat kabar, tv, radio)
- Alat pengajaran (peta, buku pelajaran, papan tulis, kapur, dan lain-lain)
- Museum
- Alam lingkungan
- Aktivitas (karya wisata, simulasi)[7]
h. Evaluasi
Menurut Wand dan Brown, evaluasi adalah suatu tindakan atau proses untuk menentukan
nilai dari sesuatu. Tujuan evaluasi dapat dilihat dari dua segi, yaitu tujuan umum dan tujuan
khusus .
a. Tujuan umum
1. Mengumpulkan data-data yang membuktikan taraf kemajuan murid dalam mencapai
tujuan yang diharapkan.
2. Memungkinkan pendidik/guru menialai aktivitas/ pengalaman yang didapat.
3. Menilai metode mengajar yang dipergunakan[8]
b. Tujuan khusus
1. Merangsang kegiatan siswa
2. Menentukan sebab-sebab kemajuan atau kegagalan
3. Memberikan bimbingan yang sesuai dengan Tuhan, perkembangan dan bakat siswa yang
bersangkutan.
4. Memperolah bahan laporan tentang perkembangan siswa yang diperlukan orang tua dan
lemabaga pendidikan.
5. Untuk memperbaiki mutu pelajaran/ cara belajar dan metode mengajar.[9]
2. Komponen Variasi Mengajar
Terdapat empat variasi mengajar
a. Variasi gaya mengajar
- Variasi suara
- Penekanan (Facusing)
- Pemeberian waktu (Pausing)
- Kontak pandang
- Gerakan anggota badan
- Pindah posisi
b. Variasi media dan bahan ajar
- Media pandang (dapat dilihat), seperti grafik, bagan, poster, speimen, gambar dan slide.
- Media dengar, seperti rekaman suara, radio, musik, deklamasi puisi, sosiodrama, telepon.
- Media taktik, seperti menyusun atau membuat model.
c. Variasi interaksi
- Guru aktif menjelaskan dan siswa mendengarkan
- Siswa aktif secara bebas tanpa campur tangan dari guru atau guru hanya mengarahkan
pembelajaran.
d. Variasi metode mengajar.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Pembelajaran sebagai seperangkat acara peristiwa eksternal yang dirancang untuk


mendukung terjadinya beberapa proses belajar, yang sifatnya internal. komponen yang
meliputi komponen utama dan komponen penunjang. Komponen utama terdiri dari; tujuan,
materi atau bahan pelajaran, pendidik, dan anak didik. Sedangkan komponen penunjang
terdiri dari; metode, alat dan evaluasi pembelajaran. Dari semua komponen pembelajaran,
antara komponen yang satu dengan yang lain memilki hubungan saling keterkaitan. Guru
sebagai ujung tombak pelaksanaan pendidikan di lapangan, sangat menentukan keberhasilan
dalam mencapai tujuan pendidikan.
Bagi setiap guru dituntut untuk memahami masing-masing metode secara baik.
Dengan pemilihan dan penggunaan metode yang tepat untuk setiap unit materi pelajaran yang
diberikan kepada peserta didik, maka akan meningkatkan proses interaksi belajar-mengajar.
Jika salah satu komponen pembelajaranyang bermasalah, maka proses belajar mengajar tidak
berjalan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Bahri Djamarah, Syaiful. Zain, Aswan. Strategi Belajar Mengajar. 1996. Jakarta: PT.Renika
Cipta.
E. Bell Gredler, Margareth. Belajar Dan Pembelajaran. 1991. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Mustakim, Zaenal. Strategi & Metode Pembelajaran. 2009. Yogyakarta: Gama Media
Yogyakarta.
Sabri, Ahmad. Strategi Belajar Mengajar. 2005. Ciputat : PT.Ciputat Press
Suprihatiningrum, Jamil. Strategi Pembelajaran. 2013. Jogjakarta: Ar-Ruzz.

Anda mungkin juga menyukai