Dosen Pengampuh :
Oleh :
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga
saya dapat menyelesaikan makalah yang berisikan tentang “Hakikat belajar mengajar dan
komponen pembelajaran” tepat pada waktunya.
Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan bagi para pembaca
dan dapat digunakan sebagai salah satu pedoman dalam proses pembelajaran.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya karena pengetahuan yang
saya miliki cukup terbatas.Oleh karena itu, saya berharap kritik dan saran dari pembaca yang
bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Amar Hamid
Ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.........................................................................................i
KATA PENGANTAR…………......................................................................ii
DAFTAR ISI………………………………………..……………….……….iii
BAB I
PENDAHULUAN...........................................................................................1
1.1. Latar Belakang................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah...........................................................................1
1.3. Tujuan.............................................................................................1
BAB II
PEMBAHASAN ............................................................................................. 2
2.1. Hakikat Belajar...............................................................................2
2.1. Pengertian Belajar...........................................................................2
2.3. Tuuan Belajar..................................................................................4
2.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar......................................5
2.5. Teori Belajar...................................................................................8
2.6. Hakikat Pembelajaran...................................................................11
2.7. Tujuan Pembelajaran.....................................................................12
2.8. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran.........................12
2.9. Model-model Pembelajaran...........................................................13
BAB III
PENUTUP .....................................................................................................15
3.1. Kesimpulan...................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................16
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
Untuk mengetahui dan memahami pengertian belajar dan pembelajaran.
Untuk mengetahui dan memahami tujuan dari belajar dan pembelajaran.
Untuk mengetahui apa saja faktor yang mempengaruhi belajar dan pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.Hakikat Belajar
Secara harfiah, Belajar adalah yang tidak tahu menjadi tahu. Secara keilmuan, belajar
merupakan perilaku kognitif yang memerlukan tingkat keterbukaan kondisi tertentu yang
akan menghasilkan perubahan perilaku atau disposisi untuk bertindak (dtindak
lanjuti). Menurut kamus bahasa Indonesia, belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian
atau ilmu, berlatih, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh
pengalaman. Belajar adalah suatu proses yang berlangsung di dalam diri seseorang yang
mengubah tingkah lakunya, baik tingkah laku dalam berpikir, bersikap, dan berbuat (W. Gulo,
2002: 23).
Menurut Nana Sudjana (2002), pada hakikatnya proses belajar mengajar adalah proses
komunikasi. Kegiatan belajar mengajar di kelas merupakan suatu dunia komunikasi tersendiri
dimana guru dan siswa bertukar pikiran untuk mengembangkan ide dan pengertian. belajar
ada kaitannya dengan usaha atau rekayasa pembelajar. Dari segi siswa, belajar yang
dialaminya sesuai dengan pertumbuhan jasmani dan perkembangan mental, akan
menghasilkan hasil belajar sebagai hasil belajar sebagai perwujudan emansipasi siswa
menuju kemandirian. Dari segi guru, kegiatan belajar siswa merupakan akibat dari tindakan
pendidikan atau pembelajaran. Proses belajar siswa tersebut menghasilkan perilaku yang
dikehendaki, suatu hasil belajar sebagai dampak pengajaran.
2. Faktor Psikologis
Faktor-faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat
memengaruhi proses belajar. Beberapa faktor psikologis yang utama memengaruhi proses
belajar adalah kecerdasan siswa, motivasi, minat, sikap, dan bakat.
a) Kecerdasan/inteligensi siswa
Kecerdasan merupakan faktor psikologis yang paling penting dalam proses belajar siswa,
karena itu menenentukan kualitas belajar siswa. Semakin tinggi tingkat
inteligensi seorang individu, semakin besar peluang individu tersebut meraih sukses dalam
belajar. Sebaliknya, semakin rendah tingkat inteligensi individu, semakin sulit individu itu
mencapai kesuksesan belajar. Oleh karena itu, perlu bimbingan belajar dari orang lain, seperti
guru, orangtua, dan lain sebagainya. Sebagai faktor psikologis yang penting dalam mencapai
kesuksesan belajar, maka pengetahuan dan pemahaman tentang kecerdasan perlu dimiliki
oleh setiap calon guru atau guru profesional, sehingga mereka dapat memahami tingkat
kecerdasan siswanya.
b) Motivasi
Motivasi adalah salah satu faktor yang memengaruhi keefektifan kegiatan belajar siswa.
Motivasilah yang mendorong siswa ingin melakukan kegiatan belajar. Para ahli psikologi
mendefinisikan motivasi sebagai proses di dalam diri individu yang aktif, mendorong,
memberikan arah, dan menjaga perilaku setiap saat (Slavin, 1994). Motivasi juga diartikan
sebagai pengaruh kebutuhan-kebutuhan dan keinginan terhadap intensitas dan arah perilaku
seseorang.
c) Minat
Minat sama halnya dengan kecerdasan dan motivasi, karena memberi pengaruh terhadap
aktivitas belajar. Karena jika seseorang tidak memiliki minat untuk belajar, ia akan tidak
bersemangat atau bahkan tidak mau belajar. Oleh karena itu, dalam konteks belajar di kelas,
seorang guru atau pendidik lainnya perlu membangkitkan minat siswa agar tertarik terhadap
materi pelajaran yang akan dipelajarinya.
d) Sikap
Dalam proses belajar, sikap individu dapat memengaruhi keberhasilan proses belajarnya.
Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi
atau merespon dengan cara yang relatif tetap terhadap objek, orang, peristiwa dan
sebagainya, baik secara positif maupun negatif . Sikap siswa dalam belajar dapat dipengaruhi
oleh perasaan senang atau tidak senang pada performan guru, pelajaran, atau lingkungan
sekitarnya. Dan untuk mengan tisipasi munculnya sikap yang negatif dalam belajar, guru
sebaiknya berusaha untuk menjadi guru yang profesional dan bertanggung jawab terhadap
profesi yang dipilihnya.
e) Bakat
Faktor psikologis lain yang memengaruhi proses belajar adalah bakat. Secara umum,
bakat(aptitude) didefinisikan sebagai kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk
mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Berkaitan dengan belajar, Slavin (1994)
mendefinisikan bakat sebagai kemampuan umum yang dimiliki seorang siswa untuk belajar.
Dengan demikian, bakat adalah kemampuan seseorangyang menjadi salah satu komponen
yang diperlukan dalam proses belajar seseorang. Apabila bakat seseorang sesuai dengan
bidang yang sedang dipelajarinya, maka bakat itu akan mendukung proses belajarnya
sehingga kernungkinan besar ia akan berhasil.
b. Faktor Eksternal
Selain karakteristik siswa atau faktor-faktor internal, faktor-faktor eksternal juga dapat
memengaruhi proses belajar siswa. Dalam hal ini, faktor faktor eksternal yang memengaruhi
belajar dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor
lingkungan nonsosial.
1. Lingkungan Sosial
a. Lingkungan sosial masyarakat
Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa akan memengaruhi belajar siswa.
Lingkungan siswa yang kumuh, banyak pengangguran dan anak telantar juga dapat
memengaruhi aktivitas belajar siswa, paling tidak siswa kesulitan ketika memerlukan teman
belajar, diskusi, atau meminjam alat-alat belajar yang kebetulan belum dimilikinya.
b. Lingkungan sosial keluarga
Lingkungan ini sangat memengaruhi kegiatan belajar. Ketegangan keluarga, sifat-sifat
orangtua, demografi keluarga (letak rumah), pengelolaan keluarga, semuanya dapat memberi
dampak terhadap aktivitas belajar siswa. Hubungan antara anggota keluarga, orangtua, anak,
kakak, atau adik yang harmonis akan membantu siswa melakukan aktivitas belajar dengan
baik.
c. Lingkungan sosial sekolah
Seperti guru, administrasi, dan teman-teman sekelas dapat memengaruhi proses belajar
seorang siswa. Hubungan yang harmonis antara ketiganya dapat menjadi motivasi bagi siswa
untuk belajar lebih baik di sekolah.
Maka para pendidik, orangtua, dan guru perlu memerhatikan dan memahami bakat yang
dimiliki oleh anaknya atau peserta didiknya, antara lain dengan mendukung, ikut
mengembangkan, dan tidak memaksa anak untuk memilih jurusan yang tidak sesuai dengan
bakatnya.
2. Lingkungan Nonsosial
a. Lingkungan alamiah
Seperti kondisi udara yang segar, tidak panas dan tidak dingin, sinar yang tidak terlalu
silau/kuat, atau tidak terlalu lemah/gelap, suasana yang sejuk dan tenang. Lingkungan
alamiah tersebut merupakan faktor-faktor yang dapat memengaruhi aktivitasbelajar siswa.
Sebaliknya, bila kondisi lingkungan alam tidak mendukung, proses belajar siswa akan
terhambat.
b. Faktor instrumental
Yaitu perangkat belajar yang dapat digolongkan dua macam. Pertama, hardware, seperti
gedung sekolah, alat-alat belajar, fasilitas belajar, lapangan olahraga dan lain sebagainya.
Kedua, software, seperti kurikulum sekolah, peraturan-peraturan sekolah, buku panduan, dan
lain sebagainya. Faktor materi pelajaran (yang diajarkan ke siswa). Faktor ini hendaknya
disesuaikan dengan usia perkembangan siswa, begitu juga dengan metode mengajar guru,
disesuaikan dengan kondisi perkembangan siswa. Karena itu, agar guru dapat memberikan
kontribusi yang positif terhadap aktivitas belajar siswa, maka guru harus menguasai materi
pelajaran dan berbagai metode mengajar yang dapat diterapkan sesuai dengan kondisi siswa.
Belajar berarti penguatan ikatan, asosiasi, sifat dan kecenderungan perilaku S-R (stimulus-
Respon).
Ciri-Ciri Teori Behaviorisme adalah sebagai berikut.
a. Mementingkan faktor lingkungan
b. Menekankan pada faktor bagian
c. Menekankan pada tingkah laku yang nampak dengan mempergunakan metode
obyektif
d. Sifatnya mekanis
e. Mementingkan masa lalu
Ada tiga jenis teori Behaviorisme:
a. Teori Belajar Respondent Conditioning
Teori ini diperkenalkan oleh Pavlov, yang didasarkan pada pemikiran bahwa perilaku atau
tingkah laku merupakan respon yang dapat diamati dan diramalkan. Fisiolog Pavlov (1849-
1936) mengkaji stimuli (rangsangan tak bersyarat) yang secara spontan memanggil respon.
Melalui conditioning, stimuli netral (netral spontan) memancing refleks namun sengaja
dibuat agar mampu memancing respon refleks. Bila satu stimuli menghasilkan respon, maka
stimuli kedua yang tidak relevan dihadirkan serempak dengan stimuli pertama, dan akhirnya
respon tadi muncul tanpa menghadirkan stimuli pertama.
b. Teori Belajar Operant Conditioning
B.F. Skinner sebagai tokoh teori belajar Operant Conditionioning berpendapat bahwa belajar
menghasilkan perubahan perilaku yang dapat diamati., sedang perilaku dan belajar diubah
oleh kondisi lingkungan. Teori Skinner (1954) sering disebut Operant Conditioning yang
berunsur rangsangan atau stimuli, respon, dan konsekuensi. Stimuli (tanda/syarat) bertindak
sebagai pemancing respon, sedangkan konsekuensi tanggapan dapat bersifat positif atau
negatif namun keduanya memperkukuh atau memperkuat (reinforcement).
c. Teori Observation Learning (Belajar Pengamatan) atau Socio-Cognitive Learning
(Belajar Sosio-Kognitif)
Proses belajar yang bersangkut-paut dengan peniruan disebut dengan belajar observasi
(observation learning). Albert Bandura (1969) menjelaskan bahwa belajar observasi
merupakan sarana dasar untuk memperoleh perilaku baru atau mengubah pola perilaku yang
sudah dikuasai. Belajar observasi biasa juga disebut belajar sosial (Sosial learning) karena
yang menjadi obyek observasi pada umumya perilaku belajar orang lain.
Albert Bandura (1969) mengartikan belajar sosial sebagai aktivitas meniru melalui
pengamatan (observasi). Individu yang perilakunya ditiru menjadi model pebelajar yang
meniru . istilah Modeling digunakan untuk menggambarkan proses belajar sosial. Model ini
merujuk pada seseorang yang berperilaku sebagai stimuli bagi respon pebelajar.
John W. Santrock (1981) menyebut pandangan Albert Bandura tentang teori belajar sebagai
teori belajar sosial kognitif. Hal ini didasarkan pemikiran bahwa meniru perilaku model
melibatkan proses-proses psikologis yang sangat bersifat kognitif seperti perhatian
(attention), ingatan (retention), kinerja motorik (motorik reproduction), kondisi penguatan
dan insentif. Walter Mischel (1973) cenderung menggunakan instilah cognitive social-
learning theory, karena di dalamnya terkandung harapan (expectancies), strategi memproses
informasi dan memaknai stimuli secara pribadi, anutan nilai subyektif dilekatkan pada stimuli
(subjective stimuli values).
1. Komponen Pembelajaran
Gagne (1977a, 1977b) mendefinisikan pembelajaran sebagai seperangkat acara
peristiwa eksternal yang dirancang untuk mendukung terjadinya beberapa proses belajar,
yang sifatnya internal.[1]
Sebagai sebuah sistem, belajar mengajar tentu saja mempunyai sejumlah komponen
yang meliputi komponen utama dan komponen penunjang. Komponen utama terdiri dari;
tujuan, materi atau bahan pelajaran, pendidik, dan anak didik. Sedangkan komponen
penunjang terdiri dari; metode, alat dan evaluasi pembelajaran.[2]
a. Tujuan
Tujuan adalah suatu cita-cita yang dicapai dari pelaksanaan suatu kegiatan. Tujuan
dalam pendidikan dan pengajaran adalah suatu cita-cita yang bernilai normatif. Dengan
perkataan lain, dalam tujuan terdapat sejumlah nilai yang harus ditanamkan kepada anak
didik. Nilai-nilai itu nantinya akan mewarnai cara anak didik bersikap dan berbuat dalam
lingkungan sosialnya, baik disekolah maupun di luar sekolah.
Ny. Dr. Roestiyah N.K. (1989: 44) mengatakan bahwa suatu tujuan pengajaran
adalah deskripsi tetang penampilan perilaku (perfomance) murid-murid yang kita harapkan
setelah mereka mempelajari bahan pelajaran yang kita ajarkan. Suatu tujuan pengajaran
mengatakan suatu hasil yang kita harapkan dari pengajaran itu dan bukan sekedar suatu
proses itu sendiri.[3]
b. Mengadakan penilaian pendahuluan
Pada langkah ini, guru memeriksa perilaku awal siswa, langkah ini didasarkan atas
konsep belajar yang dimanifestasikan dalam perubahan. Hal ini untuk mengetahui ada atau
tidaknya perubahan pada diri siswa dengan membandingkan antara kondisi awal dengan
kondisi akhir setelah belajar. Disamping itu dengan penilaian pendahuluan, guru dapat
mnegetahui keadaan setiap pelajar yang mungkin memerlukan variasi tujuan dan prosedur
pembelajaran.[4]
c. Bahan Pelajaran
Bahan pelajaran adalah substansi yang akan disampaikan dalam proses belajar
mengajar. Ada dua persoalan dalam penguasaan bahan pelajaran, yakni penguasaan bahan
pelajaran pokok dan bahan pelajaran pelengkap. Bahan pelajaran pokok adalah bahan
pelajaran yang menyangkut bidang studi yang dipegang oleh guru sesuai dengan profesinya
(disiplin keilmuannya). Sedangkan bahan pelajaran pelengkap atau penunjang adalah bahan
pelajaran yang dapat membuka wawasan seorang guru agar dalam mengajar dapat menunjang
penyampaian bahan pelajaran pokok. Bahan penunjang ini biasanya bahan yang terlepas dari
disiplin keilmuan guru, tetapi dapat digunakan sebagai penujang dalam menyampaikan bahan
pelajaran pokok. Pemakaian bahan pelajaran penunjang ini harus disesuaikan dengan bahan
pelajaan pokok yang dipegang agar dapat memberikan motivasi kepada sebagian besar atau
semua anak didik.[5]
d. Kegiatan Belajar Mengajar
Kegiatan belajar mengajar adalah inti kegiatan dalam pendidikan. Dalam kegiatan
belajar mengajar, guru dan anak didik terlibat dalam sebuah interaksi dengan bahan pelajaran
sebagai mediumnya. Interaksi dikatakan maksimal bila interaksi itu terjadi antara guru
dengan semua anak didik, antara anak didik dengan guru, dan antara anak didik dengan anak
didik dalam rangka bersama-sama mencapai tujuan yang ditetapkan bersama.
Dalam kegiatan belajar mengajar, guru sebaiknya memperhatikan perbedaan
individual anak didik, yaitu pada aspek biologis, intelektual, dan psikologis. Pemahaman
terhadap ketiga aspek tersebut akan merapatkan hubungan guru dengan anak didik., sehingga
memudahkan melakukan pendekatan mastery learning dalam mengajar. Mastery
learning adalah salah satu strategi belajar mengajar pendekatan individual.
e. Metode
Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
Prof. Dr Winarto Surakhmad M. Sc. Ed, mengemukakan lima macam faktor yang
mempengaruhi penggunaan metode mengajar sebagai berikut :
a. Tujuan yang berbagai jenis dan fungsinya
b. Anak didik yang berbagai tingkat kematangannya.
c. Situasi yang berbagai keadaanya
d. Fasilitas yang berbagai kualitas dan kuantitasnya.
e. Pribadi guru serta kemampuan profesionalnya yang berbeda-beda.
f. Alat
Alat adalah segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka mencapai tujuan
pengajaran. Sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan dalam mencapai tujuan pengajaran,
alat mempunyai fungsi, yaitu alat sebagai perlengkapan, alat sebagai pembantu
mempermudah usaha mencapai tujuan, dan alat sebagai tujuan.
Alat dibagi menjadi dua macam, yaitu alat dan alat bantu pengajaran. Yang dimaksud
dengan alat adalah berupa suruhan, perintah, larangan dan sebagainya. Sedangkan alat batu
pengajaran adalah berupa glone, papan tulis, kapur tulis, gambar, diagaram, slide, vidio, dan
sebagainya. Ahli lain membagi alat pendidikan dan mengajaran menjadi alat material dan non
material.[6]
g. Sumber Pelajaran
Yang dimaksud sumber-sumber bahan dan pelajaran adalah segala sesuatu yang dapat
dipergunakan sebagai tempat dimana bahan pengajaran terdapat atau asal untuk belajar
sseorang. Dengan demikian, sumber pelajaran merupakan bahan/ materi untuk menambah
ilmu pengetahuan yang mengandung hal-hal baru bagi si pelajar.
Macam-macam sumber belajar
- Manusia (dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat)
- Buku atau perpustakaan
- Mass media (majalah, surat kabar, tv, radio)
- Alat pengajaran (peta, buku pelajaran, papan tulis, kapur, dan lain-lain)
- Museum
- Alam lingkungan
- Aktivitas (karya wisata, simulasi)[7]
h. Evaluasi
Menurut Wand dan Brown, evaluasi adalah suatu tindakan atau proses untuk menentukan
nilai dari sesuatu. Tujuan evaluasi dapat dilihat dari dua segi, yaitu tujuan umum dan tujuan
khusus .
a. Tujuan umum
1. Mengumpulkan data-data yang membuktikan taraf kemajuan murid dalam mencapai
tujuan yang diharapkan.
2. Memungkinkan pendidik/guru menialai aktivitas/ pengalaman yang didapat.
3. Menilai metode mengajar yang dipergunakan[8]
b. Tujuan khusus
1. Merangsang kegiatan siswa
2. Menentukan sebab-sebab kemajuan atau kegagalan
3. Memberikan bimbingan yang sesuai dengan Tuhan, perkembangan dan bakat siswa yang
bersangkutan.
4. Memperolah bahan laporan tentang perkembangan siswa yang diperlukan orang tua dan
lemabaga pendidikan.
5. Untuk memperbaiki mutu pelajaran/ cara belajar dan metode mengajar.[9]
2. Komponen Variasi Mengajar
Terdapat empat variasi mengajar
a. Variasi gaya mengajar
- Variasi suara
- Penekanan (Facusing)
- Pemeberian waktu (Pausing)
- Kontak pandang
- Gerakan anggota badan
- Pindah posisi
b. Variasi media dan bahan ajar
- Media pandang (dapat dilihat), seperti grafik, bagan, poster, speimen, gambar dan slide.
- Media dengar, seperti rekaman suara, radio, musik, deklamasi puisi, sosiodrama, telepon.
- Media taktik, seperti menyusun atau membuat model.
c. Variasi interaksi
- Guru aktif menjelaskan dan siswa mendengarkan
- Siswa aktif secara bebas tanpa campur tangan dari guru atau guru hanya mengarahkan
pembelajaran.
d. Variasi metode mengajar.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Bahri Djamarah, Syaiful. Zain, Aswan. Strategi Belajar Mengajar. 1996. Jakarta: PT.Renika
Cipta.
E. Bell Gredler, Margareth. Belajar Dan Pembelajaran. 1991. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Mustakim, Zaenal. Strategi & Metode Pembelajaran. 2009. Yogyakarta: Gama Media
Yogyakarta.
Sabri, Ahmad. Strategi Belajar Mengajar. 2005. Ciputat : PT.Ciputat Press
Suprihatiningrum, Jamil. Strategi Pembelajaran. 2013. Jogjakarta: Ar-Ruzz.